BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Fail Chest adalah fraktur pada tulang iga yang menyebabkan terjadinya rangka torak menjadi tidak stabil, mengakibatkan kerusakan pada pernafasan dan menyebabkan gawat napas yang berat. (Sylvia A.price). Fail Chest adalah suatu kondisi dimana kosta-kosta yang berdekatan patah baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah kostokondral. B. Penyebab Fail Chest sering disebabkan oleh trauma tumpul pada thorax, misalnya akibat dari kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian, tindak kekerasan atau benturan dengan energy yang besar. Akibat dari ketidakstabilan dinding dada maka timbul pergerakan pada paradox dinding dada saat inspirasi yang disertai gerakan pendulum isi mediastinum selama pernafasan sehingga mengurangi jumlah udara yang dapat dihirup kedalam paruparu. Pada saat ekspirasi karena tekanan toraks akan melebihi tekanan atmosfir, segmen gail akan terdorong keluar merusak kemampuan pasien untuk menghembuskan naps. (Brunner & Suddarth) Ketika terjadi Fail Chest dua atau lebih costa yang berurutan mengalami fraktur pada dua atau lebih tempat atau ketika sternum lepas. Segmen yang patah kehilangan kontinuitas dengan dinding dada dan mengakibatkan perubahan tekanan intrathorakal melalui gerakan paradoksal. Gerakan paradoksal bisa diartikan dengan pergerakan segmen gail berlawanan dinding dada yang utuh dan pada waktu ispirasi, segmen yang patah bergerak ke dalam, walaupun normalnya bergerak keluar. Saat ekspirasi segmen yang patah akan terdorong keluar dan seringkali segmen yang patah tidak terlihat pada awalnya, ditemukan ketika pasien kelelahan akibat peningkatan kerja pernapasan.
C. Tanda dan Gejala Nyeri dada dan krepitasi tulang Distress respirasi: dyspnea, takipnea dan kegagalan respirasi mungkin erjadi Hemothorax dan pneumothorax Pergerakan dinding dada asimetri atau pergerakan paradoksal Kemungkinan emfisema subkutan
D. Patofisiologi Trauma kompresi anteriorposterior darirongga thorax
Lengkung iga akan lebih melengkeng lagi kearah lateral
Fraktur iga multiple segmental (fail chest)
Adanya segment yang mengambang (flail)
Saat inspirasi rongga dada mengembang
Gerakan nafas paradoksal
Gangguan pergerakan dinding dada
Fungsi ventilasi alveolar
Stimulasi saraf interkosta
Gerakan fragmen costa yang patah menimbulkan gesekan antara ujung fragmen dengan jaringan lunak sekitar
O2 menurun, Co2 meningkat
Nyeri torak
Asidosis respiratori
Saturasi O2 menurun
Krepitasi
Hipotensi, perfusi jaringan yang tidak adekuat
Sianosis
Ketidakefektifan pola napas
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Penatalaksanaan medis
Dukungan alat ventilator
Stabilitas pneumatic internal dan menstabilkan pertukaran gas
Disfungsi respon penyapihan ventilator
Nyeri Akut
Kompensasi takikardi
Ansietas
E. Pemeriksaan diagnosik Radiografi dada dan CT Scan menunjukan fraktur costa atau sternal Analisa Gas Darah (AGD) untuk menentukan status ventilasi F. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien trauma lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with care ofcervical spine, B: Breathing adequacy, C: Circulatory support, D: Disabilityassessment, dan E: Exposure without causing hypothermia. Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara keseluruhan harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang mengancam nyawa dengan segera, seperti obstruksi jalan napas, tension Pneumotoraks, pneuomotoraks terbuka yang masif, hemotoraks masif, tamponade perikardial, dan flail chest yang besar. Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat merupakan indikasi utama untuk intubasi endotrakeal darurat.Resusitasi cairan intravena merupakan terapiutama dalam menangani syok hemorhagik.Manajemen nyeri yang efektif merupakan salah satu hal yang sangat penting pada pasien trauma toraks. Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan takipnea berat atau ancaman gagal napas. Pasien dengan tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera menjalani dekompresi dengan torakosentesis jarum dilanjutkan dengan torakostomi tube. Foto toraks harus dihindari pada pasien - pasien ini karena diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan pemeriksaan x - ray hanya akan menunda pelaksanaan tindakan medis yang harus segera dilakukan. (Muhammadiyah, 2019)