Skripsi Bab Ii

  • Uploaded by: JoW Rocks
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Skripsi Bab Ii as PDF for free.

More details

  • Words: 3,367
  • Pages: 23
BAB II LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Kooperatif 1. Penegrtian Pembebelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar oleh siswa dalam kelompo-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.1 Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuanya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salh satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : a. Para siswa harus memiliki presepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama” b. Para siswa harus memiliki terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam materi yang dihadapi.

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Kencana Frenada Media, Jakarta, 2006, hal 239

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa berbagi tugas dan tanggung jawab diantara anggota kelompok. e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerja sama selama belajar. g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditanggani dalam kelompok kooperatif.2 Didalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan hiterogen. Maksud kelompok hiterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa,jenis kelamin, dan suku.hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.3 Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik,siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.selama kerja kelompok,tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.4 2

http/www.damanhuri.or.id/file/yusuffunsbab2.pdf ibid 4 ibid 3

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah; ( a ) setiap anggota memiliki peran, ( b ) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, ( c ) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan

juga

teman-teman

sekelompoknya,

(d

)

guru

membantu

mengembangkan ketrampilan-ketrampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.5 Tiga konsep sentral yang menjadi kerakteristik pembelajaran kooperatif

sebagaimana

dikemukakan

oleh

Slavin

(1995),

yaitu

penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu dan kesempatan yang sama untuk berhasil. a. Penghargaan kelompok Pembelajaran kooperatif mengunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu dan saling peduli.

b. Pertanggung jawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban tersebut menitik 5

ibid

beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membentu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skorsing yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan perstasi yang diperoleh siswa dari yang terdulu. Dengan mengunakan metode sekorsing ini siswa baik yang berprestasi rendah,sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. 3. Aplikasi Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan system kopetensi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegegalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana

keberhasilan

individu

ditentukan

tau

dipengaruhi

oleh

keberhasilan kelompok Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, yaitu : a. Hasil belajar akademik Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan social juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas

akademik penting lainya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik kepada kelompok siswa bawah maupun kelompok siswa atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademin. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pemebelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas soial, kemampuan dan tidak kemampuanya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan ketrampilan sosial Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarakan

pada

siswa

ketrampilan

bekerja

sama

dan

kolaborasi. Ketampilan-ketrampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam ketrampilan sosial. 4. Ketrampilan Kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari ketrampilanketrampilan khusus yang disebut kemampuan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut. a. Ketrampilan kooperatif tingkat awal 1) Menggunakan kesepakatan Yang dimaksud menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat yang berguna untuk maningkatakan hubungan kerja dalam kelompok. 2) Menghargai konstribusi Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain. Hal ini berarti harus selalu setuju dengan anggota lain, dapat saja kritik yang diberikan itu ditujukan terhadap ide dan tidak individu.

3) Mengambil giliran dan berbagai tugas Pengertian ini menmgandung arti bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia

mengemban

tugas/tanggung

jawab

tertentu

dalam

kelompok. 4) Berda dalam kelompok Maksud di sini adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung. 5) Berada dalam tugas Yang

dimaksud

berada

dalam

tugas

adalah

meneruskan tugas yang menjadi tangguang jawabnya, agar kegiatan dapat sdiselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan. 6) Mendorong patrisipasi Mendorong partisipasi berarti mendorong semua anggota kelompok untuk memberi konstribusi terhadap tugas kelompok. 7) Mengundang orang lain Maksudnya adalah meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas. 8) Menyelesaikan tugas dalam waktunya

9) Menghormati perbedaan individu

Menghormati

perbedaan

individu

berarti

bersikap

menghormati terhadap budaya, suku, ras, atau pengalaman dari semua siswa atau peserta pendidik. b. Ketrampilan tingkat menenggah Ketrampilan tingkat meneggah meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi keteganggan. c.

Ketrampilan tingkat mahir Ketrampilan

tingkat

mahir

meliputi

mengelaborasi,

memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan,dan berkompromi .

5. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif.6

6

PEMBELAJARAN KOOPERATIF (CL)

Depdiknas, Pembelajaran Berbahsa Kontekstual1dalam sosialisasi KTSP,2007

Hakekat Sosiokultural Teori Belajar Kontruktivis

Landasan Teoritik

Vygotsky CLT

Hasil Belajar Siswa

Learning Community

Hasil Belajar Akademik

Konsep-konsep Sulit

Ketrampilan Sosial Ketrampilan kooperatif

Sintaks

Enam fase utama

Lihat tabel 2

Berpusat pada siswa Lingkungan Belajar dan Sistem Pengolahan

Proses demokrasi dan peran aktif

Siswa bel dlm klp.Kecil Dg tkt mampu beda

Urutan langkah-langkah prilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997) adalah sebagaimana terlihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1

Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif.7

Fase-Fase Fase 1

Prilaku Guru  Menyampaiakan semua tujuan yang

Menyampaikan tujuan dan memotivasi

ingin dicapai selama pembelajaran

Siswa

dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

 Menyajikan informasi kepada siswa

Menyajikan informasi

dengan jalan demontrasi atau lewan

Fase 3 mengorganisasikan siswa kedalam

bahan bacaan

kelompok-kelompok belajar

 Menjelaskan kepada siswa

Fase 4

bagaimana cara membentuk klp bel

Membimbing kelompok bekerja dan

dan membantu setiap klp agar

belajar

melakukan transisi secara efesien

Fase 5

 Membimbing kelompok belajar

Evaluasi

pada saat mereka mengarjakan

Fase 6

tugas mereka

Memberikan penghargaan

 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yg telah dipelajari/meminta klp presentasi hasil kerja  Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

7

Muslis Ibrahim, dkk,Pembeljaran Kooperatif, Universitas Press, Surabaya, 2000, hal. 10

Pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan guru menginformasikan

tujuan-tujuan

dari

pemebelajaran

dan

meotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi, sering dengan bentuk teks bukan verbal. Kemudian dilanjutkan dengan langkah-langkah dimana siswa dbawah bimbingan guru bekarja sama-sama untuk mnyelesaikan tugatugas yang saling bergantung. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi penyajian produk akhir kelompok atau mengetes apa yang telah dipelajari oleh siswa dan pengenalan kelompok dan usaha-usaha individu. 6. Pendekatan dalam Pembelajaran Kooparatif Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif.8 Disini akan diuraikan secara ringkas masingmasing pendekatan tersebut. a. Student Teams Achievement Division (STAD) STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang peling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan persentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anaggota 4-5 orang, setiap setiap kelompok harus 8

http//www.damanhuri.or.id/file/yusuffunsbab2.pdf

heterogen, terdiri dari perempuan dan laki-laki, berasal dari berbagai suku, memiliki kemempuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajatran yang lain untuk menuntaskanmateri pelajaranya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melaui tutorial, kuis, satu sama lain untuk melakukan diskusi. Secraa individual setianp minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu di skor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberrapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tertinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim mencapai criteria tertentu yang dicantumkan dalam lembar itu. b. Investigasi Kelompok Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelen. Bebeda dengan STAD dan Jigsaw siswa terlibat dalam perencanaan baik yang dipelajari amaupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih terpusat dari guru.

Dalam penerapan infestigasi kelompok ini guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topic untuk diselidiki, melakukan penyelidikan mendalam, atas topic yang dipilih itu. Selanjutnya mempertimbangkan dan mempersentasikan laporan kepada seluruh kelas. c. Pendekatan struktual Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawankawanya. Meskipun memiliki banyak kesamaandengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen dimaksudkan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana guru mangajukan mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tang dan ditunjuk. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada penghargaan individual. Ada struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk mengajarkan

ketrampilan sosila tau ketrampilan kelompok. Dua macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share dan numbered-head-together, yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau untuk mengecek pemahaman siswa terhadap isi tertentu. Sedang active lisetening dan time token, merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan ketrampilan sosial. d. Jigsaw Jigsaw peertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkin. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

adalah suatu tipe

pembelajaran koopertif yang terdiri dari dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar dan mampu mengerjakan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarnya sediri dan pembelajan orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian,”siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topic yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali kepada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang mereka pelajeri sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa dengan kemampuan asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang tugaskan untuk mempelajari dan mendalami topic tertentu dan menyelesaikan tugas-tugasyang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian

dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut.9 +

=

+

+

+

=

+

=

X

*

+

+

X

*

X

*

+

=

=

=

X

X

*

*

X

*

=

=

X

X

*

*

Kelompok Ahli Gambar 2.2: Ilustrasi Kelompok Jigsaw Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topic yang sama dengan kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topic mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat petemuan dikelompok ahli.jigsaw didesai selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberitahu) terhadap teman 9

http//www.damanhuri.or.id/file/yusuffunbab2.pdf

sekelompoknya. Selanjutnya diakhir pembelajaran,siswa diberi kuis secara individu yang mencakup materi yang telah dibahas. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa kepada anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar mengerjakan kuis dengan baik. Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah sebagai berikut : (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut : a.

Membaca : siswa memperoleh topic-topik ahli dan membaca meteri tersebut untuk mendapatkan informasi.

b.

Diskusi kelompok ahli : siswa dengan topic-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topic tersebut.

c.

Diskusi kelompok : ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topic pada kelompoknya.

d.

Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topic.

e.

Penghargaan kelompok : penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.10

Salah satu implikasi teori belajar konstruksi adalah penerapan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa atau peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila 10

http//www.damanhuri.or.id/file/yusuffunsbab2.pdf

mereka saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temanya. Melalui diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yang baik,sehingga dapat meningkatkan daya nalar, keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki dapak positif terhadap kegiatan belajar mengajar, yakni dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selam pembelajaran, meningkatkan ketecapaian TKP, dan dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran berikut. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw maerupakan lingkungan belajar dimana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang heterogen,

untuk

menyelesaikan

tugas-tugas

pembelajaran.

Siswa

melakukan interaksi social untuk materi yang diberikan kepadanya, dan bertanggung jawab untuk menjelaskan pada anggota kelompoknya. Jadi, siswa dilatih untuk berani berinteraksi dengan teman-temanya. Untuk melihat dengan jelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering disebut sebagai tipe pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada table 2.3

Table 2.3

Perbandingan empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif.11

Penyelidikan Kelompok Informasi Informasi Informasi akademik akademik akademik sederhan sederhan tingkat tinggi dan ketrampilan inkuiri Kerja kelompok Kerja kelompok Kerja dalam dan kerja sama dan kerja sama kelompok kompleks STAD

Tujuan kognitif

Tujuan social

Struktur tim

Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota

Pemilihan topic pelajaran Tugas utama

Biasanya guru

Penilaian

Tes mingguan

Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan meteri belajarnya

Jigsaw

Pendekatan Strukrur Informasi Akademik sederhan Keterampilan kelompok dan ketrampilan social Bervariasi , berdua , bertiga, kelompok 4-6 orang anggota

Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota, mengunkan pola” kelompok asal” dan “kelompok ahli” Biasanya guru

Kelompok belajar dengan 5-6 orang anggota homogen

Biasanya siswa

Biasanya guru

Siswa mempelajari materi dalam “kelompok ahli”, kemudian membantu anggota “kelompok asal”, mempelajari meteri tu Bervariasi, dapat berupa tes mingguan

Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks

Siswa mengerjakan tugas-tigas social dan kognitif

Menyelesaikan Bervariasi proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes uraian Pengakuan Lembar Publikasi lain Press, Lembar 11 Muslim Ibrahim, dkk. Pembelajaran Kooperatif, University Surabaya, 2000. halBervariasi 29 pengetahuan pengakuan dan dan publikasi publikasi lain lain

Keseluruhan aspek kooperatif yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran yang berorientasi koopertif merupakan bagian dari pendidikan akhlak tau moral peserta didik. Dan apa bila ketrampilan-ketrampilan kooperatif terus dilatihkan kepada siswa selama pembelajaran maka cermin siswa yang berakhlak mulia yang ditujukkan dengan sikap-sikap positif dapat tercapai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empet unsure penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu : (1) adanya peserta dalam kelompok, (2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam setiap kelompok, (4) dan adanya tujuan yang harus dicapai.12Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsure model pembelajaraan gotong royong yang harus ditetapkan yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok. 13

B. Ketuntasan Belajar 1. Pengartian Ketuntasan Belajar Ketentuan belajar adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam pembelajaran fiqih yang mensyaratkan siswa menguasai secara

12 13

Strategi Pembelajaran. Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, Kencana Prenada Media, 2006 Mulyasa E, Kurikulum Barbasis Kopetensi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal. 6

tuntas seluruh satandar kompetensi maupun kopetensi dasar mata pelajaran tertentu.14 Ketuntasan belajar dapat dicapai siswa apabila >75% secara individu dan >85% secara keseluruhan objek penelitian. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuntasan Belajar a. Model pembelajaran Model

pembelajaran

diantaranya

pembelajaran

untuk

mencapai

individual,

ketuntasan

pembelajran

belajar sejawat,

pembelajaran kelompok dan tutorial. b. Peran guru Petran guru harus intensif dalam hal menjabarkan KD, mengejarkan

materi

memonitor

pekerjaaan

siswa,

menilai

perkembangan siswa dalam mencapai kopetensi (efektif, kognitif, dan psikomotor), menggunakan teknik diagnosa, menyediakan alternative strategi pembelajaran siswa yang kesulitan belajar. c. Peran siswa Kurikulum 2007 dengan paradigma KTSP sangat menjunjung tinggi dan menempetkan peran siswa sebagai subjek didik. Siswa diberikan kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kopetensi. 3. Langkah-Langkah atau Prosedur Pelaksanaan Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar memiliki tujuan secara ideal yaitu agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid (penguasaan penuh).

14

Diknas Pedoman Pembelajran Tuntas (Masteri Learning). DepDikNas.2003-2004. hal. 9

Seorang siswa harus mencapai Kriteria Ketuntaan Minimal (KKM) Langkah-Langkah KKM secara umum sebagai berikut : a. KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran b. KKM ditetapkan oleh forum MGMP sekolah c. KKM dinyatakan dalam bentuk persentase bekisar antara 0 – 100 d. Criteria ditetapkan untuk masing-masing indicator idealnya bekisar 75% e. Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah kriteria ideal f. Dalam menentukan KKM dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas indicator dan kemampuan sumberdaya pendukung g. KKM dapat dicatumkan dalam LHBS sesuai model yang dipilih sekolah.15 Ketuntasan dicapai dengan menerapkan 3 macam layanan : a) bagi siswa yang belum mencapai skor 75 untuk KD, maka diadakan perbaikan (remedial) b) bagi siswa yang mencapai KD antara 75-90, maka diadakan program pengayaan (enrichment) c) kalau siswa mampu mencapai KD lebih dari 90, maka diberi program pemercepatan (akselerasi)

C. Efektifitas Sistem Pembelajaran Kooperatif Dalam Ketuntasan Belajar Fiqih

15

Materi 9,Penetapkan Kriteria Minimal, Sosialisasi SMA, Diknas 2006

Efektivitas

dalam

pembelajaran

harus

selalu

ditingkatkan

demi

meningkatkan dari pendidikan itu sendiri. Maka dari itu untuk meningkatkan efektivitas belajar supaya dapat mencapai ketuntasan belajar, seorang guru harus pandai dalam memilih metode apa yang harus digunakan. Dalam hal ini pembelajaran kooperatif salah satu alternatifnya. Menurut ahli pendidikan, Drs . Komarudin dalam buku risetnya. “efektivitas adalah kemampuan untuk mendapatkan hasil yang spesifik atau medesakan pengaruh yang spesifik yang terukur”. Menurut Drs. Salim dan Sudarsono SH dalam kamus pendidikan mengungkapkan bahwa, “ efektivitas merupakan tahapan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan”. Depaetement pendidikan dan kebudayaan mendefinisikan efektifitas adalah keadaan tau pengaruh, dapat membawa; hasil guna (usaha atau tindakan). Dari definisi diatas disimpulkan bahwa efektif suatu yang berpengaruh atau yang mendapat hasil. Jadi dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif diharapkan pembelajrannya akan efektif sehingga mampu untuk mencapai ketuntasan belajar yang optimal.

Related Documents

Bab Ii Skripsi
December 2019 19
Skripsi-bab Ii
May 2020 20
Bab Ii Proposal Skripsi
October 2019 36
Skripsi Bab Ii
May 2020 18
Skripsi Dedi Bab Ii
June 2020 26
Bab Skripsi
August 2019 54

More Documents from "Ilfin Maghfirotillah"

T A T A T E R T I B
May 2020 50
Bab 1 Baru
May 2020 46
Pmdk Jalur Diploma
May 2020 29
Kepbab I
May 2020 32