Bab Iv.docx

  • Uploaded by: herna wati
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Iv.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 974
  • Pages: 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Kelarutan Minyak dan Lemak Tabel 1. Kelarutan Minyak dan Lemak dalam berbagai jenis pelarut Diameter noda (cm) Pelarut Air Etanol Kloroform n-heksana

Minyak Kelapa 2 cm 1,9 cm 2,8 cm 1,9 cm

Minyak Wijen 3,4 cm 1,3 cm 2,9 cm 2,6 cm

Minyak sawit 2,2 cm 3,2 cm 3,5 cm 3,7 cm

Keterangan mentega 1,2 cm 1,3 cm 2,9 cm 2,6 cm

2 fasa 2 fasa 1 fasa 1 fasa

4.1.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak Tabel 2. Ekstraksi Minyak dan Lemak Diameter noda (cm) Pelarut

Minyak Kelapa

Minyak wijen

Minyak sawit

Mentega

Keterangan

Air

1,9 cm

1,2 cm

1,4 cm

1,2 cm

Larut

Organik

2,9 cm

1,7 cm

1,9 cm

1,7 cm

Larut

4.2 Reaksi a. Reaksi Minyak dan Air O CH2 O C R1 O CH O C R2 O CH2 O C R3

+ H2 O

b. Reaksi Minyak dengan Etanol

O CH2

O

O

C

R1

CH2

O

O CH

O

C

O

R1

O R2

CH

C2H5OH

O

O CH2

C

C

R2

O

C

R3

CH2

O

C

R3 C2H5OH

c. Reaksi Minyak dengan n-heksana O CH2

O

C

O R1

CH2

O

O CH

O

C

O

C

R1

O R2

CH

CH3(CH2)4CH3

O

O CH2

C

C

R2

O R3

CH2

O

C

R3 CH3(CH2)4CH3

d. Reaksi Minyak dan Kloroform O CH2

O

C

O R1

CH2

O

O CH

O

C

O

C

R1

O R2

CHCl3

CH

O

O CH2

C

C

R2

O R3

CH2

O

C

R3 CHCl3

4.3 Pembahasan 4.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data bahwa pada pelarut akuades, diameter noda pada kertas saring untuk sampel minyak kelapa dan minyak wijen ditemukan noda yaitu 2 cm dan 3,4 cm, sedangkan pada minyak sawit dan mentega secara berturut-turut adalah 2,2 cm dan 1,2 cm. Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana seharusnya tidak ada noda yang timbul pada kertas saring, karena campuran akuades dan sampel tidak mungkin bercampur karena akuades bersifat polar sedangkan minyak dan lemak bersifat nonpolar, jadi seharusnya pelarut air tidak dapat melarutkan minyak dan lemak seharusnya tidak ada noda yang timbul. Selanjutnya menggunakan pelarut etanol. Pada kelarutan minyak atau lemak pada pelarut etanol diperoleh diameter noda 1,9 cm pada minyak kelapa 1,3 cm pada minyak wijen, 3,2 cm pada minyak sawit dan 1,3 cm pada mentega. Hal ini sudah sesuai dengan teori, dimana pada pelarutan ini, pelarut yaitu etanol dan terlarutnya yaitu minyak atau lemak akan saling bercampur karena sama-sama bersifat nonpolar. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan lemak terbesar sampai terkecil dari keempat sampel adalah mentega, minyak wijen, minyak kelapa dan minyak sawit. Pada pelarut kloroform juga menghasilkan noda pada minyak kelapa dengan diameter 1,9 cm, minyak wijen dengan diameter 4 cm, minyak sawit dengan diameter 3,7 cm dan mentega dengan diameter 2,6 cm. Sampel minyak mulai larut karena kloroform merupakan pelarut nonpolar dengan tingkat kepolaran di bawah etanol. Dari hasil percobaan yang dilakukan noda yang dihasilkan pada kloroform lebih besar dari etanol pada sampel minyak sawit, mentega dan minyak wijen, hal ini terjadi karena adanya kesalahan-kesalahan pada saat penetesan larutan yang akan di ukur diameter nodanya oleh praktikan.

Pelarut n-heksana menghasilkan noda pada keempat jenis sampel minyak tersebut yaitu minyak kelapa dengan diameter nodanya adalah 2,8 cm, minyak wijen dengan diameter nodanya adalah 1,8 cm, minyak sawit dengan diameter nodanya adalah 3,5 cm, dan mentega dengan diameter 2,9 cm. Sampel minyak kelapa, minyak wijen, minyak sawit dan mentega larut dengan sempurna pada n-heksana karena secara teori n-heksana merupakan pelarut nonpolar dengan tingkat kepolaran di bawah kloroform. Sehingga noda yang ditimbulkan seharusnya lebih besar dari pada yang ditimbulkan pada kloroform karena n-heksana lebih bersifat nonpolar. Dari semua campuran antara sampel minyak atau lemak dengan keempat jenis pelarut, dapat dilihat bahwa minyak dan lemak tidak larut dalam air dan etanol, sehingga membentuk dua fase dan larut pada n-heksana dan kloroform sehingga membentu satu fase saja. Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu minyak dan lemak ialah panjang pendeknya rantai asam lemak penyusunnya. Suatu gliserida asam lemak rantai pendek dapat dengan mudah larut dalam air, sementara itu gliserida asam lemak rantai panjang tidak dapat larut dalam air. Semakin panjang rantai atom karbon penyusun lemak dan minyak, semakin tidak polar minyak dan lemak tersebut, sehingga semakin tidak larut dalam air.

4.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak Ekstraksi minyak dan lemak dilakukan dengan menambahkan kloroform atau n-heksana pada campuran air dengan sampel minyak dan lemak pada percobaan kelarutam minyak dan lemak. Larutan akuades dan minyak (minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit) yang telah ditambahkan dengan pelarut kloroform, serta larutan akuades dan mentega yang telah ditambahkan etanol, dihasilkan dua lapisan. Hal ini disebabkan karena lapisan akuades bersifat polar sehingga tidak bercampur

dengan pelarut organik yang kepolarannya lebih kecil. Oleh sebab itu, keduanya mudah dipisahkan dengan cara dipipet. Setelah itu, lapisan air ditambahkan lagi dengan pelarut organik dengan tujuan untuk mengikat minyak atau lemak yang masih tersisa dalam lapisan air tadi. Setelah itu, lapisan organik pertama dicampurkan dengan lapisan organik kedua. Campuran ini kemudian dikocok, dan diteteskan pada kertas saring, dikeringkan dalam oven, dan setelah kering, diukur diameter nodanya. Begitu pula dengan lapisan air. Dari percobaan tersebut diperoleh hasil bahwa air ditambahkan dengan minyak kelapa memiliki diameter sebesar 2,05 cm, minyak wijen 2,975 cm, minyak sawit 2,25 cm, dan mentega 1,225 cm, hal ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya air tidak memiliki diameter karena air mengalami penguapan saat proses pengeringan dalam oven. Sementara itu kloroform ditambahkan dengan minyak kelapa memiliki diameter noda sebesar 2,75 cm, kloroform ditambahkan dengan minyak wijen juga memiliki diameter noda sebesar 3 cm, etanol ditambahkan dengan minyak sawit memiliki diameter noda 1,05 cm sementara kloroform dengan mentega memiliki diameter sebesar 2,075. Berdasarkan data tersebut maka kloroform merupakan pelarut yang sangat baik untuk minyak kelapa, minyak wijen dan minyak sawit, sedangkan etanol merupakan pelarut yang baik untuk margarin.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Lampiran 1 Dan 2.docx
April 2020 13
Bab Iii.docx
April 2020 12
Bab Iv.docx
April 2020 14
Lampiran 1-1.docx
April 2020 11
Perhitungn.docx
April 2020 11
Makalah Kd.docx
November 2019 25