BAB II KAJIAN TEORI A. Shodaqoh 1. Pengertian Shodaqoh Shodaqoh asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Shadaqoh berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Makna shodaqoh secara bahasa adalah membenarkan sesuatu.5 Shadaqoh menurut bahasa adalah sesuatu yang diberikan dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah SWT. Menurut Syara', shadaqoh adalah memberi kepemilikan pada seseorang pada waktu hidup dengan tanpa imbalan sesuatu dari yang diberi serta ada tujuan taqorrub pada Allah SWT. Shodaqoh juga diartikan memberikan sesuatu yang berguna bagi orang lain yang memerlukan bantuan (fakir-miskin) dengan tujuan untuk mendapat pahala.6 Perngertian shadaqoh sama dengan perngertian infak. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut juga hal yang non-materi. Misalnya amal kebaikan yang dilakukan seorang Muslim juga termasuk shodaqoh.7 5 Ust. M. Taufiq Ridho, Lc., Perbedaan ZIWAF, (Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia, tt), h. 01. 6
Drs. Shodiq, SE., Kamus Istilah Agama, (Jakarta: C.V. SEINTTARAMA, 1988), Cet. 2,
h. 289.
7 Indonesian Muslim Society, Sedekah, http://forumsedekah.blogspot.com.
Adapun istilah shodaqoh, maknanya berkisar pada 3 (tiga) pengertian berikut ini : Pertama, shodaqoh adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shodaqoh, tanpa disertai imbalan (Mahmud Yunus, 1936: 33, Wahbah Az Zuhaili, 1996: 919). Shodaqoh ini hukumnya adalah sunnah, bukan wajib. Karena itu, untuk membedakannya dengan zakat yang hukumnya wajib, para fuqaha menggunakan istilah shodaqoh tathawwu’ atau ash shodaqoh an nafilah (Az Zuhaili 1996: 916). Sedang untuk zakat, dipakai istilah ash shodaqoh al mafrudhah (Az Zuhaili 1996: 751). Namun seperti uraian Az Zuhaili (1996: 916), hukum sunnah ini bisa menjadi haram, bila diketahui bahwa penerima shodaqoh akan memanfaatkannya pada yang haram, sesuai kaidah syara’: 8
"ٌ"اَْل َوسِيَْلةُ إِلَى الْحَرَامِ حَرَام
“Segala perantaraan kepada yang haram, hukumnya haram pula”. Bisa pula hukumnya menjadi wajib, misalnya untuk menolong orang yang berada dalam keadaan terpaksa (mudhthar) yang amat membutuhkan pertolongan, misalnya berupa makanan atau pakaian. Menolong mereka adalah untuk menghilangkan dharar (izalah adh dharar) yang wajib hukumnya. Jika kewajiban ini tak dapat terlaksana kecuali dengan shodaqoh, maka shodaqoh menjadi wajib hukumnya, sesuai kaidah syara’ :
"ُب اِلّ بِهِ َف ُه َو الْوَا ِجب ِ "مَا َل َيتِ ّم اْلوَا ِج
9
“Segala sesuatu yang tanpanya suatu kewajiban tak terlaksana sempurna, maka sesuatu itu menjadi wajib pula hukumnya”. Dalam ‘urf (kebiasaan) para fuqaha, sebagaimana dapat dikaji dalam kitab-kitab fiqh berbagai madzhab, jika disebut istilah shodaqoh secara mutlak, 8 Muhammad Shiddiq Al Jawi, “Zakat, Infaq dan Shodaqoh”, Tarbiyah: 28 April 2006, 10:49 pm, http://www.pkpu.or.id email:
[email protected]. 9 Muhammad Shiddiq Al Jawi, “Zakat, Infaq dan Shodaqoh”, Tarbiyah: 28 April 2006, 10:49 pm, http://www.pkpu.or.id email:
[email protected].
10
maka yang dimaksudkan adalah shodaqoh dalam arti yang pertama ini yang hukumnya sunnah bukan zakat. Kedua, shodaqoh adalah identik dengan zakat (Zallum, 1983: 148). Ini merupakan makna kedua dari shodaqoh, sebab dalam nash-nash syara’ terdapat lafazh “shodaqoh” yang berarti zakat. Misalnya firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 60: y J¯ R Î )
à M » s % y ¢ Á 9 $ #
Ï ä !#t s )à ÿ ù = Ï 9
È ûü Å 3 » |¡y Jø9 $ #u r $
t û,Î #Ï J » yè ø9 $ #u r $ p kö n = tæ ... Ç Ï É È
“Sesungguhnya zakat-zakat itu adalah bagi orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil-amil zakat…”. (QS. At Taubah: 60) Dalam ayat tersebut, “zakat-zakat” diungkapkan dengan lafazh “ash shodaqoot”. Begitu pula sabda Nabi SAW kepada Mu’adz bin Jabal RA ketika dia diutus Nabi ke Yaman: “…beritahukanlah kepada mereka (Ahli Kitab yang telah masuk Islam), bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas mereka, yang diambil dari orang kaya di antara mereka, dan diberikan kepada orang fakir di antara mereka…”. (HR. Bukhari dan Muslim)10 Pada
hadits
di
atas,
kata
“zakat”
diungkapkan
dengan
kata
“shodaqoh”. Berdasarkan nash-nash ini dan yang semisalnya, shodaqoh merupakan kata lain dari zakat. Namun demikian, penggunaan kata shodaqoh dalam arti zakat ini tidaklah bersifat mutlak. Artinya, untuk mengartikan shodaqoh sebagai zakat, dibutuhkan qarinah (indikasi) yang menunjukkan bahwa kata shodaqoh dalam konteks ayat atau hadits tertentu, artinya adalah zakat yang berhukum wajib, bukan shadaqah tathawwu’ yang berhukum sunnah. Pada ayat ke-60 surat At Taubah di atas, lafazh “ash shodaqoot” diartikan sebagai zakat (yang hukumnya wajib), karena pada ujung ayat terdapat ungkapan “faridhatan minallah” (sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah). Ungkapan ini merupakan qarinah, yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan lafazh “ash shdaqoot” dalam ayat di atas, adalah zakat yang wajib, bukan shodaqoh yang lain. 10 Abdullah Muhammad Ismail Bukhori, Matan al-Bukhari, (Daar Fikr: Bairut, tt), Juz 3.
10
Begitu pula pada hadits Mu’adz, kata “shodaqoh” diartikan sebagai zakat, karena pada awal hadits terdapat lafazh “iftaradha” (mewajibkan atau memfardhukan). Ini merupakan qarinah bahwa yang dimaksud dengan “shodaqoh” pada hadits itu adalah zakat, bukan yang lain. Dengan demikian, kata “shodaqoh” tidak dapat diartikan sebagai “zakat”, kecuali bila terdapat qarinah yang menunjukkannya. Ketiga, shodaqoh adalah sesuatu yang ma’ruf (benar dalam pandangan syara’). Pengertian ini didasarkan pada hadits shahih riwayat Imam Muslim bahwa Nabi SAW bersabda : “Kullu ma’rufin shadaqah” (Setiap kebajikan, adalah shodaqoh). Berdasarkan ini, maka mencegah diri dari perbuatan maksiat adalah shodaqoh, memberi nafkah kepada keluarga adalah shodaqoh, ber-amar ma’ruf nahi munkar adalah shodaqoh, menumpahkan syahwat kepada isteri adalah shodaqoh, dan tersenyum kepada sesama muslim pun adalah juga shodaqoh.11 Penggunaan kata shodaqoh yang memiliki arti sangat luas seperti yang terdapat dalam Al-Qur'an, menjadikan perbedaan dalam pemberian hukum terhadap kata shodaqoh. Shadaqoh ada yang wajib yaitu yang disebut Zakat. Ada yang mustahab (dianjurkan) seperti memberi buka puasa pada orang yang berpuasa Ramadhan dan memberi santunan kepada para fuqara' dan masakin dari harta selain zakat atau dikenal juga dengan istilah shodaqoh at-tatawwu’.
a. Shodaqoh Diartikan sebagai Zakat Secara kebahasaan zakat memiliki banyak arti. Ada yang menyebut dengan nama' (kesuburan), thoharah (kesucian), barokah (keberkahan), dan ada pula yang menyebut tazkiyah, thahier yang berarti mensucikan. Secara bahasa zakat berarti tumbuh, bersih, berkembang dan berkah. Seorang yang membayar zakat karena keimanannya niscaya akan memperoleh kebaikan yang banyak. Allah berfirman disurat At-Taubah ayat 103, artinya: "Pungutlah zakat dari 11 Muhammad Shiddiq Al Jawi, “Zakat, Infaq dan Shodaqoh”, Tarbiyah: 28 April 2006, 10:49 pm, http://www.pkpu.or.id email:
[email protected].
12
sebagian kekayaan mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka". Surat Al-Baqaraah ayat 276, artinya: "Allah memusnahkan riba dan mengembangkan sedekah". Disebutkan dalam hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, ada malaikat yang senantiasa berdo'a setiap pagi dan sore: artinya: "Ya Allah berilah orang berinfak gantinya". Dan berkata yang lain: "Ya Allah jadikanlah orang yang menahan infak kehancuran". Sedangkan menurut terminologi Syari'ah zakat berarti kewajiban atas harta atau kewajiban atas sejumlah harta tertentu untuk kelompok tertentu dan dalam waktu tertentu. Zakat adalah sejumlah harta (berupa uang atau benda) yang wajib dikeluarkan dari kepemilikan seseorang untuk kepentingan kaum fakir dan miskin serta anggota masyarakat lainnya yang memerlukan bantuan dan berhak menerimanya. Menurut etimologi syari`at (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang – orang yang berhak menerimanya. Didalam Al-Quran Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat dan shalat sejumlah 82 ayat. Dari sini disimpulkan secara deduktif bahwa zakat merupakan rukun Islam dijadikan
sebagai
terpenting
setelah
shalat.
Zakat
dan
shalat
perlambang keseluruhan ajaran Islam. Pelaksanaan shalat
melambangkan hubungan seseorang dengan Tuhan, sedangkan pelaksanaan zakat melambangkan hubungan antar sesama manusia. Seperti pada surat AlBaqarah ayat 10: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apapun yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu akan mendapatkan pahala disis Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. Dan pada surat Al-Bayyinah ayat 5: “Tidaklah mereka itu diperintahkan, melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan condong melakukan agama karenanya , begitu pula supayamengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat , dan itulah agama yang lurus”. Dari ayat diatas dapat ditarik beberapa konklusi, Pertama, zakat adalah predikat untuk jenis barang tertentu yang harus dikeluarkan oleh umat Islam dan dibagi– bagikan kepada golongan yang berhak menerimanya sesuai
12
dengan ketentuan syari`at. Kedua, zakat merupakan konsekuensi logis dari prinsip harta milik dalam ajaran Islam yang fundamental, yakni haqqullah ( milik Allah yang dititipkan kepada manusia ) dalam rangka
pemerataan
kekayaan. Ketiga , zakat merupakan ibadah yang tidak hanya berkaitan dengan dimensi ketuhanan saja ( ghair mahdhah ), tetapi juga mencangkup dimensi sosial–kemanusiaan yang kerap disebut ibadah maliyah ijtima`iyyah. Dengan demikian, zakat adalah pemberian harta kepada orang yang berhak menerima dengan adanya ketentuan (kadar) dan adanya syarat-syarat tertentu bagi orang yang mengeluarkannya. Kewajiban atas sejumlah harta tertentu, berarti zakat adalah kewajiban atas harta yang bersifat mengikat dan bukan anjuran. Kewajiban tersebut terkena kepada setiap muslim (baligh atau belum, berakal atau gila) ketika mereka memiliki sejumlah harta yang sudah memenuhi batas nisabnya. Kelompok tertentu adalah mustahik yang terangkum dalam 8 asnhaf. Waktu untuk mengeluarkan zakat adalah ketika sudah berlalu setahun (haul) untuk zakat yang berupa emas, perak, perdagangan dan lainnya, ketika panen untuk zakat yang berupa hasil tanaman, dan ketika memperoleh harta untuk rikaz, serta ketika bulan Ramadhan sampai sebelum khotbah shalat 'Ieid untuk zakat fitrah.12 Kata shodaqoh mempunyai arti yang luas. Al-Qur'an menggunakan kata shodaqoh untuk menyebut zakat seperti dalam surat At-Taubah ayat 60: y J¯ R Î )
à M » s % y ¢Á 9 $ #
Ï ä ! # t s )à ÿù = Ï 9
È ûü Å 3 » | ¡ y Jø9 $ # u r $
t û,Î # Ï J » y è ø9 $ # u r $ p kö n = t æ Ï p x ÿ© 9 x sß Jø9 $ # u r ö N å kæ 5 q è = è % Î û u r É > $ s % Ì h 9 $ # t ûü Ï B Ì » t ó ø9 $ # u r Î û u r È @ Î 6 y Ç ! $ # È ûøó $ # u r È @ Î 6 ¡¡9 $ # ( Z p ÒÌ s ù Æ Ï i B Ç ! $ # 3 ª ! $ # u r íO Î = t æ ÒO Å 6 y m Ç Ï É È
"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang 12 “Defini Zakat”, Tarbiyah: 28 April 2006, 10:49 pm, http://www.pkpu.or.id email:
[email protected].
14
diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. AtTaubah: 60) Zakat merupakan syi'ar kedua dalam Islam dan merupakan kekuatan pendanaan sosial dari kekuatan-kekuatan besar lainnya. Zakat merupakan saudara kandung shalat di dalam Al Qur'an dan As-Sunnah. Al Qur'an telah menyebutkan keduanya secara bersamaan dalam dua puluh delapan kali. Sebagian disebutkan dalam bentuk perintah (amar), seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 43: q ß JäÏ % r& u r n o 4 q n = ¢Á 9 $ # (#q è ? # u ä u r n o 4 q x .¨9 $ # ... ÇÍÌ È #(
"Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat...". (Al Baqarah: 43) Kadang-kadang dalam bentuk kalam khabar, seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 277: bÎ )
ú ï Ï % © !$ #
(# q ãB $ s% r& u r
(#q ãZ tB #u ä
n o 4 q n = ¢Á 9 $ #
(# q è = Ï Jtãu r
(# âq s ? # u ä u r
Ï M » y sÎ = » ¢Á 9 $ # ¨
n o 4 q 2 ¨9 $ #
ó O ß g s9
ö N è d ã ô _r& y Z Ï ã ö N Î g Î n /u w u r ì$ ö q y z ö N Î g øn = tæ w u r ö N è d cq Á R tó st Ç Ë ÐÐÈ
"Sesungguhnya
orang-orang
yang
beriman,
mengerjakan
amal
shalih,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka dapat pahala di sisi Tuhannnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (Al Baqarah: 277) Kadang-kadang zakat disebutkan secara bersama dengan shalat dalam bentuk persyaratan untuk masuk Islam atau masuk di dalam masyarakat Islam Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah ayat 11, ketika menjelaskan keadaan orang-orang musyrik yang memerangi kaum Muslimin: b Î *sù
(# q Á /$s?
(#q ãB $ s% r& u r
n o 4 q n = ¢Á 9 $ #
(#âq s ? # u ä u r
n o 4 q 2 ¨9 $ # ö N ä 3 Á R º u q ÷ zÎ *sù Î û Ç`Ï e $ ! $ # ... ÇÊÊÈ
"Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka mereka itu adalah saudara-saudara seagama…". (At-Taubah:11) Zakat merupakan ibadah yang memiliki akar historis yang cukup panjang
14
seperti juga shalat, di mana para Nabi membawanya dan sangat diserukan oleh mereka. Dan wasiat pertama yang diberikan Allah kepada mereka adalah zakat, untuk kemudian disampaikan kepada ummat-ummatnya. Melalui ayat-ayat tersebut, secara jelas bisa kita lihat bahwa zakat disebutkan oleh Allah bersamaan dengan shalat, karena keduanya merupakan syi'ar dan ibadah yang diwajibkan. Kalau shalat merupakan ibadah ruhiyah, maka zakat merupakan ibadah maliyah dan itima'iyah (harta dan sosial). Tetapi tetap saja zakat juga merupakan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah SWT, maka niat dan keikhlasan merupakan syarat yang ditetapkan oleh syari'at. Tidak diterma zakat tersebut kecuali dengan niat bertaqarrub kepada Allah, inilah yang membedakan dengan pajak, suatu aturan yang dibuat oleh manusia.13 b. Shodaqoh Diartikan sebagai Shodaqoh At-Tatawwu’ Shodaqoh sunnah (tathawwu') adalah shodaqoh yang diberikan seorang muslim kepada orang lain, badan atau lembaga sosial secara sukarela (tidak diwajibkan) tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Shodaqoh sunnah (tathawwu') itu boleh diberikan kepada siapa saja, baik Muslim atau non Muslim. Berbeda dengan zakat, baik zakat maal atau zakat fitrah, hanya boleh diberikan kepada orang-orang yang beragama Islam.14 Shadaqoh mempunyai makna yang luas, tidak sekadar memberi harta benda saja. Tersenyum ramah pada sesama saudara muslim termasuk shadaqoh, pergi ke masjid untuk sholat, menyingkirkan duri dari tengah jalan agar tidak melukai orang yang lewat, menyuapi dan menggauli istri juga shadaqoh. Seseorang bisa bersedekah melalui profesinya masing-masing. Orang yang berilmu melalui ilmunya, punya pangkat dan jabatan melalui pangkat dan jabatannya, punya kekuatan melaui kekuatannya dan yang punya harta melalui 13
Yusuf Qardhawi, Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah, Terj. Malaamihu
Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh, (tk: Citra Islami Press, 1997), Cet. 1. 14 Masyfuk Zuhdi, Studi Islam, h. 83-84.
16
hartnya.15 Nabi juga menggunakan kata shodaqoh jariah untuk menyebut wakaf, shodaqoh tidak hanya terbatas pada pemberian dalam bentuk materi, namun juga dalam bentuk non materi. Dalam Hadits Rasulullah SAW memberi jawaban kepada orang-orang miskin yang cemburu terhadap orang kaya yang banyak bershodaqoh dengan hartanya, beliau bersabda: "Setiap tasbih adalah shodaqoh, setiap takbir shodaqoh, setiap tahmid shodaqoh, setiap tahlil shodaqoh, amar ma'ruf shodaqoh, nahi munkar shodaqoh, dan menyalurkan shahwatnya pada para istri shodaqoh". Dalam Hadits lain Rasulullah SAW bersabda: "Senyummu kepada saudaramu adalah shodaqoh". Pemaknaan kata shodaqoh dengan pemberian yang hukumnya sunnah adalah malasah kebiasaan (u'rf) saja.16 Shodaqoh adalah ungkapan kejujuran (shidq) iman seseorang. Oleh karena itu Allah swt menggabungkan antara orang yang memberi harta dijalan Allah dengan orang yang membenarkan adanya pahala yang terbaik. Antara yang bakhil dengan orang yang mendustakan. 17 Disebutkan dalam surat Al-Lail ayat 5-10: B r'sù ô `tB 4 sÜô ãr& 4 s+ ¨?$ # u r Ç Î È s-£ |¹ u r 4 Ó o _ó ¡Á tø:$ $ Î / Ç Ï È ¨$ ¼Á n Á Å c £ u ãY |¡sù 4 Ó o _øó tG ó $ #u r
3 u ô £ ã ù = Ï 9 ÇÑÈ
z> ¤x .u r
$ ¨B r& u r
ÇÐÈ
.`tB
@ Ï r2
4 Ó o _ó ¡Á tø:$ $ Î /
ÇÒ È
¼Á n Á Å c £ u ãY |¡sù 3 u ô £ ãè ù = Ï 9 ÇÊÉ È
"Adapun orang yang memberikan (hartanya dijalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya (jalan) yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami menyiapkan baginya (jalan) yang sukar”. (QS. Al-Lail: 5-10) Shodaqoh merupakan bagian dari upaya tadzkiyyatun nafs, membersihkan pribadi, baik lahir maupun batin. Jika hati bersih, rahmat Allah SWT mudah menghampiri. Sebab, Allah itu suci, hanya berdekatan dengan yang serba suci. 15 16
www.arwaniyyah.com/page/index.php?option=com_content&task=146&Itemid=67 Ust. M. Taufiq Ridho, Lc., Perbedaan ZIWAF, h. 01.
17 Naharus Surur, Zakat Dan Peranannya Dalam Krisis, http://www.pkpu.or.id email:
[email protected].
16
Dalam Al-Quran, Shodaqoh disebutkan sebagai salah satu ibadah yang utama. Bahkan dalam kitab suci itu kalimat perintah Allah untuk bershodaqoh menggunakan huruf waw ‘athaf, yang biasa digunakan sebagai kata-kata sumpah. Misalnya, Wallahi, demi Allah. Dengan demikian, shodaqoh merupakan perintah yang sangat mengikat dan sangat penting.18 Begitu pentingnya shodaqoh, sehingga dalam Al-Quran terdapat banyak perintah mengenai amalan utama itu. Misalnya dalam surah Ibrahim ayat 31: è%
y Ï $t7 Ï è Ï j 9
n o 4 q n = ¢Á 9 $ #
tû ï Ï % © !$ #
(# q à ) Ï ÿZ ã u r
Z p u Ï R x tãu r ` Ï i B
(#q ã Z tB #u ä
$ £ JÏ B
È @ ö 6 s%
b r&
(# q ß Jä É ) ã @
öN ß g» u Z ø% y u
#v Å
u Î A ù 't × P ö q t w
Ó ì ø t/
Ï m Ï ù w u r Ó @ » n = Å z Ç ÌÊÈ
“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang beriman, hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi maupun terang-terangan, sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual-beli dan persahabatan”. (QS. Ibrahim: 31) 2. Landasan Shodaqoh Bershodaqoh
merupakan
amalan
yang
terpuji,
karena
dengan
bershodaqoh dapat membantu orang lain dari kesusahan dan akan mempererat antara yang lebih kaya dengan orang yang miskin. Oleh karena itu perintah untuk bershodaqoh banyak tercantum dalam al-Qur’an
dan al-Hadits,
sebagaimana tersebut di bawah ini: a. Al-Qur’an surat an-Nisa ayat 114 yang artinya: “tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi shadaqoh atau berbuat baik
atau
mengadakanperdamaian diantara manusia”. b. Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 103 yang artinya: “ambillah shadaqoh (zakat) dari sebagian harta mereka, dengan shadaqoh (zakat) itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah
untuk mereka.
Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenangan jiwa bagi mereka. Dan 18 Naqshbandiyun, Shodaqoh Membawa Berkah, http://naqshbandiyun.blogspot.com, 25 November 2007, 17:42:23 GMT.
18
Allah maha mendengar lagi maha mengetahui”. c. Al-Qur’an surat al-Baqoroh ayat 262 yang
artinya: “orang-orang
yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan penerima), mereka memperoleh pahala disisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. d. Hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Abi Hurairah, yang artinya: “Tujuh kelompok yang akan dilindungi oleh Allah, di hari yang tidak ada perlindungan kecuali perlindungan Allah, yaitu Imam yang adil, Pemuda yang selalu ibadah kepada Tuhannya, laki-laki yang hatinya terikat dengan Masjid, dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, baik ketika bersatu ataupun ketika berpisah, laki-laki yang dapat menghindar dari berbuat mesum ketika seorang perempuan cantik mengajaknya dan laki-laki tersebut berkata aku takut kepada Allah, lakilaki yang hatinya tunduk kepada Allah dan selalu mengelurkan air mata ketika ibadah, laki-laki yang bershadaqoh dengan shadaqohnya ia selalu menyembunyikannya,
sehingga
tangan
kirinya
tidak mengetahui apa
yang diperbuat oleh tangan kanannya”.19 Dari contoh-contoh firman Allah dan Hadits Rasulullah tersebut di atas, adalah merupakan bagian kecil dari perintah shadaqoh, karena masih banyak ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah yang menjelaskan tentang shadaqoh Dengan demikkian sangat jelas, bahwa shadaqoh sangat dianjurkan oleh agama dan merupakan amalah yang sangat dicintai oleh Allah dan Rasulullah dalam menolong sesama umat manusia. 3. Manfaat Shodaqoh Tujuan shodaqoh bagi para pemberi adalah: Pertama, mensucikan jiwa dari sifat kikir ditentukan oleh kemurahannya dan kegembiraan ketika mengeluarkan harta semata karena Allah. Mensucikan jiwa juga berfungsi membebaskan jiwa 19 Abdullah Muhammad Ismail Bukhori, Matan al-Bukhari, (Daar Fikr: Bairut, tt), Juz 3.
18
manusia dari ketergantungan dan ketundukan terhadap harta benda dan dari kecelakaan menyembah harta. Kedua, mendidik berinfak dan memberi. Orang yang terdidik untuk siap menginfakan harta sebagai bukti kasih sayang kepada saudaranya dalam rangka kemaslahatan ummat, tentunya akan sangat jauh sekali dari keinginan mengambil harta orang lain dengan merampas dan mencuri (juga korupsi). Ketiga, berakhlak dengan Akhlak Allah. Apabila manusia telah suci dari kikir dan bakhil, dan sudah siap memberi dan berinfak, maka ia telah mendekatkan akhlaknya dengan Akhlak Allah yang Maha Pengash, Maha Penyayang dan Maha Pemberi. Keempat, menimbulkan rasa cinta kasih. Shodaqoh akan menimbulkan rasa cinta kasih orang-orang yang lemah dan miskin kepada orang yang kaya. Shodaqoh melunturkan rasa iri dengki pada si miskin yang dapat mengancam si kaya dengan munculnya rasa simpati dan doa ikhlas si miskin atas si kaya. Kelima, mensucikan harta dari bercampurnya dengan hak orang lain. Keenam, mengembangkan dan memberkahkan harta. Pengembangan ini dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu sisi spiritual. Berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 276, artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah”. Dan dari sisi ekonomis-psikologis, yaitu ketenangan batin dari pemberi shodaqoh akan mengantarkannya berkonsentrasi dalam pemikiran dan usaha pengembangan harta.20 Allah akan menggantinya dengan berlipat ganda, seperti dalam firman-Nya dalam surat Saba’ ayat 39, artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hambahamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya) dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya". Sehingga tidak ada rasa khawatir bahwa harta akan berkurang dengan shodaqoh.21 Adapun tujuan shodaqoh bagi para penerima adalah ada dua tingkatan tujuan shodaqoh bagi para penerimanya. Pertama, diharapkan setelah menerima shodaqoh, mereka mencapai tingkatan berdaya. Setidaknya, dalam rentang 20 Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1994), h.325. 21
Lukman Mohammad Baga, Artikel Fikih Zakat : Sari Penting Kitab Dr. Yusuf Al-
Qaradhawy, (Bogor : tp, 1997), h. 6-7.
20
beberapa waktu mereka tidak lagi menjadi orang-orang menerima shodaqoh. Orang-orang yang biasa menerima shodaqoh ini, seharusnya di waktu tertentu sudah bisa memberdayakan diri mereka sendiri. Tak perlu menengadahkan tangan, meminta-minta dan berharap belas kasihan para penderma. Mereka tak lagi menerima sedekah karena sudah tidak membutuhkan. Meski demikian, dalam tingkatan ini mereka belum menjadi penyedekah. Kedua, yakni mereka berubah status dari penerima menjadi pemberi shodaqoh. Ini yang paling diharapkan, kalau satu tahun lalu mereka masih menjadi penerima shodaqoh, seharusnya di tahun berikutnya merekalah para penyedekah yang berniat memberdayakan orang-orang yang dishodaqohinya.22 4. Adab Bershodaqoh Berikut ini cara bershodaqoh yang mereka rasakan mampu menggetarkan spiritualitas mereka: a. Bershodaqohlah saat merasa ingin bershodaqoh, jangan sampai merasa terpaksa. Bila saat bershodaqoh kita justru merasa kesal, maka akan tertanam di bawah ssadar bahwa bershodaqoh itu tidak enak, bahkan mengesalkan. Mungkin seperti kalau kita bayar parkir kepada preman di pinggir jalan. Ada perasaan terpaksa, tak berdaya, bahkan dirampok. Bukan karena besar kecilnya nilai uang, tapi rela tidaknya perasaan saat memberikan sumbangan. Kalau anda sedang suntuk, tunggu sampai hati lebih riang. Memberi dengan berat hati akan memberi asosiasi buruk ke alam bawah sadar. b. Bershodaqohlah kepada sesuatu yang disukai sehingga hati Anda tergetar karenanya. Mungkin suatu ketika Anda ingin menyumbang yatim piatu, di waktu lain mungkin menyumbang perbaikan jembatan, mungkin pelestarian satwa yang hampir punah, mungkin disumbangkan untuk modal usaha bagi seorang pemula. Intinya adalah Anda sebaiknya menyedekahkan pada hal yang membuat perasaan Anda tergetar. Setiap orang akan berbeda. Seringkali seseorang menyumbang ke tempat ibadah, tapi hatinya tidak sejalan, hanya karena kebiasaan. Menyumbang yang tak bisa dihayati tak akan menggetarkan 22 Muhamad Djunaedi, Khasiat Sedekah, http://dcparfum.com/khasiat-sedekah.html, 25 Mei,2008, 10:32:06.
20
kalbu. c. Bershodaqohlah dengan sesuatu yang bernilai bagi Anda. Kebanyakan wujudnya adalah uang, namun lebih luas lagi adalah benda yang juga anda suka, pikiran, tenaga, ilmu yang anda suka. Dengan menyumbang sesuatu yang anda sukai, membuat anda juga merasa berharga karena memberikan sesuatu yang berharga. d. Bershodaqohlah dalam kuantitas yang terasa oleh perasaan. Bagaimana rasanya memberi shodaqoh 25 rupiah? Bagi kebanyakan orang nilai ini sudah tidak lagi terasa. Untuk seseorang dengan gaji 1 juta, maka 50 ribu akan terasa. Bagi yang perpenghasilan 20 juta, mungkin 1 juta baru terasa. Setiap orang memiliki kadar kuantitas berbeda agar hatinya tergetar ketika menyumbang. Nilai 10 persen biasanya menjadi anjuran dalam shodaqoh (bukan wajib), mungkin karena sejumlah nilai itulah kita akan merasakan ‘beratnya’ melepas kenikmatan. e. Menyumbang anonim akan memberi dampak lebih kuat. Ini erat kaitannya dengan ketulusan, walaupun tidak anonim juga tak apa-apa. Dengan anonim lebih terjamin bahwa kita hanya mengharap balasan dari Tuhan (ikhlas). f. Bershodaqoh tanpa pernah mengharap balasan dari orang yang anda beri. Yakinlah bahwa Tuhan akan membalas, tapi tidak lewat jalan orang yang anda beri. Pengalaman para pelaku kebanyakan menunjukkan bahwa balasan datang dari arah yang lain. g. Bershodaqohlah tanpa mengira bentuk balasan Tuhan atas shodaqoh itu. Walaupun banyak pengalaman menunjukkan bahwa kalau bershodaqoh uang akan dibalas dengan uang yang lebih banyak, namun kita tak layak mengharap seperti itu. Siapa tahu shodaqoh itu dibalas Tuhan dengan kesehatan, keselamatan, rasa tenang, dll, yang nilainya jauh lebih besar dari nilai uang yang dishodaqohkan.23 Shodaqoh lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada 23 Sepia Sun, Seni bersedekah: Bagaimana agar bersedekah membuat Anda Kaya?, http://forumsedekah.blogspot.com, 09: 07.
22
umum. Al Qur'an surat Al Baqoroh ayat 271menjelaskan: bÎ )
(# r ß ö 6 è ?
$ y d q à ÿ÷ è ?
Ï M » s % y ¢Á 9 $ #
$ y d q è ?÷ s è ?u r
$ £ J Ï è Ï Z sù
u ä !# t s ) à ÿø 9 $ #
} Ï d
u q ß g sù
(
b Î )u r × öyz
ö N à 6 © 9 4 ã Ï e ÿs 3 ã u r N à 6 Z tã `Ï i B ö N à 6 Ï ?$ t Ç Íh y 3 ª !$ #u r $ y J Î / t b q è = y J ÷ è s? × Î 6 y z Ç ËÐÊÈ
“Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan pada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmumu, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Baqoroh: 271) Hal ini sejalan juga dengan hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah. Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi shodaqoh dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut. Cara ini dimaksudkan untuk menghindari riya' (pamer) yang dapat meleyapkan pahala shodaqohnya, dan juga untuk menjaga perasaan orang yang diberikan shodaqoh agar tidak tersinggung. Akan tetapi, apabila shodaqoh itu akan diberikan kepada lembaga atau badan, seperti panti asuhan anak yatim, madrasah atau masjid, maka lebih baik bila shodaqoh itu diberikan secara terbuka atau terang-terangan, dan lebih baik dipublikasikan agar menarik perhatian masyarakat luas untuk beramai-ramai membantu lembaga atau badan tersebut.24 Shodaqoh lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan. Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat Al-Imran ayat 92: 24
Masyfuk Zuhdi, Studi Islam, h. 83-84.
22
s9
( #q ä 9 $ o Y s ?
§ É 9 ø9 $ #
4Ó ® Lym
( # q à )Ï ÿZ è ?
$ £ JÏ B
`
c q 6 Ï té B 4 $ t B u r ( #q à )Ï ÿZ è ? `Ï B & ä ó Ó x Ç ¨b Î * s ù © ! $ # ¾ Ï m Î / ÒO Î = t æ ÇÒË È
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (QS. Al- Imran: 92) Pahala shodaqoh akan lenyap bila si pemberi selalu menyebut-nyebut shodaqoh yang telah ia berikan atau menyakiti perasaan si penerima. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 264: y g r '¯ » t
tû ï Ï % © !$ #
N ä 3 Ï G » s % y |¹
( # q ãZ t B # u ä
Ç d ` y Jø9 $ $ Î /
w
3 s F {$ # u r
( # q è = Ï Üö 7 è ? $
É © 9 $ % x .
ß ,Ï ÿY ã
¼ã& s !$ t B u ä ! $ s Í Ä¨$¨Z 9 $ # w u r ß `Ï B ÷ sã Ç ! $ $ Î / Ï Q ö q u ø9 $ # u r Ì Å z F y $ # ( ¼ã& é # s V y J s ù È @ s V y J x . A b # u q øÿ | ¹ Ï m ø n = t ã Ò> # t è ? ¼Á m t /$ | ¹ r ' s ù × @ Î /# u r ¼Á m 2 u t I s ù #V $ ù # | ¹ ( w crâÏ ø) t 4
n ? t ã & ä ó Ó x Ç $ £ JÏ i B ( # q Á 7 | ¡ 2 3 ª ! $ # u r w Ï ô g t t P ö q s )ø9 $ # t û ï Í Ï ÿ» s 3 ø9 $ # Ç Ë ÏÍ È
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya Karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (Tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. Al- Baqarah : 264) 5. Keutamaan Shodaqoh Sedemikian penting dan utamanya bershodaqoh, sehingga kita dianjurkan menunaikannya sebagai inisiatif, bukan atas permintaan. Sangat utama ditunaikan di depan, bukan setelah ada sisa dari suatu harta. Juga jangan diberikan setelah melaksanakan suatu perbuatan, karena hal itu bukan sedekah, melainkan syukuran.
24
Apa sebenarnya keutamaan shodaqoh? Menurut Rasulullah SAW, ada empat keutamaan. Pertama, shodaqoh justru mengundang rezeki. Semakin banyak bershodaqoh, semakin banyak rezeki melimpah. “Tidak akan berkurang rezeki orang yang bershodaqoh, kecuali bertambah, bertambah, dan bertambah”, sabda Rasulullah. Kedua, shodaqoh bisa menyembuhkan penyakit. Karena sedekah dapat membersihkan hati dan pikiran, dampaknya secara psikologis dapat pula membantu penyembuhan, berkat ridha Allah SWT. Selain itu, Allah menjanjikan melipatgandakan ganjaran shodaqoh hingga 700 kali lipat. Dengan bershodaqoh Rp.100.000,- misalnya, bukan tak mungkin akan kembali Rp.70.000.000. Dan dengan uang itulah si sakit membiayi proses penyembuhannya. Ketiga, shodaqoh dapat menolak bala, menahan musibah, menghilangkan kesulitan. Sabda Rasulullah, “Jika seseorang ingin dihilangkan kesulitannya, diringankan bebannya, ditolong atas semua permasalahannya, dia harus membantu mereka yang lebih susah, lebih menderita, lebih bermasalah. Dan bersedekah merupakan upaya terbaik untuk membantu orang lain”. Sabda Rasulullah SAW lagi, “Bersegeralah bershodaqoh. Sebab, musibah dan bencana tidak bisa mendahului shodaqoh” . Keempat, shodaqoh dapat memanjangkan umur. Dengan bershodaqoh, kehidupan kita akan dipenuhi kebajikan. Selalu tumbuh kepuasan batin dan merasa lebih berbahagia, karena dapat membantu orang lain, dan semakin dicintai para sahabat. Dengan kebajikan, hidup menjadi lebih berkualitas.25 6. Hikmah Shodaqoh Diantara hikmah yang terkandung dalam ritual atau ibadah shodaqoh, antara lain sebagai berikut: a. Mensyukuri karunia Ilahi, menumbuhsuburkan harta dan pahala serta membersihkan diri dari sifat-sifat kikir, dengki, iri hati serta dosa. b. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan. c. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih saying antara sesame manusia. 25 Shodaqoh Membawa Berkah, http://naqshbandiyun.blogspot.com, 25 November 2007, 17:42:23 GMT.
24
d. Manifestasi kegotongroyongan dan tolong menolong dalam kebaikan dan takwa. e. Mengurangi kefakir-miskinan yang merupakan masalah sosial. f. Membina dan mengembangkan stabilitas sosial. g. Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.26 B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Kata “Pendidikan Agama Islam” terdiri dari tiga kata berbeda, yaitu “pendidikan” dan “agama” serta “Islam”. Pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awalah “pe” dan akhiran “an” yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, cara mendidik.27 Istilah pendidikan sesungguhnya berasal dari dari bahasa Yunani, paedagogy, yang memiliki arti seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang pelayan. Awalnya istilah paedagogos berarti palayan atau pelayanan, tetapi pada perkembangan selanjutnya, paedagogos dimaknai dengan seseorang yang tugasnya membimbing anak pada masa pertumbuhannya sehingga menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab.28 Menurut bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik; dan berarti pula pengetahuan
tentang
mendidik,
atau
pemeliharaan
(latihan-latihan
dan
sebagainya) badan, batin, dan sebagainya.29 Mendidik dan pendidikan adalah dua hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa, mendidik ialah kata kerja, pendidikan adalah kata benda. Kalau kita mendidik, kita melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Kegiatan mendidik 26
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press,
1988), Cet. 1, h. 41.
27 Ridwan, Pendidikan Agama Membangun Moral atau Etik Peserta Didik, http://ridwan202.wordpress.com, 12 05 2008. 28 Zurinal Z, dkk, Ilmu Pendidikan; Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h. 1-2. 29
W.J.S. Poerwadinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1991), Cet. 2, h. 250.
26
menunjukkan adanya yang mendidik disatu pihak dan yang dididik dilain pihak. Dengan kata lain, mendidik adalah suatu kegiatan yang mengandung komunikasi antara dua orang manusia atau lebih. Pengertian pendidikan menurut istilah adalah suatu usaha sadar yang teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak mempunyai sifat-sifat dan tabi’at sesuai cita-cita pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk meningkatkan kualitas dirinya, baik personal maupun kolektif. Pendidikan juga merupakan suatu upaya manusia untuk memanusiakan dirinya dan membedakannya dengan makhluk lain. Sedangkan menurut pendapat beberapa ahli tentang yang disebut mendidik atau pendidikan , antara lain: 1. S.A.Branata, dkk: Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya. 2. Rousseau: Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. 3. Ki Hajar Dewantara: Mendidik ialah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.30 Dari berbagai definisi tersebut di atas, Qodri A. Azizi mencoba meringkas esensi pendidikan sebagai proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda, agar generasi muda dapat mampu hidup. Dalam batas tertentu, targetnya juga untuk mampu hidup lebih baik dari generasi tua. Generasi tua berperan sebagai pelaku atau hanya sebagai fasilitator. Pengertian ini sangat umum dan meliputi pendidikan formal, non-formal, dan informal. Arti ini juga meliputi pendidikan keluarga antara orang tua dan anaknya 30 Azmi Ulfia Farista, Peran dan Fungsi Pendidikan Dalam Perkembangan Anak, http://albaiad.wordpress.com, 04:26:07, 11 Mei 2008.
26
dan pendidikan publik yang biasanya ditentukan oleh kebijakan politik sesuai dengan system yang ada di negara tertentu.31 Adapun pengertian agama dari segi bahasa menurut Harun Nasution dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata din ( )دينdari bahasa Arab dan kata religi dalam bahasa Eropa. Menurutnya, agama dari kata Sanskrit. Menurut satu pendapat, demikian Harun Nasution mengatakan, kata itu tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun-temurun.32 Dalam bahasa Semit, agama berarti undang-undang atau hokum. Dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Adapun kata religi berasal dari bahasa Latin. Menurut Harun Nasution dari salah satu pendapat bahwa asal kata religi adalah relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religare yang berarti mengikat. Mahmud Syaltut mendefinisikan agama adalah ketetapan-ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Lain lagi dengan Syaikh Muhammad Abdullah Badran, yang berupaya menjelaskan arti agama dengan merujuk kepada Al-Qur’an, dengan memulai bahasannya dengan pendekatan kebahasaan. Din yang biasa diterjemahkan agama, menurutnya menggambarkan hubungan antara dua pihak di mana yang pertama mempunyai kedudukanlebih tinggi daripada yang kedua. Jadi agama adalah hubungan antara makhluk dengan Khaliq-nya. Hubungan ini mewujud dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.33 Sedangkan agama menurut Ensiklopedia Indonesia diuraikan sebagai berikut: “Agama (umum), manusia mengakui dalam agama adanya yang suci: 31 Abhi Mujahid, Pendidikan Kita, dari Ada Apa Denganmu hingga Mimpi yang Sempurna, http://www.geocities.com, 04:26:07, 3 Mei 2008. 32 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1979), h. 7. 33 Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, h. 209-210.
28
manusia itu insaf, bahwa ada sesuatu kekuasaan yang memungkinkan dan melebihi segala yang ada. Sehingga dengan demikian manusia mengikuti normanorma yang ada dalam agama, baik tata aturan kehidupan maupun tata aturan agama itu sendiri. Sehingga dengan adanya agama kehidupan manusia menjadi teratur, tentram dan bermakna. Sedangkan agama (wahyu) adalah agama yang menghendaki iman kepada Tuhan, kepada para rasulNya, kepada kitab-kitabNya untuk disebarkan kepada segenap umat manusia.34 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang di dalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosional dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut.35 Dari beberapa pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa ”pendidikan agama” adalah suatu usaha yang ditunjukkan kepada anak didik yang sedang tumbuh agar mereka mampu menimbulkan sikap dan budi pekerti yang baik serta dapat memelihara perkembangan jasmani dan rohani secara seimbang dimasa sekarang dan mendatang sesuai dengan aturan agama. Islam artinya pasrah sepenuhnya (kepada Allah), sikap yang menjadi inti ajaran agama yang benar di sisi Allah.36 Pengertian Islam dari segi kebahasaan berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Kata aslama juga dapat berarti memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, 34 Ridwan, Pendidikan Agama Membangun Moral atau Etik Peserta Didik, http://ridwan202.wordpress.com, 12 05 2008. 35 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 9, h. 15. 36 Nurcholish Madjid, Pintu-Pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Paramadina, 2002), Cet. 6, h. 2.
28
tunduk,
patuh, dan taat. Kata aslama itulah yang menjadi kata Islam yang
mengandung arti segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya. Dapat disimpulkan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Tuhan dalm upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan kata Islam menurut istilah adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan berasal dari manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW. Posisi nabi dalam Islam diakui sebagai yang ditugasi oleh Allah untuk menybarkan ajaran Islam kepada umat manusia.37 Abdurrahman an-Nahlawi (1989: 41) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah penataan individu dan sosial yang dapat menyebabkan seseorang tunduk taat pada Islam dan menerapkannya secara sempurna di dalam kehidupan individu dan masyarakat. Imam Bawani (1987: 122) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama manurut ukuran-ukuran Islam.38 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan kerukunan antar ummat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.39 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Pengajaran adalah suatu proses yang didasarkan kepada tujuan. Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan 37 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, h. 61-63. 38
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 9.
39 Sutrisno Muslimin, Pengembangan Nilai-Nilai Islam Dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam, http://sutris02.wordpress.com.
30
dapat diartikan sebagai suatu usaha memberikan hasil yang diharapkan dari siswa setelah mereka menyelesaikan pengalaman belajar. Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia berkualitas secara lahiriyah dan bathiniyah. Secara lahiriyah pendidikan menjadikan manusia bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta dapat menentukan arah hidupnya ke depan. Sedangkan secara bathiniyah pendidikan diharapkan dapat membentuk jiwa-jiwa berbudi, tahu tata krama, sopan santun dan etika dalam setiap gerak hidupnya baik personal maupun kolektif. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan akan membawa perubahan pada setiap orang sesuai dengan tata aturan. Tujuan ini sangat penting karena merupakan pedoman untuk mengarahkan kegiatan belajar. Ada tiga alasan mengapa tujuan pengajaran itu perlu dirumuskan, yaitu: a. Jika suatu pekerjaan atau suatu tugas tidak disertai tujuan yang jelas
dan
benar,
akan
sulitlah
untuk
memilih
atau
merencanakan bahan dan strategi yang hendak ditempuh atau dicapai. b. Rumusan tujuan yang baik dan terinci akan mempermudah pengawasan dan penelitian hasil belajar sesuai dengan harapan yang dikehendaki dari subyek belajar. c. Perumusan tujuan yang benar akan memberikan pedoman bagi siswa atau subyek belajar dalam menyelesaikan materi dan kegiatan belajar. Rumusan tujuan senantiasa merupakan sifat yang sangat bermanfaat dalam perencanaan dan penilaian sutau program belajar mengajar. Demikian pula dengan pengajaran Pendidikan Agama Islam, agar proses pengajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, berdasarkan pada tujuan. Tujuan pendidikan Islam ialah menyiapkan anak-anak supaya di waktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga tercipta kebahagiaan di dunia dan akhirat.40 Menurut Mahmud Yunus, tujuan Pendidikan Agama Islam dalam segala 40 Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990), Cet. 3, h. 10.
30
tingkat pengajaran umum sebagai berikut: a. Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah SWT, dalam hati anakanak. b. Menanamkan i’tikad yang benar dan kepercayaan yang benar dalam diri anak-anak. c. Mendidik
anak-anak
dari
kecil
supaya mengikuti seruan Allah SWT dan
meninggalkan
segala
larangannya. d. Mendidik
anak-anak
dari
kecil
berakhlak mulian e. Mengajar pelajaran-pelajaran supaya mengetahui macam-macam ibadah yang wajib dikerjakan dan cara-cara melakukannya hikmahnya,
serta
mengetahui
untuk
mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. f. Memberi contoh dan suri tauladan yang baik. g. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik, yang berbudi luhur dan berakhlak baik serta berpegang teguh pada ajaran agama Islam. Tujuan umum pendidikan agama Islam dapat dijabarkan kedalam tiga aspek: a. Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliknya (muamalah ma’al Khalik).
32
b. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesama manusia (muamalah ma’al makhluk). c. Mewujudkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kedua hubungan itu dan mengaktifkan kedua-duanya sejalan dan berjalin dalam diri pribadi. Ini berarti upaya yang terus menerus untuk mengenal dan memperbaiki diri (muamalah ma’an nafsi).41 Tujun Pendidikan Agama Islam merupakan tujuan yanng hendak dicapai oleh setiap orang yang melaksanakan Pendidikan Agama Islam, karena dalam pendidikan agama yang diutamakan adalah keimanan yang teguh, sebab iman yang teguh akan menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban agama. Tujuan tersebut mengandung arti bahwa Pendidikan Agama Islam itu menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya maupun masyarakat dan yang bersangkutan senang mengamalkan dan mengembangkan agama Islam serta mampu memanfaatkan alam untuk kepentingan hidupnya.42 3. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Agama dipandang sebagai sumber nilai karena agama berbicara baik dan buruk, benar, dan salah. Demikian pula, agama Islam memuat ajaran normatif yang berbicara tentang kebaikan yang seyogianya dilakukan manusia dan keburukan yang harus dihindarkannya. Islam memandang manusia sebagai subjek yang paling penting di muka bumi sebagaimana diungkapkan Alquran (Q.S. 45:13) bahwa Allah menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi untuk manusia. Sedangkan ketinggian kedudukan manusia terletak pada ketakwaannya, yakni aktivitas yang konsisten kepada nilai-nilai Ilahiah yang diimplementasikan dalam kehidupan sosial. Dilihat dari asal datangnya nilai, dalam perspektif Islam terdapat dua sumber nilai, yakni Tuhan dan manusia. Nilai yang datang dari Tuhan adalah ajaran-ajaran tentang kebaikan yang terdapat dalam kitab suci. Nilai yang 41 Depag, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Depag, 1985), Cet. 2, h. 120. 42 Ridwan, Pendidikan Agama Membangun Moral atau Etik Peserta Didik, http://ridwan202.wordpress.com, 12 05 2008.
32
merupakan firman Tuhan bersifat mutlak, tetapi implementasinya dalam bentuk perilaku merupakan penafsiran terhadap firman tersebut bersifat relatif. Agama dipandang sebagai salah satu aspek kehidupan yang hanya berkaitan dengan aspek pribadi dan dalam bentuk ritual, karena itu nilai agama hanya menjadi salah satu bagian dari sistem nilai budaya; tidak mendasari nilai budaya secara keseluruhan. Pelaksanaan ajaran agama dipandang cukup dengan melaksanakan ritual agama, sementara aspek ekonomi, sosial, dan budaya lainnya terlepas dari nilai-nilai agama penganutnya. Padahal, ibadah itu sendiri memiliki nilai sosial yang harus melekat pada orang yang melaksanakannya. Aktualisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sekarang ini menjadi sangat penting terutama dalam memberikan isi dan makna kepada nilai, moral, dan norma masyarakat. Aktualisasi nilai dilakukan dengan mengartikulasikan nilainilai ibadah yang bersifat ritual menjadi aktivitas dan perilaku moral masyarakat sebagai bentuk dari kesalehan sosial.43 Beberapa contoh nilai-nilai agama dalam ilmu pengetahuan: 1. Nilai-nilai agama Islam mengarahkan perhatian kepada alam sekeliling yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Diarahkan pandangan dan penelitian kepada alam tumbuh-tumbuh yang indah, berbagai warna, menghasilkan buah bermacam rasa. “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungaisungai”. 2. Nilai agama Islam juga mengarahkan perhatian memahami alam hewan dan ternak, yang serba guna, dapat dijadikan kendaraan pengangkutan barang, serta dagingnya sumber gizi, dapat dimakan, kulitnya dipakai sebagai sandang. Dengan pembelajaran itu, manusia dapat menjaga, memeliharanya sebagai anugerah Allah. “Dia telah menciptakan binatang ternak untukmu, 43 Sutrisno Muslimin, Pengembangan Nilai-Nilai Islam Dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam, http://sutris02.wordpress.com.
34
padanya ada bulu (kulit) yang menghangatkan, dan berbagai-bagai manfa’at, dan sebagiannya kamu makan”. (QS. An Nahl : 5) 3. Nilai-nilai agama Islam juga mengarahkan ke perbendaharaan bumi yang berisi logam yang mempunyai kekuatan besar dan banyak manfaat. Dengan demikian lahir beragam ilmu bertalian dengan pengolahan, pemeliharaan, eksplorasi hasil tambang, mineral, ataupun penjagaan sumbersumber hayati baik flora dan fauna. “Dan Dia telah menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu dimudahkan untukmu dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu, benarbenar ada tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi kaum yang memahaminya. Dan Dia menundukkan pula apa-apa yang Dia ciptakan untukmu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mau mengambil pelajaran”. (QS. An Nahl : 12-13) 4. Diarahkan pula perhatian ke lautan samudera yang terhampar luas, berisikan ikan dan berdaging segar, dan perhiasan yang dapat dipakai, permukaannya dapat diharungi dengan kapal-kapal; supaya kamu dapat mencari karunia-Nya (karunia Allah). Demikian itu, tiada lain supaya manusia pandai bersyukur, pandai menjaga dan memelihara, di samping memanfaatkan untuk kemashlahatan umat manusia jua. 5. Demikian pula diarahkan perhatian ke bintang di langit, yang dapat digunakan sebagai petunjuk-petunjuk jalan, penentuan arah bagi musafir. 6. Dibangkitkan kesadaran kepada ruang dan waktu (space and time consciousness) kepada peredaran bumi, bulan dan matahari. Pertukaran malam dan siang dan pertukaran musim, yang memudahkan perhitungan bulan dan tahun, antara lain juga saat untuk menunaikan rukun Islam yang kelima kepada kepentingannya waktu, yang kita pasti merugi bila tidak diisi dengan amal perbuatan. 7. Di jadikan malam menyelimuti kamu (untuk beristirahat), dan kami jadikan siang untuk mencari nafkah hidup. Malam itu disebut sebagai pakaian, karena malam itu gelap menutupi jagat sebagai pakaian menutupi tubuh manusia.
34
Artinya mengajarkan manusia tidak boleh lalai dalam memanfaatkan waktu dengan baik. 8. Ditanamkan kesadaran pembelajaran betapa luasnya bumi Allah. Dianjurkan supaya jangan tetap tinggal terkurung dalam lingkungan yang kecil, dan sempit, terjadilah emigrasi, transmigrasi, mobilitas vertikal dan horizontal, transportasi dan komunikasi. 9. Allah SWT menciptakan bumi jadi mudah untuk digunakan. Beredarlah di atas permukaan bumi, makanlah rezeki dariNya dan kepadaNya tempat kembali. 10. Kalau dihitung segala ni’mat Allah, tidak mampu manusia menghitungnya.44 Agama Islam memberi perhatian secara seimbang terhadap unsur materi dan unsur ruhi. Artinya kedua unsur tersebut dalam daur kehidupan manusia, berhak memperoleh peran yang sama, tanpa ada salah satu unsur yang melebihi atau mengurangi peran unsur lain. Inilah salah satu bagian dari istimewanya ajaran islam; keselarasannya dengan fitrah manusia. Secara fitrah, setiap manusia membutuhkan unsur materi dan ruhi, dan keduanya itu diakui oleh Islam. Agama Islam menganjurkan agar keduanya dapat diaplikasikan dalam timbangan yang sama dan sederajat, hingga tak melahirkan kepincangan-kepincangan dalam bersikap. Kita dapat melihat sisi keistimewaan tersebut, misalnya, pada perintah shodaqoh. Perintah shodaqoh, disamping mengandung dimensi materi, juga dimensi ruhi. Bila shodaqoh diterapkan secara benar dan menyeluruh, ia memiliki peran sangat esensial dalam tarbiyah ruhiyah (pembinaan ruhiyah), yang selanjutnya akan merealisasikan keadilan sosial dan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan pesat, disamping semakin memantapkan kekuatan politik untuk ummat.45 Pendidikan agama Islam akan memberikan “imunisasi” pada jiwa seseorang untuk selalu berada dalam jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama 44 H. Mas’oed Abidin, Nilai Agama Islam dan Muatan Lokal di Sumatera Barat, http://palantaminang.wordpress.com, 5 Juli 2008. 45 PKPU, Tumbuhkan Ketakwaan kita dengan Berzakat; Zakat dan Pendidikan, http://www.pkpu.or.id, 10.11.2001.
36
itu sendiri, yang selalu mengajarkan kebenaran hakiki pada setiap aktifitas pemeluknya. Pendidikan agama Islam pada dunia pendidikan merupakan modal dasar bagi anak untuk mendapatkan nilai-nilai ketuhanan, karena dalam pendidikan agama Islam diberikan ajaran tentang muamalah, ibadah dan syari’ah yang merupakan dasar ajaran agama Islam. Hal inilah yang menjadikan pendidikan agama Islam sebagai titik awal perkembangan nilai-nilai agama pada anak. Sebagai contoh, Allah SWT menganjurkan umatnya untuk bershodaqoh, dengan shodaqoh anak didik diharapkan peduli dengan masyarakat sekitar yang membutuhkan uluran tangah atau bantuan. Shodaqoh ini mengajarkan nilai-nilai sosial (muamalah) dalam berinteraksi di masyarakat. Dengan shodaqoh seorang anak didik akan merasakan bahwa saling membutuhkan pada setiap orang adalah ciri dari kehidupan. Ini merupakan contoh kecil dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.46 Dari contoh di atas mengajarkan simbiosis mutualisme dalam kehidupan yang menjadikan suatu bukti bahwa betapa pentingnya nilai-nilai agama Islam diajarkan kepada anak, dimana dalam dunia pendidikan dicakup dalam satu bidang garapan yaitu pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam dalam kehidupan tidaklah sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru di sekolah, melainkan juga orang tua sebagai contoh nyata dalam kehidupan anak. Bagaimana mungkin anak akan menjadi baik, jika orang tuanya hidup dalam ketidakbaikan. Oleh karena itu pendidikan agama Islam harus ditanamkan kepada anak dimanapun ia berada, baik formal maupun non formal. Beberapa metode yang merupakan implementasi nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat direkomendasikan adalah, antara lain: 1. Tumbuhkan afiliasi serta keterikatan emosi peserta didik dengan agama dan umatnya lewat pendidikan sejarah Islam dan biografi tokoh-tokoh dan pahlawan muslim. 2. Tumbuhkan semangat dan militansi juang peserta didik dengan membekali
mereka dengan pemahaman terhadap kondisi dan
46 Ridwan, Pendidikan Agama Membangun Moral atau Etik Peserta Didik, http://ridwan202.wordpress.com, 12 05 2008.
36
tantangan yang dihadapi umat. 3. Luruskan pemahaman peserta didik tentang konsep ibadah yang mencakup seluruh aktivitas kehidupan sepanjang sejalan dengan nilainilai ajaran Islam. 4. Biasakan peserta didik dengan akhlak dan adab-adab islami, baik itu dengan pengajaran langsung maupun lewat teladan dari guru. 5. Tanamkan nilai-nilai luhur, kecendekiawanan dan etos kerja yang islami sejak dini kepada peserta didik. 6. Kembangkan
model-model
pembelajaran
yang
holistik
dan
menyeluruh dengan memanfaatkan dasar-dasar ilmu pengetahuan dalam Islam.47
47 Ilham Jaya Abdurrauf, Implementasi Nilai-Nilai Islam dalam Dunia Pendidikan, http://www.wahdah.or.id, 27 Agustus 2008.