Bblr Lp.docx

  • Uploaded by: erwin
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bblr Lp.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,143
  • Pages: 21
LAPORAN PENDAHULUAN STASE ANAK DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG BAYI RSUD ULIN BANJARMASIN

DI SUSUN OLEH Nama Mahasiswa

: Erwin Setiawan

Nim

: 18NS249

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA 2018

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL

: Berat Badan Lahir Rendah

TEMPAT PENGAMBILAN KASUS

: Ruang Bayi

NAMA MAHASISWA

: Erwin Setiawan

Banjarmasin,

Oktober 2018

Menyetujui

RSUD Ulin Banjarmasin

Program Studi Ilmu keperawatan dan Profesi Ners STIKES Sari Mulia

Preseptor Klinik ( PK )

Preseptor Akademik (PA)

...............................................

...................................................

NIP.

NIK.

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL

: Berat Badan Lahir Rendah

TEMPAT PENGAMBILAN KASUS

: Ruang Bayi

NAMA MAHASISWA

: Erwin Setiawan

Banjarmasin,

Oktober 2018

Menyetujui

RSUD Ulin Banjarmasin

Program Studi Ilmu keperawatan dan Profesi Ners STIKES Sari Mulia

Preseptor Klinik ( PK )

Preseptor Akademik (PA)

...............................................

...................................................

NIP.

NIK. Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Profesi Ners

Dini Rahmayani, S.Kep.Ns.,MPH NIK. 19.44.2004.008

A. Definisi BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa memandang masa kehamilan (Maryanti, et al., 2012).

B. Etiologi Menurut Maryanti, et al (2012) faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR adalah : 1. Faktor ibu a. Penyakit Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut. b. Usia ibu Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20 tahun, dan multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. c. Keadaan sosial ekonomi Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. d. Sebab lain Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik. e. Faktor janin Hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan koromosom. f.

Faktor lingkungan Tempat tinggal dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun

C. Patofisiologi Menurut Maryanti, et al (2012) faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR terdiri dari faktor ibu yang meliputi penyakit ibu, usia ibu, keadaan sosial ekonomi dan sebab lain berupa kebiasaan ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. BBLR dengan faktor risiko paritas terjadi karena sistem

reproduksi ibu sudah mengalami penipisan akibat sering melahirkan Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun. Kehamilan yang berulang-ulang akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya (Mahayana et al., 2015). Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah penyakit pada ibu hamil. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan suplai oksigen ke jaringan, selain itu juga dapat merubah struktur vaskularisasi plasenta, hal ini akan mengganggu pertumbuhan janin sehingga akan memperkuat risiko terjadinya persalinan prematur dan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah terutama untuk kadar hemoglobin yang rendah mulai dari trimester awal kehamilan (Cunningham, et al., 2010). Selain anemia, implantasi plasenta abnormal seperti plasenta previa berakibat terbatasnya ruang plasenta untuk tumbuh, sehingga akan mempengaruhi luas permukaannya. Pada keadaan ini lepasnya tepi plasenta disertai perdarahan dan terbentuknya jaringan parut sering terjadi, sehingga

meningkatkan

antepartum (Prawirohardjo,

risiko 2008).

untuk Apabila

terjadi

perdarahan

perdarahan banyak

dan

kehamilan tidak dapat dipertahankan, maka terminasi kehamilan harus dilakukan pada usia gestasi berapapun. Hal ini menyebabkan tingginya kejadian prematuritas yang memiliki berat badan lahir rendah disertai mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Menurut Wiknjosastro dalam Masitoh, et al. (2014) pre eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian dan bila tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan yang menetap pada sistem syaraf, pembuluh darah atau ginjal dari ibu sehingga terjadi keterbelakangan pada janin karena kurangnya aliran darah melalui plasenta atau kurangnya oksigen pada janin yang menyebabkan BBLR. Keadaan sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi kejadian BBLR, karena pada umumnya ibu dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah akan mempunyai intake makan yang lebih rendah baik secara kualitas maupun secra kuantitas, yang berakibat kepada rendahnya status gizi pada ibu hamil (Amalia, 2011).

D. Manifestasi Klinis Menurut Maryanti, et al. (2012 : 167-168) gambaran klinis dari BBLR menurut klasifikasinya adalah : 1. Prematuritas murni a. Berat badan kurang dari 2500 gram b. Panjang badan kurang dari 45 cm c. Lingkar kepala kurang dari 33 cm d. Lingkar dada kurang dari 33 c e. Masa gestasi kurang dari 37 minggu f.

Kulit transparan

g. kepala lebih besar daripada badan h. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan i.

Lemak subkutan kurang

j.

ubun-ubun dan sutura lebar

k. Labio minora belum tertutup pleh labia mayora (pada wanita), pada laki-laki testis belum turun l.

Tulang rawan dan daun telinga imatur

m. Bayi kecil n. Posisi masih fetal o. Pergerakan lemah dan kurang p.

Tangisan lemah

q.

Pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea

r.

Reflex tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflex batuk belum sempurna

2. Dismatur a. Kulit terselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada b. Kulit pucat atau bernoda mekonium

c. Kering keriput tipis d. Jaringan lemak di bawah kulit tipis e. Bayi tampak gesit, aktif dan kuat f.

Tali pusat berwarna kuning kehijauan. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterin.

E.

Komplikasi Menurut Deslidel et al. (201) komplikasi BBLR bergantung pada klasifikasi BBLR, yaitu : 1. BBLR prematur atau kurang bulan a. Sindrom gangguan pernafasan ideopatik (penyakit membran hialin) b. Pnemonia aspirasi karena refkek menelan dan batuk belum sempurna, bayi belum dapat menyusu c. Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler (P/IVH) otak lateral akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan) d. Hipotermia karena sumber panas bayi prematur baik lemak subkutan yang masih sedikit maupun brown fat belum terbentuk. e. Beberapa ciri jika seorang bayi terkena hipotermi antara lain : f.

Bayi menggigil (walau biasanya ciri ini tidak mudah terlihat pada bayi kecil).

g. Kulit anak terlihat belang-belang, merah bercampur putih atau timbul bercak-bercak. h. Anak terlihat apatis atau diam saja. i.

Gerakan bayi kurang dari normal.

j.

Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan ujung-ujung jarinya.

k. Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang 2.

BBLR tidak sesuai usia kehamilan atau dismatur a. Sindrom aspirasi mekonium b. Hiperbilirubinemia c. Hipoglikemia d. Hipotermia

F. Klasifikasi Menurut Mitayani (2013 : 172) BBLR dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1. Prematuritas murni Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. 2.

Berdasarkan derajat nya , BBLR diklasifikasikan menjadi tiga kelompok , antara lain a.

Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan berat lahir 1500 – 2499 gram.

b. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW) dengan berat badan lahir 1000 –1499 gram. c. Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth weight (ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram 3. Bayi small for gestational age (SGA) Berat bayi lahir sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri atas tiga jenis:

a.

Simetris (intrauterus for gestatational age) yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama

b.

Asimetris (intrauterus growth retardation) yaitu terjadi defisit nutrisi pada fase akhir kehamilan

c.

Dismaturitas yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan Selain itu, BBLR dapat juga dibagi menjadi 3 stadium yaitu : a) Stadium 1 Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulit longgar, kering seperti permen karet, namun belum terdapat noda mekonium. b) Stadium 2 Bila didapatkan tanda-tanda stadium 1 ditambah warna kehijauan pada kulit, plasenta, dan umbilikal. c) Stadium 3 Ditemukan tanda stadium II ditambah kulit berwarna kuning, demikian pula kuku dan tali pusat.

G. Penatalaksanaan Medis Menurut Amirudin, et al. (2014 : 142-143) ketika seorang ibu melahirkan bayi BBLR berikut langkah-langkah penangannya : 1. Mempertahkan suhu dengan ketat Menurut (Maryanti et al., 2012) bayi BBL dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hopitermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfunsi dengan baik, metabolismenya rendah dan

permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi BBLR harus dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Selain itu mempertahankan suhu tubuh bayi BBL dan penangannya jika lahir

di

puskesmas

atau

petugas

kesehatan

adalah

sebagai

berikut (Amirudin & Hasmi, 2014) : a. Keringkan bayi BBLR dengan handuk hanga b.

Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan hangat dan pertahankan tubuhnya tetap hangat

c. Beri lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm dari bayi d. Beri oksigen e. Tali pusat dalam keadaan bersih f.

Mencegah infeksi dengan ketat Bayi BBLR mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, leukosit masih kurang dan pembentukan atibodi belum sempurna (Maryanti et al., 2012 : 172). Maka prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi sangat perlu dilakukan (Amirudin & Hasmi, 2014 : 142).

2. Pengawasan nutrisi (ASI) Reflek menelan bayi BBRL masih belum sempurna dan sangat lemah, sehingga pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cernat. Sebagai langkah awal jika bayi dapat menelan adalah tetesi ASI dan jika bayi BBLR belum bisa menelan segera dirujuk (rujuk ke rumah sakit jika bayi BBLRnya ditangani di puskesmas). Selain itu pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB sehingga tumbuhnya dapat meningkat. Pemberian minum bayi

sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari (Maryanti et al., 2012 : 171). Perhatikan selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru aatu perut membesar atau kembung (Amirudin & Hasmi, 2014 : 143). 3. Pemberian oksigen Ekpansi paru yang buruk merupakan masalah yang serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi

O2 yang

tinggi

dalam

masa

yang

panjang

dapat

menimbulkan kebutaan. Oksigen yang diberikan pada payi prematur tidak boleh lebih dari 40 %, hal ini dapat dicapai dengan memberikan oksigen dengan kecepatan 2 liter permenit (Proverawati & Sulistyorini, 2010). 4. Penimbangan ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat (Amirudin, et al., 2014 : 142143). 5. Medikamentosa Pemberian vitamin K1 Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, at

Peroral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada bayi dengan BBLR adalah sebagai berikut : a.

Jumlah darah lengkap untuk menunjukkan adanya penurunan Hb/Ht yang dihubungkan dengn anemia atau ehilangan darah.

b.

Dekstrosik bertujuan untuk menyatakan hipoglikemi.

c. Analisa gas darah untuk menentukan derajat keparahan distres pernafasan bila ada. d. Elektrolit serum untuk mengkaji adanya hipokalsemia. e. Bilirubin mungkin meningkat pada polisitemia. f.

Urinalisa untuk mengkaji homeostasis.

g. EKG, EEG, USG, dan angiografi untuk mengetahui defek konginetal dan komplikasi.

H. Penatalaksanaan Keperawatan 1. Pengkajian a.

Biodata Berat badan bayi biasanya kurang dari 2500 gram serta umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu (Pantiawati, 2010 : 28-29). Angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia ibu dibawah 20 tahun khususnya pada multigravida dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat, dan pada keluarga dengan ekonomi rendah (Masitoh et al., 2014 : 151).

b.

Keluhan utama Bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Mitayani, 2013 : 175).

c.

Riwayat kesehatan 1) Riwayat penyakit sekarang pada riwayat penyakit sekarang ditemukan umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, rendahnya berat badan pada saat kelahiran, berat biasanya kurang dari 2500 gram, kurus, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada, kepala relative lebih besar dibandingkan badan, 3 cm lebih besar dibandingkan lebar dada, kelainan fisik mungkin terlihat, nilai APGAR pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan yang sedang, dan 7 sampai 10 normal (Pantiawati, 2010 : 29). 2) Riwayat penyakit dahulu Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus sebelumnya mempunyai kemungkinan untuk melahirkan anak berikutnya dengan BBLR (Amirudin & Hasmi, 2014). 3) Riwayat kehamilan dan persalinan Riwayat prenatal Pada umumnya ibu hamil dengan pemeriksaan ANC < 4 kali berisiko bayi lahir dengan BBLR (Amalia, 2011 : 258). 4) Riwayat natal Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, berat biasanya kurang dari 2500 gram, nilai APGAR pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunnjukkan kegawatan yang parah, 4

sampai 6 kegawatan yang

sedang,

dan 7 sampai 10

normal (Pantiawati, 2010 : 29). 5) Riwayat post natal Pada bayi BBLR, biasanya bayi pergerakannya lemah dan kurang, tangisan lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea, reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum sempurna, dan tali pusat berwarna kuning kehijauan (Maryanti, et al., 2012 : 167-168).

d.

Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum Bayi BBLR memiliki berat kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea, dan bayi BBLR mudah mengalami hipotermia (Maryanti et al., 2012 : 174-175). Penilaian keadaan umum bayi berdasarkan nilai APGAR Tabel 2.2 Apgar Skor APGAR 0 1 2 Appearance (Warna Pucat Badan Seluruh kulit) merah, tubuh ekstremitas kemerahabiru merahan Pulse Rate Tidak < 100 >100 (Frekuensi nadi) ada Grimace (Reaksi Tidak Sedikit Batuk atau rangsang) ada gerakan bersin mimik (grimace) Activity Tidak Ekstremitas Gerakan (Tonus otot) ada dalam aktif sedikit fleksi Respiration (Pernafasan) Tidak Lemah atau Baik atau ada tidak teratur menangis

Sumber : (Sondakh, 2013 : 158) Keterangan

:

Nilai 7-10 : Kondisi baik Nilai 4-6 : Depresi pernafasan sedang Nilai 0-3 : Depresi pernafasan berat 2) Pemeriksaan fisik (Head to Toe)

I.

Pemeriksaan Penunjang 1. Jumlah sel darah putih 18.000/mm3, neutrofil meningkat sampai 23.00024.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis). 2.

Hematokrit (Ht) 43% - 61% (peningkatan lebih dari 65% atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal atau perinatal.

3. Hemoglobin (Hb) 15 – 20 g/dl 4. Bilirubin total 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari. 5. Destrosix tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. 6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) biasanya dalam batas normal pada awalnya. (Maryanti et al., 2012).

J. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1. Ketidakefektifan termoregulasi b.d fluktuasi suhu ruangan 2. Ketidakefektifan pola nafas b.d belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru

3. Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

b.d

ketidakmampuan mencerna makanan 4.

Diskontinuitas pemberian ASI b.d reflek menelan dan menghisap lemah, dan prematuritas.

5.

Risiko infeksi dengan faktor risiko imunosupresi

6.

Ikterus neonatus b.d bilirubin tak terkonjugasi dalam sirkulasi

K. Intervensi Keperawatan Diagnosa No NOC Keperawatan  Immune Status 1. Ketidakefektifan termoregulasi b.d Setelah dilakukan fluktuasi suhu suhan keperawatan ruangan selama 3 x 8 jam diharapkan termoregulasi stabil dengan kriteria hasil 1. Suhu tubuh normal 36,6-37,5 2. Tidak terjadi kejang 3. Keseimbangan antara produksi panas, panas yang diterima dan kehilangan panas

2.

 Respiratory status: Ketidakefektifan Airway patency pola nafas b.d belum Setelah dilakukan sempurnanya asuhan keperawatan pembentukan selama 3 x 8 jam

NIC  Temperatur regulation 1. Monitor suhu tubuh 2. Selimuti pasien untuk mencegah kehilangan kehangatan tubuh 3. Monitor warna dan suhu kulit 4. Ajarkan pada keluarga untuk mencegah keletihan akibat panas 5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik jika suhu tubuh melebihi batas normal  Airway management 1. Monitor tandatanda vital 2. Auskultasi

membran hialin surfaktan paru

diharapkan pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil: 1. Menunjukan jalan nafas paten 2. Tidak terdapat suara nafas abnormal 3. Tidak ada sianosis dan dyspneu 4. Mampu bernafas dengan mudah

3.

Status: Ketidakseimbangan  Nutritional food and fluid intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan b.d asuhan keperawatan ketidakmampuan selama 3 x 8 jam mencerna makanan diharapkan kebutuhan nutrisi tercukupi dengan kriteria hasil: 1. Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan 2. Nafsu makan meningkat 3. Tidak terjadi mual dan muntah 4. Tidak ada tandatanda dehidrasi 5. Tanda vital dalam rentang normal BP : 110-140/6070mmhg RR : 12-20x/menit F : 60-90 x/m T : 36,5-37,5oC

4.

 Breasfeding Diskontinuitas ineffective pemberian ASI b.d reflek menelan dan Setelah dilakukan menghisap lemah, asuhan keperawatan dan prematuritas. selama 3 x 8 jam

suara nafas 3. Monitor status pernafasan dan status oksigen 4. Beri oksigen jika perlu 5. Ajarkan pada keluarga untuk memberi posisi semi fowler agar memaksimalkan ventilasi 6. Kolaborasi dengan dokter  Nutritional management 1. Monitor tandatanda vital 2. Kaji adanya alergi makanan 3. Monitor status dehidrasi 4. Anjurkan makan sedikit tapi sering 5. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya seperti ahli gizi

 Bottle Feeding 1. Monitor tandatanda vital 2. Posisikan bayi semi fowler

5.

diharapkan pemberian ASI terpenuhi dengan kriteria hasil: 1. Menyusu secara mandiri 2. Ibu mampu mengumpulkan dan menyimpan asi secara aman 3. Tetap mempertahankan laktasi 4. Tanda vital dalam rentang normal BP : 110-140/6070mmhg RR : 12-20x/menit F : 60-90 x/m T : 36,5-37,5oC

3. Monitor refleks menelan sebelum memberikan susu 4. Ajarkan orang tua mempersiapka n, menyimpan, menghangatka n dan pemberian susu formula

Risiko infeksi  Immune status Knowledge : infection dengan faktor risiko control imunosupresi Setelah dilakukan perawatan selama 3x8 jam jam diharapkan resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil 1. Klien bebas dari tanda dan gejalan infeksi 2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 3. Menunjukan perilaku hidup sehat 4. Jumlah leukosit dalam batas normal

 Infection control 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 2. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan 3. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien 4. Tingkatkan intake nutrisi yang adekuat 5. Kolaborasi dengan dokter

6.

Ikterus neonatus b.d  Liver function, risk of impaired bilirubin tak terkonjugasi dalam Setelah dilakukan sirkulasi asuhan keperawatan selama 3 x 8 jam diharapkan ikterus teratasi dengan kriteria hasil 1. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam rentang normal 2. Tidak ada respon alergi sistemik 3. Status respirasi adekuat

 Phototherapy> Neonate 1. Monitor tandatanda vital 2. Monitor tandatanda ikterus 3. Libatkan keluarga untuk berpartisipasi dalam terapi cahaya 4. Kaji tanda tanda adanya dehidrasi 5. Kolaborasi dengan dokter

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, L. (2011). Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah BBLR di RSU Dr MM Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo. Jurnal Sainstek, 6(3), 249– 260. Retrieved from http://repository.ung.ac.id/get/simlit_res/1/399/FaktorRisiko-KejadianBayi-Berat-Lahir-Rendah-BBLR-di-RSU-Dr-MM-DundaLimboto-Kabupaten-Gorontalo-Risk-factors-in-the-Incidence-of-Low-BirthWeight-Birth-at-Dr-MM-Dunda-Limboto-Gorontalo-Regency.pdf. Amirudin, R., & Hasmi. (2014). Determinan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: TIM. Cunningham FG, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Rouse D, S. C. (2010). Obstetri Williams (Edisi ke 2). Jakarta: EGC Deslidel, Hasan, Z., Hevrialni, R., & Sartika, Y. (2011). Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC. Mahayana, S. A. S., Chundrayetti, E., & Yulistini. (2015). Artikel Penelitian Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Berat. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3) Maryanti, D., Sujianti, & Budiarti, T. (2012). Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: Trans Info Media. Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Proverawati, A., & Sulistyorini, C. I. (2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika

Related Documents

Bblr
October 2019 34
Bblr
June 2020 27
Bblr
May 2020 24
Bblr Lp.docx
June 2020 28
Bblr Poa.docx
May 2020 19
Ppt Bblr
October 2019 44

More Documents from "novia anggraeni"