Bab Ii Sueveilen.docx

  • Uploaded by: AkewFirmansyah
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Sueveilen.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,353
  • Pages: 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.Kita tahu bahwa setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh, yang gunanya untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Ratarata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% Pada pria. Obesitas pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di masyarakat kita dewasa ini. Di Amerika, obesitas pada anak dikatakan telah meningkat sebesar 3 kali lipat selama 30 tahun terakhir. Sedangkan di Indonesia sendiri masalah ini juga meningkat tajam sebesar 2 kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Sayangnya, walaupun masalah ini sudah dapat dikatakan berada pada taraf yang mengkhawatirkan, baik pemerintah, masyarakat maupun para orang tua masih belum memahami bahaya dari kondisi ini pada si anak. Sebagian besar dari mereka tidak atau belum mengerti bahwa Obesitas Pada Anak dapat membawa dampak yang sangat serius bagi si penderitanya. Pada saat mereka masih bayi, gemuk akan membuatnya tampak lucu. Akan tetapi, apabila menginjak usia prasekolah (4-6 tahun) status gizi anak masih obesitas, maka hal ini perlu menjadi perhatian khusus orang tua. Apabila hal ini tidak teratasi, berat badan berlebih (bahkan obesitas) akan berlanjut sampai anak beranjak remaja dan dewasa. Konsekuensi kelebihan berat badan pada anak juga menyangkut kesulitan-kesulitan dalam psikososial, seperti: diskrikminasi dari teman-teman, self-image negatif, depresi, dan penurunan sosialisasi.Menurut Freedman et al (1999), bukti-bukti saat ini menunjukkan bahwa banyak anak-anak overweight memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskuler, seperti: hyperlipidemia, hipertensi, atau hyperinsulinemia. kegemukan pada bayi Karena terlalu gemuk, proses perkembangan bayi bisa terlambat, misalnya terlambat untuk duduk dan berjalan, dibandingkan dengan bayi yang beratnya normal. Kaki bayi yang kelewat gemuk tidak mampu menahan berat badannya. Selain itu, kegemukan diperkirakan dapat

menimbulkan penyakit pernapasan dan umumnya kegemukan ini akan dibawa sampai dewasa jika sejak dini cara pencegahannya tidak diupayakan. Ada banyak cara untuk mencegah kegemukan berlanjut. Salah satunya, aturlah pola makan yang seimbang sejak dia mengenal aneka ragam makanan. Sebagai contoh, utamakan makanan berbahan segar yang cukup protein, karbohidrat, sayuran dan buah. Pola makan berlebihan yang diterapkan sejak bayi tentunya akan meningkat sesuai bertambahnya usia. Oleh karena itu, sejak dini diterapkan pola makan seimbang. Jika pola ini dilaksanakan, berat badan bayi relatif normal dan sehat. Dengan demikian, anak juga akan terhindar dari berbagai penyakit yang diakibatkan oleh obesitas.

2.2 Indikator Status Gizi Status gizi merupakan gambaran ukuran terpenuhinya kebutuhan gizi yang diperoleh dari asupan dan penggunaaan zat gizi oleg tubuh. Penilaian status gizidengan menggunakan data antropometri antra lain berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U). World Health Organization (WHO) merekomendasikan pengukuran antropometri pada bayi dan balita menggunakan grafik yang dikembangkan oleh Who dan Certer For Disease Control and Prevention (CDC). Drafik tersebut menggunakan indikator z-score sebagai standar Deviasi

rata



rata

dan

persentil

median.

Indikator

pertumbuhan

abak

dengan

memmpertimbangkan faktor umur dan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar kepala an lingkar lengan atas Indeks yang umum digunakan untuk menentukan status gizi bayi dan balita adalah Berat Badan Menurut Umur (BB/U). BB/U menggambarkan BB relatif dibandingkan dengan umur anak. Umur yang dihitung adalah dalam bulan penuh, misalnya 3 bulan 26 hari dihitung sebagai umur 3 bulan. Indeks BB/U memberikan gambaran status giziKurang (underweight), status Gizi Buruk (seveley underweight), gizi baik dan Gizi lebih.

Tabel 1: Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks. Indeks Berat Badab menurut umur

Kategori Status Gizi Gizi Buruk

Ambang Batas (z-score) <- 3SD

(BB/U) anak umur 0-60 bulan

Gizi Kurang

-3 Sd sampai dengan <-2SD

Gizi Baik

-2SD samapi dengan 2SD

Gizi Lebih

>2SD

2.3 Sejarah BPB Jawa Barat 2.4 Faktor Penyebab Obesitas Berdasarkan hukum termodinamik, obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Sebagian besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor eksogen/nutrisional (obesitas primer) sedang faktor endogen (obesitas sekunder) akibat kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik hanya sekitar 10%. Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada balita. a.

Faktor Genetik

Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%. Hipotesis Barker menyatakan bahwa perubahan lingkungan nutrisi intrauterin menyebabkan gangguan perkembangan organorgan tubuh terutama kerentanan terhadap pemrograman janin yang dikemudian hari bersamasama dengan pengaruh diet dan stress lingkungan merupakan predisposisi timbulnya berbagai penyakit dikemudian hari. Mekanisme kerentanan genetik terhadap obesitas melalui efek pada resting metabolic rate, thermogenesis non exercise, kecepatan oksidasi lipid dan kontrol nafsu

makan yang jelek. Dengan demikian kerentanan terhadap obesitas ditentukan secara genetik sedang lingkungan menentukan ekspresi fenotipe. b.

Faktor Lingkungann

Faktor

lingkungan

Salah

satunya

dipengaruhi

oleh

Aktifitas

fisik.

Aktifitas fisik merupakan komponen utama dari energy expenditure, yaitu sekitar 20-50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan hubungan antara aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar ≥ 5 kg. Penelitian di Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah (OR:0,48) pada kelompok yang mempunyai kebiasaan olah raga, sedang penelitian di Amerika menunjukkan penurunan berat badan dengan jogging (OR: 0,57), aerobik (OR: 0,59), tetapi untuk olah raga tim dan tenis tidak menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan. Penelitian terhadap anak Amerika dengan tingkat sosial ekonomi yang sama menunjukkan bahwa mereka yang nonton TV ≥ 5 jam perhari mempunyai risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibanding mereka yang nonton TV ≤ 2 jam setiap harinya. c.

Faktor nutrisional.

Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh : waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi.Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dibanding kelompok dengan asupan rendah lemak dengan OR 1.7. Penelitian lain menunjukkan peningkatan konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali. Keadaan ini disebabkan karena makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar dan lebih tidak mengenyangkan serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang lezat sehingga akan meningkatkan selera makan yang akhirnya terjadi konsumsi yang berlebihan. Selain itu kapasitas penyimpanan makronutrien juga menentukan keseimbangan energi. Protein

mempunyai kapasitas penyimpanan sebagai protein tubuh dalam jumlah terbatas dan metabolisme asam amino di regulasi dengan ketat, sehingga bila intake protein berlebihan dapat dipastikan akan di oksidasi; sedang karbohidrat mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah kecil. Asupan dan oksidasi karbohidrat di regulasi sangat ketat dan cepat, sehingga perubahan oksidasi karbohidrat mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat. Bila cadangan lemak tubuh rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari karbohidrat sekitar 60-80% disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak mempunyai kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak tidak diiringi peningkatan oksidasi lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam jaringan lemak. d.

Faktor sosial ekonomi.

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti: ke sekolah dengan naik kendaraan dan kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta lingkungan rumah yang tidak memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih senang bermain komputer / games, nonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junk food yang mudah terjangkau akan berisiko menimbulkan obesitas.

Daftar pustaka : 1. MS, Hardinsyah.& Supariasa, I. D. N. 2016. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. EGC, Jakarta. 2. Widodo,

Restu.

2013.

Definisi

Obesitas.

[online].

Tersedia

http://restukadilangudemak.blogspot.co.id/2013/06/makalah-obesitas-pada-balita.html# (23 mei 2017)

:

Related Documents

Bab Ii
November 2019 85
Bab Ii
June 2020 49
Bab Ii
May 2020 47
Bab Ii
July 2020 48
Bab Ii
June 2020 44
Bab Ii
October 2019 82

More Documents from "Mohamad Shodikin"

Menu Baru.xlsx
December 2019 19
Bab Ii Sueveilen.docx
October 2019 17
Alur Monev Gizi.docx
December 2019 24
Data.docx
October 2019 14