ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI IGD I. PENGKAJIAN Tanggal Pengkajian
: 15 Maret 2019
Jam Pengkajian
: 10.15 WITA
A. Biodata pasien Nama
: Tn. R
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: SMK
Pekerjaan
: Pelajar
Usia
: 16 tahun
Status Pernikahan
: belum menikah
No. RM
: 1-42-23-XX
Diagnosa Medis
: CKB(Cedera Kepala Berat)+Susp.Fraktur
Basis Cranii Alamat
: Jl. Satelit Km. X Kab. Banjar
B. Biodata Penanggung Jawab Nama
: Tn. M
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Hubungan dengan klien
: Ayah klien
Alamat
: Jl. Satelit Km. X Kab. Banjar
C. Pengkajian Primer 1) Airway (Jalan nafas) Sumbatan: ( ) benda asing (√) darah ( ) bronkospasme
( ) sputum ( ) lendir ( ) Bebas/ tanpa sumbatan Suara nafas: (√) Snoring (√) Gurgling ( ) Stridor ( ) Vesikuler Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas 2) Breathing (pernafasan) Sesak, dengan ( ) aktivitas (√) tanpa aktivitas (√ ) menggunakan otot tambahan Frekuensi
: 36x/mnt
SPO2 : 88%
Irama
: ( ) teratur
(√) tidak teratur
Kedalaman
: (√) dalam
( ) dangkal
Batuk
: ( ) produktif
(√ ) non produktif
Sputum
: ( ) ada
( ) tidak ada
Darah Warna
: merah
Konsistensi : sde Bunyi nafas: ( ) ronchi ( ) wheezing ( ) crakles Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Pola Napas 3) Circulation (sirkulasi) Sirkulasi perifer: Nadi
: 136 x/mnt
Irama
: (√) teratur
( ) tidak teratur
(√)
Denyut
: (√) lemah
TD
: 90/60 mmHg
( ) kuat
Ektremitas : ( ) hangat
(√) dingin
Warna Kulit : ( ) cyanosis
(√) pucat
(
( ) tidak ada
(√) Sde
kemerahan Nyeri dada : ( ) ada Karakteristik nyeri dada: Sde ( ) menetap ( ) menyebar ( ) seperti ditusuk tusuk ( ) seperti ditimpa benda berat CRT
: (√) < 2 detik
( ) > 2 detik
Edema
: ( ) iya
( ) tidak
Lokasi edema: ( ) muka ( ) tangan atas ( ) tungkai ( ) anasarka Eliminasi dan cairan: BAK : Tidak ada Jumlah
: ( ) sedikit
( ) banyak
( ) sedang
Warna
: ( ) kuning jernih
( ) kuning kental
( ) putih
( ) tidak
(√) Sde
(√) sedang
( ) buruk
Rasa sakit : ( ) iya BAB: Tidak ada Diare: ( ) iya (√ ) tidak ( ) berdarah ( ) cair ( ) berlendir Turgor
: ( ) baik
)
Mukosa
: ( ) lembab
( ) kering
(√) Sde
Suhu : 35, 8 0C Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Cerebral 4) Dissability Tingkat kesadaran: ( ) Composmentis ( ) Apatis ( ) Somnolen (√) Delirium ( ) Stupor ( ) Soporocoma ( ) Koma Pupil ( ) Isokor (√) Unisokor ( ) Miosis ( ) Midriasis Reaksi terhadap cahaya Kanan ( ) positif (√) negatif Kiri (√) positif ( ) negatif GCS: Eye Verbal Motorik = E1 V2 M5 = 8 Terjadi : ( ) kejang ( ) pelo ( ) kelumpuhan/ kelemahan ( ) mulut mencong ( ) afasia
( ) disartria ( ) berlendir Nilai kekuatan otot: 55 55 Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Cerebral 5) Eksposure Terdapat othorea (keluar darah dari kornea) pada telinga kanan dan kiri, rhinorea (keluar darah dari hidung) kanan dan kiri, terdapat vulnus eksoriasi pada bagian wajah ± 2 cm dan pada tangan kanan ± 10 cm. Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Cerebral D. Pengkajian Sekunder 1) Keluhan utama (Bila nyeri, pengkajian PQRST) : Klien mengalami penurunan kesadaran 2) Alergi terhadap obat, makanan tertentu : Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki alergi makanan ataupun obat-obatan. 3) Medikasi/ pengobatan terakhir : tidak ada 4) Event of injury/ penyebab injury : Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami kecelakaan ± pukul 09.20 wita, dimana klien menaiki kendaraan roda dua bersama dengan temannya, lalu klien bertabrakan dengan mobil pikup, klien dan temannya menggunakan helm. 5) Pengalaman pembedahan : Ibu klien mengatakan bahwa anaknya tidak pernah memiliki riwayat operasi/pembedahan. 6) Riwayat penyakit sekarang : Ibu klien mengtakan bahwa klien mengalami kecelakaan ± pukul 09.20 wita, dimana klien menaiki kendaraan roda dua bersama dengan temannya, lalu klien bertabrakan dengan mobil pikup, klien dan temannya menggunakan helm. Klien dan temannya akhirnya diantar
oleh petugas BPK ke RSUD Ulin Banjarmasin dan sampai di IGD RSUD Ulin Banjarmasin pada pukul 10. 15 wita, klien dan temannya mendapatkan beberapa pemeriksaan fisik, kesadaran, tanda-tanda vital dan diberikan terapi tindakan medis dengan GCS : E1V2M5 kesadaran delirium dikarenakan klien gelisah, RTS (Revised Trauma Score) : 9 (Sedang), Otohorea, Rhinorea, muntah darah (muntah proyektil), SPO2: 88%, TD: 90/60 mmHg, Respirasi: 36x/menit, Nadi: 136x/menit, Temp: 35,8oC, akral teraba dingin, wajah tampak pucat dan vulnus eksorasi pada bagian wajah ± 2 cm serta tangan kanan ± 10 cm. 7) Riwayat penyakit dahulu : Ibu klien mengatakan bahwa anaknya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes mellitus jantung dll, serta riwayat penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dan HIV/AIDS. 8) Pemeriksaan Head to Toe a.
Kepala Saat inspeksi wajah klien tampak simetris, warna rambut hitam, distribusi rambut merata dan saat dipalpasi tidak ada hematom di bagian kepala. Mata : Saat inspeksi bentuk mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikhterik, reaksi pupil unisokor dimana rekasi terhadap cahaya (+) mata kiri dan (-) mata kanan, edema tidak ada. Telinga : Letak telinga simetris kanan dan kiri sejajar dengan sudut mata, bentuk telinga normal, kemampuan mendengar sulit dievaluasi, terdapat orothorea (keluar darah dari telinga) betel sign tidak ada. Hidung : Saat inspeksi hidung tampak simetris, terdapat rhinorea (keluar darah dari hidung), dan saat palpasi nyeri tekan sinus sulit dievaluasi namun tidak ada krepitasi.
Mulut : Saat inspeksi bibir dan mulut simetris, klien mengeluarkan muntah darah dari mulut satu kali dan gigi utuh/ tidak ada gigi yang patah. b.
Leher Klien tidak mengalami adanya pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan JVP
c.
Dada Saat inspeksi pengembangan dada tampak simetris kanan dan kiri, ictus cordis tidak terlihat dan tidak ada jejas/luka diarea dada, saat palpasi tidak ada krepitasi, dan taktil fremitus sulit dievaluasi, pada perkusi suara paru sonor dan suara jantung pekak. Saat auskultasi suara paru vesicular dan tidak ada suara tambahan di paru kanan dan kiri, lalu suara jantung normal S1/S2 tunggal.
d.
Abdomen Saat inspeksi abdomen tampak datar, tidak ada jejas dan luka, kulit abdomen elastic, saat palpasi tidak ada pembesaran limfe dan hati, nyeri teklan sulit dievaluasi, perkusi abdomen timpani, saat auskultasi bising usus positif (12x/menit) normal.
e.
f.
Ekstremitas Luka
: (√) iya
( ) tidak
Dalam
: ( ) iya
(√) tidak
Perdarahan
: ( ) iya
(√) tidak
Deformitas
: tidak ada
Kontraktur
: tidak ada
Nyeri
: tidak ada
Krepitasi
: tidak ada
Kulit/ Integumen Mukosa
: ( ) lembab
Kulit: ( ) bintik merah ) luka
( ) kering ( ) jejas
(√) lecet-lecet
(√) sde (
E. Pemeriksaan Penunjang Nama
: Tn. R
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI Hemoglobin
Laboratorium
NILAI NORMAL
INTERPRETASI
13,3
14,0 – 18,0 g/dl
Eritrosit Leukosit
4,63 27,7
4,0 – 10,5 ribu/µl 4,50 – 6,00 juta/µl
Hematokrit
37,9
42.00 – 52.00 vol%
255 11,5
150 – 450 ribu/µl 11,5- 14,7 %
Menurun karena terjadi perdarah aktif akibat trauma kepala, dimana darah membawa nutrisi dan oksigen Normal Meningkat (Reaksi system pertahanan tubuh terhadap kerusakan jaringan, infeksi dan inflamasi, dalam hal ini berhubungan dengan trauma/cidera kepala. Menurun, Hematokrit menunjukkan volume darah dalam tubuh yang berhubungan dengan sel darah merah dan Hb, karena perdarahan aktif, sehingga menyebabkan jumlah volume darah berkurang dari normal. Normal Normal
81,9 28,7 35,1
80-97 Fl 27-32 Pg 32-38 %
Normal Normal Normal
0,1 1,1 90,8
0,0-1,0 % 1,0-3,0 % 50,0-70,0 %
Limfosit %
4,9
25,0-40,0 %
Monosit % Basofil # Eusinofil #
4,1 0,02 0,02
3,0-9,0 % < 1 ribu/µl < 3 ribu/µl
Normal Normal Meningkat, karena granulosit berhubungan dengan leukosit dalam proses ifeksi dan inflamasi Menurun, karena limfosit bagian sel darah putih namun efektifitas kinerjanya lebih pada serangan tubuh oleh virus/bakteri Normal Normal Normal
Trombosit RDW-CV MCV, MCH, MCHC MCV MCH MCHC HITUNG JENIS Basofil % Eusinofil % Gran %
HASIL
Tangga: 15-03-2019 (11.04 wita)
Gran #
Limfosit # MID # PROTHROMBIN TIME Hasil PT INR Control normal PT Hasil APTT Control normal APTT KIMIA GULA DARAH Gula darah sewaktu
HATI SGOT SGPT GINJAL Ureum Creatinin ELEKTROLIT Natrium Kalium
25,20
2,50-7,00 ribu/µl
Meningkat, karena merupakan bagian dari leukosit dalam proses pertahan tubuh terhadap infeksi, inflamasi dan perbaikan kerusakan jaringan Normal Normal
1,36 1,14
1,25-4,0 ribu/µl 0,30-1.00 ribu/µl
13,4 1,24 10,8 30,5 24,8
9,9-13,5 detik 22,2-37,0 detik -
211
< 200 mg/dl
Meningkat karena pada keadaan trauma menghasilkan stesor akibat cidera kepala yang akhirnya melepaskan katekolamin akibat gangguan pada axis hipotalamus pituitary sebagain bentuk kompensasi otak terhadap iskemik/kerusakan jaringan di otak.
39 17
0-46 U/l 0-45 U/l
Normal Normal
16 0,87
10-50 mg/dl 0,7-14 mg/dl
Normal Normal
139 3,7
135-146 mmol/l 3,4-5,4 mmol/l
Normal Normal
Normal
Normal
Nama : Tn. R
Pemeriksaan CT Scan
Tgl : 15/3/2019
Catatan : Gambaran CT Scan untuk menunjukkan tulang tengkorak/ skull yang mengalami fraktur/patah seperti adanya fraktur basis crania. Hasil: tidak ada fraktur basis crania pada lapisan tulang tengkorak.
Nama : Tn. R
Pemeriksaan CT Scan
Tgl: 15/3/2019
Catatan : Gambaran CT Scan untuk melihat adanya sumber perdarahan di kepala. Hasil : menunjukkan adanya perdarahan pada bagian epidural (EDH) sebnayak 7 cc.
Nama : Tn. R
Pemeriksaan Foto Skull
Tgl: 15/3/2019
Catatan : Gambaran foto ini untuk menunjukkan adanya fraktur pada tulang tengkorak. Hasil : tidak ada fraktur pada tulang tengkorak di dari bagian frontalis, temporalis, parietalis dan oksipitalis.
Nama : Tn. R
Foto Rontgen leher dan kepala
Tgl : 15/3/2019
Catatan : Gambaran foto ini untuk menunjukkan adanya fraktur pada tulang cervikal. Hasil : tidak ada fraktur cervikal
Nama : Tn. R 15/3/2019
Pemeriksaan Foto Thorax
Tgl:
Catatan : Gambaran foto ini untuk menunjukkan adanya kelainan pada thorax meliputi keadaan jantung paru dan tulang yang ada di daerah dada. Hasil : tidak ada pembesaran jantung, masa/cairan di paru dan tidak ada kelainan bentuk tulang iga/costa, CTR : 47% (Normal < 50 %)
Nama Obat, Frekuensi Pemberian, Dosis, Cara Pemberian Traneksamat, 1000 mg, via iv line
Ketorolac, 3 x 30 mg, via iv line
Indikasi Menghentikan atau mengatasi perdarahan
Mengatasi nyeri sedang hingga nyeri berat, pasca operasi.
Kontraindikasi
Efek Samping
Cara Kerja Obat
Hipersensitif atau alergi terhadap asam traneksamat, kejang, hematuria, penyakit ginjal, masalah penggumpalan darah
Mual dan muntah, diare, anoreksia, sakit dada, batuk, urin berdarah.
Alergi ketorolac, ulkus peptikum aktif, gangguan ginjal derajat sedang hingga berat, riwayat asma, bronkospasme, menunjukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian asetol atau obat anti inflamasi nonsteroid lainnya.
Sakit perut, muntah ringan, diare, konstipasi, pusing, mengantuk, berkeringat, nyeri gastrointestinal.
Golongan antifibrolitik yang mampu menghambat plasminogen, sehingga mengurangi konversi plasminogen menjadi plasmin yang mencegah dan mengurangi perdarahan. Golongan obat NSAID (Non Steroid Anti Inflamantory Drug) yang bekerja dengan memblok produksi substansi alami tubuh yang menyebabkan inflamasi.
Konsiderasi Perawat -
-
-
Prinsip 12 benar pemberian obat Observasi efek samping Observasi ttv
Prinsip 12 benar pemberian obat Beritahu efek samping yang mungkin terjadi Observasi efek samping Berikan secara perlahan-lahan.
Nama Obat, Frekuensi Pemberian, Dosis, Cara Pemberian Ranitidine, 2 x 5 mg, via iv line
Indikasi
Kontraindikasi
Efek Samping
Cara Kerja Obat
Mengatasi peningkatan asam lambung, dispepsia kronis, gastroesophageal reflux disease/GERD, kondisi hipersekresi, Infeksi H. pylorilkus, Peptikum dan Duodenum.
Porfiria akut atau hipersensitivitas terhadap ranitidin dan komponen obat tersebut
Rasa tidak nyaman area perut hingga timbul nyeri perut, nyeri kepala / Pusing, Mual hingga muntah, Timbulkan ruam pada kulit, Saat berkemih urin dapat keruh, Gangguan tidur (insomnia), Diare ataupun konstipasi, Pusing kepala berputar atau vertigo. Bengkak, nyeri dan kemerahan di area suntikan, reaksi alergi, mual/muntah, sakit perut, sakit kepala/pusing, lidah sakit/bengkak, berkeringat, diare.
Ranitidine merupakan salah satu jenis obat golongan H2 Histamine Blocker. Ranitidine bekerja secara kompetitif dalam memblok histamin pada reseptor-H2 dari sel-sel parietal lambung yang menghambat sekresi asam lambung.
-
Obat ini termasuk kelas antibiotik bernama Cephalosporine yang bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri dan menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga tidak terjadi bakterilisis
-
Ceftriaxone, 2 x 1 gr, Infeksi saluran napas, infeksi THT, infeksi via iv line saluran kemih, sepsis, meningitis, infeksi tulang/sendi, infeksi jaringan lunak, infeksi intraabdominal, dll.
Hipersensitif terhadap antibiotik, neonatus
Konsiderasi Perawat
-
-
-
Prinsip 12 benar pemberian obat Beritahu efek samping yang mungkin terjadi Observasi kemungkinan efek samping
Prinsip 12 benar pemberian obat Lakukan skin test terlebih dahulu Pada pemberian antibiotik sangat penting perhatikan adanya reaksi alergi dan tidak boleh diberikan pada ibu hamil serta menyusui.
Nama Obat, Frekuensi Pemberian, Dosis, Cara Pemberian Tetagam, 1 amp, secara IM
Indikasi
Kontraindikasi
Efek Samping
Profilaksis pada individu dengan cedera yang baru saja terjadi dan individu dengan riwayat vaksinasi tidak komplit atau tidak diketahui, mencegah tetanus, terapi untuk tetanus yang sudah bermanifestasi secara klinis.
Diketahui mengalami respon sistemik berat atau anafilaktoid terhadap imunosodium globulin, pada trombositopenia berat, Tetagram P diberikan secara subkutan, Hipersensitivitas terhadap komponen Tetagam
Iritasi kulit pada daerah penyuntikan, demam, mual dan muntah, reaksi alergi, jantung berdebar, penurunan tekanan darah
Cara Kerja Obat vaksin yang digunakan untuk mencegah suatu penyakit; terutama penyakit yang disebabkan oleh infeksi entah itu infeksi bakteri, virus, ataupun parasit. Vaksin biasanya mengandung agen penginfeksi yang sudah dilemahkan atau dimatikan sehingga tidak dapat menginfeksi tubuh kita, atau bagian dari agen penginfeksi penyakit yang ingin dicegah. Vaksin bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali agen penginfeksi tersebut dan menghancurkannya, serta agar tubuh dapat menghancurkan agen penginfeksi tersebut di kemudian hari apabila bertemu lagi.
Konsiderasi Perawat Prinsip 12 benar pemberian obat Observasi adanya efek samping Observasi tandatanda vital
Nama Obat, Frekuensi Pemberian, Dosis, Cara Pemberian Midazolam, 1x 2 mg, via iv
Indikasi Sebagai obat bius atau anestesi bagi pasien yang akan menjalani operasi, Menurunkan kesadaran, memberikan rasa kantuk atau efek yang menenangkan (sedatif) bagi pasien yang menggunakan alat bantu pernapasan di unit perawatan intensif.
Kontraindikasi bayi prematur, miastenia gravis.
Efek Samping
Cara Kerja Obat
Mual, muntah, mengantuk, pusing, penglihatan kabur, pilek , bersin, amnesia atau pelupa setelah prosedur Anda
Midazolam adalah obat golongan benzodiazepine yang diberikan sebelum operasi, untuk mengatasi rasa cemas, membuat pikiran dan tubuh menjadi rileks, serta menimbulkan rasa kantuk dan tidak sadarkan diri. Obat ini bekerja dengan cara memperlambat kerja otak dan sistem saraf.
Konsiderasi Perawat -
Prinsip 12 benar pemberian obat Observasi keadaan pasien
ANALISA DATA
NO. 1. DS : DO
DATA :
Pada
PROBLEM CKB
Airway
terdapat
sumbatan di jalan nafas yaitu
Perdarahan di jaringan
adanya darah di mulut dan hidung,
otak
sehingga
ETIOLOGI
menimbulkan
suara
gurgling lalu disertai snoring akibat
Penurunan kesadaran
pangkal lidah jatuh kebelakang. Perubahan sirkulasi CSS ke saluran lain (saluran
Ketidakefektifan
nafas)
Bersihan Jalan Napas
materi asing masuk dijalan napas : darah
Penumpukkan cairan di saluran napas (hidung dan mulut)
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas 2.
DS :-
CKB
DO : Pada Breathing Frekuensi pernapasan
R
:
36X/menit
(Takipnea), SPO2: 88%, tampak sesak
tanpa
aktivitas,
Perdarahan di jaringan otak
klien,
pernapasan dalam, irama tidak
Difusi oksigen dan suplai
teratur, menggunakan otot bantu
oksigen ke jaringan
Ketidakefektifan
menurun
Pola Napas
pernapasan,
terdapat
sputum
berupa darah segar. Peningkatan kinerja
NO.
DATA
PROBLEM system pernapasan seperti
ETIOLOGI
otot bantu napas
Kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang kurang
Ketidakefektifan Pola Napas 3.
DS :
CKB
DO : Pada Circulation TD : 117/69 mmHg,
Nadi:
136x/menit
(Takikardi), irama nadi teratur
Perdarahan di jaringan otak
namun lemah, ekstremitas teraba dingin, warna kulit tampak pucat, GCS:
E1V2M5
:8,
kesadaran
Aliran darah di otak terganggu
Delirium karena klien gelisah, othorea dan rhinorea.
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Suplai oksigen dan nutrisi berkurang
Penurunan kesadaran
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Cerebral
Cerebral
II. Diagnosa Prioritas Keperawatan : Diagnosa 1 : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas berhubungan dengan materi/benda asing : darah ditandai dengan pada airway terdapat sumbatan di jalan nafas yaitu adanya darah di mulut dan hidung, sehingga menimbulkan suara gurgling lalu disertai snoring akibat pangkal lidah jatuh kebelakang.
Diagnosa 2 : Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan Pada Breathing Frekuensi pernapasan R : 36X/menit (Takipnea), SPO2: 88%, tampak sesak tanpa aktivitas, klien, pernapasan dalam, irama tidak teratur, menggunakan otot bantu pernapasan, terdapat sputum berupa darah segar.
Diagnosa 3 : Ketidakefektifan Perfusi Jeringan Cerebral berhubungan dengan perdarahan akibat cidera kepala ditandai dengan p ada Circulation TD : 117/69 mmHg, Nadi: 136x/menit (Takikardi), irama nadi teratur namun lemah, ekstremitas teraba dingin, warna kulit tampak pucat, GCS: E1V2M5 :8, kesadaran Delirium karena klien gelisah, othorea dan rhinorea.
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan benda asing dalam jalan napas TUJUAN DAN KRITERIA HASIL Setelah dilakukan tindakan
INTERVENSI 1. Kaji tanda-tanda vital klien
RASIONAL 1. Tanda-tanda vital dapat menjadi salah satu data
keperawatan selama 15 menit
penunjang yang secara spesifik menunjukkan
diharapkan masalah ketidakefektifan
respon tubuh terhadap keluhan atau penyakit
bersihan jalan napas teratasi atau
yang diderita.
berkurang, dengan kriteria hasil :
2. Kaji kepatenan jalan napas
2. kepatenan jalan napas mengindikasikan jalan
1. Jalan napas menjadi paten
napas baik, tidak ada sumbatan dalam jalan
2. Tidak ada suara napas tambahan
napas. 3. Berikan kepatenan jalan napas
3. kepatenan jalan napas diperlukan agar bersihan jalan napas dapat diberikan dengan membuka jalan napas
4. Imobilisasi cervical klien
4. pasien dengan trauma dapat dicurigai adanya fraktur cervical sehingga perlu dilakukan imobilisasi cervical sampai adanya data penunjang yang menunjukkan klien benar terdapat fraktur cervical
5. Kolaborasi pemasangan opa
5. pemasangan opa bertujuan untuk mempertahankan jalan napas
6. Kolaborasi pemberian suction
6. pemberian suction dapat mengurangi akumulasi cairan berlebih dan memaksimalkan oksigenasi
Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi TUJUAN DAN KRITERIA HASIL Setelah dilakukan tindakan
INTERVENSI 1. Kaji frekuensi napas dan saturasi oksigen klien
RASIONAL 1. frekuensi napas dan saturasi oksigen
keperawatan selama 15 menit
menunjukkan respon tubuh terhadap keluhan atau
diharapkan ketidakefektifan pola
penyakit yang diderita.
napas teratasi atau berkurang dengan
2. kaji otot bantu napas
kriteria hasil :
2. adanya otot bantu pernapasan menunjukkan adanya masalah pada fisiologi pernapasan
1. Frekuensi napas dan saturasi
3. kaji irama napas dan kedalaman pernapasan
3. menunjukkan adanya masalah pada fisiologi
oksigen meningkat
klien
pernapasan
2. otot bantu tidak ada
4. kolaborasi pemberian terapi oksigen
4. untuk membantu memaksimalkan kebutuhan
3. irama napas teratur
oksigen bagi tubuh
Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan perdarahan akibat cedera kepala TUJUAN DAN KRITERIA HASIL Setelah dilakukan tindakan
INTERVENSI 1. kaji tanda-tanda vital
RASIONAL 1. Tanda-tanda vital dapat menjadi salah satu data
keperawatan selama 15 menit
penunjang yang secara spesifik menunjukkan
diharapkan ketidakefektifan perfusi
respon tubuh terhadap keluhan atau penyakit yang
jaringan serebral teratasi atau
diderita.
berkurang dengan kriteria hasil :
2. kaji tanda-tanda peningkatan TIK
2. peningkatan TIK menandakan adanya masalah
1. tekanan darah dalam batas normal
3. Berikan Head up 300
3. untuk mengurangi peningkatan TIK
120/80 mmHg
4. kolaborasi terapi cairan
4. Terapi cairan membantu untuk mengatur kembali
2. nadi dalam batas normal 60-100
hemodinamik
x/m
5. kolaborasi pemberian obat-obatan anti
5. obat anti perdarahan untuk mengurangin
3. irama nadi kuat dan teratur
perdarahan dan antibiotik
perdarahan yang terjadi dan antibiotik untuk
4. ekstremitas teraba hangat
mencegah infeksi
5. tidak terjadi perubahan warna kulit 6. kolaborasi pemeriksaan penunjang
6. pemeriksaan penunjang membantu menegakkan
6. kesadaran meningkat
diagnosa penyakit dan dapat memberikan intervensi
7. perdarahan aktif berkurang
yang tepat dari masalah atau penyakit.
IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakefektifan bersihan jalan
JAM 10.15 wita
IMPLEMENTASI 1. Mengkaji tanda-tanda vital
PARAF
EVALUASI 10.30 wita
napas berhubungan dengan benda
klien meliputi suhu, nadi,
S : Klien penurunan kesadaran
asing dalam jalan napas
respirasi, dan tekanan darah.
O:
Hasil :
-
jalan napas paten
Suhu = 35,80C
-
suara napas snoring tidak ada
Nadi = 136 x/m
-
suara napas gurgling masih ada
Pernapasan = 36 x/m
10. 15 wita
Tekanan darah = 117/69
A : Ketidakefektifan bersihan jalan napas
mmHg
teratasi
2. Mengkaji kepatenan jalan
P:
napas klien apakah ada
1. observasi tanda-tanda vital klien setiap
obstruktif atau sumbatan
15 menit
dengan cara mendengarkan
2. kolaborasi lakukan suction secara
apakah adanya bunyi napas
berkala setiap 30 menit
tambahan pada klien.
3. kaji kepatenan jalan napas klien
Hasil :
apakah bunyi napas mash gurgling setiap
terdapat bunyi snoring dan
sebelum dan sesudah dilakukan suction
gurgling pada klien. 10.15 wita
3. Memberikan kepatenan jalan
napas klien dengan cara membuka jalan napas klien menggunakan teknik jaw thrust. Hasil : Teknik jaw thrust dilakukan untuk membuka jalan napas klien 10.15 wita
4. Melakukan imobilisasi cervical klien dengan menggunakan soft cervical collar. Hasil : Soft cervical collar terpasang karena klien mengalami trauma sehingga dicurigai adanya fraktur cervical sampai terdapat data penunjang yang mendukung.
10.20
5. Kolaborasi melakukan pemasangan opa dengan cara
memasang opa pada mulut klien untuk mempertahankan bersihan jalan napas dari jatuhnya pangkal lidah ke belakang. Hasil : Bunyi snoring yang diakibatkan pangkal lidah jatuh ke belakang tidak terdengar lagi. 10.25 wita
6. Kolaborasi melakukan pemberian suction secara berkala, suction yang dilakukan tidak lebih dari 15 detik. Hasil : Cairan dalam mulut klien berkurang dan suara gurgling tidak ada.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakefektifan pola napas
JAM 10.15 wita
berhubungan dengan hiperventilasi
IMPLEMENTASI 1. Mengkaji frekuensi napas dan saturasi oksigen pada
PARAF
EVALUASI 10.30 wita S : klien penurunan kesadaran
klien. Hasil :
O:
Frekuensi napas klien 36 x/m
- Frekuensi napas 29 x/m
Saturasi oksigen 88 %
- Saturasi oksigen 96 % - otot bantu pernapasan masih ada - irama napas teratur
A : Ketidakefektifan pola napas teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi dengan observasi berkala 10. 15 wita
2. Mengkaji otot bantu napas pada klien dengan cara inspeksi. Hasil : klien menggunakan otot bantu napas
10.15 wita
3. Mengkaji irama napas dan
kedalaman pernapasan klien dengan cara inspeksi. Hasil : Irama napas klien teratur dan dalam. 10.20 wita
4. kolaborasi memberian terapi oksigen kepada klien melalui NRM (Non Rebreathing Mask) 12 liter per menit. Hasil : Terapi oksigen 12 lpm via NRM diberikan
DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakefektifan perfusi jaringan
JAM 10.15 wita
IMPLEMENTASI 1. Mengkaji tanda-tanda vital
serebral berhubungan dengan
klien seperti suhu, nadi,
perdarahan akibat cedera kepala
pernapasan, tekanan darah dan
PARAF
EVALUASI 10.30 wita S : klien penurunan kesadaran
saturasi oksigen serta tingkat
O:
kesadaran klien menggunakan
- tekanan darah 120/70 mmHg
GCS (Glasglow Coma Scale)
- nadi 100 x/m
Hasil :
- irama nadi kuat dan teratur
Suhu = 35,80C
- GCS menurun E1V2M4
Nadi = 136 x/m
- Perdarahan aktif berkurang
Pernapasan = 36 x/m Tekanan darah = 117/69
A : Ketidakefektifan perfusi jaringan
mmHg
serebral
GCS = E1V2M5 10.15 wita
2. Mengkaji tanda-tanda
P : lanjutkan intervensi dengan observasi
peningkatan TIK pada klien
berkala
meliputi apakah ada penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, muntah dan nyeri. Hasil : Klien muntah darah, penurunan tekanan darah, takikardi dan
nyeri sulit dievaluasi. 10.25 wita
3. Memberikan Head up 300 pada klien Hasil : Klien berbaring dengan posisi head up 300
10.25 wita
4. melakukan kolaborasi pemberian terapi cairan Hasil : Diberikan terapi cairan infus nacl 0,9 % iv line dengan cara di loss. 5. melakukan kolaborasi pemberian obat-obatan anti perdarahan dan antibiotik SOD Hasil : Injeksi ceftriaxone 1x1 gr via iv, injeksi asam traneksamat 1000 mg via iv, injeksi ketorolac 1x30 mg via iv, injeksi midazolam 1x 2 mg via
iv, tetagam 1 amp secara IM. 10.30
6. melakukan kolaborasi pemeriksaan penunjang seperti CT Scan, pemeriksaan foto skull, foto thorax, foto rontgen leher dan kepala. Hasil : CT Scan = terdapat EDH (Ephidural Hemoragic) perdarahan 7 cc Foto skull = tidak terdapat fraktur basis cranii Foto thorax = tidak ada pembesaran jantung, massa/cairan di paru, tidak ada kelainan bentuk tulang iga / costa, CTR = 47%. Foto rontgen leher dan kepala = tidak terdapat fraktur cervikal.