Bab.i, Pendahuluan Rokok.docx

  • Uploaded by: Niluh Sarindra
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab.i, Pendahuluan Rokok.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,671
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dewasa ini rokok semakin gencar meluas di berbagai tempat. Banyak negara– negara industri yang menilai bahwa merokok telah menjadi perilaku yang secara sosial dianggap kurang biasa untuk diterima. Hal ini adalah hasil penyuluhan yang intensif, bukan saja dilaksanakan oleh pemerintah, melainkan oleh pihak lembaga swadaya masyarakat dan juga pihak perusahaan – perusahaan. Di negara berkembang, penyuluhan tentang bahaya merokok belum dilaksanakan secara intensif. Hal ini selain karena industri rokok merupakan sumber pemasukan bagi negara dan sumber kesempatan kerja, juga karena di sebagian besar negara-negara sedang berkembang, dana untuk ini walaupun ada, sangat kecil dibandingkan dengan dana yang dipergunakan oleh perusahaan – perusahaan rokok untuk memasarkan rokok. Industri rokok melaksanakan secara agresif dan dengan mengaitkan merokok dengan gaya hidup modern, masyarakat terutama remaja yang paling sangat terpengaruh. Data survei sosial ekononi nasional (Susenas), survei kesehatan rumah tangga (SKRT) dan riset kesehatan dasar (Riskesdas) menunjukkan terjadinya peningkatan prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas yaitu 27 persen (Susenas 1995), 31,5 persen (SKRT 2OO1), 34,4 persen (Susenas 2OO4), 34,7 persen (Riskesdas 2OO7), dan 36,3 persen (Riskesdas,2O13). Data global youth tobacco survey 2O14 (GYTS 2O14) menyebutkan 2O,3 persen anak sekolah merokok (laki-laki 36 persen, perempuan 4.3 persen), 57,3 persen anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar asap rokok dalam rumah dan 6O persen terpapar di tempat umum atau enam dari setiap 1O anak sekolah anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar asap rokok di dalam rumah dan di tempattempat umum. Data GATS 2O15 juga menunjukkan prevelensi perokok di Indonesia sebesar 34,8 persen dan sebanyak 67 persen laki-laki di Indonesia adalah perokok (angka terbesar di dunia). 1

Demikian disampaikan Menteri Kesehatan Prof.Dr.dr.Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) pada acara penandatanganan Mou Kemenkes dengan Kemenristek Dikti tentang kerjasama pengembangan riset teknologi dan pendidikan tinggi bidang kesehatan dan Dialog Rokok Ilegal Merugikan Bangsa dan Negara di Kemenkes, Jakarta, Senin sore (8/6/2O15). "Hasil penelitian Badan Litbang Kemenkes tahun 2O1O menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit yang terkait dengan tembakau terjadi 19O.26O orang atau sekitar 12,7 persen dari kematian di tahun yang sama," katanya. Sementara data dari Kemenkes menyebutkan masalah tembakau hampir membunuh 6 juta orang setiap tahunnyan sementara sekitar 6OO.OOO kematian akibat menjadi perokok pasif.Diprediksi jika tidak ada penanganan yang serius, pada 2O3O jumlah korban akan terus bertambah menjadi 8 juta orang yang mayoritas adalah dari negara negara berkembang (WHO 2O15). Data hasil Riskesdas thn.2013 propinsi sultra penduduk umur 10 tahun keatas kebiasaan merokok setiap hari : 22%, kadang-kadang : 26%,sedangkan proporsi penduduk umur 10 tahun keatas yang merokok dalam rumah 90%, di kab.Konawe Selatan proporsi penduduk umur 10 tahun keatas kebiasaan merokok setiap hari : 27%, kadang-kadang:29%, sedangkan proporsi penduduk umur 10 tahun keatas yang merokok dalam rumah: 90%, Di Wilayah Puskesmas Lameuru kec.Ranomeeto Barat, prilaku merokok dari masyarakat hasil pengkajian Prilaku hidup bersih & sehat(PHBS) pada tatanan rumah tangga pada tahun 2014, rumah tangga yang merokok di dalam rumah 60%,tahun 2015 : 62

%,

rendahnya

kesadaran

masyarakat

tentang

bahaya merokok menjadi alasan sulitnya untuk menghentikan kebiasaan merokok dan prilaku merokok. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh asap rokok atau perilaku merokok yang salah diperlukan kegiatan pemberdayaan masyarakat atau program yang bisa melindungi perokok pasif. Kegiatan itu adalah dengan Membentuk & bermitra dengan organisasi Majelis Ta’lim dalam Pengendaliaan Dampak Rokok terhadap Kesehatan program “ Majelis Ta’lim Peduli Dampak Rokok “di Kecamatan Ranomeeto Barat. 2

Masih tingginya angka rumah tangga yang merokok menunjukkan

bahwa

pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan masih rendah atau belum memadai. Dengan terbentuknya Kemitraaan program Majelis Ta’lim Peduli Dampak Rokok, kita harapkan dapat menurunkan prevalensi penyakit yang disebabkan oleh perilaku merokok di rumah tangga dan di masyarakat umumnya. Oleh sebab itu, atas dasar realita inilah penulis merasa tertarik untuk membahasnya dalam bentuk makalah dengan judul “ Majelis Ta’lim Peduli Dampak Rokok “(Mataliro ). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas, antara lain : Upaya pemerintah dalam mengurangi dampak buruk asap rokok adalah melalui penerapan Perda KTR. Untuk mengoptimalkan Perda KTR perlu diwujudkan rumah bebas asap rokok (Smoke-free Home Initiative) agar paparan asap rokok yang terjadi di dalam rumah dapat dicegah. Dalam mewujudkan rumah bebas asap rokok diperlukan partisipasi Masyarakat

yang salah satunya adalah anggota

Majelis ta’lim. Oleh karena itu, dapat dirumuskan bagaimanakah Pengetahuan dan Sikap tentang bahaya rokok serta pengaruhnya terhadap perilaku masyarakat di rumah tangga untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok. 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah : a. Membentuk & Kemitraan program “ Majelis Ta’lim Peduli Dampak Rokok “di Kecamatan Ranomeeto Barat. b. Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok serta pengaruhnya terhadap perilaku Masyarakat untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok di Kec.Ranomeeto Barat c. Untuk mengetahui bahan - bahan berbahaya yang terkandung dalam rokok. d. Untuk mengetahui bahaya rokok terhadap kesehatan. e. Untuk mengetahui upaya penanggulangan bahaya rokok. 3

BAB II ISI / TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Orang Mulai Merokok Kata “rokok” memang sudah tidak asing lagi didengar. Kita mengenal rokok bisa dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan adanya berbagai media mulai dari surat kabar, televisi, radio, baliho – baliho yang terpampang megah di jalan besar sampai pada internet pun yang secara besar – besaran

telah

mempromosikan barang yang sesungguhnya memberikan dampak buruk bagi tubuh dan kesehatan. Menurut Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok ( 15 Desember 2009 )), “rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm ( bervariasi tergantung negara ) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun – daun tembakau yang telah dicacah dan dibakar pada salah satu ujungnya, kemudian dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain”. Pandangan ini tentunya sudah menjelaskan secara keseluruhan karakteristik dari sebuah rokok pada umumnya. Setelah mengenal rokok, sebagian orang ada yang masih penasaran dan ada juga yang masa bodoh dengan adanya rokok. Orang yang masih penasaran memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. Hal ini sama apabila seseorang masih penasaran dengan rokok, tentunya mereka akan mencari tahu bagaimana cara menggunakannya. Menurut Jeanne (1996:153) biasanya orang mulai merokok karena orang lain merokok. Hal ini pada umumnya akan berdampak sangat cepat menyerang anak – anak. Tentunya mereka mulai merokok karena meniru dari orang terdekat, yaitu orang tuanya yang merokok atau saudara yang diam – diam merokok. Selain itu, karena faktor lingkungan dan teman – teman di sekelilingnya yang telah merokok dan terbiasa dengan merokok, maka seorang anak mulai bisa merokok. Umumnya, anak – anak melakukan hal ini karena mereka beranggapan bahwa dengan merokok akan membuat mereka dipandang sudah dewasa dan pemberani. Jika seseorang telah mencoba menghisap rokok, biasanya lama – lama hal ini akan berkembang menjadi suatu kebiasaan. 4

Masalah merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu secara terus menerus diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial, politik, utamanya aspek kesehatan. Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak tinggal bersama dengan

perokok

dan terpapar

pada

asap

rokok

di

lingkungannya dan disebut sebagai perokok pasif. Sedangkan kita tahu bahwa anak yang terpapar asap rokok dapat mengalami peningkatan resiko terkena bronkitis, pneumonia, infeksi telinga tengah, asma serta kelambatan pertumbuhan paru-paru. Kerusakan kesehatan dini ini dapat menyebabkan kesehatan yang buruk pada masa dewasa. Orang dewasa bukan perokok pun yang terus menerus terpapar juga akan mengalami peningkatan resiko kanker paru dan jenis kanker lainnya.

2.2.Peran Tenaga Kesehatan dan Program Inovatif A. Peran tenaga Promkes dan Peran Puskesmas. Peran

tenaga

Promkes

tidak

hanya

terbatas

pada

fungsi

menyampaikan inovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh masyarakat, tetapi ia harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga pemberdayaan masyarakat yang diwakili dengan masyarakatnya, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat, maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah atau lembaga pemberdayaan yang bersangkutan, sebab, hanya dengan menempatkan diri pada kedudukan atau posisi seperti itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Keadaan ini berarti mampu membantu masyarakat memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraannya. Adapun peran tenaga Promkes adalah : 1. Memfasilitasi Majelis Ta’lim melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat. 5

2. Memberikan motivasi kepada Majelis Ta’lim , untuk bermitra dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar Majelis Ta’lim mau berkontribusi terhadap program tersebut. 3. Mengalihkan

pengetahuan,

ketrampilan,

dan

teknologi kepada

Majelis Ta’lim dengan melakukan Pertemuan rutin bulanan yang dilaksanakan pengurus majelis ta’lim se kecamatan Ranomeeto Barat. Peran Puskesmas yaitu : Menggerakkan masyarakat desa dalam Pengendaliaan Konsumsi tembakau & turunannnya, menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar untuk mengurangi Ketergantungan akan tembakau & Rokok, Menggalang Komitmen & kerjasama Tim di tingkat Kecamatan Ranomeeto Barat dan desa, Monitoring. Peran yang dilakukan oleh tenaga Promkes atau petugas ini diharapkan Majelis Ta’lim dapat

berdaya dan

masalah

yang

kesehatan

ada

mampu

mandiri dalam

mengatasi

di sekitarnya. Karena suatu masyarakat

dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila : 1.

Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.

2.

Mereka

mampu

mengatasi

masalah

kesehatan

secara

mandiri

dengan menggali potensi-potensi masyarakat setempat. 3.

Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.

4.

Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompo kebugaran,olahraga, konsultasi dan sebagainya.

6

B. Program Inovatif Program inovatif yang dibentuk adalah “ Majelis Ta’lim Peduli Dampak Rokok di kecamatan Ranomeeto Barat”. Program ini diawali dengan diadakannya “Kampanye Anti Rokok” di setiap desa kecamatan Ranomeeto Barat. Implementasi dari kegiatan ini adalah membentuk bermitra dengan Kegiatan Majelis Ta’lim. 2.3 Bahaya Rokok terhadap Kesehatan Merokok sudah merupakan hal yang biasa kita jumpai . Kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi maupun berpendidikan rendah. Merokok sudah menjadi masalah yang kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial. Merokok memang mengganggu kesehatan. Kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok tidak hanya merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Tidak hanya bagi kesehatan, merokok juga menimbulkan akibat buruk di bidang ekonomi. Di negara industri maju, kini terdapat kecenderungan untuk berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia justru cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok. Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium. Hans Tjandra. “Merokok dan

Kesehatan”. 2003.

http//:www.compas.co.id (19

Desember 2009 )) Berdasarkan penjelasan di atas, rokok dan asapnya mempunyai dampak yang buruk bagi kesehatan. Tidak hanya bagi perokok itu sendiri, tetapi juga bagi perokok pasif yang hanya ikut menghirup asapnya saja. Dilihat dari bahan – bahan yang berbahaya dalam rokok, nikotin dapat menaikkan tekanan darah dan 7

mempercepat denyut jantung hingga pekerjaan jantung menjadi lebih berat, karbon monoksida dapat menyingkirkan oksigen yang dibutuhkan tubuh dengan mengikat dirinya pada HB darah, dan tar memicu timbulnya kanker. Asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung 3 kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengiritasi mata dan pernapasan. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu.

(Yudshistira.

“Penyuluhan

Bahaya

Rokok”.

2008.

http//:

yudhistirapanjaitan.blogspot.com (19 Desember 2009 )). Dari pendapat ini kita tahu bahwa asap rokok mengandung komponen-komponen dan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh. Banyaknya komponen tersebut tergantung pada tipe tembakau, temperatur pembakaran, panjang rokok, porositas kertas pembungkus, bumbu rokok serta ada tidaknya filter. Partikel dalam asap rokok dapat menyebabkan kanker (bersifat karsinogenik). Nikotin, karbon monoksida, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Rokok merupakan faktor risiko untuk sekurang – kurangnya 25 jenis penyakit, diantaranya adalah kanker pundi kencing, kanker perut, kanker usus dan rahim, kanker mulut, kanker esophagus, kanker tekak, kanker pancreas, kanker payudara, kanker paru, penyakit saluran pernapasa kronik, strok, osteoporosis, jantung, kemandulan, putus haid awal, melahirkan bayi yang cacat, keguguran 8

bayi, bronchitis, batuk, penyakit ulser peptic, emfisima, otot lemah, penyakit mulut, dan kerusakan mata. Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap. Faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Pembuluh darah yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, sering akan berakhir dengan amputasi. 2.4.Dampak Bagi Perokok Pasif Sekarang

ini

kebanyakan

perokok

tahu

bahwa

merokok

dapat

menyebabkan beberapa penyakit berbahaya. Namun mereka biasanya masa bodoh terhadap hal itu dan menganggap bahwa merokok adalah urusan pribadi mereka, tetapi sebenarnya merokok bukan urusan pribadi. Asap rokok tidak hanya berpengaruh kepada perokok aktif, tetapi juga mengotori udara sekitar. Orang – orang yang bukan perokok, tetapi ikut menghirup udara yang tercemar asap rokok dinamakan perokok pasif ('passive smoking'). Perlu diketahui bahwa asap yang dihasilkan dan rokok yang mengepul ke udara luar ditambah dengn asap yang dihembuskan oleh perokok mengandung zat kimia yang lebih tinggi daripada yang dihisap oleh perokok sendiri yang labil. Mereka yang peka sebagai perokok pasif terutama adalah bayi dan anak – anak. Risiko yang akan diterima perokok pasif antara lain dapat mengalami kanker paru dan penyakit jantung, masalah prnapasan termasuk radang paru dan bronchitis, sakit atau pedih mata, bersin, batuk – batuk, dan sakit kepala. 9

Di samping itu, perokok pasif juga mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengidap berbagai penyakit, 30 % penyakit jantung dan 25% kanker. Bagi ibu hamil yang merokok akan mengalami pengaruh buruk antara lain akan mengalami keguguran, pendarahan, bayi lahir prematur, bayi meninggal / meninggal setelah lahir, bayi lahir dengan berat badan rendah ( lebih rendah dari normal ) dan bayi sering sakit. Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok selain mempengaruhi kesehatan, juga akan mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif. Dengan kematian mendadak atau kelumpuhan yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan keluarga. Dari sudut ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara. 2.5. Upaya Penanggulangan Bahaya Rokok Kebiasan merokok memang sulit untuk dihentikan. Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan usaha penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya. Tokoh-tokoh panutan masyarakat, termasuk para pejabat, pemimpin agama, guru, petugas kesehatan, artis, dan olahragawan, sudah sepatutnya menjadi teladan dengan tidak merokok. Profesi kesehatan, terutama para dokter, berperan sangat penting dalam penyuluhan dan menjadi contoh bagi masyarakat. Kebiasaan merokok pada dokter harus segera dihentikan. Perlu pula pembatasan kesempatan merokok di tempat-tempat umum, sekolah, kendaraan umum, tempat kerja, pengaturan dan penertiban iklan promosi rokok, memasang peringatan kesehatan pada bungkus rokok dan iklan rokok. Iklim tidak merokok harus diciptakan. Ini harus dilaksanakan serempak oleh kita semua, yang menginginkan tercapainya negara dan bangsa Indonesia yang sehat dan makmur. 10

Adanya upaya prevensi dan motivasi untuk menghentikan perilaku merokok

penting

untuk

dipertimbangkan

dan

dikembangkan.

Dengan

menumbuhkan motivasi dalam diri untuk berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan keluarga/orangtua. Suatu program kampanye anti merokok yang dilakukan dapat dijadikan contoh dalam melakukan upaya pencegahan agar tidak merokok, karena ternyata program tersebut membawa hasil yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan dengan cara membuat berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang berhubungan dengan merokok. Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah, televisi atau radio. Pesan-pesan yang disampaikan meliputi: a.

Meskipun orang tua Anda merokok, Anda tidak perlu harus meniru, karena Anda mempunyai akal yang dapat dipakai untuk membuat keputusan sendiri.

b.

Iklan-iklan merokok sebenarnya menjerumuskan orang. Sebaiknya Anda mulai belajar untuk tidak terpengaruh oleh iklan seperti itu.

c.

Anda tidak harus ikut merokok hanya karena teman-teman Anda merokok. Anda bisa menolak ajakan mereka untuk ikut merokok. Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan secara jangka

pendek maupun jangka panjang yang nantinya akan ditanggung tidak saja oleh diri sendiri tetapi juga akan dapat membebani orang lain. Bagi mereka yang susah untuk menghentikan kebiasaan merokok ini, kadang – kadang akan mengalami frustasi, mudah tersinggung dan sulit berkonsentrasi. Adanya jalan tengah untuk menyikapi hal ini memungkinkan mereka boleh merokok tiga sampai lima batang sehari, tetapi mereka harus sedapat mungkin mengendalikan faktor – faktor risiko lainnya. Mereka bisa ditolong dengan mengunyah permen bila dorongan untuk merokok timbul. Melalui resolusi tahun 1983, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan tanggal 31 Mei sebagai Hari Bebas Tembakau Sedunia. Maksud utama dari Hari Bebas Tembakau ini adalah untuk mendorong para perokok 11

secara sukarela berhenti merokok sebagai langkah awal untuk mengurangi atau berhenti sama sekali, menghimbau para penjual rokok untuk secara sukarela tidak menjual rokok selama sehari sebagai suatu tindakan demi kepentingan dan kebaikan umum, menghimbau media massa terutama di negara – negara yang sedang bekembang untuk tidak memuat atau menyebarluaskan iklan rokok selama sehari demi kepentingan dan kebaikan umum juga. 2.6. Peran Majelis Tak’lim Dalam Upaya Pengendaliaan Dampak Rokok Majelis Tak’lim dibawah bimbingan dan arahan Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas Lameuru Kec.Ranomeeto Barat Kab.Konawe Selatan, berperan menyiarkan dampak rokok tersebut berawal kepada keluarga, tetangga dan selanjutnya masyarakat luas.Berperan Aktif menyelenggarakan & mengelola UKBM untuk mendukung Keluarga Sehat Tanpa Asap Rokok, Penyelenggaraan Penyuluhan PHBS untuk mendukung Gerakan Tanpa Asap Rokok. Majelis Tak’lim memberikan arahan disesuaikan dengan keyakinan ajaran Islam yang bersumber dari Alquran. Berdasarkan Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Merokok haram hukumnya berdasarkan makna yang terindikasi dari zhahir ayat Alquran dan As-Sunah serta i’tibar (logika) yang benar. Allah berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan.” (Al-Baqarah:195). Maknanya, janganlah kamu melakukan sebab yang menjadi kebinasaanmu. Wajhud dilalah (aspek pendalilan) dari ayat di atas adalah merokok termasuk perbuatan yang mencampakkan diri sendiri ke dalam kebinasaan. Sedangkan dalil dari As-Sunah adalah hadis shahih dari Rasulullah SAW. bahwa beliau melarang menyia-nyiakan harta. Makna menyia-nyiakan harta adalah mengalokasikannya kepada hal-hal yang tidak bermanfaat. Sebagaimana dimaklumi bahwa mengalokasikan harta dengan membeli rokok adalah termasuk pengalokasian harta pada hal yang tidak bermanfaat, bahkan pengalokasian harta kepada hal-hal yang mengandung kemudharatan.

12

Dalil yang lain, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340). Jadi, menimbulkan bahaya (dharar) adalah ditiadakan (tidak berlaku) dalam syari’at, baik bahayanya terhadap badan, akal, ataupun harta. Sebagaimana dimaklumi pula bahwa merokok adalah berbahaya terhadap badan dan harta. Adapun dalil dari i’tibar (logika) yang benar yang menunjukkan keharaman rokok adalah karena dengan perbuatan itu perokok mencampakkan dirinya ke dalam hal yang menimbukan bahaya, rasa cemas, dan keletihan jiwa. Orang yang berakal tentu tidak rela hal itu terjadi pada dirinya sendiri. Alangkah tragisnya kondisinya, dan demikian sesaknya dada si perokok bila tidak menghisapnya. Alangkah berat ia melakukan puasa dan ibadah-ibadah lainnya karena hal itu menghalagi dirinya dari merokok. Bahkan, alangkah berat dirinya berinteraksi dengan orang-orang saleh karena tidak mungkin mereka membiarkan asap rokok mengepul di hadapan mereka. Karena itu, Anda akan melihat perokok demikian tidak karuan bila duduk dan berinteraksi dengan orang-orang saleh. Pertemuan rutin Majelis Tak’lim dilakukan setiap tanggal 5 bulan berjalan. Banyak hal yang dibahas tentang maasalah kesehatan dan masalah yang terjadi pada wilayah setempat. DEKLARASI MAJELIS TA’LIM PEDULI DAMPAK ROKOK : Kami Anggota Majelis Ta’lim se Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe Selatan, telah memahami dan menyadari bahwa : a. Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu, keluarga dan masyarakat; b. Perokok pasif yang tidak merokok selalu menjadi korban perokok karena turut mengisap asap sampingan, memiliki resiko yang lebih tinggi menderita gangguan kesehatan akibat rokok; c. Bayi, balita, bumil dan lansia merupakan kelompok rentan yang harus dilindungi dari risiko dampak buruk asap rokok;

13

Pada hari ini, Jumat, tanggal,5 Agustus 2015, mendeklarasikan, Kecamatan Ranomeeto Barat,

Kabupaten

Konawe Selatan adalah

sebagai Kecamatan

BEBAS ASAP ROKOK, dan kami berkomitmen: “menyiarkan dampak rokok tersebut berawal kepada keluarga, tetangga dan selanjutnya masyarakat luas. Majelis Tak’lim memberikan arahan disesuaikan dengan keyakinan ajaran Islam yang bersumber dari Alquran.” Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan dan ridha-Nya. Amin

14

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa Merokok dapat merugikan bagi semua masyarakat khususnya bagi PRIA sehingga diperlukan bimbingan perhatian oleh orang tua maupun masyarakat sekitar untuk dapat mencegah penyebaran perokok yang dapat menpengaruhi generasi muda selanjutnya. Rokok bukan hanya merugikan perokok aktif tapi juga dapat merugikan perokok pasif, sehingga rokok harus dicegah sedini mungkin agar tidak memberikan dampak yang fatal terhadap anak-anak dan kalangan masyarakat.

3.2. Saran 1.Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program di kec.Ranomeeto Barat. 2.Pembinaan melalui kegiatan pertemuan bulanan Majelis Ta’lim semua anggota tiap desa se Kec.Ranomeeto Barat terus dilakukan oleh Puskesmas dan Lintas sektor dan lintas Program. 3.Pemantauan dan evaluasi terhadap program “Majelis Ta’lim Peduli Dampak Rokok” (MALIRO) di Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe Selatan terus dilakukan demi kesinambungan jalannya program tersebut di masyarakat. 4.Program Majelis Ta’lim Peduli Dampak Rokok”(MALIRO )ini diharapkan dapat menurunkan jumlah perokok aktif di Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe Selatan.

15

Related Documents

Babi
June 2020 28
Babi
October 2019 49
Babi
June 2020 30
Babi
July 2020 32
Babi
May 2020 36
Babi
November 2019 42

More Documents from ""