BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global dikemukakan bahwa selama tahun 2000, terdapat 4 juta kematian neonatus (3 juta kematian neonatal dini dan 1 juta kematian neonatal lanjut). Hampir 99% kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Kematian tertinggi di Afrika (88 per seribu kelahiran), sedangkan di Asia angka kematian perinatal mendekati 66 bayi dari 1.000 kelahiran hidup. Bayi kurang bulan dan bayi berat lahir rendah adalah satu dari tiga penyakit utama kematian neonatus (Rahayu, 2009). Presentase Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau dengan sosio-ekonomi yang rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematian 35 kali lebih dari 2.500 gram (Pantiawati, 2010). Menurut World Health Organization WHO, istilah premature baby diganti dengan istilah "Low Birth Weight Baby" atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) hal ini di sebabkan karena tidak semua bayi berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi premature, keadaan ini dapat disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai, SGA (Small for Gestational Age) yaitu bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya/kecil untuk masa kehamilan di singkat dengan KMK (Sarwono, 2007). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006 (Depkes, 2008), AKI (Angka Kematian Ibu) Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, dan infeksi 11%. Penyebab kematian bayi yaitu BBLR 38,94%, asfiksia lahir 27,97%. Hal ini
menunjukkan bahwa 66,91% kematian perinatal dipengaruhi oleh kondisi ibu saat melahirkan. Mengingat banyaknya masalah mengenai BBLR yang terjadi di Indonesia maka perlu penanganan yang memadai untuk mencegah terjadinya masalah BBLR maupun komplikasi lebih lanjut. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan
manajemen
kebidanan
menurut
Varney
dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk catatan SOAP. 2. Tujuan Khusus a. Menjelaskan konsep dasar teori Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan pendekatan Varney yang terdiri dari : 1) Melakukan pengkajian pada orang tua, bayi dan status pasien 2) Menginterpretasikan data dasar 3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 5) Merancang intervensi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 6) Melakukan implementasi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan . d. Mendokumentasikan asuhan dalam bentuk catatan SOAP.
B.Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada BBLR I.
PENGKAJIAN A. DATA SUBYEKTIF 1.
Identitas a. Identitas klien Nama
:
Umur/tanggal lahir
: penyebab depresi bayi pada saat lahir mencangkup bayi yang kurang bulan (Prawirohardjo, 2010 ) Faktor Persalinan kurang bulan / lewat bulan
dapat memungkinkannya terjadi
implikasi pada bayi baru lahir berupa berat badan lahir rendah (Varney, 2008) Jenis kelamin
:
Tanggal MRS
:
Diagnosa medis
:
b. Identitas orang tua Nama ayah
:
Nama ibu
:
Usia ayah/ibu
: Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun (Surasmi, 2003)
Pendidikan ayah/Ibu
:
Pekerjaan ayah/ibu
: Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah (Pantiawati, 2010).
Agama
:
Suku/bangsa
:
Alamat
:
2. Riwayat kesehatan klien a. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan utama : Secara umum, menurut Proverawati (2010) gambaran klinis dari bayi BBLR antara lain: 1) Berat kurang dari 2.500 gram, Panjang kurang dari 45 cm, Lingkar dada kurang dari 30 cm, Lingkar kepala kurang dari 33 cm 2) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu 3) Kepala lebih besar 4) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang 5) Otot hipotonik lemah 6) Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea 7) Ekstremitas : paha abdukasi, sendi lutut/kaki fleksi lurus 8) Kepala tidak mampu tegak 9) Pernapasan 40-50 kali/menit 10) Nadi 100-140 kali/menit
b. Riwayat kesehatan yang lalu 1) Riwayat kehamilan dan kelahiran Riwayat antenatal : penyebab depresi pada bayi saat lahir mencangkup obat-obatan yang diberikan
atau diminum oleh ibu (Prawirohardjo, 2010) Faktor Ibu : -
Factor Umur (Faktor ibu yang lain dikaitkan adalah umur ibu yang muda) (obs.william,2006).
-
Jumlah
paritas
(jarak
kelahiran
sebelumnya) -
Penyakit kehamilan (sekitar 28 % kelahiran
preterm
diindikasikan
disebabkan oleh pre eklamsi (43%), gawat janin (27%), pertumbuhan janin terhambat (10%), abrupsio plasenta (7%) (terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus), dan kematian janin (7%). (obsetri William,2006) -
Gizi kurang atau malnutrisi
-
Trauma
-
Kelelahan
-
Merokok (Perilaku seperti merokok, gizi buruk, dan penambah berat badan yang kurang baik selama kehamilan, serta penggunaan seperti kokain atau alcohol telah dilaporkan memainkan peranan penting pada kejadian dan hasil akhir dengan berat lahir rendah (Obstetri William, 2006))
Faktor plasenta
-
Penyakit vaskuler
-
Kehamilan ganda
Faktor janin -
Kelainan bawaan
-
Infeksi
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu: -
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan obat-obatan
atau
dengan
penyakit
seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru -
Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya
kelahiran
multiple,
kelainan
kongenital, riwayat persalinan preterm. -
Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
-
Hari pertama haid terakhir tidak sesuai dengan usia
kehamilan
(kehamilan
postdate
atau
preterm). Riwayat intranatal : Infeksi koriomnion yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme telah muncul sebagai kemungkinan penjelasan berbagai kasus pecah ketuban dan persalinan preterm. Bobbitt dan ledder,1995 dalam obs.william, 2005)
Riwayat post natal : Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan
absorbsi
gastrointentinal,
muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping
untuk
intravena. Riwayat imunisasi : Riwayat alergi
:
Riwayat penyakit yang pernah diderita : Riwayat tumbuh kembang : Riwayat pertumbuhan
:
Riwayatperkembangan : c. Riwayat kesehatan keluarga 1) Penyakit menular 2) Penyakit menurun 3) Riwayat penyakit menahun
pemberian
obat
d. Pola fungsi kesehatan Kebutuhan
Keterangan
Dasar Pola nutrisi
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir, Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/ hari. (Mochtar, Rustam.1998).
Pola eliminasi
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) penting mengkaji pola eliminasi, sebab pada bayi BBLR kebutuhan nutrisi yang diberikan berbeda dengan bayi yang berat badannya normal, oleh sebab itu akan berpengaruh juga pada frekuensi BAB dan BAK nya setiap harinya. (Soepardan, Suryani. 2009)
Pola istirahat
Bayi yang mengalami berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki pola tidur yang lebih banyak dari bayi normal, sebab nutrisi yang dikonsumsi sangat cukup dan memiliki frekuensi yang ditetapkan setiap jam, sehingga bayi lebih sering tertidur nyenyak dengan nutrisi yang cukup.( Soepardan, Suryani.2009)
Pola personal
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) personal
hygiene
hygine juga perlu dikaji sebab kebersihan pada bayi sangat diutamakan untuk pencegahan infeksi.(Soepardan, Suryani.2009)
Pola aktifitas
Aktivitas yang terlihat pada bayi BBLR tentunya tidak banyak karena pergerakan bayi terbatas, tangis bayi juga tidak keras berbeda dengan bayi normal.
e. Riwayat psikososiokultural spiritual Psikologi
: Salah satu faktor bblr pada bayi adalah kehamilan yang tidak diinginkan (Depkes, 2005).
Sosial
:
Kultural
:
Spiritual
:
B. Data objektif 1. Pemeriksaan umum Kesadaran
: Compos mentis sampai somnolent
Tanda – tanda vital Nadi
: Nadi apical mungkin cepat dan/atau tidak teratur dalam batas normal 120-160 dpm (Doengoes, 2001).
Suhu
: Suhu berfluktuasi dengan mudah (Doengoes, 2001)
Pernafasan : Skor apgar mungkin rendah, Pernafasan mungkin dangkal,
tidak
teratur,
pernafasan
diafragmatik
intermiten atau periodic (40-60x/mnt) (Doengoes, 2001) Antropometri Tinggi badan : < 46 cm Berat badan
: < 2500 gram
Lingkar kepala: < 33cm Lingkar dada : < 34 cm Lingkar perut : < 28 cm 2. Pemeriksaa fisik Inspeksi Kulit
: (NKB) Tampak kulit kemerahan atau tembus pandang,
warna
mungkin
merah
muda/kebiruan, akrosinosis/ sianosis/ pucat, Tampak lanugo terdistribusi secara luas di seluruh tubuh (Doegoes, 2001).
(NCB, NLB) Kulit berselubung vernik kaseosa tipis/tidak ada. Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering, keriput dan tipis. Jaringan
lemak
di
bawah
kulit
tipis.
(Surasmi, 2003) Kepala
: Tampak kepala tidak mampu tegak, kulit kepala
tampak
bersih,
rambut
tipis,
distribusi rambut tidak merata dan halus. (NCB, NLB) Ukuran kepala agak besar dalam
hubungannya
dengan
tubuh.
Fontanel mungkin besar atau terbuka (Dongoes, 2001). Wajah
: Wajah mungkin tampak memar (Doengoes, 2001).
Mata
: Edema kelopak mata mungkin terjadi, mata mungkin merapat (tergantung usia gestasi) (Doegoes, 2001). Bayi
dengan
BBLR
dapat
mengalami
retinopathy of prematurity (ROP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina Tampak simetris, bersih, tidak tampak strabismus,
fungsi
penglihatan
baik,
konjungtiva tidak tampak pucat, sklera tidak
tampak
kuning,
tidak
tampak
perdarahan, pupil kontriksi bila sinar mendekati, dilatasi bila sinar menghilang (Donna L. Wong, 2009) Telinga
: Tampak lanugo pada telinga dan bagian tubuh lain seperti telinga dan punggung
Hidung
: Batang hidung cekung, hidung pendek mencuat,
adanya
tanda-tanda
distress
pernapasan khususnya pada adanya sindrom aspirasi
mekonium,
pernapasan
cuping
hidung dan terdapat penumpukan lender (Sarwono, 2002). Mulut
: bibir atas tipis, dagu maju, mukosa mulut (kotor/bersih) ada lendir atau tidak (Sarwono, 2002). Gusi tampak berwarna merah, gigi tidak tampak tumbuh, lidah tampak bersih, tonsil tidak tampak mengalami pembesaran, tidak tampak kelainan palatum (Donna L. Wong,
2009) Leher
: Tidak tampak kelainan
Dada
: Tampak retraksi dinding dada
Abdomen
: (NKB) Abdomen biasanya tampak lebih besar, Tali pusat tebal dan segar (Sinopsis Obstetri) (NCB,NLB) Abdomen Cekung atau rata, tali pusat berwarna kuning kehijauan (Mochtar, 2012)
Genetalia eksterna : (NKB) pada bayi perempuan Labia minora wanita lebih besar dari labia mayora, dan klitoris menonjol. Pada bayi laki-Laki testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada scrotum.
(NCB, NLB) pada bayi perempuan labia mayora menutupi labia minora, dan pada bayi laki-laki testis sudah turun. Anus
: Tidak tampak kelainan
Ekstremitas
: Pada penilaian APGAR
tonus otot yang
lemas menunjukan bayi dalm keadaan kurang baik (obstetri fisiologi UNPAD,1983 ) (NKB) Pergerakan bayi kurang aktif. Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari, Tampak edema, garis telapak kaki tidak ada pada semua atau sebagian telapak (Doengoes, 2001). Palpasi Kepala
: (NKB) Sutura mungkin mudah digerakkan (Doengoes, 2001)
Wajah
: Tidak teraba oedema
Mata
:
Telinga
: (NKB) daun telinga immatur (elastis daun telinga masih kurang sempurna). (Mochtar, 2012)
Hidung
: Tidak teraba polip
Mulut
:
Leher
: Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, tiroid, dan vena jugularis
Dada
:
Abdomen
: Tidak teraba kelainan
Genetalia
:
Anus
: tidak terdapat atresia ani
Ektremitas
: Tidak teraba oedema
Auskutasi Dada
: Jantung Evaluasi
bunyi
jantung
terkait
dengan (1) kualitas (harus jelas dan dapat dibedakan, tidak tertutupi, tidak difus, atau jauh) (2) Intensitas (3) frekuensi (harus sama dengan denyut nadi radialis (4) irama (Wong, 2009) Bunyi jantung I karena katup mitral dan trikuspidalis menutup pada permulaan systole (kontraksi), bersamaan dengan ictus kordis, denyutan karotis, terdengar jelas di apeks), bunyi jantung II karena katup aorta dan katup pulmonal menutup pada permulaan diastole (relaksasi jantung), paling jelas di sela iga 2 tepi kiri sternum terpecah pada inspirasi dan tunggal pada ekspirasi) (Aziz, 2009) Bagi bayi baru lahir keadaan normal denyut jantung janin yaitu berkisar antara 120-160 x/menit. Bayi dengan berat lahir rendah biasanya relatif lebih cepat. Pernafasan : Biasanya terdapat wheezing, stridor, crackless,
dan
tidak
terdapatnya
pernafasan (Whaley and Wong; 2005)
suara
Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik (40-60x/mnt) (Doengoes, 2001) Abdomen
: Bising usus normal 3-5 x/menit
Perkusi 3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks Refleks tampak lemah Morro
: Positif, gerakan lengan dan kaki yang terjadi ketika bayi yang baru lahir dikejutkan oleh suara atau gerakan keras, tampak pada gestasi minggu ke-28.
Rooting
: Positif, menoleh kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk mengisap benda yang disentuhkan tersebut, biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke-32.
Sucking
: Positif, bayi menimbulkan refleks mengisap, biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke-32.
Swallowing : Positif, bayi mendesak otot-otot di daerah mulut dan faring
untuk
mengaktifkan
refleks
menelan
dan
mendorong ASI ke dalam lambung bayi, biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke-32. Babinski
: Positif,
stimulus
gerakan
pada
telapak
kaki,
menyebabkan semua jari-jari menekuk ke bawah, biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke-32. Graf
: Positif, tangan bayi menggenggam, biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke-32.(Asuhan Persalinan Normal, 2008).(Doengoes,2001)
4. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium Hemoglobin
: 15-20 gram/dl
Leukosit
: 18.000/mmg
Hematokrit
: 43%-61%
Bilirubin total
: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari dan 12 mg/dl pada 3-5 hari
Dektroksit
: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama kelahiran rata- rata 40-50 mg/dl, meningkat 60-70 mg/dl pada hari ke-3
Pemeriksaan usg II. INTERPRETASI DATA DASAR Diagnosis : NKB/NCB/NLB, KMK/SMK usia .... hari dengan BBLR III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS MASALAH POTENSIAL Diagnosis Potensial a. Asfiksia Neonatorum b. Hiperbillirubinemia c. Hipoglikemia d. Pneumonia Aspirasi e. Infeksi Masalah Potensial : 1. Ketidakseimbangan suhu tubuh 2. Masalah pemberian ASI 3. Penurunan turgor kulit 4. Perdarahan karena pembuluh darah yang rapuh
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA a. Pemasangan infus b. Pemasangan oksigen c. Perawatan bayi denngan metode kanguru, pencegahan kehilangan panas dan infeksi d. Kolaborasi dengan dr. SpA dan tim medis lain V. INTERVENSI Yang perlu diperhatikan pada perawatan bayi berat badan lahir rendah adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan siap sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi premature makin pendek masa kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi, dan makin tinggi angka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan, infeksi, cacat bawaan, dan trauma pada otak (Synopsis Obstetri, 2004.) 1. Jaga Kehangatan Bayi . Rasional : mempertahankan
lingkungan termonetral,
membantu
mencegah stress dingin (Hipotermia) (Doengoes, 2001). 2. Pantau sistem pengaturan suhu, penyebaran hangat, atau incubator. (pertahankan batas atas pada tergantung pada ukuran atau usia bayi) Rasional
: Hipertermia
dengan akibat peningkatan
pada laju
metabolisme, kebutuhan oksigen dan glukosa, kehilangan air tidak kasatmata dapat terjadi bila suhu lingkungan yang dapat dikontrol, terlalu tinggi. (Dongoes, 2001). 3. Lakukan perawatan metode kanguru Rasional :
Perawatan metode kanguru (Kangaroo Mother Care) atau
disebut juga asuhan kontak kulit dengan (skin to skin contact)
merupakan metode khusus asuhan bagi bayi berat lahir rendah atau bayi prematur. 4. Lakukan pemeriksaan TTV pada bayi Rasional
: Tanda-tanda vital merupakan parameter awal untuk
mendeteksi dini kelainan dalam tubuh 5. Berikan nutrisi melalui OGT pada BBLR Rasional
: sebelum usia 32 minggu sebagian besar bayi premature
atau BBLR yang sehat akan membutuhkan pemberian susu melalui selang secara teratur untuk memenuhi kebutuhan kalori sesuai pertumbuhannya. 6. Lakukan pemantauan tanda bahaya pada BBLR bersama orangtua bayi Rasional : Pengenalan tanda bahaya pada ibu dan keluarga dimaksudkan agar dapat mengetahui tanda bahaya pada bayinya dan apabila menemukan salah satu tanda tersebut untuk member tahu segera ke tenaga kesehatan 7. Lakukan penimbangan berat badan secara ketat setiap hari Rasional : Penimbangan berat badan merupakan salah satu cara untuk memonitor perkembangan bayi BBLR 8. Jaga Personal hygiene bayi Rasional :
Sebagai salah satu upaya penatalaksanaan yang harus
dilakukan guna menghindari infeksi 2. Jaga pengaturan lingkungan BBLR Rasional
: Menciptakan lingkungan yang ideal dapat menstimulasi
perkembangan fisik bayi dan dapat memberikan dukungan psikologis bagi ibu dan keluarganya. 3. Jaga pengaturan suara dan cahaya
Rasional
: Bayi membutuhkan masa istirahat dan pemulihan bagi
dirinya. Pada cahaya lampu yang reduo dapat meningkatkan kualitas tidur dan status terjaga mereka. 4. Kolaborasi dengan dr.Spa dalam pemberian terapi. Rasional : Kolaborasi merupakan cara untuk bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah. VI. IMPLEMENTASI Pelaksanaan
dilakukan
dengan efisien
dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun.pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. VII.EVALUASI Evaluasi merupakan penilaian tentang kebersihan dan kefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. B. Saran 1. Bagi Petugas a. Seorang petugas harus mengetahui gejala Pertumbuhan Janin Terhambat ( PJT ) secara dini agar dapat di identifikasi b. Meningkatkan konseling kepada masyarakat tentang tanda dan gejala PJT c. Mengadakan
penyuluhan
tentang
pentingnya
pemeriksaan
kehamilan (ANC). 2. Bagi Klien a. Klien memiliki kesadaran untuk memeriksakan kehamilannya sesuai jadwal yang di tentukan dan sebagai tenaga kesehatan kita patut menginformasikan hal tersebut kepada klien. b. Cepat tanggap terhadap sesuatu yang dirasakan kurang nyaman. c. Tetap memperhatikan pola istirahat, kondisi kesehatan tubuh
DAFTAR PUSTAKA Deslidel,Hasan Z, Hevrialni R, dkk, 2011, “Asuhan neonatus,Bayi dan Balita”, Jakarta:EGC Maryunani A,Nurhayati,2009, Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyakit Pada Neonatus” , Jakarta:CV Trans Info Media Pantiawati I, 2010, Bayi Dengan BBLR , Jogyakarta:Nuha Medika Proverawati S, Ismawati C, 2010, BBLR , Jogyakarta:Nuha Medika Prawirohadjo S, 2010, Ilmu Kebidanan , Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Simatuppang E.J, 2008, Manajemen Pelayanan Kebidanan , Jakarta:EGC Sudarti, Khoirunnisa E, 2010, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak Balita , Jogyakarta:Nuha Medika Wiknjosastro H, 2007, Ilmu kebidanan Edisi 3, Jakarta:Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, ZR Arief, Kristiyanasari W, 2009, Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak , Jogyakarta:Nuha Medika