Pengantar Perbandingan Madzhab Batasan Aurat Wanita Di Hadapan Laki-laki yang Bukan Muhrim
Disusun Sebagai Tugas pada Mata Kuliah Pengantar Perbandingan Madzhab dengan dosen Prof. Dr. Huzaemah Tahido Yanggo pada Jurusan Muamalah Perbankan Syariah
Oleh: Rizqi Armis Maulana Saumi Rizqiyanto
F AKULTAS S YARIAH DAN H UKUM U NIVERSITAS I SLAM N EGERI S YARIF H IDAYATULLAH J AKARTA 2 007
PENDAHULUAN Di dalam al-Qur‟an Terdapat tiga ayat yang mengandungi perkataan aurat: a. Surat al-Nur ayat : 31 b. Surat al-Nur ayat : 58 c. Surat al-Ahzab ayat : 13 Tapi yang menerangkan secara eksplisit hanyalah surat al-Nur ayat 31 yang berbunyi
31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanitawanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
-1-
PEMBAHASAN
Dalam makalah ini, kami membagi permasalahan aurat menjadi 3 bagian 1. SELURUH TUBUH WANITA ADALAH AURAT Para ulama yang mengatakan bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat dan karenanya muka serta kedua telapak tangan juga wajib ditutup, di antaranya beralasan: Firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 53 yang artinya, "Dan apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri- istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka" (QS. Al-Ahzab: 53). Ayat ini turun ketika Rasulullah saw menikahi Zainab bint Jahsy. Rasulullah saw lalu mengadakan walimah dan mengundang para sahabat untuk menghadirinya. Setelah hamper seluruh sahabat pulang, ada beberapa orang yang tetap saja diam tidak segera pulang. Padahal Rasulullah saw saat itu, sudah lelah dan sudah berharap agar para sahabat segera meninggalkannya. Rasulullah saw saat itu ditemani oleh Zainab terus keluar masuk dengan maksud agar para sahabat memahami dan segera pulang. Tidak lama kemudian, turunlah ayat ini yang memerintahkan agar Rasulullah saw memberikan tabir (hijab, penghalang) antara para sahabat dengan isterinya itu dengan maksud agar para sahabat tidak dapat melihat isterinya, Zainab bint Jahsy. Oleh mereka yang berpendapat bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuhnya berpendapat bahwa ayat ini merupakan dalil bahwa wanita harus menutup seluruh tubuhnya termasuk muka dan kedua telapak tangannya. Buktinya, dalam ayat di atas, Zainab binti Jahsy pun disuruh untuk melakukan hal itu; membatasinya dengan memakai hijab, penghalang. Kalau seandainya muka dan kedua telapak tangan boleh dibuka dan tidak ditutup, tentu Allah tidak akan memerintahkan Rasulullah saw untuk memasang hijab. 2. KAKI DAN KEPALA TIDAK AURAT Sedangkan alasan kelompok kedua yang mengatakan bahwa aurat wanita seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan, oleh karenanya, menutup muka dan telapak tangan bukanlah sebuah kewajiban akan tetapi sunnah saja, sebagaimana Firman Allah : QS. An-Nur: 31.
-2-
Artinya: "Kecuali yang (biasa) nampak dari padanya." (QS. An-Nur: 31). Menurut kelompok ini, bahwa dalam ayat di atas Allah mewajibkan wanita untuk menutup seluruh tubuhnya karena aurat, hanya saja, Allah mengecualikan dua hal yang biasa nampak. Dan dua hal yang biasa nampak yang dikecualikan dalam ayat di atas, menurut kelompok ini, adalah muka dan telapak tangan. Hal ini didasarkan kepada hadits-hadits berikut ini: Artinya: "Dari Ibnu Abbas, menceritakan kisah ceramah Rasulullah saw untuk para wanita pada hari raya, kemudian beliau menyuruh mereka para wanita untuk sedekah. Ibnu Abbas berkata: "Rasulullah saw lalu memerintahkan mereka kaum wanita untuk bersedekah, dan saya melihat tangan-tangan mereka melemparkan cincin gelang pada baju Bilal yang dihamparkan." (HR. Bukhari).
Beberapa ulama menyatakan, perempuan diharuskan menutup telapak kakinya ketika shalat, seperti yang sering dipraktekkan umat Islam Indonesia. Tetapi, bagi ulama mazhab Hanafi, seperti dituturkan az-Zaila'i, hadis ini dianggap lemah, termasuk oleh Ibn al-Jawzi dan Ibn Hatim (Nashb ar-Rayah, juz II, h. 300). Karenanya, ulama Hanafi memperkenankan telapak kaki perempuan untuk terbuka, di dalam dan di luar sembahyang. 3. PENDAPAT PARA FUQOHA TENTANG AURAT WANITA a. Madzhab Hanafi Dalam kitab almansukh karangan as-syarkasyi dikatakan “dan kepala wanita itu aurat” dan disebutkan pula disana “wanita yang berikhram tidak boleh menutup wajahnya” oleh karenanya wanita hanya memakai pakaian berjahit yang menutup kepala namun tidak menutup wajahnya. Dan disebutkan pula dalam Kitab Fathul Qadir karangan kamal bin humam dikatakan bahwa perbedaan antara laki-laki pada kepalanya sehingga harus membukanya. Dan ihram wanita pada wajahnya hingga ia harus membukanya. Dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa imam madzhab hanafi berpendapat bahwasannya aurat wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangan b. Madzhab Maliki
-3-
Termuat dalam Almuwattha, suatu ketika imam malik ditanya, “bolehkah wanita makan bersama pria yang bukan mahromnya atau pembantu laki-laki?” lalu imam malik menjawab, “tidak apa-apa kalau hal itu dilakukan dengan cara yang dikenal wanita untuk makan bersama laki-laki. Beliau berkata dan kadang wanita makan bersama suaminya dan orang lain teman suaminya Menurut abul qasim “perkataan ini membolehkan wanita menampakkan wajah dan kedua telapak tangannya kepada lelaki asing, sebab tidak tergambarkan keadaan makan kecuali dengan menampakkan wajah dan tangan. Disebutkan dalam kitab almudhawanatul kubro imam malik berkata “jika wanita melakukan shalat sedangkan rambutnya tampak atau dadanya tampak, atau punggung kakinya tampak maka hendaklah ia mengulang selama masih dalam waktunya”. Pernyataan imam malik yang tidak menyebutkan wajah termasuk anggota tubuh menunjukkan bolehnya menampakkan wajah. c. Madzhab Syafii Disebutkan dalam kitab Al Umm, “dan tidak boleh pria dan wanita melakukan shalat kecuali dengan menutup aurat. Aurat laki-laki ialah apa yang ada dalam pusar hingga lutut dan wanita harus menutup seluruh tubuhnya ketika shalat selain kedua telapak tangan dan wajahnya. Disebutkan pula dalam kitab AlMuhadzadzab karangan Asy_Syairozi “adapun wanita merdeka maka seluruh tubuhnya adalah aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangan, mengingat firman Allah yang menyatakan:
31.
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Ibnu Abbas berkata maksud daripada kata disamping, yang dimaksud dengan “yang nampak darinya” adalah wajah dan kedua telapak tangan. Karena itu nabi melarang wanita yang berihram memakai cadar dan kaus tangan. Dan keran kebutuhan, mndorong -4-
untuk menampakkan wajah dalam jual beli, dan telapak tangan untuk mengambil dan memberi, maka yang demikian itu tidak dijadikan aurat Dan pada tempat lain disebutkan, “jika seorang hendak menikahi seorang wanita maka bolehlah ia melihat wajah dan telapak tangannya. Dan tidak boleh melihat selain keduanya, karena kedua hal itu aurat. d. Madzhab Hanbali Disebutkan dalam Almukhtasor karangan AlKhiraqi mengatakan “maka jika ada sesuatu selain wajah yang terbuka dari wanita maka ia harus mengulang shalatnya” Disebutkan pula dalam ktab AlHidayah karangan AlKhaludzani “aurat wanita merdeka adalah seluruh badannya kecuali wajahnya, sedangkan mengenai kedua telapak tangan ada dua riwayat. Dalam kitab Alifshah „an ma‟anishshashihah karanganibnu Hubirah “dan ahmad berkata dalam salah satu dari dua riwayatnya, “semuanya adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangannya”. Dalam riwayat lain disebutkan “semuanya adalah aurat kecuali wajahnya saja”. Dan itulah yang masyhur dan pendapat inilah yang dipilih oleh alKhiraqi. Dan tidak ada perselisihan diantara para ahli ilmu fiqih tentang bolehny melihat wajah, yang demikian karena wajah bukan aurat dan merupakan pusat keindahan dan termpat pandangan, ibnu Qudamah mengemukakan hadits “sesungguhnya wanita itu jika sudah dewasa, tidak boleh dilihat darinya kecual ini dan ini(nabi Muhammad SAW berisyarat ke wajah dan kedua telapak tangan”. Kemudian imam Ahmad bin hambal akhirnya berhujjah kepada ini.
-5-
KESIMPULAN
Dari makalah yang telah dipaparkan diatas bahwasannya seluruh imam mazhab sepakat bahwa seluruh tubuh wanita aurat kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Adanya batasan-batasan tidak berarti mengekang gerak ekspresi wanita hanya saja merupakan sebuah pemulian bagi fitrah wanita itu sendiri.
-6-
DAFTAR PUSTAKA
Afif, Abdul Wahab. Pokok-pokok pengantar studi perbandingan Madzhab. Assidiqi, TM Hasybi, Pokok-pokok pegangan Imam Madzhab. Shihab, M Quraish, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah. 2004. Jakarta; Lentera Hati Yanggo, Huzaemah Tahido, Pengantar Perbandingan Madzhab. 2003. Jakarta; Logos www.google.com/batas-aurat-wanita/http://www.islamonline.com
-7-