Bambang Sihwahyudi Npm: 17350015

  • Uploaded by: Anonymous EQVxwWa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bambang Sihwahyudi Npm: 17350015 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,837
  • Pages: 49
PENERAPAN TERAPI FISIOTERAPI DADA PADA MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RUANG PARU RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO

Bambang Sihwahyudi NPM: 17350015

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

• Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), yang juga dikenali sebagai Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan ireversibel, terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-duanya. Merokok merupakan penyebab utama dari PPOK, baik itu merokok secara aktif ataupun perokok pasif . Dengan semakin tingginya angka harapan hidup manusia maka PPOK menjadi salah satu penyebab gangguan pernafasan yang semakin sering dijumpai di masa mendatang baik di negara maju maupun dinegara berkembang. Jumlah penderita PPOK di Amerika Serikat diperkirakan kira-kira 14 juta orang (WHO, 2016).

Lanjutan

• Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta (5,6%) penderita PPOK. Pada penelitian yang dilakukan oleh Khairunissa tahun 2010 jumlah penderita di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009 sebanyak 54 orang. Kejadian ini akan terus meningkat yang salah satunya disebabkan oleh banyaknya jumlah perokok karena 90% penderita PPOK disebabkan oleh current smoker atau ekssmoker (GOLD, 2013). • Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakaitan (35%), diikuti asma bronkial bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%) (KemenKes, 2011).

• Menurut data catatan rekaman medik RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro pada bulan juni 2018 diketahui bahwa terdapat 10 besar penyakit yang ada di Ruang Penyakit Paru RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro yaitu PPOK dengan jumlah terbanyak 27 orang. TB paru dengan jumlah pasien 19 orang, Efusi pleura dengan jumlah pasien 10 orang, tumor paru dengan jumlah pasien 10 orang, pneumonia dengan jumlah pasien 5 orang, Asma dengan jumlah pasien 5 orang, Ca paru dengan jumlah pasien 4 orang, SOPT dengan jumlah 4 orang, Bronkhitis dengan jumlah pasien 2 orang dan Destroyed lung dengan jumlah pasien 2. Dari data tersebut PPOK menempati urutan ke 1 dari 10 peringkat.(Medical Record RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro Januari s/d juni tahun 2018).

Rumusan masalah

• Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah penelitian ’’apakah ada pengaruh fisioterapi dada terhadap masalah bersihan jalan napas pada pasien PPOK” • Tujuan umum Mengetahui pengaruh fisioterapi dada terhadap masalah bersihan jalan napas pada pasien PPOK di Ruang Penyakit Paru RSUD Ahmad Yani Kota Metro.

• Tujuan khusus a. Karakteristik pasien PPOK di Ruang Penyakit Paru RSUD Ahmad Yani Kota Metro. b.Mengidentifikasi pasien PPOK sebelum dilakukan penerapan fisioterapi dada di Ruang Penyakit Paru RSUD Ahmad Yani Kota Metro. c. Mengidentifikasi pasien PPOK setelah dilakukan penerapan fisioterapi dada di Ruang Penyakit Paru RSUD Ahmad Yani Kota Metro. d. Menganalisis perbedaan kedua pasien PPOK yang diberikan penerapan fisioterapi dada di Ruang Penyakit Paru RSUD Ahmad Yani Kota Metro.

• Manfaat penelitian 1. Secara Praktis • Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan fisioterapi dada sehingga mengurangi keluhan pasien mengakibatkan hari rawat inap pasien PPOK menjadi lebih singkat dan kualitas hidup pasien meningkat. 2. Secara Teoritis • Tersusun protap tentang tindakan fisoterapi dada pada pasien PPOK. • Sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan penelitian tentang fisioterapi dada.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

• Pengertian PPOK Hasil penelitian Black tahun 1993 oleh Muttaqin (2012) PPOK adalah sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar paru. Gangguan yang penting adalah bronkitis obstruktif emfisema, dan asma bronkial. • PPOK adalah penyakit dicirikan oleh keterbatasan aliran udara yang tidak dapat pulih sepenuhnya. (brunner & suddarth, 2015). • PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. (somantri, 2009).

Etiologi • Menurut Brunner & Suddarth (2015) penyebab PPOK adalah : • Merokok sigaret • Polusi udara • Pajanan di tempat kerja (batu bara, katun, bijibijian padi) • Merupakan faktor risiko penting yang menyebabkan terjadinya PPOK, yang dapat terjadi dalam rentang waktu 20 sampai 30 tahun.

Patofisiologi Keperawatan PPOK

Tanda dan gejala • Tanda dan gejala PPOK menurut Brunner dan Suddarth (2015) sebagai berikut : • Batuk kronis • Produksi sputum • Dispnea saat mengerahkan tenaga kerap memburuk seiring dengan waktu • Penurunan berat badan sering terjadi • Gejala yang spesifik dengan penyakit. 5. Komplikasi • Komplikasi PPOK menurut Somantri (2009) yaitu: • Hipoksemia • Asidosis Respiratori • Infeksi Respiratori • Gagal Jantung • Kardiak Distritmia • Status Asmatikus

Penatalaksanaan • Penatalaksanaan PPOK menurut Muttaqin (2012) yaitu: Pengobatan farmakologi. • Anti inflamasi (kortikosteroid, natrium kromolin dll) • Bronkodilator • Antihistamin • Steroid • Antibiotik • Ekspektoran • Oksigen digunakan 3L/menit dengan nasal kanul • Higiene paru • Latihan • Menghindari bahan iritan • Diet • Fisio terapi dada

Konsep Teori Fisioterapi Dada

• Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi, vibrasi, dan postural drainase. Perkusi disebut juga clapping adalah Tindakan mengetuk permukaan tubuh yaitu daerah torak dengan jari untuk menghasilkan geteran yang menjalar melalui jaringan tubuh. Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan datar pada dinding dada klien. Postural drainase merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. (Ratna hidayati, 2014).

Tujuan fisioterapi dada Menurut Muttaqin (2008), Tujuan fisioterapi dada adalah membuang sekresi bronkhial, memperbaiki ventilasi dan meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan. Dan tujuan dalam fokus proses keperawatan sebagai berikut : • Memfasilitasi pembersihan jalan napas dari sekresi yang tidak dapat dilakukan dengan batuk efektif. • Meningkatkan pertukaran udara yang adekuat. • Mengurangi pernapasan dangkal. • Membantu batuk lebih efektif. • Menurunkan frekuensi pernapasan dan meningkatkan ventilasi dan pertukaran udara. • Meminimalisasi risiko komplikasi

Penelitian tentang terapi fisioterapi dada

• Efektifas Batuk Efektif dan fisioterapi dada pagi dan siang hari terhadap peneluaran sputum pasien asma bronkial di rimah sakit dr.Wirawan oleh Wahyu nurhasanah, Sri Puguh Kristiawati dan Supriyadi Pengaruh pemberian fisioterapi dada terhadap kebersihan jalan nafas pada pasien ISPA di desa Pucung Eromoko Wonogiri oleh Dinar Asriati,Sri Aminingsih dan Endrawati. • Pengaruh pemberian teknik clapping dan batk efektif terhadap bersihan jalan nafas pada pasien PPOK di kota Yogyakarta olehKristinawati Andayanni dan Supriyadi. • Pengaruh terapi Clapping dan postural drainase terhadap pengeluaran sputum pada pasien PPOK di ruang Mawar RSUD DR.Koesma Tuban oleh Suhartono

BAB III KASUS • • • • • • •

PENGKAJIAN PASIEN I IDENTITAS PASIEN Tanggal Masuk RS : 12-7-2018 No MR : 295476 Nama : Tn. SL Umur : 59 tahun Jenis kelamin : Laki-laki

• Riwayat penyakit saat ini • Pasien mengatakan mengalami sesak napas sejak 2 hari yang lalu sputum berwarna kuning, batuk produktif dan pasien sulit mengeluarkan dahak.

• PEMERIKSAAN FISIK – Keadaan umum: Baik – Kesadaran : Composmentis – GCS : E 4 M 6 V 5 – Tanda Vital : TD 120 / 80 mmhg

• • • •

Nadi : 100x/ menit Suhu : 37 C RR : 28 x/ menit Sp O2: 96 %

• Pasien nafas teratur sesak (+), bunyi nafas Wheezing Kanan (+) Kiri (+) Batuk (+) Sputum (+) Warna Putih dan susah keluar,pergerakan dada simetris klien menggunakan oksigen nasal kanule 3 lt/ menit

• Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan • DL tanggal 11 juli 2018: Leukosit 10.30 ul,HB 16,5 g/dl,GDS 93 mg/dl • Spirometri hasil Obstruktive Abnormality Very Severe • Therapi. Infus RL 20 tpm/menit, Cipuroxim 2x7500mg, Ranitidin 2x1 ap iv,Metylprednisolon 3x6,25 mg,terasma 2x ½ tab , Oksigen 3 liter / menit

• Analisa Data

DIAGNOSA 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif bd adanya mukus 2. Ketidakefektifan pola nafas bd hiperventilasi 3. Ansietas b.d perubahan besar (mis. Status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, fungsi peran, status peran).

• Intervensi Pasien I

• Implementasi

PENGKAJIAN PASIEN I IDENTITAS PASIEN • Tanggal Masuk RS : 11-7-2018 • No MR : 320370 • Nama : Tn. S • Umur : 53 tahun • Jenis kelamin : Laki-laki • Riwayat penyakit saat ini Pasien mengatakan mengalami sesak napas dan nyeri dada skala 6 dari rentang 1-10 dirasakan sejak seminggu yang lalu sputum berwarna kuning, batuk produktif dan pasien sulit mengeluarkan dahak.

• PEMERIKSAAN FISIK – Keadaan umum: Baik – Kesadaran : Composmentis – GCS : E 4 M 6 V 5 – Tanda Vital : TD 125/80 mmhg

• • • •

Nadi : 100 x/menit Suhu : 37 C RR : 26 Sp O2: 95

• Pasien nafas teratur sesak (+), bunyi nafas Wheezing Kanan (+) Kiri (+) Batuk (+) Sputum (+) Warna Putih dan susah keluar,pergerakan dada simetris klin menggunakan oksigen nasal kanule 3 lt/ menit.

• Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan • DL: Leukosit 12.000/ ul, • Spirometri hasil Obstruktive Abnormality : Very Severe • Hasil foto thorax: terdapat infiltrat paru dekstra

• Analisa data pasien 2

DIAGNOSA 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif bd adanya mukus 2. Ketidakefektifan pola nafas bd hiperventilasi 3. Nyeri akut b.d agen cedera biologis

• Intervensi

• Implementasi

• Implementasi

BAB IV PEMBAHASAN

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan pernafasan

Berdasarkan pengkajian Bersihan Jalan Napas tidak efektif hari per tama pada pasien PPOK setelah intervensi menunjukkan pada klien pertama dan ke dua tampak belum bisa mengeluarkan sputum/secret dan sesak napas. Setelah hari ke tiga tindakan ke dua pasien menunjukkan suara napas vesikuler, menunjukkan bisa mengeluarkan sputum/secret dengan mudah. Fisioterapi dada adalah salah satu dari fisioterapi yang sangat berguna bagi penyakit respirasi untuk mengeluarkan secret. (Sigalingging, 2013).

• Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Nurhasanah dkk (2015) terkait Efektifas Batuk Efektif dan fisioterapi dada pagi dan siang hari terhadappeneluaran sputum pasien asma bronkial di rimah sakit dr.Wirawan • Penelitian yang lain dilakukan oleh Suhartono (2014) terkait Pengaruh terapi Clapping dan postural drainase terhadap pengeluaran sptutum pada pasien PPOK di ruang Mawar RSUD DR. Koesma Tuban menyimpulkan terdapat pengaruh terapi clapping dan postural drainase terhadap pengeluaran sputum.

BAB IV PENUTUP Kesimpulan • Berdasarkan karakteristik pada pasien PPOK dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif menunjukkan bahwa lingkungan, pekerjaan dan pola hidup sehari-hari yang tidak sehat seperti merokok adalah salah satu penyebab terjadinya PPOK. • Berdasarkan frekuensi pernapasan sebelum intervensi kedua klien menunjukkan suara ronchi, RR > 20/menit, sulit mengeluarkan sputum. • Hasil pengkajian dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada hari ketiga setelah penerapan fisioterapi dada menunjukkan perubahan, hal ini dibuktikan pada klien pertama suara napas vesikuler, RR 20x/menit, suara pada ronchi paru kanan dan kiri tidak terdengar dan klien tidak sulit untuk mengeluarkan sputum. Klien kedua suara napas vesikuler, RR 18x/menit, suara pada paru kanan dan kanan tidak terdengar dan klien sudah mampu mengeluarkan sputum dengan mudah.

Saran Mengingat hasil Penulisan ini sangat bermakna terhadap manfaat fisioterapi dada pada pasien PPOK : • Instansi Rumah Sakit Diharapkan instansi rumah sakit dapat menjadikan hasil Penulisan ini sebagai alternatif maupun dasar pertimbangan untuk menerapkan fisioterapi dada pada pasien PPOK • Perawat Diharapkan dapat meningkatkan komunikasi terapeutik pada pasien sehingga pasien menjadi lebih nyaman dan dihargai selama proses penerapan fisioterapi dada. • Institusi pendidikan Diharapkan institusi pendidikan dapat memberikan arahan atau pembelajaran pada peserta didik tentang pentingnya fisioterapi dada dalam mengurangi sesak napas dan mengeluarkan seputum pada pasien PPOK.

VID-20180718-WA0003.mp4

VID-20180718-WA0004.mp4

TERIMAKASIH....

Related Documents


More Documents from ""

Bab I Kompre.docx
April 2020 11
00.cover (1).docx
June 2020 19
Jan 2014.xls
October 2019 14