BAB IV PEMBAHASAN
Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyrakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat (Rakerja Keperawatan Kesmas, 1999 dalam Effendi, 1998). Bentuk pelayanan atau asuhan langsung yang berfokus pada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk berpartisipasi daengan lingkungan internal dan eksternal. Kemitraan komunitas terbentuk melalui suatu proses pemberdayaan, kemitraan adalah sistem yang fleksibel dari struktur kekuatan yang ditetapkan melalui upaya negosiasi untuk mendistribusikan kekuatan diantara para partisipan. Upaya ini bertujuan meningkatkan kesehatan atau kesejahteraan komunitas secara keseluruhan (Paulo Fraire (1997) dalam Anderson & Farlan (2007). Pengaruh masyarakat dalam peningkatan kesehatan dan pelayanan utama berada seputar hak – hak dasar klien untuk mendapat standar kehidupan yang adekuat untuk kesehatan dan kesejahteraan yang optimal (Deklarasai Alma Alta, 1978, dalam Potter & Perry, 2005). Untuk meningkatkan peran serta masyarakat pada pelaksanaan praktek pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) Akper Ngudi Waluyo di Desa Truko menggunakan pendekatan pencapaian derajat kesehatan yang optimal, maka mahasiswa berusaha bekerjasama dengan tokoh masyarakat, kader, karang taruna, kepala dusun, ketua RT dan RW setempat, juga melaksanakan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral di wilayah kecamatan Bringin dan kabupaten Semarang. Tahap – tahap pada proses keperawatan komunitas meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang akan dibahas dibawah ini
dengan menggunakan analisa SWOT yaitu Strenght (kekuatan), weakness (kelemahan) opportunity (keseimbangan), dan threat (ancaman).
A. PENGKAJIAN Pengkajian komunitas merupakan suatu proses atau upaya untuk dapat mengenal masyarakat, dimana warga masyarakat adalah
mitra dan berkontribusi terhadap
keseluruhan proses (Elizabeth & Judith, 2007) . Menurut teori Anderson pada tahap pengkajian, data yang perlu dikaji pada masyarakat atau komunitas adalah data inti yang terdiri dari data demografi, umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya komunitas seperti: lingkungan fisik, perumahan, pendidikan kesehatan, ekonomi dan rekresi. Pengkaijan dilakukan dengan metode observasi, wawancara, kuesioner, dan pemeriksaan fisik. Kekuatan dari pelaksanaan pengkajian ini adalah adanya dukungan dan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengumpulan data dengan memberikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan dari mahasiswa. Disamping itu juga adanya dukungan dari tokoh masyarakat, kepala dusun, ketua RT dan RW pada saat pelaksanaan pengkajian yang memudahkan dalam memperoleh data. Kelemahan yang ditemukan pada tahap pengkajian antara lain karena geografi, sulitnya waktu dalam pengkajian pada masyarakat, SDM masyarakat yang rendah, dan tingkat ekonomi masyarakat yang lemah. Sehingga permasalahan tersebut menimbulkan tingkat kesulitan dalam pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa. Keseimbangan yang didapatkan pada pengkajian yaitu keramahan masyarakat, antusias dari masyarakat, dan dukungan yang diberikan oleh pihak kecamatan,
puskesmas, dan pejabat desa di wilayah Truko. Selama pelaksanaan pengkajian di desa Truko tidak ditemukan adanya ancaman yang mempengaruhi hasil dari pengkajian.
B. ANALISA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN Dari data yang diperoleh selama pengkajian yang dilakukan di Desa Truko ditemukan data kesehatan lingkungan: dari 1045 total rumah di Desa Truko, sebanyak 42% rumah dalam keadaan tidak bersih, dan penyebab yang paling mendominasi adalah debu dengan persentase 66%. Sebanyak 91% rumah memilki ventilasi dan sebanyak 9% tidak memiliki ventilasi, namun dari jumlah ventilasi yang ada sebanyak 48% ventilasi masih dalam keadaan kurang baik. Sebanyak 41% dari total rumah dalam pencahayaan masih kurang. Sebanyak 26% keluarga memiliki cara pembuangan sampah yang tidak sehat, yaitu dibuang di sembarang tempat dan di sungai. Dari 1045 rumah, sebanyak 50% memiliki kandang, yang 36% menempel pada rumah, 19% berada di dalam rumah dan 45% yang tersendiri. Dari 1217 kepala keluarga, sebanyak 10% keluarga yang tidak mencuci tangan pakai sabun dan gosok gigi, dan sebanyak 37% keluarga yang tidak memiliki tempat pembuangan tinja. Terdapat 1372 vektor (lalat, nyamuk, kucing,burung, kecoa, dan lain-lain) yang tersebar pada masing-masing perumahan dan vektor yang mendominasi adalah nyamuk. Untuk kesehatan lansia ditemukan data dari 644 lansia, 15% lansia menderita penyakit, dengan distribusi Hipertensi 50% , Rheumatik 10%, Diabetes Militus 6%, Asma 4%, Penyakit kulit 4%, TB paru 1%, Liver 1%, dan lain-lain (asam urat) 25%. Di Desa Truko belum terdapat Posyandu Lansia, sehingga 100% lansia di desa Truko tidak mengikuti posyandu lansia. Jumlah bayi dan balita 263 anak. Terdapat 2 anak yang mengalami BGM (Bawah Garis Merah, 7% Buteki di Desa Truko tidak mengetahui cara menyusui yang benar. 3% balita tidak melakukan kunjungan ke posyandu, alasan balita tidak berkunjung keposyandu yang paling mendominasi adalah
karena jaraknya jauh dari rumah. Sebesar 4% balita belum mendapatkan vitamin A. Ada sebanyak 3% balita tidak memiliki KMS. Balita yang berada dalam status gizi kurang sebanyak 0%, yang berada pada status gizi buruk sebanyak 1% dan 14% balita tidak mendapat PMT. Dari 724 pasangan usia subur (PUS), terdapat 17% PUS yang tidak ikut KB, alasan PUS tidak ikut KB yang mendominasi karena takut akibatnya. Dari 27 PUS yang hamil, terdapat 7% PUS yang hamil tidak melakukan pemeriksaan ANC, alasanya yang mendominasi karena tidak mempunyai waktu. Di Desa Truko terdapat 328 remaja, yang tidak aktif dalam organisasi sebanyak 50%, alasan tidak aktif dalam organisasi yang mendominasi adalah karena tidak ada wadah organisasi, remaja di desa Truko ternyata masih ada sebanyak 12 % remaja tidak mengetahui usia reproduksi, 15% remaja tidak mengetahui tentang penyakit menular seksual. Dari pengkajian yang dilakukan selama tiga hari dan hasil analisa diperoleh enam masalah keperawatan yang meliputi kesehatan lingkungan, kesehatan lansia, kesehatan balita, kesehatan ibu dan anak, dan kesehatan remaja. Berdasarkan skoring prioritas masalah kesehatan, masalah utama yang muncul adalah: 1. Resiko terjadinya penyakit akibat lingkungan dan perumahan yang tidak sehat di wilayah Desa Truko berhubungan dengan lingkungan perumahan yang kurang sehat dan bersih 2. Resiko penurunan derajat kesehatan pada lansia di desa Truko berhubungan dengan kurangnya motivasi lansia dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan 3. Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan pada bayi dan balita di Desa Truko berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan 4. Resiko peningkatan angka kelahiran berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan
5. Resiko penurunan kesehatan selama kehamilan dan menyusui berhubungan dengan kurang informasi tentang cara dan memanfaatkan pelayanan kesehatan pada ibu menyusui dan ibu hamil 6. Resiko terjadinya ketidakaktifan remaja dalam berorganisasi di Desa Truko berhubungan dengan tidak adanya wadah organisasi. Menurut Efendi (1998), masalah kesehatan tersebut muncul dikarenakan faktor – faktor yang menjadi mata rantai terjadinya penyakit, yang kesemuanya itu tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat, disamping faktor – faktor yang sudah dibawa sejak lahir sehingga menjadi masalah tersendiri bila dilihat dari segi individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan. Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku positif. Friedman (1998) menyatakan bukti kuat bahwa ukuran keluarga berpengaruh terhadap pola dan kepribadiannya. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengertian perilaku itu dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa (berpendapat berfikir, bersikap, dsb) untuk memberikan respon terhadap situasi diluar subyek tersebut. Responsi ini dapat bersikap pasif (tanpa tindakan) dan dapat juga bersifat aktif (dengan tindakan atau action). Notoatmodjo (2003) berpendapat bahwa perilaku kesehatan merupakan: 1. Minat – minat seseorang sesuai dengan kepentingan pribadinya (behaviour intensions). 2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitar (social support) 3. Ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan (accessibility of information)
4. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan tersebut dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy) 5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).