Kamis, 27 Desember 2012
Kunjungan ke PDAM Klaten Rabu, 19 Desember kemarin kami sekelas dari anak Hygiene mendapatkan tugas untuk berkunjung ke PDAM Klaten. Kunjungan ke tiga yang menarik setelah sebelumnya ke Kota Banjarnegarane nyong tercinta, kemudian lanjut ke Kota Kebumen. Tempat tujuan kali ini lebih dekat tentunya, diukur*?* dari kampusku di daerah Godean, Sleman, Yogyakarta. Sekitar satu jam, kami sudah sampai di daerah Jogonalan, dan kemudian disapa patung gede yang menggambarkan seorang ibu yang sedang menenun kain. Dan kayaknya nih, patung itu baru dibangun, soalnya kelihatan dari cagaknya yang masih nyangkut di sana-sini di sekitar patungnya. Lokasi awalnya kita menuju ke tempat pengolahan yang berada tepat di sebelah belakang kantor PDAM Klaten punya. Dan bangunan ini berwarna biru pula, sama persis dengan IPA Pejagoan dan di Waduk Sempor kemarin. Benar-benar deh, seragam birunya JKL(Jurusan Kesehatan Lingkungan) memang tidak dibuat dengan tanpa alasan. Dan tentu alasannya bukan hanya sebagai penolak lalat, haha..
ini seragam JKL^b!
. Note : bagi yang belum tahu, Dosen Dasar Teknik di kampusku pernah bilang kalau warna biru itu warna yang paling dijauhi lalat. Kata beliau, warna tersebut membuat gejala pening, muntahmuntah, nafsu makan turun, perut mules, dan bikin semangat hidup menurun... But, it’s really a joke, kawan:D
Lanjut... Di sana kami disuguhi pemandangan yang masih hijau dan disambut oleh dua burung yang terkurung di sangkarnya dengan warna kuning mencolok! Bikin aku gemes pengin meluk yerung ini deh*yerung= yellow terkurung, panggilanku untuk burung itu
Ah ya, ada satu bangunan yang menarik perhatianku. Dengan ketinggian yang berkisar 10 meter, dan design runcing di setiap sudut siku gentengnya bikin aku berimajinasi tentang sebuah istana yang dibangun di jaman kekaisaran terdahulu. Apalagi kalau diberi cat merah ke-orangean dan digambar naga yang lagi nyemburin api, trus banyak biksu coretgundulcoret yang memegang beberapa lidi-maaf, tidak tahu namanya-yang sedang berdoa, ohya, juga ada patung yang berjejer sebagai sesembahan atau Dewanya mereka, dan bla bla bla... Wuah, benar-benar bukan bangunan PDAM lagi nantinya. Kekeke~
bak pengolahannya dilihat dari bawah
Sehabis menunggu banyak detik, menit dan sedikit jam, akhirnya anak cowok datang juga. Loh emangnya kalian nggak bareng? / Nggak, kami yang cewek pake bis poltekkes punya dan mereka yang tersisa alias cowoknya pake ELF.../ Bareng dong, harusnya? / Nggak, mereka nunggu yang belum dateng sih, jadi kita berangkat duluan.../ Oh, gitu?! / Iya, gitu...
Dan narasumber kami, Bpk. Yusuf, juga sudah siap dengan handing micnya untuk memberikan materi di redupnya matahari kali itu. Well, to the point aja, PDAM Klaten berdiri di bawah Direktur Teknik di bagian Produksi Perencanaan Produksi mengenai Kualitas air yang akan didistribusikan. Terdapat banyak unit di PDAM Klaten ini di antaranya, daerah Prambanan, Karang Anom, Karang Nangka, Kemalang, Ceper, Wedi, dll. Setiap Unit memiliki sumber air baku yang biasanya berbedea tergantung lokasi dari unitnya sendiri. Seperti pada Prambanan yang menggunakan sumur dalam, Lalu Karang Anom yang berasal dari air mata, eh mata air Bongkok dan Jalatunda, Ada lagi Wedi yang sumbernya dari mata air pendang. Di PDAM yang utama ini, terdapat bangunan yang disebut rumah jaga, rumah jenset, dan bak penampungan air, serta rumah pompa. Hal yang selayaknya diperhatikan selain mata air yang bagus adalah kepuasan dalam pelayanan yang diberikan untuk pelanggan. Berbeda dengan PDAM di Kebumen, salah metode pengolahan yang diterapkan di sini tidak memakai bak koagulasi karena anggapan petugasnya bahwa pemberian koagulan akan cukup memberikan efek. Unit proses yang dilakukan di PDAM Klaten sini berawal dari sumur dengan kedalaman 100 meter yang dipompa ke atas dengan kapasitas pipa 15 ltr/detik kemudian melewati aerasi dan masuk ke bak rogenfilter, dan masuk lagi ke dalam bak filtrasi yang akhirnya tertampung di reservoar sebelum akhirnya didistribusikan ke pelanggan. Ahya, sebelum diaerasi, air tersebut juga diberi gas chlor dulu untuk mengurangi pertumbuhan lumut di sekitar bak. Dan saat di aerasi diberi bola-bola kecil untuk mengendapkan partikelpartikel yang terlarut dalam air.. Ada yang keren loh di lantai dua*emangnya hotel?* di dekatnya bak filtrasi. Adalah zeolit yang berwarna kecoklatan yang bertabrakan dengan sejuta butir air mirip air hujan yang jatuh ke bawah. Lihat ini... Jadi inget, di sini aku hampir saja terpeleset kalau saja tidak menyeimbangkan diri, dan kalau itu terjadi, nyong nggak mungkin banget bisa posting kunjungan sampai sepanjang ini akibat tenggelam ke dalam sumur yang mempunyai ketinggian 5-6 meter. Hiiii... Ada beberapa kendala yang sempat diceritakan sama beliau, seperti :
Sedikitnya tenaga kerja yang berada di tempat pengolahan ini sehingga 1 petugas bisa mengkoordinir banya pekerjaan,
Adanya komplain dari masyarakat sekitar mengenai kualitas air akibat kebocoran pada pipa,
Cara kerja pengolahan yang tidak dirancang secara otomatis, jadi segalanya masih bersifat manual,
Sering terjadi pemadaman listrik,
Debit air yang kurang memadai akibat jarak dengan sumber yang jauh,
Kandungan Fe dan Mnnya tidak terurai secara sempurna sehingga seringkali air masih berwarna keruh.
Yep, mungkin segitu saja perjalananne nyong di Klaten. Sebenarnya kami jalan lagi ke Menara di sana, tapi nanti sajalah nyong bercerita, toh masih banyak waktu ini...