Bab Iv Struktur

  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Iv Struktur as PDF for free.

More details

  • Words: 2,059
  • Pages: 10
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PEKERJAAN STRUKTUR BETON 1. Uraian Beton terdiri dari campuran semen, air dan material berbutir. Tidak diperbolehkan ada bahan-bahan lain lagi kecuali atas izin Direksi. Setelah beton mengeras harus didapat sesuatu bahan yang padat, kokoh dan awet/tahan lama serta harus mempunyai sifat-sifat seperti yang disyaratkan. Perbandingan antara agregat halus dan agregat kasar tergantung dari gradasi, tetapi agregat halus hendaknya dalam jumlah sesedikit mungkin yang apabila dicampur dengan semen akan menghasilkan adukan yang mengisi rongga-rongga antara butir-butir kasar tersebut dan cukup berisi untuk membentuk permukaan yang halus (finishing). Untuk mencapai kekuatan beton dan keawetan yang optimum jumlah air yang dipakai hendaknya seminimum mungkin tetapi masih cukup agar beton tersebut mudah dikerjakan. 2. Mutu Beton Mutu beton yang digunakan dalam proyek jalan ini adalah mutu beton K-250. Adapun perbandingan campuran beton dalam 1 m3 untuk mencapai mutu beton yang disyaratkan adalah : Kebutuhan Semen Portland Agregat Halus ukuran < 5 Bahan

mm Agregat Kasar Ukuran 5 – 30 mm Air

3. Pengendalian Mutu Beton

Satuan Kg

Indeks 384

Kg

692

Kg

1039

Liter

215

Untuk mencapai mutu beton yang di syaratkan maka campuran harus memberikan hasil slump test sesuai dengan batasan-batasan dan kriteria K-250 yakni

12 ± 2 cm

4. Penggudangan dan Penyimpanan Material Agregat disimpan secara terpisah menurut ukurannya agar tidak saling tercampur. Semen disimpan dengan teratur dan rapi menurut datangnya sehingga pemakaian dapat diusahakan sedemikian agar tidak ada semen yang terlalu lama berada dalam penyimpanan. Umur semen yang dapat digunakan pada konstruksi beton tidak melebihi 3 bulan. Semen yang telah mengumpal tidak diperbolehkan untuk dipakai dalam pekerjaan konstruksi. Pengiriman semen ke tempat penyimpanan atau pekerjaan dijaga agar semen tidak menjadi lembab. 5. Penakaran Bahan-bahan Material-material beton ditakar menurut hal-hal dibawah ini : a. Air dapat ditakar dengan alat (ember, container atau lainnya) yang telah disetujui Direksi. b. Agregat dapat juga ditakar dalam volume dengan menggunakan alat-alat yang ukurannya telah tertentu. 6. Pengadukan Beton Syarat-syarat pekerjaan beton dari mengaduk sampai perawatannya hendaknya sesuai dengan yang disyaratkan, dengan syarat-syarat dibawah ini : a. Cuaca Pengadukan, pengangkutan dan pengecoran beton dilaksanakan pada cuaca yang baik. Bila hari hujan atau panas, maka harus dilakukan usaha-usaha untuk melindungi alat-alat pengadukan / pengerjaan pengadukan, pengangkutan dan pengecoran sedemikian rupa sehingga didapat jaminan bahwa air semen tidak akan berubah karenanya. b. Peralatan  Concrete Mixer Beton pada proyek ini dicampur dengan alat pengaduk mekanis beton mollen (concrete mixer). Alat pengaduk mekanis tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara dengan baik, terutama container pengadukan tetap bersih dari material/bekas-bekas beton yang mengeras.  Concrete Vibrator

Alat penggetar beton agar kepadatannya menyeluruh sesuai yang di syaratkan.  Alat-alat bantu –

Sekop



Pacul



Sendok semen



Ember cor



Gerobak dorong

c. Pengadukan Beton dilapangan Pengadukan beton dilapangan di lakukan dengan alat-alat yang sesuai agar didapatkan hasil adukan yang homogen. Apabila semen ditakar dengan jumlah zak maka harus diusahakan agar campuran terdiri dari jumlah semen bulat dalam zak. Kapasitas maksimum mesin pengaduk hendaknya tidak dilampaui. Lamanya pengadukan umumnya tidak boleh kurang dari ½ menit, dihitung dari saat tercampurnya semua bahan-bahan beton termasuk air. Sebelum waktu minimum pengadukan itu berakhir tidak diperbolehkan untuk menghentikan mesin dan atau mengambil sebagian isinya. Putaran mesin itu hendaknya selalu diperiksa agar tetap kontinu sesuai dengan rekomendasi dari pabriknya. Sebelum membuat adukan baru, sisa adukan yang lama harus seluruhnya telah dikeluarkan dari container. d. Mengaduk beton dalam keadaan darurat d.1 Umum Ditempat pekerjaan harus selalu disediakan sebuah atau beberapa mesin pengaduk yang selalu siap dapat digunakan bila dibutuhkan. Pengadukan kembali beton-beton yang sudah mulai mengeras tidak diperbolehkan. Beton didalam keadaan sepeti itu, bila dianggap rusak dibuang/disingkirkan dari tempat pekerjaan. d.2 Pengadukan dengan tenaga manusia Pada

keadaan

dimana

mesin

pengaduk

rusak,

Direksi

dapat

mempertimbangkan dipakainya cara mengaduk beton dengan tenaga manusia,

dengan catatan untuk pekerjaan yang bervolume kecil yaitu mencapai suatu batas penghentian pengecoran sesuai dengan syarat konstruksi (dalam hal keadaan darurat ). Bila diputuskan oleh Direksi, pengadukan beton dengan tenaga manusia diizinkan, maka syarat-syarat dibawah ini harus dipenuhi : Pengadukan beton harus dilaksanakan diatas alas kedap air yang berukuran cukup sehingga dapat menampung paling tidak 2 (dua) kali pencampuran bahan-bahan beton (kira-kira masingmasing ¼ M) sekaligus. Jumlah semen yang digunakan harus 10 % lebih banyak dibandingkan dengan jumlah semen yang dibutuhkan untuk campuran dengan mesin pengaduk, dan slump tidak boleh melebihi 15 cm. Agregat halus dan semen harus terlebih dahulu dicampur hingga rata, terlihat dari warna campuran yang homogen dan kemudian dihampar diatas alas adukan rata dan tipis-tipis. 7. Pengadukan Adukan Beton Pengadukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara yang dapat dicegah segregasi dan kehilangan kehilangan bahan-bahan (air, semen atau butir halus). Cara pengangkutan adukan beton lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikat yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan di cor. Memindahkan adukan beton dari concrete mixer menggunakan gerobak dorong arco dan dibawa langsung ke tempat yang akan di cor. 8. Pengecoran Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan acuan dan pekerjaan persiapan yang disebutkan pada spesifikasi ini telah sempurna dikerjakan dan disetujui oleh Direksi. a. Persiapan Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat, material dan pekerjapekerja sudah ditempat seharusnya, dan alat-alat dalam keadaan bersih serta siap dipakai. Permukaan sebelah dalam dari acuan harus sudah dibersihkan dari bahanbahan kotoran. Acuan yang terbuat dari kayu yang dikuatirkan adanya pengisapan air oleh kayu, harus terlebih dahulu dibasahi dengan air hingga jenuh. b. Pelaksanaan pengecoran Pengecoran dilakukan pada siang hari, kecuali atas izin Direksi. Untuk pengecoran yang akan dilakukan pada malam hari, perlengkapan-perlengkapan penerangan dan lain-lain yang diperlukan untuk pekerjaan itu harus telah

dipersiapkan dengan baik. Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan sebelum beton mulai mengeras. Penundaan pengecoran dalam hal ini masih diizinkan dalam batas dimana beton masih dapat dikerjakan tanpa penambahan air. Pengecoran dan pengerjaan beton harus diselesaikan dalam waktu 20 menit sesudah keluar dari mesin pengaduk, kecuali bila diberikan bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk melambatkan proses pengerasan beton. Cara pengerjaan pengecoran dikerjakan sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan (sgregasi). Akan tetapi, bila Direksi menginginkan, adukan beton setelah dituangkan dalam mesin pengadukan dan diangkat ke tempat pekerjaan dapat diletakkan lebih dahulu pada platform di dekat tempat-tempat yang akan dicor dengan maksud untuk dikerjakan kembali (diaduk-aduk) agar didapat suatu masa beton dengan konsistensi yang merata. Adukan beton boleh melebihi tinggi ½ meter dan tidak diperkenankan menimbun beton dalam jumlah banyak disuatu tempat dengan bambu-bambu atau batangbatang pisang dengan maksud memudahkan pengambilan pada waktu pembongkaran panjangnya. Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan secara lapis demi lapis horizontal umumnya setebal 30 cm, menerus seluruh panjangnya. Beton, acuan dan atau tulangan-tulangan yang menonjol keluar harus dicegah kemungkinan kena sentuhan atau getaran yang dapat membahayakan daya letaknya dengan beton. c. Konsistensi (Slump Test) Slump test harus sering diadakan selama pelaksanaan pekerjaan beton, kecuali ditetapkan lain oleh Direksi. Cara pelaksanaan slump test sesuai dengan PBI bab 4.4 sebagai berikut : Sebuah kerucut berpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm (disebut kerucut abrams) diletakkan diatas bidang alas yang rata yang tidak menyerap air. Kerucut ini isi dengan adukan beton, sambil ditekan kebawah pada penyokong-penyokongnya. Adukan beton diisikan dalam tiga lapis yang kira-kira sama tebalnya dan setiap lapis lapis ditusuk-tusuk sekurang-kurangnya sepuluh kali dengan tongkat baja dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm dan dengan ujung yang dibulatkan.

Setelah bidang atasnya disipat rapat, maka dibiarkan ½ menit. Selama waktu adukan beton yang jatuh sekitar kerucut disingkirkan, segera setelah itu penurunan pundak kerucut terdapat tingginya semula diukur. Hasil pengukuran ini disebut slump dan merupakan ukuran dari kekentalan adukan beton tersebut. 9. Pemadatan a. Umum Selama dan sesudah pegecoran, beton harus dipadatkan dengan alatalat pengetar mekanis (internal vibrator) kecuali bila Direksi mengijinkan cara pemadatan dengan tenaga manusia. Cara pemadatan dengan tenaga manusia dengan memukul-mukul acuan dari sebelah luar, menjorok dan menusuk-nusuk adukan beton secara kontinnue. Dalam hal ini, ketelitian perlu diperhatikan agar semua sudut-sudut terisi, sela-sela diantara dan di sekeliling tulagan tersebut, membuat agar permukaan menjadi rata dan halus, mengeluarkan gelembunggelumbung udara, dan mengisi semua rongga. b. internal Vibrator Internal vibrator digunakan dengan cara memasukkan alat-alat pulsat or atau penggetar mekanis ke dalam adukan beton yang dicor. Alat itu harus dimasukkan dalam adukan beton searah dengan as memanjangnya, sedalam menurut perkiraan bahwa beton itu secara keseluruhan tingginya telah dipadatkan, kemudian ditarik keluar perlahan-lahandan dimasukkan lagi pada posisi selanjutnya. Alat ini tidak boleh dibiarkan di suatu tempat lebih lama dari 30 detik, dan ditempatkan pada posisi-posisi yang tidak lebih jauh dari 45 cm. (untuk selanjutnya digunakan persyaratan di PBI 1971). c. Jumlah Vibrator Jumlah minimum internal vibrat or ditetapkan seperti tersebut dibawah ini : TABEL - 3 Jumlah minimum Internal Vibrator Kecepatan Pengecoran Beton/Jam Jumlah Alat 4 m³ 8 m³

2 3 Dianjurkan untuk menyediakan alat internal vibrator lebih dari jumlah minimum agar apabila terjadi kerusakan alat pekerjaan tidak tertunda. Bila digunakan alat lain, maka cara dan jumlah akan ditentukan oleh Direksi. 10. Perawatan Beton a. Umum Pada umumnya beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan dan panas matahari serta kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan oleh gaya-gaya sentuhan sebelum beton menjadi keras. Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam keadaan lembab, dengan cara menutupinya dengan karung-karung basah, pasir basah, atau menggenanginya dengan air sampai selama waktu perawatan yang akan disebutkan dibawah ini : b. Pembahasan b.1 Beton yang menggunakan semen biasa dan tidak memakai bahan pembantu lainnya harus selama minimum 7 hari. b.2 Beton yang menggunakan semen biasa tetapi dengan bahan-bahan pembantu harus tetap dibasahi sampai kekuatannya mencapai 70 % dari kekuatan minimum beton pada umur 28 hari. c. Lantai Atas Setelah pekerjaan lantai aus selesai sesudah beton mulai mengeras permukaan harus segera ditutup dengan karung-karung basah atau bahan lain yang sejenis dan diusahakan tetap lembab dengan tiap kali menyirami dengan air sampai beton mengeras betul. Lalu lintas baru dapat diijinkan melewati jembatan sesudah beton berumur 28 hari atau sampai waktu yang ditentukan Direksi. 11. Pembongkaran Acuan dan Perancah Perancah dan acuan tidak diperbolehkan untuk dibuka, kecuali Direksi telah memberikan persetujuan. Direksi dalam memberikan persetujuan, akan memperhitungkan kekuatan kekuatan konstruksi untuk menahan berat sendiri dan beban-beban selama pelaksanaan, agar kekuatan beton dapat menampung seluruhnya sampai waktu pembongkaran acuan dan

perancah. Pada umumnya perancah dan acuan dapat dibongkar setelah beton berumur 3 minggu. Dalam hal-hal di mana pembongkaran acuan dan perancah akan dilakukan secepatnya maka syarat-syarat minimum di bawah ini harus dipenuhi : TABEL - 4 Syarat minimum pembongkaran acuan dan perancah dihitung dari saat selesainya pengecoran beton (beton dirawat dengan pembasahan). Posisi Acuan / Perancah Untuk beton-beton yang menggunakan semen biasa Acuan samping dari balok-balok, dinding-dinding, pilar, kepala jembatan bila kemajuan pengecoran per hari adalah setinggi : a. Dibawah 3 meter b. 3 meter sampai 6 meter c. 6 meter sampai 10 meter 2 hari 3 hari 5 hari Acuan samping tiang pancang segi 12 jam Perancah : a. Di bawah dek. jembatan balok b. Di bawah jembatan pelat 2 tumpuan c. Di bawah balok-balok dengan tumpuan & jembatan lengkung 7 hari 14 hari 21 hari Beban-beban pelaksanaan berupa apapun yang bersifat membebani secara terpusat selama beton masih dipikul oleh perancah-perancah tidak diperbolehkan, kecuali Direksi telah sepenuhnya memperhitungkan dan mengijinkan hal itu. Pilar atau kepala jembatan harus terlebih dahulu

diperiksa dan apabila bagian-bagian keropos/lemah, harus segera diperbaiki sebelum perancah-perancah yang menahan beban bagian konstruksi yang seharusnya ditahan oleh pilar yang akan dibongkar. Dalam hal-hal yang lain yang disebutkan disini, ketentuan hal sama dalam PBI 1971 harus diikut i sejauh mana hal itu memungkinkan. 12. Pemeriksaan Akhir Pekerjaan Beton Pekerjaan beton umumnya dapat diterima setelah berumur 28 hari, apabila syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang tertera pada Spesifikasi dan Gambar Rencana telah seluruhnya dipenuhi. Semua konstruksi beton yang telah selesai harus sesuai dengan Gambar Rencana, bentuk, peil dan perlengkapan-perlengkapan, juga tentang kelas-kelas betonnya. Penyimpangan dari Gambar Rencana, Spesifikasi dan atau Petunjuk Direksi, dapat menyebabkan pekerjaan tersebut dibongkar dan diperbaharui lagi sesuai Spesifikasi dan petunjuk Direksi, yang kesemuanya itu atas tanggungan pembiayaan pihak Kontraktror. 13. Cara Pengukuran Untuk Pembayaran Jumlah pekerjaan beton yang akan dihitung adalah kubikasi dari hasil pekerjaan yang telah selasai diterima baik oleh Direksi, termasuk pekerjaan acuan. Pekerjaan pembesian akan dihitung tersendiri. Jumlah yang akan dihitung dengan harga satuan tersebut dibawah ini harus telah termasuk semua upah, bahan dan pekerjaan-pekerjaan lain (job mix formula, test kubus) yang umumnya perlu dilakukan untuk tercapainya hasil kerja yang dikehendaki dengan mutu sebaik-baiknya serta menjadi tanggung jawabpihak kontraktor pelaksana Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran 7.1 (5)a 7.1 (6) 7.1 (8)

Beton K – 225 Beton K – 175 Beton K – 125 M³ M³ M³

Related Documents

Bab Iv Struktur
July 2020 4
Bab-iv
June 2020 31
Bab Iv
June 2020 62
Bab Iv
June 2020 34
Bab Iv
May 2020 45