BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kajian Pustaka 1.
Preeklamsia a.
Pengertian Preeklampsia Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya tekanan darah menjadi ≥ 140/90 mmHg. (Sitomorang, dkk 2016). Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan (Praworihadrjo, 2009). Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria ≥ 300 mg/24 jam, dan edema yang kadang kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya (Ayu, 2016). Jadi preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan gejala salah satunya proteinuria ≥ 300 mg/24 jam dan sebelumnya tidak menujukan tanda kelainan vascular atau hipertensi.
16
17
b.
Penyebab Preeklampsia Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui penyebabnya, tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai faktor penyabab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia juga lebih rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan, riwayat kehamilan, riwayat preeklampsia (Sitomorang dkk, 2016). Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui secara pasti. Menurut Angsar (2009) beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia meliputi riwayat keluarga pernah preeklampsia / eklampsia, riwayat preeklampsia sebelumnya, umur ibu yang ekstrim (35 tahun), kehamilan kembar, hipertensi kronik. Penyebab utama terjadinya preeklampsia yang berdampak pada janin adalah kelainan plasenta yang menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah pada plasenta mengalami masalah. Lebar pembuluh darah akan mengecil dari ukuran seharusnya hal ini menyebabkan suplai darah ke janin akan terganggu dan secara langsung akan mengahmabat tumbuh kembang janin yang tingkat paling parah akan menyebabkan janin akan lemah hingga mati (Meidya, 2019)
18
c.
Faktor-faktor Preeklampsia Faktor - faktor risiko
yang berhubungan dengan
preeklampsia antara lain (Cunningham, 2010): 1)
Obesitas dan dyslipidemia ( kadar lemak dalam darah terlalu tiggi atau rendah ).
2)
Terpapar oleh vili korionik untuk pertama kalinya, yaitu pada primigravida dan primipaternitas.
3)
Terapar vili korionik yang berlebihan atau hiperplasentosis misalnya pada mola hidatidosa kehamilan multiple, diabetes mellitus, hidrops fetalis, makrosomia.
4)
Umur yang ektrim terlalu tua (35 tahun) atau terlalu muda.
5)
Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia maupun hipertensi.
6)
Penyakit-penyakit ginjal dan kardiovaskuler termasuk hiertensi yang sudah ada sebelum hamil. Selain itu, faktor lain seperti riwayat preeklampsia, hamil
ganda, hingga rentang hamil yang cukup lama merupakan penyebab terjadinya preeclampsia (Meidya, 2019) Adapun faktor predisposisi (Ayu, 2016): 1)
Mola hidatidosa
2)
Diabetes milletus
3)
Hidrofetalis
4)
Obseitas
19
d.
Gejala Preeklampsia Preeklamsi
merupakan
kumpulan
dari
gejala-gejala
kehamilan yang di tandai dengan hipertensi dan odem (Kusnarman, 2014). Gambaran klinik preeklampsia mulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria (Saraswati, 2016). Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklampsia biasanya yaitu sakit kepala hebat. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan atau edema atau sakit karena perubahan pada lambung dan gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan kadang-kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan penyempitan pembuluh darah dan edema (Wibowo, 2015). Diagnosis preeklampsia ditegakan berdasarkan adanya dari tiga penyebab (Ayu, 2016): 1)
Edema
2)
Hipertensi
3)
Proteinuria
Gejala lain preeklampsia antara lain (Meidya, 2019) : 1)
Pembengkakan anggota tubuh yang disebebkan oleh penimbunan cairan pada jaringan atau disebut juga dengan edema. Pembengkakan atau edema ini biasa menyerang bagian kaki, tangan dan lengan.
20
2)
Sesak napas yang disebabkan oleh cairan yang tertampung pada paru-paru. Sesak napas ini juga bisa disebebkan karena factor psikologis ibu hamil dimana ibu hamil merasa takut akan ketidakselamatan nya dan janin.
3)
Sakit kepala dan pandangan kabur terkadang hilang. Sakit kepala terjadi karena tekanan darah tidak stabil dan cenderung tinggi. Hal ini akan terus berlanjut dan menyebabkan iritasi pada otak dimana pandangan ibu hamil mulai kabur dan mungkin hilang terutama saat kondisi yang sangat terang.
4)
Jarang buang air kecil. Hipertensi pada preeklampsia juga langsung menggagu produksi urine oleh tubuh. Selain terjadi proteinuria atau kadar protein tinggi pada urine jumlah urine yang dikeluarkan ibu hamil akan cenderung lebih sedikit
5)
Rasa sakit dan nyeri pada perut terutama pada bagian perut kanan. Rasa sakit ini dapat menjalar sehingga menggagu gerak ibu hamil.
6)
Gangguan fungsi hati
7)
Kadar trombosit dalam tubuh menurun.
21
e.
Patofisiologi Preeklampsia Teori lain yang lebih masuk akal adalah bahwa preeklampsia merupakan akibat dari keadaan imun atau alergi pada ibu. Selain itu terdapat bukti bahwa preeklampsi diawali oleh insufisiensi suplai darah ke plasenta, yang mengakibatkan pelepasan substansi plasenta sehingga menyebabkan disfungsi endotel vascular ibu yang luas (Hutabarat dkk, 2016). Pada preeclampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsy ginjal ditemukan spassme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat diakui oleh suatu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebebkan oleh penimbunan air yang berlebih dalam ruangan instertitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebebkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus. Pada preeclampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan system yang kemungkinan diakibatkan vasospasme dan iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai subtansi endogen (seperti
22
postagladin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan thrombus dan perdarahan dapat mempengaruhi system saraf local dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manisfestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume intravaskuler meningkatkan kardiakouput dan peningkatan tahanan
pembuluh
perifer.
Peningkatan
hemolysis
microangiopati menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim.
f.
Klasifikasi Preeklampsia Preeklampsia dibedakan menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan berat. 1)
Preeklampsia Ringan : a)
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang, kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak pemeriksaan 1 jam, sebaiknya 6 jam.
23
b)
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu. c) Proteinuria kwantitatif 0,3 gram atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream.
2)
Preeklampsia Berat : a)
Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic 110 mmHg atau lebih.
b)
Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam, 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif.
c)
Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.
d)
Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
e)
Edema paru dan sianosis.
Adapun kriteria preeklampsia berat dan ringan sebagai berikut: Menurut Icemi dan Wahyu (2013) yang pertama, hipertensi gestasional, Hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengam tanda-tanda preeklamsia namun tanpa proteinuria. TD sistolik ≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90 mmHg ditemukan pertama kali sewaktu hamil dan memiliki gejala atau tanda lain preeklamsia seperti dispepsia atau trombositopenia. Kedua, sindrom preeklamsia dan eklamsia
24
merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria, sedangkan eklamsia merupakan preeklamsia yang disertai dengan kejang - kejang dan/atau koma. TD sistolik ≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90 mmHg dengan proteinuria ≥300 mg/24 jam. Ketiga, hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia. Preeklampsia yang terjadi pada ibu hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil. Keempat, hipertensi kronik (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg) yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu.
g.
Komplikasi Preeklampsia Kejang pada eklampsia adalah keadaan ditemukannya serangan kejang tiba - tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas yang sebelumnya menunjukan gejala preeklampsia (Prawirohardjo, 2010). Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun pada akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia. Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan jantung, kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan kematian (Natiqotul, 2016).
25
Komplikasi
preeklampsia
tergantung
pada
derajat
preeklampsia yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain (Ayu, 2016) : 1)
Stroke
2)
Eklampsia
3)
Solusio plasenta
4)
Pendarahan subkapsula hepar
5)
Kelainan pembengkuan darah (DIC)
6)
Sindrom HELLP (Hemolisis, Elevated, Liver, Ezymes, dan Low Plateelet count)
7)
Gagal jantung hingga syok dan kematian
8)
Hypoxia janin
9)
Asfiksia neonatorum
10)
Premature
11)
Gagal ginjal
12)
Kebutaan
13)
Kejang
14)
Hipertensi permanen
15)
Distress fetal
16)
Infark plasenta
17)
Abruption plasenta
18)
Kematian janin dalam uterus
19)
Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
26
h.
Pencegahan Preeklampsia Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, dapat menemukan tanda-tanda bahaya preeklampsia sedini mugkin, lalu diberikan pengobatan ytag cukup supaya peyakit tidak menjdai lebih berat, selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsia. Walapupun timbulnya preeklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi sepenuhnya, namu frekuensi terjadinya masih dapat dikurangi dengan pelaksaaan pengawasan yang baik pada ibu hamil. Penerapan tentang manfaat istirhat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu harus berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari harus dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeclampsia dan segera merawat penderitaan tanpa memberikab diuretika dan obat anti hipertensif, memag merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik (Ayu, 2016).
i.
Penatalaksanaan Preeklampsia Konsep pegobatannya harus dapat mematahkan mata rantai iskemia regio uteroplasenter sehingga gejala hipertensi dalam kehamilan dapat diturunkan (Manuaba, 2012). Tujuan dasar
27
penatalaksaaan untuk
setiap kehamilan dengan penyulit
preekalmpsia adalah (Cunningham, 2010): 1)
Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan janinnya.
2)
Lahirnya bayi kemungkinan dapat berkembang
3)
Pemulihan sempurna kesehatan ibu Berikut merupakan penanganan preeklampsia sesuai
dengan jenis preeklampsia : 1)
Preeklamsia Ringan Penderita preeklampsia ringan biasanya tidak di rawat dan harus lebih sering melakukan pemeriksaan antenatal dengan memantau tekanan darah, urine (untuk proteinuria), dan konsisi janin. Selain itu pasien diminta untuk istirahat, dan juga konseling pasien degan keluargannya tentang tanda - tanda bahaya kehamilan. Obat anti hipertensi dan dieuretik belum direkomendasikan untuk digunakan pada penderita preeclampsia ringan kecuali jika terdapat edema paru, dekompensation kordis atau gagal ginjal akut (Artikasari, 2009).
2)
Preeklampsia Berat Penanganan preeclampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalina harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia. Semua kasus
28
preeclampsia berat harus ditangani secara aktif (Artikasari, 2009).
Pengelolaan
preeklampsia
berat
mencakup
pencegahan kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan supportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan. Pengelolaan cairan pada preeclampsia bertujuan utuk mencegah terjadinya kejang (eklampsia). Obat yang digunakan sebagai anti kejang antara lau diazepam, fenitoin, dan magnesium sulfat (MgSO4) (Rini, 2010). Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejalagejala preeklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi (Ayu, 2016) : Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau terminasi ditambah pengobatan medisinal. Perawatan aktif Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment (NST dan USG), indikasi: 1)
Ibu a)
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
b)
Adanya
tanda-tanda
atau
gejala
impending
eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan
29
darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan). 2)
3)
Janin a)
Hasil fetal assessment jelek (NST dan USG)
b)
Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
Laboratorium a)
Adanya “HELLP Syndrome” (Hemolisis, Elevated, Liver, Ezymes, dan Low Plateelet count)
b)
Pengobatan medistinal
c)
Pengobatan medistinal pasien preeclampsia berat adalah : (1)
Segera masuk rumah sakit
(2)
Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperlukan setiap 30 meni, reflex patella setiap jam.
(3)
Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter dislingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc.
(4)
Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
d)
Pemberian
obatanti
kejang
magnesium
sulfat
(MgSO4). (1)
Dosisi awal sekitar 4 gr MgSO4 melalui IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit kemasan
30
20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Pantat kanan (40% dalam 10 cc) dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. untuk mengurangi nyeri dapat menggunakan xylocain 2% yang tidak menggandung adrenalin pada suntikan melalui IM. (2)
Dosisi ulang diberikan 4 gr IM 40% setelah 6 jam pemberian dosis awal lalu dosis ulang diberikan 4 gram im setiap 6 jam dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
(3)
Syarat-syarat pemberian MgSO4 (a)
Tersedia antidotum MgSo4 yaitu calcium gluconan 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) diberikan IV dalam 3 menit.
(b)
Refleks patella positif kuat.
(c)
Frekuensi pernafasan lebih 16 x/menit
(d)
Produksi urin lebih 100cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam)
e)
MgSO4 dihentikan bila (a)
Ada tanda-tanda keracunan, yaitu kelemahan otot, reflex fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP, kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian
31
karena kelumpuhan otot pernafasan karena ada serum 10 U magnesium pada dosisi adekuat adalah
4-7
mEq/liter.
Reflex
fisiologis
menghilang pada kadar 8-10 mEg/liter. Kadar 12-15 mEq/liter dapat terjadi kelumpuhan otot pernafasan dan > 15 mEq/liter terjadi kematian jantung. (b)
Bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4, pertama hentikan pemberian MgSO4, kedua berikan calcium gluconase 10% 1 gr (10% dalam 10 cc) secara IV dalam waktu 30 menit, ketiga berikan oksigen dan keempat pernafasan buatan.
(c)
MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensi).
(d)
Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda
edema
paru,
payah
jantung
kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemide injeksi 40 mg IM.
32
Perawatan konsertif Kehamilan tetap dipertahanan ditambah pengobatan medisinal. 1)
Indikasi : bila kematian paterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2)
Pengobatan medisinal : sama dengan perwatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan IV, cukup intramuscular saja dimana gram pada pantat kiri dan 4 gram pada pantat kanan.
3)
MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeclampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
4)
Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal dan harud diterminasi.
5)
Bila sebelum 24 jam henda dilakukan tindakan maka diberi lebih dulu MgSO4 20% 2 gr IV.
Penderita eklampsia dipulangkan bila : 1) Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeclampsia ringan dan telah dirawat selama 3 hari. 2) Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preklampsia ringan penderita dapat dipulangkan dan dairawat sebagai preeclampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
33
2.
Tanda Bahaya Kehamilan a.
Pengertian Tanda Bahaya Kehamilan Tanda-tanda bahaya pada kehamilan merupakan suatu pertanda telah terjadinya masalah yang serius pada ibu hamil atau janin yang dikandungnya (Meidya, 2019). Tanda–tanda bahaya kehamilan adalah tanda–tanda yang mengidentifikasi adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Masdanang, 2009). Tanda bahaya kehamilan adalah merupakan suatu tanda telah terjadinya masalah yang serius pada ibu atau bayi yang dikandungnya dalam keadaan bahaya (Lontaan, 2015). Setiap kehamilan,
dalam
perkembangannya
mempunyai
risiko
mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas (Wiknjosastro, 2010). Jadi Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda yang mengidentifikasi adanya bahaya yang terjadi selama kehamilan dengan gejala yang menunjukan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya oleh karena itu pelayanan antenatal harus dilakukan rutin.
34
b.
Tujuan Mengetahui Tnda Bahaya Kehamilan Tujuan
pentingnya
mengetahui
tanda-tanda
bahaya
kehamilan (Meidya, 2019): 1)
Mengenali tanda-tanda yang mengancam bagi ibu hamil dan janinnya sejak dini.
2)
Dapat mengambil tindakan yang tepat yaitu menghubungi tenaga kesehatan terdekat bila menemui tanda bahaya kehamilan untuk mendapat perawatan segera.
c.
Macam - Macam Tanda Bahaya Kehamilan 1)
Hyperemesis Gravidarum / Mual Muntah Maulana
(2009),
mendefinisikan
hyperemesis
gravidarum sebagai suatu keadaan yang dikarakteristikan dengan rasa mual dan muntah yang berlebihan, kehilangan berat badan dan gangguang keseimbangan elektrolit, ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat cekung. Jika tidak ditangani segera masalah yang timbul seperti peningkatan asam lambung yang selanjutnya dapat menjadi gastristis. Peningkatan asam lambung akan semakin memperparah hyperemesis gravidarum (Rahma, 2016). Menurut Ningsih (2012), mual muntah yang timbul terjadi karena adanya perubahan berbagai hormon dalam tubuh pada awal kehamilan. Presentase hormon hCG akan
35
meningkat
sesuai
dengan
pertumbuhan
plasenta.
Diperkirakan hormon inilah yang mengakibatkan muntah melalui rangsangan terhadap otot polos lambung. Sehingga semakin tinggi hormon hCG, semakin cepat pula merangsang muntah (Rahma, 2016). Menurut Manuaba (2010), mengemukakan dampak yang terjadi pada hyperemesis gravidarum yaitu menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi sel liver hingga terjadi ikterus. Mual muntah yang berkelanjutan dapat menimbulkan gangguan fungsi alat-alat vital dan menimbulkan kematian (Rahma, 2016). Hyperemesis gravidarum juga dikaitkan dengan peningkatan resiko untuk Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), kelahiran Prematur, kecil usia kehamilan, serta kematian
pada
perinatal.
Klasifikasi
hyperemesis
gravidarum menurut Manuaba (2010), yaitu: a)
Tingkat I Hyperemesis gravidarum tingkat I ditandai dengan muntah yang terus menerus disertai dengan penurunan nafsu makan dan minum.
b)
Tingkat II Pada hyperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan semua yang dimakan dan diminu, berat bada cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat.
36
c)
Tingkat III Hyperemesis gravidarum tingkat III sangant jarang terjadi. Keadaan ini sangat merupakan kelanjutan dari hyperemesis tingkat II yang ditandai dengan muntah yang berkurang atau bahkan berhenti, tetapi kesadaran menurun (delirium dampai koma) hingga mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan billirubin dan protein (Rahma, 2016). Gangguan mual dan muntah yang tidak dapat di cegah, diperlukan tahapan pengobatan sebagai berikut (Meidya dan Fatimah, 2019) : (1)
Ibu hamil diisolasi didalam kamar yang tenang dengan sirkulasi udara yang cukup baik. Selanjutnya, diberikan kalori secara parenteral dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sbanyak 2-3 liter.
(2)
Dilakukan pengobatan diuresis untuk keperluan pemeriksaan keseimbangan cairan
(3)
Diberikan makanan dan minuman sedikit demi sedikit jika dalam kurun waktu 24 jam ibu tidak lagi mengalami muntah-muntah.
(4)
Diberikan sedative berupa fenobarbital.
37
(5)
Diberikan antiemetic seperti metoklopramid, disklomin hidroklorida atau klopromazin jika keadaanya lebih berat.
(6)
Diberikan terapi psikologis kepada ibu hamil untuk menyakinkan bahwa penyakit mual dan muntah
ini
dapat
disembuhkan
serta
menghilngkan perasaan takut akan kehamilan dan berbagai masalah yang melatarbelakangi hipermasis (Meidya dan Fatimah, 2019). 2)
Pendarahan Pervaginam Perdarahan yang terjadi pada masa awal kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit (spotting) di sekitar waktu pertama terlambat haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi (penempelan hasil konsepsi pada dinding rahim) yang dikenal dengan tanda Hartman dan ini normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin terjadi
pertanda servik yang rapuh (erosi). Perdarahan dalam proses ini dapat dikatakan normal namun dapat diindikasikan terdapat tanda – tanda infeksi. Perdarahan patologis dengan tanda tanda seperti darah yang keluar berwarna merah dengan jumlah yang banyak, serta perdarahan dengan nyeri yang hebat. Perdarahan ini dapat disebabkan karena abortus, kehamilan ektopik atau mola
38
hidatidosa. Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan < 20 minggu dengan berat janin < 500 gram atau sebelum plasenta selesai (Kusmiyati, 2009). Jenis-jenis abortus menurut Kusumawati (2014), diantaranya: (1)
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
(2)
Abortus provokatus (induced abortion) adalah bentuk abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat– obatan mau pun alat–alat.
(3)
Abortus medisinalis adalah abortus yang terjadi karena indikasi medis seperti riwayat penyakit jantung, hipertensi, dan kanker.
(4)
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan– tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
(5)
Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah bentuk abortus dimana hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Perdarahan berlangsung banyak, dan dapat membahayakan ibu.
39
(6)
Abortus imminens Abortus yang mengancam terjadi di mana perdarahan kurang dari 20 minggu, dengan atau tanpa kram perut bagian baway tanpa dilatasi serviks.
(7)
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dimana ekspulsi hasil konsepsi belum terjadi tetapi telah ada dilatasi serviks. Kondosi ini ditandai pada wanita hamil dengan perdarahan banyak, disertai nyeri kram peut bagian bawah.
(8)
Abortus tertunda (missed abortion). Menurut WHO, missed abortion adalah kondisi dimana embrio atau janin nonviable tetapi tidak dikeluarkan secara spontan dari janin (kurun waktu sekitar 8 minggu).
3)
Anemia WHO menetapkan standar hemoglobin (Hb 11%) pada ibu hamil, jika kurang dari standar maka dikatakan mengalami anemia. Depkes RI (2009) mengklasifikasikan anemia pada ibu hamil berdasarkan berat badannya dikategorikan sebagai anemia ringan dan berat. Anemia ringan apabila kadar Hb dalam darah yaitu 8 gr% hingga kurang dari 11 gr%. Anemia berat apabila kadar Hb dalam darah kurang dari 8 gr% (Nurhidayati, 2013).
40
Komplikasi
anemia
pada
ibu
hamil
dapat
menyebabkan terjadinya missed abortion (kematian bayi sebelum usia 20 minggu) , kelainan kongenital, abortus/ keguguran serta dampak pada janin menyebabkan berat lahir rendah. Macam-macam anemia dalam kehamilan meliputi: (1)
Anemia defisiensi zat besi. Anemia yang ditandai dengan keluhan lemas, pucat dan mudah pingsan, karena kekurangan zat besi dalam darah dan kadar Hb <
11
gr%.
Dapat
ditanggulangi
dengan
mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi seperti sayur-sayuran dan daging. (2)
Anemia megaloblastik. Anemia yang terjadi karena kelainan proses pembentukan DNA sel darah merah yang disebabkan kekurangan (defisiensi) vitamin B12 dan asam folat.
(3)
Anemia hipoplastik. Anemia yang terjadi karena kelainan sumsung tulang yang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
(4)
Anemia hemolitik. Anemia yang terjadi karena kerusakan sel darah merah yang berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
41
4)
Hipertensi Dalam Kehamilan/Preeklampsia Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai peningkatan tekanan sistolik dan distolik sampai atau melebihi 140/ 90 mmHg. Ibu hamil yang mengalami kenaikan takanan sistolik sebanyak 30 mmHg atu diastolik sebanyak 15 mmHg perlu dipantau lebih lanjut (Lindarwati, 2012:4). Hipertensi dalam kehamilan disebabkan oleh peningkatan tekanan darah yang dipengaruhi oleh faktor perubahan
curah
jantung,
sistem
saraf
simpatis,
autoregulasi, dan pengaturan hormon. Hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi 5 yaitu: hipertensi kronis, preeklampsia, superimposed, hipertensi gestasional dan eklamsia. Hipertensi gestasional ditegakkan pada wanita yang tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut hipertensi transien apabila tidak terjadi preeklampsia dan tekanan darah kembali normal dalam 12 minggu postpartum. Hipertensi gestasional dapat memperlihatkan tanda - tanda lain yang berkaitan dengan preeklampsia, seperti nyeri kepala, nyeri epigastrium, trombositipenia (Lindarwati, 2012).
42
5)
Sakit Kepala Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit kepala hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristriahat. Terkadang karena sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilan
adalah
gejala
dari
preeklampsi.
Perubahan visual (penglihataan) secara tiba - tiba (pandangan kabur) dapat berubah pada masa kehamilan (Kusumawati, 2014). Nyeri kepala hebat pada masa kehamilan dapat menjadi tanda gejala preeklamsia, dan jika tidak diatasi dapat mnyebabkan komplikasi kejang maternal, stroke, koagulapati hingga kematian. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lengkap baik oedem pada tangan/ kaki, tekanan darah, dan protein urin ibu sejak dini. Pada ibu hamil yang menderita sakit kepala hebat, disarankan untuk segera dilakukan tindakan. Jika ibu tidak sadar
perlu
segera
kegawatdaruratan.
disiapkan
Selanjutnnya,
fasilitas
tindakan
observasi
terhadap
keadaan umum harus segera dilakukan, seperti pemeriksaan tanda vital (nadi, tekanan darah, dan pernapasan) yang
43
diiringi dengan mencari informasi riwayat penyakit pasien dan keluarganya (Meidya, 2019). 6)
Penglihatan Kabur Sakit kepala hebat yang tidak dapat disembuhkan dengan cara beristirahat (tidur) kadang kala dapat menimbulkan efek lanjutan, seperti penglihatan kabur. Tingkat ketajaman penglihatan ibu dapat berkurang saat hamil, salah satunya dipengaruhi oleh factor hormonal. Ibu hamil dapat berkonsultasi pada dokter untuk membeli kacamata yang dapat membantu ibu. Hal ini akan kembali pulih saat ibu menjalani pesalinan. Perubahan penglihatan yang terjadi mendadak, seperti pandangan kabur, terbayang, atau berkunangkunang, dapat mengancam jiwa.
Ibu tidak dapat
berkonsentrasi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, bahan ada resiko ibu terjatuh. Gejala penglihatan kabur dapat diwaspadai sebagai gangguan preeclampsia, terutama pada ibu hamil trimester ketiga. Preeklampsia dapat menimbulkan gangguan pada retina sehingga berdampak pada penglihatan ibu hamil. Ibu hamil dapat berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk penanganan dan perawatan lanjutan. Jika keadaan belum membaik, dapat diberikan pengobatan secara intens dengan memeriksa kondisi ibu
44
dan
factor-faktor
yang
menyebabkan
perubahan
penglihatan tersebut (Prawirohardjo, 2013). 7)
Bengkak Pada Muka dan Ekstermitas Hampir separuh dari ibu-ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau dengan meninggikan kaki lebih tinggi daripada kepala. Bengkak yang menjadi masalah serius yaitu ditandai dengan: (1)
Muncul pembengkakan pada muka, tangan dan ekstremitas lainya,
(2)
Bengkak tidak hilang setelah beristirahat,
(3)
Bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini merupakan pertanda dari anemia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung ataupun pre eklampsia. Gejala anemia dapat muncul dalam bentuk oedema (bengkak) karena dengan menurunnya kekentalan darah pada penderita anemia, disebabkan oleh berkurangnya kadar hemoglobin (Hb, sebagai pengangkut oksigen dalam darah). Pada darah yang rendah kadar Hb-nya, kandungan cairannya lebih tinggi dibandingkan dengan sel-sel darah merahnya (Kusumawati, 2014).
45
8)
Demam Tinggi Demam tinggi dapat menandakan adanya infeksi, yaitu masuk mikroorganisme pathogen kedalam tubuh. Ibu hamil yang menderita demam dengan suhu lebih dari 38oC harus diwaspadai karena hal ini merupakan salah satu masalah. Demam tinggi dapat diatasi dengan istirahat (berbaring), banyak minum air, dan sebagainya. Jika mengalami infeksi berat pada ibu hamil, suhu badan ibu hamil akan tinggi dan dapat menggagu fungsi organ-organ vital. Dengan demikian, ibu hamil yang mengalami demam, asumsi utama adalah terkena infeksi, sehingga disarankan untuk beristirahat yang cukup, memeriksakan diri ke dokter kandungan, dan mengkonsumsi obat yang dianjurkan dokter (Meidya, 2019).
9)
Gerakan Bayi Tidak Terasa Bayi kurang bergerak seperti biasa, Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia kehamilan 1618 minggu (multigravida, sudah pernah hamil dan melahirkan sebelumnya) dan 18-20 minggu (primigravida, baru pertama kali hamil). Jika janin tidur, gerakannya akan melemah, janin harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan dalam 12 jam). Gerakan janin
46
akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring/beristirahat, makan dan minum (Kusumawati, 2014). Jika ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah usia 22 minggu/memasuki persalinan, maka perlu diwaspadai terjadinya gawat janin atau kematian janin dalam uterus. Berkurangnya gerakan janin dapat disebabkan oleh kondisi ibu, nutrisi yang dikonsumsi ibu, atau penagruh janin yang bersangkutan. Beristirahat cukup, memperbaiki nutrisi, dan memeriksakan kandungan secara rutin disarankan bagi ibu hamil yang merasakan gerakan janinnya berkurang (Meidya, 2019). 10)
Ketuban Pecah Sebelum Waktunya Dinamakan ketuban pecah sebelum waktunya apabila terjadi sebelum persalinan yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran/ peningkatan tekanan uteri yang juga dapat disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks yang dapat dinilai dari cairan ketuban di vagina. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan 37 minggu preterm maupun kehamilan aterm.
47
11)
Berat Badan Berlebih Pada ibu hamil, pertambahan berat badan dapat mengindikasikan status gizi selama kehamilan sehingga perlu dilakukan pemantauan. Status gizi ibu pada kehamilan berpengaruh pada status gizi janin. Asupan makanan ibu dapat dapat masuk ke janin melalu tali pusat yang terhubung pada tubuh ibu. Kondisi terpenuhinya keburtuhan zat gizi janin terkait dengan perhatian asupan gizi dari makanan yang adekuat agar tumbuh kembang janin berlangsung optimal (Indreswari, dkk dalam Nurhayati, 2016). Semakin bertambahnya usia kehamilan, berat badan ibu hamil juga semakin bertambah. Berat badan ibu hamil merupakan hasil perjumlahan berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama kehamilan. Berat badan berlebih dapat mengakibatkan permasalahan yang serius baik bayi maupun ibunya. Berat badan ibu hamil yang naik lebih dari 1,5 kg/minggu pada usia trimester II dan Iii tergolong tidak sehat. Kenaikan berat badan berlebih saat hamil sangat beresiko,
baik
selama
kehamilan
maupun
setelah
persalinan. Beberapa permasalahan terkait kelebihan berat
48
badan saat hamil diuraikan sebagai berikut (Meidya dan Fatimah, 2019).
12)
a)
Hasil pemeriksaan USG kurang akurat
b)
Meningkatkan resiko kegemukan dan diabetes
c)
Cacat lahir
d)
Meningkatkan rasa ketidaknyamanan
e)
Tekanan darah tinggi dan diabetes gestasional
f)
Bayi terlalu besar
Sering Berdebar-Debar, Sesak Nafas, dan Lekas Lelah Sesak napas dan jantung berdebar biasa dialami oleh sebagian besar ibu hamil. Keluhan ini dapat terjadi kapan saja, pada saat usia kehamilan muda, usia kehamilan tua, atau menjelang persalinan. Sesak nafas pada usia kehamilan memasuki enam bulan keatas dapat dikatakan wajar. Hal ini karena rahim ibu semakin membesar dan berat badan bayi dalam kandungan bertambah. Akhirnya, dinding dada atau diafgrama ibu akan tertekan dan rongga paru-paru akan berkurang. Sesak napas dan jantung berdebar-debar saat hamil mengindikasikan beberapa kemungkinan yaitu anemia, kekurangan gula, penyakit hipertiroid, hingga sakit jantung. Berikut diuraikan beberapa penyebab ibu hamil sering
49
mengalami sesak napas dan jantung berdebar-debar, serta merasa cepat lelah (Meidya dan Fatimah, 2019). a)
Peningkatan atau Pertambahan Volume darah Ibu hamil mengalami pengingkatan volume darah hingga 50% dibandungkan ketika tidak hamil. Peningkatan volume darah ini berakitan dengan kebutuhan
janin
dalam
proses
pertumbuhan.
Perubahan volume darah ini berpengaruh terhadap kinerja jantung sehingga jantung harus bekerja lebih keras dari pada ketika ibu tidak hamil. Hal inilah yang membuat
ibu
hamil
merasa
berdebar-debar.
Walaupun demikian, pada beberapa kasus, perasaan berdebar-debar hanya sesekali dirasakan dan terjadi dalam waktu beberapa detik saja. b)
Progesterone Ketika hamil, hormone tubuh mengalami perubahan. hormone progesterone pada ibu hamil dapat mempengaruhi kinerja jantung. Salah satu efek progesterone terhadap jantung adalah membuat jantung bekerja lebih cepat dan mengahsailkan denyut jantung lebih kuat agar darah dapat dipompa hingga ke bagian uterus atau rahim. Hal ini dapat
50
berlangsung pada awal-awal kehamila. Akibatnya, ibu hamil merasakan jantungnya berdebar-debar. c)
Stress Ibu hamil pada masa awal kehamilan dapat mengalami stress karena belum bisa beradaptasi dengan kehamilannya. Perubahan bentuk tubuh, kesehatan janin, dan berbagai hal yang dialami pada awal kehamilan dapat menambah beban pikiran ibu. Akibatnya, ibu hamil dapat mengalami stress. Stress berdampak pada peningkatan beban jantung. Jantung bekerja lebih keras dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung sehingga ibu merasakan berdebardebar saat hamil.
d)
Kekurangan Volume Darah Kekurangan volume darah dapat terjai pada ibu hamil, yang merupakan salah satu penyebab anemia. Hal ini sering terjadi akibat adanya mekanisme pendarahan. Ibu hamil yang mengalami luka dengan pendarahan
dengan
jumlah
tertentu,
dapat
mengurangi volume darah pada tubuh. Semntara itu, darah berfunsgi sebagai pengangkut nutrisi dan oksigen keseluruh tubuh. Kekurangan darah dapat menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen keseluruh
51
tubuh berkurang. Akibatnya, untuk mengantisipasi kekurangan volume darah, jantung melakukan kerja yang berat agar sirkulasi berjalan cepat untuk memnuhi keburuhan dalam tubuh. e)
Hemoglobin Rendah Salah satu penyebab terjadinya anemia adalah rendahnya
kadar
menurunkannya
kadar
hemoglobin. hemoglobin
Dampak dapat
menurunkan kadar oksigen yang dialirkan kedalam sel-sel tubuh. Rendahnya konsumsi zat besi dapat mengurani kadar hemoglobin. Hal ini menyebabkan jantung berusaha memnuhi kebutuhan sel dengan memnfaatkan hemoglobin yan tersedia didalam tubuh. Hemoglobin yang tersedia dan mengikat oksigen diedarkan keseluruh tubuh dengan proses yang cepat. Jantung yang berdebar-debar dirasakan ibu hamil karena jantung memompa darah lebih cepat akibat kadar hemoglobin yang rendah. f)
Penyakit Jantung Jantung berdebar-debar pada ibu hamil juga mengindikasikan bahwa ibu mengidap penyakit jantun. Penyakit jantung ini dapat dialami oleh ibu
52
dengan riwayat penyakit jantung bawaan atau penyakit jantung baru saja diderita. 13)
Gangguan Ginjal Ibu yang tidak memiliki penyakit ginjal, ketika hamil, dapat mengalami gangguan ginjal seperti infeksi saluran kemih. Sementara itu, ibu hamil yang memiliki penyait ginjal kronis lebih beresiko tinggi, yakni komplikasi selama kehamilan. Fungsi ginjal ibu hamil dapat memburuk. Selain itu, gangguan fungsi ginjal yang dialami selama masa kehamilan juga berefek negative bagi janin, salah satunya adalah menggagu pertumbuhan janin, sehingga pada saat dilahirkan, berat badan bayi berada dibawah normal. Bayi yang mempunyai berat badan lahir rendah, jumlah neufron (penyaring darah) pada ginjalnya berkurang sehingga berdampak pula pada kesehatan bayi. Bayi tersebut dapat berpotensi memiliki risiko mengindap gangguan ginjal dapat menurnkan risiko kepada bayinya. Selain itu, risiko terbesar gangguan fungsi ginjal pada ibu hamil adalah abortus atau keguguran janin (Meidya, 2019).
14)
Gangguan Kelenjar Gondok Hormon tiroid berperan penting dalam berbagai proses metabolisme (protein, karbohidrat, dan lemak) dan aktivitas fisik pada hampir semua system organ tubuh manusia.
53
Kekurangan hormon tiroid (hipotiroid) maupun kelebihan hormone tiroid (hipertiroid) akan menggagu berbagai proses
metabolisme
dan
aktivitas
fisiologi,
serta
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan termasuk system saraf dan otak (Pusdatin, 2015). Gejala hipotiroid pada kehamilan sulit terdeteksi sehingga ibu hamil harus waspada. Hopotiroid pada ibu hamil yang terjadi pada trimester pertama kehamilan perlu diperhatikan karena dapat berpotensi terjadi komplikasi, seperti kematian janin dalam kandungan, bayi lahir premature, hipertensi kehamilan, keruskan plasenta dan sebagainya. Bahaya lain adalah dapat menyebabkan kecacatan pada anak, mudah lelah dan mengantuk, keginginan, nyeri pada sendi, kulit bersisik, penurunan libido, denyut nadi melambat, gerakan melambat, dan kuku menipis/rapuh (Meidya, 2019).
d.
Pencegahan Tanda Bahaya Kehamilan Tanda bahaya kehamilan dapat dicegah dengan hal-hal berikut (Suririnah, 2011): 1)
Melakukan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan
2)
Istirahat yang cukup
54
3)
Mengkonsumsi makanan yang sehat utamanya makanan yang tinggi protein dan mengurangi konsumsi makanan yang dapat menimbulkan preeklampsia atau eklampsia
4)
Meningkatkan balai kesehatan dan mengusahakan agar semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya
5)
Mencari pada tiap pemeriksaan kemungkinan tanda-tanda preeclampsia dan eklampsia serta melakukan pengobatan apabila ditemukan
6)
Menambah pengetahuan pada ibu hamil tentang tanda dan bahaya kehamilan
55
3.
Pengetahuan a.
Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang di milikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai meng hasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
persepsi
terhadap
objek.
Sebagian
besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata. Pengetahuan merupakan hasil tau dan ini terjadi setelah orang melakukan pengidraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2012). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2019), pegetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai factor dari dalam, seperti motivasi dan factor luar berupa sarana informasi yang terjadi, serta keadaan social budaya. Pengetahuan adalah informasi
yang
tersedia,
serta
keadaan
social
budaya.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang (Agus, 2013). Secara menyeluruh bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan ditangkap oleh panca indra manusia tentang benda, sifat, keadaan serta harapan-harapan.
56
b.
Proses Terjadinya Pengetahuan Pengetahuan mengungkapkan bahwa sebelum orang megadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses sebagai berikut (Notoatmodjo, 2011): 1)
Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (obyek).
2)
Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau obyek tersebut disini sikap obyek mulai timbul.
3)
Menimbang-nimbang (Evaluation), terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4)
Mencoba (Trial), dimana subyek mulai mencoba melakuka sesuatu sesuai apa yang dikehendaki.
5)
Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.
57
c.
Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang dicakupi dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu (Notoarmodjo, 2012): 1)
Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari
sebelumnya.
Termasuk
ke
dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelejari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan,
menyatakan,
dan
sebagainya. Contoh dapat menyebutkan tanda–tanda bahaya kehamilan. 2)
Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan
contoh:
menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
58
Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. 3)
Aplikasi (Application) Aplikasi
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan–perhitungan
hasil
penelitian
dapat
menggunakan prinsip – prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4)
Analisis (Analysis) Analisis
adalah
suatu
kemampuan
untuk
menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen– komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata– kata kerja, dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, sebagainya.
memisahkan,
mengelompokkan
dan
59
5)
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan dan menghubungkan bagian–bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis ini suatu kemampuan untuk menyusun, dapat merencanakan, meringkas, menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusa yang telah ada. 6)
Evaluasi Evaluasi
berkaitan
dengan
kemampua
untuk
melaksanakan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian-penilaian itu berdasarka suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Dari teori tingkatan pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan memiliki 6 tingkatan pengetehuan dimana pengetahuan tersebut diantaranya tingkat pertama tahu setelah mendapat pengetahuan, tingkat kedua memahami pengetahuan yang didapatkan, tingkat ketiga
dapat
kehidupan
mengaplikasikan
sehari-hari,
tingkat
pengetahuan
dalam
keempat
mampu
menjabarkan suatu materi atau menganalisis, tingkat kelima dapat mensintesis atau menunjukan kemampuan untuk meringkas suatu materi dan tingkat pengetahuan yang
60
keenam
seseorang
mempunyai
kemampuan
untuk
melakukan penilaian terhadap suatu materi.
d.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1)
Pendidikan Pendidikan
adalah
suatu
usaha
untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar
sekolah
(baik
formal
maupun
nonformal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupu dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat
mengenai
kesehatan.
Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat pada pendidikan nonformal. Pengetahuan
seseorang
tentang
suatu
objek
juga
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan asfek
61
negative. Kedua aspek inilah akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu, semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahu, maka akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut. 2)
Informasi/media massa Informasi adalah suatu yang data diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, meyimpan, memanipulasi, mengumumkan, meganalisi dan meyebarkan informasi dengan tujuan tertentu (UndangUndang Teknologi Informasi). Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
meghasilkan
pengetahuam.
perubahan
Berkembangnya
atau
peningkatan
teknologi
akan
menyediakan bermacam-macam media massa yang data mempengaruhi pengeahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabarm majalahm dan lain-lain
mempunyai
pengaruh
besar
terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media masa juga
62
menbawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. 3)
Pekerjaan Seseorang yang bekerja disektor formal memiliki akses yang lebih baik, terhdap berbagai informasi, termasuk kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
4)
Social Budaya dan Ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orangorang tidak melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun
tidak
melakukan.
Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersediannya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status social ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. 5)
Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun social. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi
63
timbal balik ataupun tidak, yang akan disrespon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 6)
Usia Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semkain berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan social, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan intelektual, pemecehan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hamper tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut: a)
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.
b)
Tidak dapat mengerjakan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya
usia,
khususnya
pada beberapa
kemampuan yang lain, seperti kosa kata dan
64
pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat IQ seseorang akan menurunkan cuku cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Agus, 2013). 7)
Pengukuran Pengetahuan Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan (Agus, 2013). Skala ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk angka-angka yang menggunakan alternative jawaban serta menggunakan peningkatan yaitu kolom menunjukkan letak ini maka sebagai konsokuensinya setiap centangan pada kolom jawaban menunjukan nilai tertentu. Dengan
demikian
analisa
data
dilakukan
dengan
mencermati banyaknya centangan dalam setiap kolom yang berbeda nilainya lalu mengalihkan frekuensi pada masingmasing kolom yang bersangkutan. Disini peneliti hanya menggunakan 2 pilihan yaitu: “Benar” (B) dan “salah” (S).
65
e.
Cara Memperoleh Pengetahuan Dari berbagai macam cara yang telah di gunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokan menjadi dua yakni. (Notoatmodjo, 2010). 1)
Cara tradisional atau non ilmiah untuk memperoleh pengetahuan a)
Cara coba salah (Trial and Error) Cara
ini
telah
dipakai
orang
sebelum
kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. b)
Secara kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan, salah satu contoh adalah penemuan enzim ureaseoleh summers pada tahun 1926.
c)
Cara Kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan
66
berbagai
prinsip
orang
lain
yang
menerima
mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. d)
Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman dalah guru yang baik, demiukian bunyi pepatah,ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara unutk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
e)
Cara akal sehat (common sense) Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teoriatau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya atau anak disipin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman adalah merupakan
67
metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan. f)
Kebenaran melalui wahyu Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikiut-pengikut
agama
yang
bersangkutan.
Terlepas dari apakah kebernarantersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyidikan manusia. g)
Kebenaran secara intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.
68
h)
Melalui jalan pikiran Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalaranya
dalam
memperoleh
pengetahuanya. Denagn kata lain, dalam memperoleh kebenan pengetahuan manusia telah mengguanakan jalan pikiranya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyatan yang dikemukakan, kemudian dicari hubunganya sehinga dapat dibuat suatu kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-prnyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada khusus. i)
Induksi Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi adalah proses penarikan kesimkpulan
69
yang dimulai dari pernyataan-pernyataaan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal
ini
pembuatan
berarti
kesimpulan
dalam
berfikir
tersebut
induksi
berdasarkan
pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indera. Kemudian disimpulkan kedalam suatu konsep
yang memungkinkan
seseorang untuk
memahami suatu gejala. Karena proses berfikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indera atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkritkepada halhal yang abstrak. j)
Deduksi Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM). Mengembangkan cara berfikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut “silogisme” Silogisme ini merupakan suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seorang untuk dapat mencapai kesimpulan yamg lebih baik.
70
2)
Cara ilmiah memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) cara baru atau modern dalam
memperoleh
pengetahuan
dewasa
ini
lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara memperoleh pengetahuan ini dengan mengadakan observasi langsung, dan
memebuat
penctatan-pencatatan
mengadakan
observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang di amatinya, pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni : a)
Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.
b)
Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi., yaitu
gejala-gejala yang berubah-ubah pada kiondisi-kondisi tertentu
71
B.
Kerangka Pemikiran Keragka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan (Sujaweni, 2014). Data di Indonesia, penyebab kematian ibu tahun 2014 juga masih diduduki oleh tiga penyebab utama terbesar yaitu perdarahan (30,3%), pre-eklamsia (27,1%) dan infeksi (7,3%). Akan tetapi, proporsi ketiga penyebab kematian ibu mulai mengalami perubahan, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan preeklamsia proporsinya semakin meningkat tiap tahun. Data dari Kementerian Kesehatan RI tercatat bahwa tahun 2010 sebesar 21,5%; tahun 2011 sebesar 24,7%; tahun 2012 sebesar 26,9% dan semakin meningkat lagi di tahun 2013 yaitu 27,1% (Kemenkes RI, 2014). Meningkatnya kejadian preeklampsia setiap tahun, maka diperlukannya sejak dini untuk mengenal tanda bahaya kehamilan dan melakukan upaya seoptimal mungkin untuk mencegah atau menurunkan frekuensi ibu hamil yang beresiko tinggi dan penanganannya yang perlu segera dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Qudriani, 2014). Tanda bahaya kehamilan adalah tanda atau gejala yang menunjukkan ibu atau bayi yang dikandungnya dalam keadaan bahaya. Tanda bahaya kehamilan jika tidak terdeteksi akan menyebabkan kematian pada Ibu dan janin (Syafrudin, 2009). Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan
72
bayi dalam keadaan bahaya (Lontaan, 2015). Ibu dengan tanda bahaya kehamilan salah satunya preeklampsia yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh ibu yaitu perdarahan otak, payah jantung dan payah ginjal, dan aspirasi cairan lambung atau edema paru-paru, sedangkan pada bayi dapat menyebabkan asfiksia intrauterine (janin didalam rahim kekurangan oksigen) dan persalinan prematuritas (Manuaba, 2010). Penyebab dari kejadian preeklampsia pada ibu hamil adalah karena kurangnya pengetahuan ibu tentang tanda bahaya kehamilan. Dengan adanya pengetahuan ibu tentang macam-macam, dampak dan bahaya kehamilan maka ibu hamil akan termotivasi untuk memeriksa kehamilannya secara rutin. Karena semakin tinggi pengetahuan ibu hamil maka akan semakin sering memeriksa kehamilan ke pelayanan antenatal care untuk memantau keadaan ibu dan janin dalam mencegah terjadinya komplikasi. Kejadian preeklamsia berhubungan dengan tingkat pendidikan ibu yang rendah dengan pengetahuan yang kurang, ibu yang tidak bekerja dan pendapatan keluarga yang kurang (Astrina, et al 2015). Status kesehatan ibu seperti status gizi ibu yang overweight (IMT (indeks Masa Tubuh) ≥23), adanya riwayat hipertensi, riwayat diabetes melitus, dan adanya riwayat keluarga preeklamsia/ekalmpsia juga berhubungan dengan kejadian pre-eklamsia/eklamsia (Kartasurya, et al 2015).
73
Kurangnya pengetahuan ibu terhadap kejadian preeklampsia pada ibu hamil merupakan masalah meningkatnya angka kejadian preeklampsia oleh karena itu perlu diberikan motivasi kepada ibu agar rajin
memeriksakan
kehamilannya
sehingga
dapat
mencegah
komplikasi yang akan terjadi selama kehamilan berlangsung. Deteksi dini didapatkan dari pemeriksaan tekanan darah secara rutin pada saat pemeriksaan kehamilan. Karena itu, pemeriksaan kehamilan rutin mutlak dilakukan agar preeklampsia dapat dideteksi cepat untuk meminimalisir kemungkinan komplikasi yang lebih fatal (Hukmiyah, 2018). Pengetahuan tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil adalah faktor yang menentukan seberapa besar ibu hamil tersebut melakukan pencegahan atas bahaya kehamilan. Berdasarkan uraian dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka kerangka pemikiran yang dirancang adalah sebagaimana tergambar pada 2.1. Bagan 2.1
Kerangka Pemikiran “Hubungan Pengetahuan Tentang Tanda dan Bahaya Kehamilan Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Preeklampsia”
Pengetahuan Tentang Tanda dan Bahaya Kehamilan Keterangan
: : Faktor yang akan diteliti : Ada hubungan
Kejadian Preeklampsia
74
C.
Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat (Sujarweni, 2014). Adapun hipotesis-hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Terdapat hubungan pengetahuan tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di Puskesmas Lembursitu Kota Sukabumi. Bentuk hipotesis : H0 :
Tidak ada hubungan pengetahuan tentang tanda dan bahaya kehamilan pada ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di Puskesmas Lembursitu Kota Sukabumi
H1 :
Ada hubungan pengetahuan tentang tanda dan bahaya kehamilan pada ibu hamil dengan kejadian preeklampsia di Puskesmas Lembursitu Kota Sukabumi.