Ppt Bblr

  • Uploaded by: novia anggraeni
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ppt Bblr as PDF for free.

More details

  • Words: 3,983
  • Pages: 26
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1.

Konsep BBLR

2.1.1. Pengertian BBLR Bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram pada waktu lahir (Amru, 2012). Menurut WHO, bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram. Dalam hal ini dapat dibedakan menjadi : 1. Premature murni Yaitu bayi pada kehamilan <37minggu dengan berat badan sesuai. 2. Small for date atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi yang berat badannya kurang dari seharusnya umur kehamilan. 3. Rotaroasi pertumbuhan janin Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan. 4. Light for date sama dengan small for date 5. Dismaturitas Suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidakseimbangan antara pertumbuhan janin dengan lanjutan kehamilan atau bayi-bayi yang lahir dengan berat tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Atau bayi dengan gejala intrauterine malnutrition or wsting.

6. Large of date Adalah bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tua kehamilan, misal pada diabetes mellitus. (Nurarif, 2013).

2.1.2. Etiologi Penyebab terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur (Pantiawati, 2010). Penyebab BBLR disebabkan oleh beberapa faktor menurut Proverawati dan Ismawati (2010) diantaranya : 1. Faktor Ibu a. Penyakit 1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti : anemia sel berat, hipertensi,eklampsia, preeklampsia, perdarahan antepartum, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal) 2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual. Torch dan HIV/AIDS. b. Ibu 1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. 2) Kehamilan ganda (multigravida). 3) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun) 4) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya 2. Faktor janin a. Kelainan kromosom (trisomiy autosomal)

b. Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan) c. Radiasi d. Kehamilan ganda atau kembar (gemeli) e. Aplasia pancreas 3. Faktor plasenta a. Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion) b. Luas permukaan berkurang c. Plasenta yang lepas d. Sindrom plasenta yang lepas e. Sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik) 4. Faktor lingkungan a. Bertempat tinggal ditaran tinggi b. Terkena radiasi c. Terpapar zat beracun

2.1.3. Manifestasi klinik 1. Sebelum bayi lahir a. Pada anamnese sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati. b. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut. c. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesua menurut yang seharusnya

sering

dijumpai

kehamilan

gravidarum atau perdarahan anterpartum.

dengan

oligradramnion

d. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan. 2. Setelah bayi lahir a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin. b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan sebelum 37 minggu. c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine. d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya

2.1.4. Klasifikasi Ada beberapa cara dalam pengelompokan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) : a. Menurut harapan hidupnya 1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram. 2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 10001500 gram. 3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000gram. b. Menurut masa gestasinya 1) Premature murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonates kurang bulansesuai untuk masa kehamilan.

2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi kecil untuk kehamilan.

2.1.5. Tanda-tanda BBLR Bayi yang lahir rendah dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri : 1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu. 2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram. 3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm. 4. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari. 5. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas. 6. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm. 7. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm. 8. Rambut lanugo masih banyak. 9. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang. 10. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga. 11. Tumit mengilap, telapak kaki halus. 12. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang. Testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora. 13. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah. 14. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks isap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisnya lemah.

15. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang. 16. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.

2.1.6. Patofisiologi Tingginya morbiditas dan mortalitas BBLR masih menjadi masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR. kurang gizi yang kronis pada masa anak-anak dengan/tanpa sakit yang berulang akan menyebabkan bentuk tubuh yang “Stunting/Kuntet” pada masa dewasa, kondisi ini sering melahirkan bayi BBLR. Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat , komplikasi kehamilan, kurang gizi, keadaan stress pada hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor zat-zat gizi ke janin sehingga menyebabkan bayi BBLR. Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup diluar uterus ibunya. Maka pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya. Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya, baik anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul masalah misalnya :

1. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabakan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan BB, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang. 2. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah. 3. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat dari motilitas usus kuran, volume lambung kurang, sehingga waktu pengosongan lambung bertambah. 4. Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fisiologis, produksi urine berkurang. 5. Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositas serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik. 6. Perdarahan intraventikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi premature sering menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan, akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, dimana keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah dan keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh kapiler yang rapuh.

2.1.7. Komplikasi 1. Suhu tubuh tidak normal 2. Kesulitan bernapas, misalnya sindrom distres pernapasan dan apnea 3. Enterokolitis nekrotik 4. Ikterus akibat prematuritas 5. Perdarahan intraventikular 6. Anemia 7. Glukosa darah rendah.

2.1.8. Pemeriksaan Penunjang 1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.00024.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis). 2. Hematokrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal). 3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan). 4. Bilirubin total : 6 mgdl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. 5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. 6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya. 7. Pemeriksaan analisa gas darah.

2.1.9. Penatalaksanaan Menurut Rukiyah, dkk (2010) perawatan pada bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah : 1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dioertahankan dengan ketat. 2. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi, memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi. 3. Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat. 4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan dilakukan dengan ketat. 5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih, pertahankan suhu tubuh tetap hangat. 6. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu. 7.

Tali pusat dalam keadaan bersih.

8.

Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.

2.1.10. Discharger Planning 1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan bayi

BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu. 2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik. 3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun). 4. Beri asupan ASI sesering mungkin untuk meningkatkan berat bayi. 5. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil. 6. Menjaga bayi tetap hangat. 7. Mengetahui tanda bahaya untuk mencari pertolongan. 8. Timbang berat badan secara umum setiap minggu hingga BB bayi mencapai 2,5 kg.

2.2.

Konsep Hipotermi Bayi dengan BBLR

2.2.1. Definisi Hipotermi adalah penurunan suhu tubuh di bawah 36,5 0C. Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5 0C – 37,50C (suhu aksila). Bayi dikatakan hipotermi sedang apabila suhu tubuh 32 0C -36,4 0C (suhu aksila), sedangkan bayi dikatakan hipotermi berat apabila suhu tubuh <32 0C (suhu aksila). Hipotermi dapat

menyebabkan hipoksia, asidosis metabolik dan hipoglikemia, apnue serta meningkatnya mortalitas.

2.2.2. Etiologi Penyebab terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir yaitu : a. Terpajan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan dingin, atau aliran udara) b. Bayi mungkin basah atau diberi baju yang tidak sesuai dengan usia dan ukurannya. c. Memiliki area permukaan tubuh yang relatif besar dibandingkan massanya, sehingga terdapat ketidakseimbangan pembentukan panas dan kehilangan panas. d. Memiliki lemak subkutan yang sedikit untuk insulasi (penahan panas). e. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi. f. Berat lahir bayi yang kurang dan kehamilan prematur. g. Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan pernapasan, hipogkikemia perdarahan intra kranial.

2.2.3. Tanda dan Gejala Berikut beberapa gejala bayi terkena hipotermi, yaitu : a. Suhu tubuh bayi turun dari normalnya. b. Bayi tidak mau minum atau menetek. c. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja.

d. Tubuh bayi teraba dingin. e. Kulit bayi berwarna merah muda. f. Lebih diam dari biasanya. g. Hilang kesadaran. h. Pernapasannya cepat. i. Denyut nadinya j. Gangguan penglihatan. k. Pupil mata melebar (dilatasi)dan tidak bereaksi. Tanda terjadinya hipotermi, yaitu : A. Tanda-tanda hipotermi sedang, yaitu : a. Suhu tubuh 32 0C sampai dengan 36,4 0C b. Kesulitan bernapas. c. Frekuensi jantung kurang dari 100 kali permenit. d. Makan dengan buruk atau tidak makan e. Tangisan lemah. f. Kemampuan menghisap lemah. g. Aktifitas berkurang/letargis. B. Tanda-tanda hiporermi berat, yaitu : a. Suhu tubuh kurang dari 32 0C. b. Kesulitan bernapas. c. Frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit d. Makan dengan buruk atau tidak makan. e. Pengerasan kulit. f. Pernapasan lambat dan dangkal.

g. Aktifitas berkurang/letargis. h. Bibir dan kuku kebiruan. i. Bunyi jantung lambat. j. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemiadan asidosis metabolik. k. Resiko untuk kematian bayi.

2.2.4. Klasifikasi Klasifikasi dalam Hipotermi (Ayeyeh, 2010), yaitu : 1. Hipotermi sedang a) Anamnesis 1) Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah. 2) Waktu timbulnya kurang dari 2 hari. b) Pemeriksaan 1) Suhu tubuh 320C (36,40C) 2) Gangguan nafas 3) Denyut jantung kurang dari 10 kali/menit 4) Malas minum 5) Latergi 2. Hipotermi berat a) Anamnesis 1) Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah 2) Waktu timbul kurang dari 2 hari. b) Pemeriksaan 1) Suhu tubuh 320C

2) Tanda lain hipotermi sedang 3) Kulit teraba keras 4) Nafas pelan dan dalam 3. Suhu tubuh tidak stabil (liha dugaan sepsis) a) Anamnesis 1) Tidak terpapar dengan dingin dan panas yang berlebihan b) Pemeriksaan 1) Suhu tuuh berkulfultasi antara 360C-390C meskipun berada di suhu lingkungan yang stabil. 2) Fluktuasi terjadi sesudah periode tahun stabil 4. Hipotermia a) Anamnesis 1) Bayi berada di lingkungan yang sangat panas, terpapar sinar matahari, berada di incubator atau di bawah pemancar panas. b) Pemeriksaan 1) Suhu tubuh 37,30C 2) Tanda dehidrasi (elastisitas kulit turun, mata dan umbun-umbun besar dan cekung, lidah dan membran mukosa kering) 3) Malas minum 4) Denyut jantung >160 kali/menit 5) latergi

2.2.6. Mekanisme Kehilangan Panas Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat melalui beberapa mekanisme, yaitu : 1. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselirnuti. (Wiknjosastro, 2008) 2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah daritubuh bayi akanmenyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut. (Wiknjosastro, 2008) 3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. (Wiknjosastro, 2008) 4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dan suhu tubuh bayi. Bayi

bisa kehilangan panas dengan caraini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung). (Wiknjosastro, 2008)

2.2.7. Jenis-Jenis Hipotermi Beberapa jenis hipotermi, yaitu a. Accidental hyphotermia terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga 350C. b. Primary accidental hyphotermia merupakan hasil dari paparan langsung terhadap udara dingin pada orang yang sebelumnya sehat. c. Secondary accidental hyphotermia merupakan komplikasi gangguan sistemik (seluruh tubuh) yang serius. Kebanyakan terjadi di musim dingin (salju) dan iklim dingin.

2.2.8. Komplikasi Hipotermi yang terjadi pada bayi apabila tidak tertangani dengan tepat akan menyebabkan beberapa gangguan yang akan menyertai, yakni : a. Gangguan sistem saraf pusat : koma, menurunnya reflek mata (seperti mengedip) b. Cardiovascular

:

penurunan

tekanan

darah

secara

berangsur,

menghilangnya tekanan darah sistolik. c. Pernafana : menurunnya konsumsi oksigen. d. Saraf dan otot : tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer.

2.2.9. Penatalaksanaan Saat lahir pengaturan suhu tubuh bayi belumlah terkendali dengan baik. Bayi bisa kehilangan suhu tubuh secara cepat dan terkena hipotermi dalam kamar yang dingin. Bayi yang mengalami hipotermi harus dihangatkan secara bertahap. Berikut beberapa cara penanganan hipotermi untuk bayi : a. Penanganan hipotermi pada BBL a) Hangatkan bayi secara bertahap. Bawalah ia keruangan yang hangat. Bungkuslah tubuhnya dengan selimut tebal. b) Pakaikan topi dan dekaplah si kecil agar ia menjadi hangat oleh panas tubuh anda. b. Penanganan hipotermi secara umum untuk balita a) Jika ia mampu melakukannya, minta anak berendam air hangat. Bila warna kulitnya telah kembali normal, segera keringkan dan bungkus tubuhnya dengan handuk tebal atau selimut b) Kenakan pakaian tebal dan baringkan anak di tempat tidur. Pakaikan selimut yang cukup banyak. Tutup kepalanya dengan topi atau pastikan suhu dalam ruangan cukup hangat. c) Berikan anak minimum hangat dan makanan penuh energi, misalnya cokelat. Jangan tinggalkan anak sendirian kecuali anda yakin warna kulit dan suhu tubuhnya telah kembali normal. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : a. Jangan menempelkan sumber panas langsung, seperti botol beras air panas kekulit anak. Anak harus menjadi hangat secara bertahap.

b. Jika anak hilang kesadaran, bukalah saluran udaranya dan periksa pernapasannya. Jika anak bernapas, baringkan ia pada posisi pemulihan, jika tidak bernapas, mulailah bantuan pernapasan dan kompresi dada. Telepon Ambulans.

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Bayi dengan BBLR Dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR hendaknya dilakukan secara komprehensif dengan menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu metode sistemik untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk

mengatasi

masalah

tersebut.

Masalah-masalah

kesehatan

dapat

berhubungan dengan keluarga klien juga orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi atau mengatasi masalah-masalah kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

2.3.1. Pengkajian Menurut Nursalam (2014), pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menemukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnase dan pemeriksaan fisik.

a. Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor register, tanggal MRS, tanggal lahir, tanggal pengkajian, nama orang tua, pekerjaan orang tua. b. Keluhanan utama Menangis lemah, reflek menhisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh rendah. c. Riwayat Kesehatan Sekarang Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minggu, berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram. d. Riwayat Penyakit Dahulu Ibu memiliki riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda,hidramnion. e. Riwayat Penyakit Keluarga Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM, TB Paru, tumor kandungan, kista, hipertensi. f. Apgar Skore Sistem penilaian ini untuk mengevalusi status kardiopulmonal dan persyarafan bayi. Penilaian dilakukan satu menit setelah lahir dengan penilaian 7-10 (baik), 46 (asfiksia ringan hingga sedang), dan 0-3 (asfiksia berat) dan diulang setiap 5menit hingga bayi dalam keadaan stabil.. g. Pemeriksaan umum a) Keadaan umum : dikaji untuk mengetahui keadaan umum mencakup keadaan umum baik, sedang, lemah b) Kesadaran : penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmenti, apatis, somnolen, spoor, delirium c) Tanda-tanda vital, meliputi :

1) Pernapasan Pemeriksaaan harus mencakup frekuensi pernapasan, irama dan keteraturan, kedalaman dan type atau pola pernapasan. Pada bayi dengan BBLR pada hari pertama frekuensi pernapasan 40-50 permenit. 2) Suhu Pada umumnya yang diukur adalah suhu aksila. dapat pula di ukur di rektum, lipat paha, atau bawah lidah. Pada umumnya suhu aksila 10C lebih rendah daripada suhu rektum. Dalam keadaan normal suhu aksila adalah 36-370C. Pada bayi BBLR suhu tubuh berkisar 340C-370C 3) Denyut jantung Dinilai pada keempat ekstremitas. Penilaian mencakup frekuensi atau laju nadi, irama, kualitas nadi, dan ekualitas nadi. Pada bayi normal frekuensi nadi 100-160 kali permenit. Pada bayi BBLR nadi seperti bayi normal yaitu 100-140 kali permenit. h. Pemeriksaaan Fisik Sistemis a) Kepala : bentuk mesochepal atau mikrochepal serta adakah kelaian cephal. b) Rambut : bersih/tidak, mudah di cabut / tidak, warna rambut. c) Muka : bersih/tidak, warna, sistemis / tidak d) Mata : adakah kotoran di mata, warna putih di sklera dan warna merah muda di konjungtiva e) Hidung : adakah pernafasan cuping, kotoran yang menyumbat di jalan nafas

f) Telinga : adakah serum atau cairan dan simetris atau tidak. Pada BBLR tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun tulang telinga. g) Mulut : warna bibir, mukosa basah atau kering, adakah kelainan labioskisis atau labiopalatoskisis h) Leher : adakah pembesaran kelenjar thyroid, adakah keretakan pada clavicula (normal rata atau tanpa gumpalan di sepanjang tulang simetris) i) Dada : adakah pembesaran buah dada, pernapasan adakah retraksi, frekuensi bunyi jantung, adakah kelainan j) Abdomen : adakah pembesaran hati dan limfa, tali pusat berdarah atau ada tidaknya pembuluh darah seperti vena dan arteri pada tali pusat, warna tali pusat. k) Kulit : adakah lanugo sedikit atau berlebih, apakah kulit lembab atau hangat ketika disentuh, adakah pengelupasan pada kulit. Pada BBLR rambut lanugo masih banyak l) Genetalia : jika laki-laki apakah testis sudah turun, jika perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora. Pada BBLR testis belum turun pada skrotum dan labia mayora belum menutupi labia minora. m) Ekstremitas : adakah terdapat kelainan seperti oedema, polidaktili atau sindaktili, fraktur ekstremitas dan atrogiposis (pergerakan sendi yang terbatas). Tumit mengkilap, telapak kaki halus. n) Tulang punggung : adakah pembengkakan atau ada cekungan o) Anus : adakah lubang anus atau tidak i. Pemeriksaan Refleks

a) Refleks berkedip : dijumpai namun belum sempurna. b) Tanda babinski : jari kaki mengembang dadi ibu jari kaki sedikit dorsofleksi. c) Merangkak : bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki, namun belum sempurna. d) Melangkah : kaki sedikit bergerak ke atas dan kebawah saat disentuhkan ke permukaan. e) Ekstrusi : lidah ekstensi ke arah luar saat disentuh dengan spatel lidah. f) Gallant’s :punggung sedikit bergerak kearah samping saat diberikan goresan pada punggungnya. g) Morro’s :dijumpai namun belum sempurna. h) Neck righting :belum ditemukan. i) Menggenggam : bayi menunjukkan refleks menggenggam namun belum sempurna. j) Rooting : bayi memperlihatkan gerakan memutar ke arah pipi yang diberikan sedikit goresan. k) Kaget (stratle) :bayi memberikan respon ekstensi dan reflek lengan yang belum sempurna. l) Menghisap : bayi memperlihatkan respon menhisap yang belum sempurna. m) Tonick Neck :belum dilakukan karena refleks ini hanya terdapat pada bayi yang berumur >2 bulan.

j. Pola kebutuhan sehari-hari a) Nutrisi Pemberian nutrisi pada BBLR sekita 3 jam setelah bayi lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung untuk mengetahui ada tidaknya atresia eshopagus dan mencegah muntah dengan cara memasang sonde b) Eliminasi BBLR yang diberi makanan denga tepat, setiap harinya dapat buang air sebanyak 1-6 kali dengan tinja yang berkonsisten setengah padat. k. Pemeriksaan Antropometri a) Lingkar kepala : pada kasus BBLR biasanya lingkar kepala kurang dari 33 cm b) Lingkar dada : pada kasus BBLR biasanya lingkar dada kurang dari 30 cm c) Panjang badan : pada kasus BBLR biasanya panjang badan kurang dari 45 cm d) Berat badan : pada kasus BBLR biasanya berat badan kurang dari 2500 gr l. Pemeriksaan Diagnostik a. Jumlah darah lengkap : penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah. b. Dektrosik : menyatakan hipoglikemia. c. AGD : menentukan derajat keparahan distress bila ada. d. Elektrolit serum : mengakaji adanya hipokalsemia. e. Bilirubin : mungkin meningkat pada polisitemia. f. Urinalis : mengkaji homeostasis

g. Jumlah trombosit : trombositopenia mungkin menyertai sepsis. EKG, EEG, USG, angiografik : defek kongenital atau komplikasi.

2.3.2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan BBLR secara teori adalah sebagai berikut : a. Hipotermi berhubungan dengan berat badan eksterm, kurang pengetahuan pemberi asuhan tentang pencegahan hipotermi, kurang suplai lemak subkutan, lingkungan bersuhu rendah, pemakaian pakaian yang tidak adekuat, dan transper panas. b. Diskontinuitas pemberi ASI berhubungan dengan bayi dirawat, ibu bekerja, , kontraindikasi untuk menyusui. c. Disfungsi motilias gastrointestinal berhubungan dengan pemberian makan enteral dan prematuritas. d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien dan faktor biologis. e. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas neurologis, sindrom hipoventilasi dan keletihan otot pernapasan. f. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, malnutrisi dan kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan terhadap patogen. g. Ikterik neonatus berhubungan dengan kesulitan transisi kehidupan ekstra uterin, usia < 7 hari dan keterlambatan pengeluaran mekonium.

2.3.4. Implementasi / Peaksanaan Keperawatan Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan yang spesifik membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2014). Menurut Gaffar, LOJ, (2002), implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,, intelektual, dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat. Keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan di dokumentasikeperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. Tujuan dari pelaksanaan dalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang ditetapka, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

2.4.5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan klien (Nursalam, 2014). Evaluas dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu evalusai hasil atau formaitf yang dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi proses atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.evaluasi dapat dlakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP. S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan. O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.

A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada masalah yang kontradiktifdengan masalah yang ada. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon klien.

Related Documents

Ppt Bblr
October 2019 44
Bblr
October 2019 34
Bblr
June 2020 27
Bblr
May 2020 24
Bblr Lp.docx
June 2020 28
Bblr Poa.docx
May 2020 19

More Documents from "AlfianUmar"

Bab 1
October 2019 43
Ppt Bblr
October 2019 44
Sel
November 2019 64
Bab 3
August 2019 65
Novia Zahroh G41161108.docx
December 2019 48
Asuhan Keperawatan.docx
October 2019 64