GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH DI WILAYAH PUSKESMAS SUKAJADI
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh : ISMALLOH HANIF 88150031
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS BSI BANDUNG 2019
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah suatu kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut di bagi ke dalam dua golongan yaitu: Gangguan jiwa (neurosa) dan Sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting diantaranya adalah: ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (convulsive), histeris, rasa lemah, dan tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dan sebagainya. (Yosep, 2014). Kasus gangguan jiwa semakin meningkat, menurut data World Health Organization (WHO) masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa (Yosep & Sutini, 2007). Departement of Health and Human Services (1999) memperkirakan 51 juta penduduk Amerika dapat didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat jumlah prevalensi gangguan jiwa berat nasional 1,7 per mil atau sebanyak 400.000 orang. Salah satu diagnosa medis gangguan jiwa berat adalah skizofrenia (Videbeek,2008). Dapat disimpulkan bahwa permasalahan kesehatan jiwa akan semakin besar dan menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Kemenkes RI, 2013) prevalensi nasional gangguan
jiwa adalah 1,7 permil 1.000 gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan gejalagejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013). Sedangkan pada tahun 2018 prevalensi diIndonesia naik dari 1.7% sampai 7 % , prevalensi terbanyak di Indonesia yaitu masih berada di Bali dari 2,3% naik hingga 11% . sedangkan di jawa barat sendiri prevalensinya dari 1,7% naik menjadi 5% Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013). Menurut data dari dinas kesehatan (Dinkes 2012) menegaskan bahwa puskesmas di kota Bandung yang terbanyak pasien gangguan jiwa adalah UPT Sukajadi , sebanyak 1.222 pasien. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition,emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2013). Menurut (Maramis, 2008 ) tanda dan gejala dari gangguan jiwa yaitu : Gangguan kesadaran, gangguan ingatan, gangguan orientasi, gangguan psikomotor, gangguan proses berpikir, gangguan persepsi, gangguan intelegensi, gangguan keperibadian dan gangguan penampilan. Menurut Santoso (2009:105). Dukungan keluarga itu sangat penting karena salah satu pencetus gangguan jiwa itu adalah perasaan “ditelantarkan,” atau tidak mendapat perhatian yang memadai dari keluarga. Sayangnya, banyak keluarga pasien yang tidak paham dan hanya
memberikan uang
untuk perawatan
dan
menyerahkan
penanganannya kepada tenaga medis dan pengasuhnya. Padahal dalam proses penyembuhan, dukungan keluarga sangatlah penting. Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal. Namun, menurut Aris Sudiyanto (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Solo), ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau organik. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria, dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol, dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial atau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial seperti perkawinan, problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain. (Yosep, 2014). Peran dan keterlibatan keluarga dalam proses penyembuhan dan perawatan pasien gangguan jiwa sangat penting, karena peran keluarga sangat mendukung dalam proses pemulihan penderita gangguan jiwa. Keluarga dapat mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap, dan perilaku anggota keluarga. Disamping itu, keluarga mempunyai fungsi dasar seperti memberi kasih sayang, rasa aman, rasa memiliki, dan menyiapkan peran dewasa individu di masyarakat. Keluarga merupakan suatu sistem, maka jika terdapat gangguan jiwa pada salah satu anggota keluarga maka dapat menyebabkan gangguan jiwa pada anggota keluarga ( Nasir & Muhith, 2011 ). Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa merupakan aib bagi keluarga dan membuat mereka mengalami isolasi sosial. Oleh karena itu penderita gangguan jiwa
sering kali disembunyikan
dandikucilkan agar tidak diketahui oleh masyarakat (Suryani, 2014).
Sebuah studi melaporkan bahwa 77% klien dengan penyakit kronis merasa membutuhkan dukungan dari keluarganya (Rubin & Peyrot, 2002). Beberapa penelitian mengenai dukungan keluarga telah dilakukan yang berkaitan dengan proses penyembuhan pasien gangguan jiwa yang menjalani pengobatan lanjut, seperti penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2008), menyatakan adanya hubungan antara dukungan keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa. Penelitian lain oleh Yudi Pratama (2013), menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang buruk, pasien mengalami kekambuhan sebanyak 81,8% sedangkan dukungan keluarga yang baik, pasien tidak mengalami kekambuhan sebanyak 88,9%. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “gambaran dukungan keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas sukajadi kota bandung”. 1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah penilitian ini adalah “ bagaimana gambaran dukungan keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas sukajadi “.
1.3
Tujuan Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
1.4
Manfaat 1.4.1. Secara teoritis a.
Bagi
peneliti
untuk
menambah
wawasan, menambah
ilmu
kesehatan jiwa dan dapat menemukan dan memecahkan permasalahan yang ada.
b. Bagi Institusi Pendidikan yaitu untuk menambah literatur tentang penderita gangguan jiwa, dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber dalam pengembangan ilmu pengetahuan penelitian selanjutnya. 1.4.2. Secara praktis a. Bagi Keluarga dapat dijadikan sebagai masukan untuk membantu proses
penyembuhan dan untuk memberikan dukungan yang tepat.
b. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai masukan dan evaluasi untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan terutama kesehatan jiwa.
Daftar Pustaka Valencia, M., Rascon, M. L., Juarez, F., Escamilla, R., Saracco, R., & Liberman, R. P. (2010).
Application
in
Mexico
of
Psychosocial
Rehabilitation
with
Schizophrenia Patients. Psychiatry: Interpersonal and Biological Processes, 73(3), 248– 263. https://doi.org/10.1521/psyc.2010.73.3.248 Penderita, T., Jiwa, G., Kecamatan, D., Naskah, K., & Oleh, P. (2014). Gambaran Sikap
Dan
Dukungan
Keluarga.
Retrieved
from
http://eprints.ums.ac.id/30909/19/2_NASKAH_PUBLIKASI.pdf Pada, O., Skizofrenia, P., Rumah, D. I., Jiwa, S., Rawa, F., Rattu, A. J. M., & Posangi, J. (2017). Skizofrenia merupakan suatu sindrom penyakit klinis psikopatologi yang serikat keluarga dan Gangguan menderita skizofrenia World kelompok usia gangguan yang paling berhubungan dengan pandangan popular tentang gila atau sakit Skizofrenia merupakan salah sa, 1–14. Text, F. (2018). Mental Disorders ; Recent Studies from Isfahan University of Medical Sciences Add New Data to Mental Disorders ( Challenges of Family Caregivers of Patients with Mental Disorders in Iran : A Narrative Review ), 2018–2019. Tabeleão, V., Tomasi, E., & de Avila Quevedo, L. (2018). A Randomized, Controlled Trial of the Effectiveness of a Psychoeducational Intervention on Family Caregivers of Patients with Mental Disorders. Community Mental Health Journal, 54(2), 211–217. https://doi.org/10.1007/s10597-017-0126-7
Patterson, J. E., Abu-Hassan, H. H., Vakili, S., & King, A. (2018). Family Focused Care for Refugees and Displaced Populations: Global Opportunities for Family Therapists.
Journal
of
Marital
and
Family
Therapy,
44(2),
193–205.
https://doi.org/10.1111/jmft.12295 Jl, A., Wr, P., & Dm, S. (1999). The emerging soft tissue paradigm in orthodontic diagnosis and treatment planning . Clinical Orthodontics and Research. https://doi.org/10.1016/j.cub.2015.10.018 Stępnicki, P., Kondej, M., & Kaczor, A. A. (2018). Current concepts and treatments of schizophrenia. Molecules, 23(8). https://doi.org/10.3390/molecules23082087 Utara, U. S. (1979). Bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakang, (1996), 1–4. https://doi.org/10.1163/15718085-12341263 Thapa, D. K., Visentin, D., Kornhaber, R., & Cleary, M. (2018). Migration of adult children and mental health of older parents “left behind”: An integrative review. PLoS ONE (Vol. 13). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0205665 735-1437-1-SM.pdf.part. (n.d.). Taufik, Y. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia Diy. STIKes Aisyiyah Yogyakarta, 1–15. https://doi.org/10.1016/j.rcl.2006.10.012 574-1128-1-SM.pdf. (n.d.). No Titleاإللكتروني االبتزاز.. »االجتماعي التواصل« طفرة على تتغذى جرائم. (2017). Retrieved from http://www.albayan.ae
Penderita, T., Jiwa, G., Kecamatan, D., Naskah, K., & Oleh, P. (2014). Gambaran Sikap
Dan
Dukungan
Keluarga.
Retrieved
from
http://eprints.ums.ac.id/30909/19/2_NASKAH_PUBLIKASI.pdf Ministry of Health. (2018). Data dan Informasi - Profil Kesehatan Indonesia (Data and
Information
-
Indonesia
Health
Profil),
1–184.
https://doi.org/10.1037/0022-3514.51.6.1173 Text, F. (2018). Mental Disorders ; Recent Studies from Isfahan University of Medical Sciences Add New Data to Mental Disorders ( Challenges of Family Caregivers of Patients with Mental Disorders in Iran : A Narrative Review ), 2018–2019. Pelealu, A., & Wowiling, F. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan
Minum
Obat
Pasien
Skizofrenia,
6.
Retrieved
from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/19473/19024 Addo, R., Agyemang, S. A., Tozan, Y., & Nonvignon, J. (2018). Economic burden of caregiving for persons with severe mental illness in sub-Saharan Africa: A systematic
review.
PLoS
ONE,
13(8),
1–13.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0199830 Dirik, A., Sandhu, S., Giacco, D., Barrett, K., Bennison, G., Collinson, S., & Priebe, S. (2017). Why involve families in acute mental healthcare? A collaborative conceptual review. BMJ Open, 7(9). https://doi.org/10.1136/bmjopen-2017017680 Screenshot_2019-02-06 3273_Jabar_Kota_Bandung_2012 pdf. (n.d.).
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2014). Profil kesehatan Kota Bandung 2014, 41–44. https://doi.org/10.1360/zd-2013-43-6-1064 Zahnia, S., Sumekar, D. W., Kedokteran, F., Lampung, U., Ilmu, B., Komunitas, K., … Kedokteran, F. (2016). Kajian Epidemiologis Skizofrenia Epidemiologic Study of Schizophrenia, 5 Nomor 4. Kanchanatawan, B., Tangwongchai, S., Supasitthumrong, T., Sriswasdi, S., & Maes, M. (2018). Episodic memory and delayed recall are significantly more impaired in younger patients with deficit schizophrenia than in elderly patients with amnestic
mild
cognitive
impairment.
PLoS
ONE,
13(5),
1–22.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0197004 275456331-Kuisioner-Skizofrenia-Print-Copy. (n.d.). Gunnarsdóttir, E. D., Hällgren, J., Hultman, C. M., McNeil, T. F., Crisby, M., & Sandin, S. (2018). Risk of neurological, eye and ear disease in offspring to parents with schizophrenia or depression compared with offspring to healthy parents.
Psychological
Medicine,
48(16),
2710–2716.
https://doi.org/10.1017/S0033291718000338 Kementrian kesehatan RI. (2018). Hasil utama riskesdas 2018, 61. https://doi.org/1 Desember 2013