Tugas Gerontik Pak Yudi.docx

  • Uploaded by: Gung Putri
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Gerontik Pak Yudi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,869
  • Pages: 13
KEPERAWATAN GERONTIK (Model Konseptual Keperawatan Neuman)

Kelompok 3

1. 2. 3. 4. 5.

A.A. Putri Erna Wijayanti Gst Ayu Dwi Maharani Ni Putu Yuni Wijayanti Desak Made Ayu Pratiwi Dewa Putu Eka Putra Apnyana

(Kp.10.17.011) (Kp.10.17.012) (Kp.10.17.013) (Kp.10.17.014) (Kp.10.17.015)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IX/UDAYANA TAHUN AKADEMIK 2018/2019

“Konsep Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan”

1. Teori dan Model Betty Neuman dalam Praktik Keperawatan Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman ini adalah model konsep Health Care System yaitu model konsep yang menggambarkan aktvitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan adalah komunitas. Garis pertahanan diri pada komunitas tersebut meliputi garis pertahanan fleksibel, yaitu ketersediaan dana pelayanan kesehatan, iklim dan pekerjaan, garis pertahanan normal yang meliputi ketersediaan pelayanan, adanya perlindungan status nutrisi secara umum, tingkat pendapatan, rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan garis pertahanan resistan yang meliputi adanya ketersediaan pelayanan kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat, transpotasi, tempat rekreasi dan cakupan dari imunisasi di daerah yang ada. Intervensi keperawatan diarahkan pada garis pertahanan dengan penggunaan pencegahan primer, sekunder dan tersier. Model ini bertujuan agar terjadi stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis. Sehingga Betty Neuman menggambarkan peran perawat dapat bersifat menyeluruh dan saling ketergantungan (interdependensi) (Hidayat, Aziz Alimul 2007). Betty Neuman dalam memahami konsep ini memiliki dasar pemikiran yang terkait dengan komponen paradigm yaitu memandang manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dan merupakan satu kesatuan dari variabel yang utuh diantaranya fisiologis, psikologis, sosiokultural dan spiritual, juga memandang pelayanan keperawaan akan dipengaruhi lingkungan sekitar klien serta memandang sehat sebagai kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbangan yang dinamis dari menghindari stressor. Secara umum focus dari model konsep keperawatan menurut Neuman ini berfokus pada respons terhadap stressor serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses adaptasi pada pasien. Untuk itu tindakan keperawatan yang seharusnya dilakukan menurut Neuman adalah mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh akibat stressor. Upaya tersebut dapat juga dinamakan pencegahan primer, sekunder dan tersier.

a. Pencegahan primer dapat meliputi berbagai tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi adanya stressor, mencegah reaksi tubuh, karena adanya stressor serta mendukung koping pada pasien secara konstruktif. b. Pencegahan sekunder menurut Neuman meliputi berbagai tindakan keperawatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit serta reaksi tubuh lainya karena adanya stressor c. Pencegahan tersier dapat meliputi pengobatan secara rutin dan teratur serta pencegahan terhadap adanya kerusakan lebih lanjut dari komplikasi suatu penyakit. Upaya pencegahan tersebut dipentingkan dengan adanya pendidikan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan. Betty neuman (1972) mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Bagi Neuman, manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks yang dinamis dari fisiologi, sosiokultural dan variabel perkembangan yang berfungsi sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan dan disesuaikan oleh lingkungan, yang digambarkan sebagai stesor. Lingkungan internal terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi (interpersonal) yang berasal dari dalam diri klien. Lingkungan eksternal segala sesuatu pengaruh yang berasal dari luar diri klien (interpersonal). Pembetukan lingkungan yang aman, yang mungkin terbentuk oleh mekanisme yang di sadari maupun yang tidak disadari. Tiap lingkungan memiliki kemungkinan terganggu oleh stresor yang dapat merusak sistem. Model Neuman mencakup stresor interpersonal, intrapersonal, daan ekspersonal (Hidayat, Aziz Alimul 2007). Konsep utama yang teridentifikasi adalah pendekatan holistik, sistem terbuka (meliputi fungsi, input dan out put, feed back, negentropy, egentropy dan stabilitas), lingkungan, lingkungan yang dibuat, sehat, sakit, sistem klien (meluputi lima variable klien, struktur dasar, garis pertahanan, garis pertahanan normal, garis pertahanan fleksibel), stressor, tingkat reaksi, pencegahan dan intervensi dan rekontruksi. Adapun maksud dari konsep-konsep utama tersebut adalah : 1) Pendekatan Holistik Klien sebagai suatu system dapat didefinisikan sebagai orang, keluarga, kelompok, masyarakat atau sosial. Klien digambarkan sebagai sesuatu yang utuh bagian dari interaksi dinamis. Model ini mempertimbangkan semua variabel yang secara simultan mempengaruhi klien: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.

2) Sistem Terbuka Elemen-elemen system secara continue bertukar informasi dan energi dalam suatu organisasi yang kompleks. Stress dan reaksi terhadap stress adalah komponen dasar pada suatu system terbuka.

3) Fungsi atau Proses Klien sebagai system bertukar energi, informasi, berbagai hal dengan lingkungannya dan menggunakan sumber energi yang didapat untuk bergerak kearah stabilitas yang utuh. 4) Input dan Out put Klien sebagai suatu system, input dan output adalah zat-zat, energy, informasi yang saling bertukar antara klien dan lingkungan. 5) Feed Back: Sistem output dalam bentuk zat, energi, dan informasi memberikan sebagai feed back untuk input selanjutnya untuk memperbaiki tindakan untuk merubah, meningkatkan, atau menstabilkan system. 6) Negentropy Suatu proses pemanfaatan energy konservasi yang membantu kemajuan system kearah stabilitas atau baik. 7) Entropy Suatu proses kehabisan energi atau disorganisasi yang menggerakkan sistem kearah sakit atau kemungkinan kematian. 8) Stability Suatu keinginan keadaan seimbang antara penanggulangan system dan stressor untuk memelihara tingkat kesehatan yang optimal dan integritas. 9) Enviroment Kekuatan internal atau eksternal disekitarnya dan mempengaruhi klien setiap saat sebagai bagian dari lingkungan.

10) Created Enviroment Suatu pengembangan yang tidak disadari oleh klien untuk mengekspresikan system secara simbolik dari keseluruhan system. Tujuannya adalah menyediakan suatu arena aman untuk system fungsi klien. Dan untuk membatasi klien dari stressor. 11) Client sistem Lima Variabel (fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual) klien dalam berinteraksi dengan lingkungan bagian dari klien sebagai system. 12) Basic Clien Structure Klien sebagai system terdiri dari pusat inti yang dikelilingi oleh lingkaran terpusat. Pusat diagram dari lingkaran menghadirkan faktor kehidupan dasar atau sumber energi klien. Inti struktur ini terdiri dari faktor kehidupan dasar yang umum untuk seluruh anggota organisme. Seperti sebagai faktor bawaan atau genetik. 13) Lines of Resistance Serangkaian yang merusak lingkaran disekitar struktur inti dasar disebut garis pertahanan, lingkaran ini menyediakan sumber-sumber yang membantu klien mempertahankan melawan suatu stressor. Sebagai contoh adalah respon system imun tubuh. Ketika garis pertahanan efektif, klien dapat menyusun system kembali. Jika tidak efektif maka kematian dapat terjadi. Jumlah pertahanan stressor ditentukan oleh interrelationship kelima variable sistem klien. 14) Normal line defence : Garis pertahanan normal adalah suatu model diluar lingkaran padat. Hal itu menghadirkan suatu keadaan stabil untuk individu atau system. Itu dipelihara dari waktu ke waktu dan melayani sebagai suatu standar untuk mengkaji penyimpangan dari kebiasaan baik klien. Itu semua meliputi variabel system dan perilaku seperti kebiasaan pola koping seseorang, gaya hidup, dan tahap perkembangan. Pelebaran dari garis normal merefleksikan suatu peningkatan keadaan sehat, pengecilan, suatu penyusutan keadaan kesehatan. 15) Garis Pertahanan Fleksibel : Garis lingkaran patah-patah terluar dinamakan garis pertahanan fleksibel. Hal ini dinamis dan dapat berubah dengan cepat dalam waktu yang singkat. Hal ini dipersepsikan sebagai penahan yang melindungi terhadap stressor dari pecahnya/berubahnya kondisi

kesehatan yang stabil yang di presentasikan sebagai garis pertahanan normal. Hubungan antara variabel (fisiologi, psikologi, sosoikultural, perkembangan, dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat kemampuan individu untuk

menggunakan pertahanan garis

fleksibel untuk melawan kemungkinan dari reaksi stressor seperti gangguan tidur. Neuman menggambarkan pertahanan garis fleksibel meluas, hal ini akan memberikan pertahanan yang lebih besar dalam waktu yang singkat terhadap invasi stressor. Demikian sebaliknya, akan memberikan lebih sedikit pertahanan. 16) Kesejahteraan (Wellness) Keadaan sejahtera merupakan kondisi ketika tiap bagian dari sistem klien berinteraksi secara harmoni dengan seluruh sistem. Kebutuhan sistem terpenuhi. 17) Sakit (Illness) Sakit terjadi ketika kebutuhan tidak terpenuhi yang mengakibatkan keadaan tidak seimbang dan penurunan energi. 18) Stressor Stressor adalah kekuatan yang secara potensial dapat mengakibatkan gangguan pada sistem yang stabil. Stressor dapat berupa : 1. Kekuatan intrapersonal yang ada pada tiap individu, seperti respon kondisional seseorang. 2. Kekuatan interpersonal yang terjadi antara satu atau lebih individu, seperti harapan peran. 3. Kekuatan ekstrapersonal yang terjadi diluat individu, seperti keadaan finansial. 19) Tingkat reaksi Tingkat reaksi merupakan jumlah energy yang diperlukan oleh klien untuk menyesuaikan terhadap stressor. 20) Pencegahan sebagai intervensi Intervensi adalah tindakan yang bertujuan untuk membantu klien menahan, mencapai, atau mempertahankan stabilitas system. Intervensi dapat terjadi sebelum dan sesudah garis perlindungan dan perlawanan yang dilakukan pada fase reaksi dan rekonstitusi. Intervensi didasarkan pada kemungkinan atau faktual dari tingkat reaksi, sumber daya, tujuan, dan hasil antisipasi. Neuman mengidentifikasi tiga level intervensi :

1. Pencegahan primer, pencegahan primer dilakukan ketika stressor dicurigai atau diidentifikasi. Reaksi belum terjadi tetapi tingkat resiko diketahui. Neuman menyatakan sebagai berikut : Pelaku atau pengintervensi akan berusaha untuk mengurangi kemungkinan pertemuan individu dengan stressor, atau dengan kata lain usaha untuk memperkuat seseorang bertemu dengan stressor, atau menguatkan garis pertahanan fleksibel untuk menurunkan kemungkinan reaksi. 2. Pencegahan sekunder, pencegahan sekunder meliputi intervensi atau treatment awal sesudah gejala dari stress telah terjadi. Sumber daya internal dan eksternal digunakan agar sistem stabil dengan menguatkan garis internal resistensi, mengurangi reaksi, dan meningkatkan faktor resistensi. 3. Pencegahan tersier, pencegahan tersier terjadi sesudah treatment atau pencegahan sekunder. Pencegahan ini difokuskan pada penyesuaian kearah kestabilan sistem yang optimal. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan resistensi terhadap stressor untuk membantu mencegah terjadinya kembali reaksi atau regresi. Proses ini mendorong untuk kembali pada tipe siklus ke pencegahan primer. Sebagai contoh akan dihindarinya suatu stressor yang telah diketahui akan membahayakan klien. 21) Rekonstitusi : Rekonstitusi terjadi mengikut treatment reaksi stressor. Hal ini menggambarkan kembalinya sistem stabil dimana tingkat kesejahteraannya lebih tinggi atau lebih rendah dari sebelumnya untuk melawan stressor. Hal ini mencakup faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal, dan lingkungan yang berhubungan dengan variable sistem klien (fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual).

2. Empat komponen Sentral Dalam Paradigma Keperawatan Menurut Teori Betty Neuman 1) Manusia Manusia sebagai klien atau sistem klien, model sistem Neuman menyatakan konsep klien sebagai sistem yang dapat berupa individu, keluarga, kelompok, komunitas, atau kelompok sosial tertentu. Sistem klien adalah gabungan hubungan yang dinamik antara faktor fisiologi, psokologi, sosiokultural, perkembangan, dan spiritual. Sistem klien

digambarkan sebagai perubahan atau pergerakan konstan yang hidup sebagai system terbuka dalam hubungan timbak balik dengan lingkungan. 2) Kesehatan Neuman mempertimbangkan kerjanya sebagai model sejahtera. Dia memandang kesehatan sebagai kodisi yang terus menerus dari sehat menuju sakit yang secara alamiah dinamis dan secara konstan seseorang berubah untuk mencapai kondisi sehat yang optimal atau stabil yang diindikasikan seluruh kebutuhan sistem terpenuhi. Menurunnya kondisi sehat merupakan akibat dari tidak terpenuhi kebutuhan sistem. Klien berada dalam kondisi dinamis baik sehat atau sakit dalam beberapa tahap yang diberikan pada waktu itu. 3) Keperawatan Neuman menyatakan bahwa keperawatan adalah memperhatikan semua aspek manusia. Dia juga menggambarkan bahwa keperawatan adalah profesi yang unik yang memperhatikan semua variabel yang mempengaruhi respon individu terhadap stress. Persepsi perawat mempengaruhi terhadap pelayanan yang diberikan sehingga Neuman menyatakan bahwa persepsi antara pemberi pelayanan dan pasien harus dikaji. Dia mengembangkan instrument pengkajian dan intervensi untuk membantu melakukan tugas tersebut. 4) Lingkungan Lingkungan dan manusia diidentifikasi sebagai dasar fenomena dari model sistem Neuman, bahwa hubungan manusia dengan lingkungan adalah hubungan yang timbal balik. Lingkungan didefinisikan sebagai semua faktor internal dan eksternal yang berada disekelilingi manusia dan berinteraksi dengan manusia dan klien. Stressor (intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal) adalah signifikan terhadap konsep lingkungan dan digambarkan sebagai kekuatan lingkungan yang berinteraksi dengan dan secara potensial dapat mengubah stabilitas sistem. Neuman mengidentifikasi tiga lingkungan yang relevan sebagai berikut : a. Lingkungan Internal adalah intrapersonal dengan semua interaksinya yang terjadi pada klien b. Lingkungan Eksternal adalah interpersonal atau ekstrapersonal dengan semua interaksinya yang terjadi di luar klien.

c. Lingkungan yang diciptakan adalah perkembangan tidak sadar dan digunakan klien untuk membantu mekanisme pertahanan. Hal ini merupakan komponen utama pada intrapersonal. Lingkungan yang diciptakan adalah kondisi dinamis yang diatur atau memobilisasi varibel-variabel sistem untuk menciptakan efek yang ditentukan sehingga dapat membantu klien mengatasi stressor lingkungan yang mengancam dengan melakukan perubahan pada diri sendiri atau situasi. Contohnya respon menolak (variabel fisiologi), dan semangat untuk survive pada siklus kehidupan (variabel perkembangan). Lingkungan yang diciptakan secara terus menerus mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perubahan oleh keadaan sehat yang dipersepsikan klien (Ahmadi and Sadeghi 2017)

3. Proses Keperawatan Bety Neuman A. Diagnosa Keperawatan 1. Pengkajian a. Identifikasi, klasifikasi dan evaluasi 5 variabel klien menurut Betty Neuman b. Identifikasi stresor dan faktor interpersonal, intrapersonal, ekstrapersonal pada pasien c. Identifikasi dan bedakan persepsi antara klien dan caregiver d. Mencoba untuk menyelesaikan perbedaan perceptual 2. Buatlah diagnosa keperawatan yang mencakup diagnosa actual atau potensial B. Tujuan Keperawatan 1. Hasil yang diharapkan, prilaku yang diharapkan untuk menangani masalah actual atau potensial pada klien (diputuskan bersama oleh klien dan caregiver). 2. Rencana keperawatan, tindakan yang dilakukan oleh klie, caregiver atau orang lain dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan. C. Evaluasi 1. Intervensi actual 2. Evaluasi a. Analisis respon pasien b. Penentuan pencapaian hasil yang diharapkan

c. Jika tujuan tidak tercapaikan, tentukan penyebabnya d. Rumuskan lagi tujuan keperawatan sesuai kebutuhan pasien (Ahmadi and Sadeghi 2017).

4. Aplikasi Teori dan Model Betty Neuman Teori

Betty Neuman

sangat memungkinkan digunakan dalam pengkajian praktik

keperawatan di komunitas dengan agregat lansia dengan DM. Pengkajian lansia hendaknya dilakukan secara holistik meliputi bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual. Dalam penerapan teori Betty Newman aspek pengkajiannya sudah secara holistik yang meliputi : aspek perkembangan, aspek fisiologis, aspek psikologis, aspek social-kulturas, serta aspek spiritual. Dalam pengelolaannya pun Teori Betty Newman sudah membuat tingkatan intervensi dengan melihat garis pertahanan klien (komunitas) yang terganggu, fleksibel (intervensi primer), normal (intervensi sekunder), dan resisten (intervensi tertier) (Luthfa and Windani 2004) Aspek perkembangan lansia. Di Indonesia batasan usia Lansia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1) Usia 45-55 tahun disebut sebagai pralansia, 2) Usia 56-66 tahun disebut sebagai lansia madya, dan Usia > 60 tahun disebut sebagai lansia akhir. Secara teoritis setelah seseorang berusia 30 tahun maka fungsi tubuh akan mengalami kemunduran sebanyak 1% tiap tahunnya. Berdasarkan usianya lansia akan mengalami proses degeneratif yang menyebabkan perubahan dan penurunan fungsi tubuhnya, sehingga berdampak pada kesehatan fisik, mental, sosial, ekonomi dan kemampuan produktivitasnya. Dalam menghadapi proses penuaan dan perawatan terhadap masalah kesehatannya, lansia memerlukan bantuan dan dukungan dari keluarga (family care giver). Dari hasil penelitian lansia yang dirawat oleh keluarganya sebanyak 94%, sebanyak 2% lansia di rawat oleh tetangganya dan sebanyak 2% lansia tidak ada yang merawat. Kemunduran fungsi tubuh yang lainnya yaitu dalam hal penurunan fungsi kognitif. Kemunduran fungsi ini nantinya akan berdampak pada pengetahuan, sikap dan perilaku tentang penyakit DM. Hasil penelitian menunjukkan lansia yang pernah mendapatkan informasi kesehatan tentang DM sebanyak 23%, sedangkan sebanyak 77% lansia belum pernah mendapatkan informasi kesehatan tentang DM. Kurangnya informasi yang didapat menyebabkan sebanyak 91% lansia memiliki pengetahuan tentang DM yang rendah, sebanyak 72% lansia memiliki sikap yang negatif terhadap perawatan DM, dan sebanyak 100% lansia memiliki perilaku yang negatif terhadap penyakit DM.

Aspek Fisiologis, proses degeneratif pada lansia tidak bisa dihindari dan pasti akan terjadi, namun yang bisa dilakukan adalah mencegah supaya proses degeneratif tersebut berjalan lambat. Demikian juga dengan kejadian DM, secara teoritis kejadian DM akan meningkat sejalan dengan usia, hal ini dikarenakan banyak faktor beberapa diantaranya adalah karena penurunan fungsi pankreas dalam memproduksi hormon insulin, faktor kegemukan, diit yang tinggi glukosa dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk menurunkan faktor resiko DM pada lansia adalah dengan beraktivitas, bisa dengan tetap bekerja maupun dengan berolah raga. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas lansia yang masih bekerja sebanyak 39%, sedangkan yang tidak bekerja sebanyak 61%, dalam hal olah raga sebanyak 42% lansia melakukan oleh raga secara rutin dan sebanyak 58% lansia tidak melakukan olah raga secara rutin. Setelah dilakukan pengkajian tentang resiko DM pada lansia dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 76% lansia kondisinya sehat, sebanyak 20% lansia memiliki resiko terkena DM dan sebanyak 4% lansia menderita DM. Aspek psikologis, persepsi lansia tentang kebutuhan dan kepuasan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan berbeda-beda pada lansia. Persepsi ini mendasari apakah dengan kondisi DM lansia akan pergi ke Pelayanan kesehatan atau tidak, dan membaiknya kondisi fisiknya setelah pergi ke pelayanan kesehatan mendasari tingkat kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan persepsi lansia tentang DM sebanyak 7% lansia mengatakan DM merupakan penyakit ringan tidak harus segera ditangani, dan sebanyak 93% lansia mengatakan DM merupakan penyakit berat yang harus segera ditangani. Dalam hal kondisi psikologis, sebanyak 41% kondisi psikologis lansia negatif dan sebanyak 59% kondisi psikologis lansia positif. Dalam hal kepuasan terhadap pelayanan kesehatan sebanyak 98% lansia puas dengan pelayanan kesehatan yang ada dan sebanyak 2% lansia merasa kurang puas dengan pelayanan kesehatan. Aspek sosial-kultural. budaya merupakan kekayaan disuatu daerah yang diwariskan secara turun temurun, lahir dari adanya hubungan sosialisasi dengan masyarakat. Budaya mempengaruhi derajat kesehatan lansia dalam hal keyakinan terhadap praktik kesehatan dan pemilihan pelayanan kesehatan. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 11% lansia memiliki budaya atau keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan, dan sebanyak 89% lansia memiliki budaya sesuai dengan kesehatan. dalam hal pemilihan pelayanan kesehatan sebanyak 83% lansia mempercayai pengobatan tradisional, dan sebanyak 17% lansia tidak mempercayai (Luthfa and Windani 2004) Aspek spiritual. Dalam menghadapi masalah kesehatan dan kematian, tiap orang akan menunjukkan respon yang berbeda-beda. Agama merupakan aspek penting yang dimiliki

seseorang, karena agama mampu memberikan ketenangan batin dalam menghadapi permasalahan yang ada. Aspek spiritual yang ada pada lansia harusnya mengalami peningkatan sebanding dengan peningkatan usia, karena sejalan dengan teori perkembangan manusia usia lansia merupakan tahap akhir dari kehidupan manusia, dimana manusia mengalami pertumbuhan, perkembangan dan akhirnya mati. Semakin tua seseorang maka masalah kesehatan akan semakin kompleks dan lebih dekat dengan kematian. Hal ini sejalan dengan temuan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak 100% lansia beragama islam, sebanyak 96% lansia melaksanakan ibadah secara rutin, dan sebanyak 87% lansia masih aktif dalam kegiatan keagamaan yang ada dilingkungannya (Luthfa and Windani 2004)

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat, A. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika Ahmadi, Zakieh, and Tabandeh Sadeghi. 2017. “Application of the Betty Neuman Systems Model in the Nursing Care of Patients/Clients with Multiple Sclerosis.” Multiple Sclerosis Journal – Experimental, Translational and Clinical 3 (3): 205521731772679. https://doi.org/10.1177/2055217317726798. Luthfa, Iskim, and Citra Windani. 2004. “Dengan Diabetes Mellitus Di Desa Margalaksana Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut” 2030: 23–28.

Related Documents


More Documents from "Rizkymadang"

Baru.pptx
April 2020 14
Kmb (pak Dira).pptx
December 2019 14
Bab Ii.docx
December 2019 20