10
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Dukungan Keluarga 2.1.1. Pengertian Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Dalam semua tahap, dukungan keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan. Studi–studi
tentang
dukungan
keluarga
telah
mengkonseptualisasi dukungan social sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat. 2.1.2. Jenis Dukungan Keluarga 1. Dukungan Emosional Berfungsi sebagai pelabuhan istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan emosional serta meningkatkan moral keluarga. Dukungan emosianal melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan emosional. Dengan semua tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain bersedia untuk memberikan perhatian. Seperti memberikan pujian ketika
11
penderita rutin dalam melakukan pengobatan di pelayanan kesehatan dan lain – lain.. 2. Dukungan Informasi Keluarga berfungsi
sebagai
sebuah
kolektor
dan
disseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam bentuk nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi jika penderita marah – marah, cara mengatasi ketika penderita melihat bayangan yang tidak nyata dan lain – lain. 3. Dukungan Instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan instrumental merupakan dukungan yang diberikan oleh keluarga secara langsung yang meliputi bantuan material seperti memberikan tempat tinggal, membiayai untuk pengobatan dan lain – lain. 4. Dukungan Penghargaan Keluarga bertindak (keluarga bertindak sebagai sistem pembimbing
umpan
balik,
membimbing
dan
memerantai
pemecahan masalah dan merupakan sumber validator identitas anggota.
Dukungan
penghargaan
terjadi
melalui
ekspresi
penghargaan yang positif seperti penderita selalu meminum obatnya, penderita bersikap baik kepada orang lain dan lain – lain.15 2.1.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga16 15
http://eprints.umpo.ac.id/3853/4/bab%202.pdf diakses pada tanggal 13 desember 2018 pukul 16.14 16 http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=935 diakses pada tanggal 13 desember 2018 pukul 17.09
12
a. Faktor Internal 1) Tahap Perkembangan Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda. 2) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya. 3) Faktor Emosi Faktor terhadap
emosional
adanya
juga
dukungan
mempengaruhi
dan
cara
keyakinan
melaksanakannya.
Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respons emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional
terhadap
ancaman
penyakit
mungkin
akan
13
menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan. 4) Spiritual Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup. b. Faktor Eksternal 1) Praktik di Keluarga Cara biasanya
bagaimana
mempengaruhi
keluarga penderita
memberikan dalam
dukungan
melaksanakan
kesehatannya. Misalnya: klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sama. Misal: anak yang selalu diajak orang tuanya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama. 2) Faktor Sosioekonomi Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit
dan
mempengaruhi
cara
seseorang
mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja. Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi
keyakinan
kesehatan
dan
cara
14
pelaksanaannya.Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya. 3) Latar Belakang Budaya Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.
2.2. Konsep Dasar Keluarga 2.2.1 Pengertian Keluarga Duval menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta social individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang regular dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum. keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. 2.2.2 Ciri-Ciri Keluarga Cir-ciri keluarga di Indonesia :
15
1. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandai oleh semangat kegotongroyongan 2. Merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya ketimuran yang kental yang mempunyai tanggup jawab besar 3. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang dominan dalam mengambil keputusan walaupun prosesnya melalui musyawarah dan mufakat 4. Sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesaan dan di perkotaan, keluarga dipedesaan masih bersifat tradisional, sederhana, dan saling menghormati satu sama lain dan sedikit sulit menerima inovasi baru. 2.2.3 Tipe Keluarga 1. Nuclear family (keluarga inti) terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya. 2. Extended family (keluarga besar) satu keluarga ynag terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain 3. Single parent family satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantng kepadanya 4. Nuclear dyed keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama 5. Blanded family suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu
16
6. Three generation family keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah 7. Single adult living one bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup didalam rumahnya 8. Middle age atau elderly couple keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya. 17 2.2.4 Peran Perawat dalam Keperawatan Keluarga 1. Pendidik : perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar a) keluarga dapat melakukan
program asuhan
kesehatan secara mandiri b) bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga. 2. Koordinator : koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan
comprehensive
dapat
dicapai.
Koordinasi
juga
diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dan berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan. 3. Pelaksana : perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga dengan menggunakan metode keperawatan. 4. Pengawas kesehatan : sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan home visite yang teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tenaga kesehatan keluarga. 5. Konsultan : perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan perawat dank lien harus terbina dengna baik, kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi dan 17
H. Zaidin Ali, 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga.. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hlmn 4-7
17
kualitas dari informasi yang disampaikan secara terbuka dan dapat dipercaya. 6. Kolaborasi : bekerjasama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain untuk mecapai kesehatan keluarga yang optimal. 7. Fasilitator : membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah social ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistrm pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana kesehatan. 8. Penemu kasus : menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah. 9. Modifikasi lingkungan : mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.18 2.5. Konsep Skizofernia 2.5.1. Pengertian Skizofernia Skizofrenia (schizophrenia; dibaca “skit-se-fri-nia”) adalah salah satu gangguan jiwa berat yang dapat mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku individu. Skizofrenia adalah bagian dari gangguan psikosis yang terutama ditandai dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan hilangnya daya tilik diri.
18
Wendy Goxil, Peran Perawat Keluarga. Dalam http://id.pdfcoke.com /Document/219487670/Peran-Perawat-Keluarga. Diakses Pada Tanggal 21 Desember 2018 Pukul 20.23
18
Menurut Pedoman Penggolongan Dan Diagnosis Gangguan Jiwa-III (PPDGJ - III), skizofrenia adalah suatu deskripsi sindroma dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetic, fisik, dan sosial budaya (Departemen Kesehatan RI, 1998). Pada gangguan psikosis, termasuk juga skizofrenia, dapat ditemukan gejala gangguan jiwa berat seperti halusinasi, waham, perilaku yang kacau, dan pembicaraan yang kacau, serta gejala negative.19 2.5.2 Tipe-Tipe Skizofrenia 1. Skizofrenia tipe hebefrenik a. Inkoherensi, yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksud perkataanya. b. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi c. Perilaku ketawa dan senyum-senyum sendiri d. Waham (delusion) tidak jelas dan tidak sistematik dan tidak terorganisir sebagai suatu kesatuan. 2. Skizofrenia tipe katatonik a. Stupor katatonik, yaitu pengurangan diri atau aktivitas spontan sehingga tampak seperti patung atau diam membisu b. Negativisme katatonik, yaitu perlawanan tanpa motif terhadap suatu perintah c. Sikap tubuh katatonik, yaitu sikap yang aneh dan tidak wajar 3. Skizofrenia paranoid a. Waham kebesaran, misalnya mengaku utusan Tuhan dan sebagainya b. Halusinasi yang mengandung isi kejaran atau kebesaran 19
D.Surya Yudhantara & Rati Istiqomah, 2018. Synopsis Skizofrenia Untuk Mahasiswa Kedokteran. UB Press: Malang, hlmn 1
19
c. Gangguan alam perasaan dan perilaku 4. Skizofrenia tipe residual Tipe ini merupakan sisa-sisa (residu) dari gejala yang tidak menonjol 5. Skizofrenia tipe tidak tergolongkan Tipe ini tidak bisa dimasukan dalam tipe-tipe yang lain, hanya gambaran klinisnya waham, neologisme, halusinasi dan inkohereni. 20 2.5.3 Faktor Penyebab Skizofrenia Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain : 1. 2. 3. 4.
Faktor genetic Virus Auto antibody Malnutrisi Sejauh manakah peran genrtik pada skizofrenia? Dari penelitian
diperoleh gambaran sebagai berikut : 1. Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 2,6% saudara kandung
10,1%
anak-anak
12,8%
dan
penduduk
secara
keseluruhan 0,9% 2. Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identity 59,20% sedangkan kembar fraternal 15,2% Penelitian
lain
menyebutkan
bahwa
gangguan
pada
perkembangan otak janin juga mempunyai peran bagi timbulnya
20
Wahyu Wiji Nugroho. 2017. Karakteristik Bahasa Toni Blank. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlmn 26
20
skizofrenia kelak dikemudian hari. Gangguan ini muncul, misalnya, karena kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal. Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipun ada gen yang abnormal, skizofrenaia tidak akan muncul kecuali disertai faktorfaktor lainnya yang disebut epigenetic faktor. Kesimpulannya adalah bahwa skizofrenia muncul bila terjadi interaksi anatara abnormal gen dengan : a. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat mengganggu perkembangan otak janin b. Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan c. Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimestr kehamilan. Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetic tersebut, bila mengalami stressor psikososial dalam kehidupannya, maka resikonya lebih besar untuk mengalmai skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetic sebelumnya.21 2.5.4 Tanda dan Gejala Skizofrenia 1. Gejala positif a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, tetapi penderita tetap meyakini kebenarannya. 21
H.Iyus Yosep & dkk.2007. buku ajar keperawatan jiwa.PT Refika Aditama: Bandung. hlm 63
21
b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suarasuara/bisikan-bisikan ditelinganya padahal tidak ada sumber dari suara/bisikan itu. c. Fight oof Ideas atau kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicarannya. Misalnya, bicara kacau sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya. d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semnagat, dan gembira berlebihan. e. Merasa dirinya “orang besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya. f. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya. g. Menyimpan rasa permusuhan 2. Gejala negative a. alam perasaan (effect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukan ekspresi b. menarik diri atau mengasingkan diri (with-drawn) tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day c. d. e. f. g.
dreaming) kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan social Sulit dalam berfikir abstrak Pola pikir stereoti Tidak kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas (kehilangan nafsu). 22
22
Wahyu Wiji Nugroho. 2017. Karakteristik Bahasa Toni Blank. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlmn 25-26
22
2.5.5 Prinsip Implementasi Keperawatan Secara umum klien skizofrenia akan mengalami beberapa masalah keperawatan seperti halusinasi, harga diri rendah, isolasi social, perilaku kekerasan, waham, depresi dan sebagainya. Masalah tersebut dibahas secara rinci pada bab tersendiri. Prinsip perencanaan keperawatan yang perlu dipetimbangkan adalah : a. Pentingnya perawatan dirumah sakit dan menumbuhkan kemandirian (Hospitalization, Indepedency) b. Perawat melakukan identifikasi dan pemenuhan kebutuhan dasar selama di rumah sakit (Identify long-team care basic needs) c. Terapi medis yang tuntas (Adequate medical therapy) d. Merencanakan tindak lanjut dan proses rujukan klien dan peran serta keluarga (Identify and provide proper referrals for patient and family) e. Merencanakan keterampilan dan perangkat kehidupan setelah kembali ke masyarakat seperti sumber penghasilan dan ekonomi, dukungan social, hubungan kekeluargaan dan ketahanan apabila mendapatkan stress (Follow up Living arrangements, economi resources, social supports, family relationship, vulnerabity to stress) f. Memberikan terapi modalitas (modality therapy) dan melatih terapi kerja (occupational therapy) g. Pendidikan masyarakat dalam mencegah stigma (prevention to stigma). 23 23
H.Iyus Yosep & dkk.2007. buku ajar keperawatan jiwa.PT Refika Aditama: Bandung. hlm 217220
23
2.5.6 Pengobatan Skizofrenia 2.5.6.1 Terapi Modalitas Terapi modalitas adalah berbagai macam alternatif terapi yang dapat diberikan pada pasien gangguan jiwa. Gangguan jiwa merupakan berbagai bentuk penyimpangan perilaku dengan penyebab pasti belum jelas. Oleh karenanya, diperlukan pengkajian secara mendalam untuk mendapatkan faktor pencetus dan pemicu terjadinya gangguan jiwa. Selain itu, masalah kepribadian awal, kondisi fisik pasien, situasi keluarga, dan masyarakat juga memengaruhi terjadinya gangguan jiwa. Maramis
mengidentifikasi
penyebab
gangguan
dapat berasal dari masalah fisik, kondisi kejiwaan (psikologis), dan masalah sosial (lingkungan). Apabila gangguan jiwa disebabkan karena masalah fisik, yaitu terjadinya gangguan keseimbangan neurotransmiter yang mengendalikan perilaku manusia, maka pilihan pengobatan pada farmakologi. Apabila penyebab gangguan jiwa karena masalah psikologis, maka dapat diselesaikan secara psikologis. Apabila penyebab gangguan karena masalah lingkungan sosial, maka pilihan terapi difokuskan pada manipulasi lingkungan. Dengan demikian, berbagai macam
24
terapi dalam keperawatan kesehatan jiwa dapat berupa somatoterapi, psikoterapi, dan terapi lingkungan. 2.5.6.2 Psikofarmaka Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf pusat. Efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan. Terdapat banyak jenis obat psikofarmaka dengan farmakokinetik khusus untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku pasien gangguan jiwa. Golongan dan jenis psikofarmaka ini perlu diketahui perawat agar dapat mengembangkan upaya kolaborasi pemberian psikofarmaka, mengidentifikasi dan mengantisipasi terjadinya efek samping, serta memadukan dengan berbagai alternatif terapi lainnya. Berdasarkan efek klinik, obat psikotropika dibagi menjadi golongan antipsikotik, antidepresan, antiansietas, dan antimanik (mood stabilizer). 1. Antipsikotik Obat ini dahulu disebut neuroleptika atau major tranqullizer. Indikasi utama obat golongan ini adalah untuk penderita gangguan psikotik (skizofrenia atau psikotik lainnya).
25
2. Antidepresan Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat mengurangi atau menghilangkan gejala depresif. Pada umumnya bekerja meningkatkan neurotransmitter norepinefrin dan serotonin. 3. Antiansietas (Anxiolytic Sedative) Obat golongan ini dipakai untuk mengurangi ansietas/kecemasan
yang
patologis
tanpa
banyak
berpengaruh pada fungsi kognitif. Secara umum, obat-obat ini
berefek
sedatif
dan
toleransi/ketergantungan
berpotensi
terutama
menimbulkan
pada
golongan
Benzodiazepin. 4. Antimanik (Mood Stabilizer) Merupakan kelompok obat yang berkhasiat untuk kasus gangguan afektif bipolar terutama episodik mania dan sekaligus dipakai untuk mencegah kekambuhannya.24 2.5.6.3 Terapi Kejang Listrik (Electroconvulsife-ECT) Terapi kejang listrik adalah suatu prosedur tindakan pengobatan pada pasien gangguan jiwa, menggunakan aliran listrik
untuk
menimbulkan
bangkitan
kejang
umum,
berlangsung sekitar 25–150 detik dengan menggunakan alat khusus yang dirancang aman untuk pasien. Pada prosedur tradisional, aliran listrik diberikan pada otak melalui dua elektroda dan ditempatkan pada bagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan) dengan kekuatan aliran terapeutik untuk menimbulkan kejang. Kejang yang 24
Ah Yusuf & dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Keperawatan Jiwa. Jakarta. Hlmn 280-284
26
timbul mirip dengan kejang epileptik tonik-klonik umum. Namun, sebetulnya yang memegang peran penting bukanlah kejang yang ditampilkan secara motorik, melainkan respons bangkitan listriknya di otak yang menyebabkan terjadinya perubahan faali dan biokimia otak. Indikasi pemberian terapi ini adalah sebagai berikut : 1. Depresi berat dengan retardasi motorik, waham (somatik dan bersalah, tidak ada perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, ada ide bunuh diri yang menetap, serta kehilangan berat badan yang berlebihan). 2. Skizofrenia terutama yang akut, katatonik, mempunyai gejala afektif yang menonjol. 3. Mania.25
Bagan 2.1 Kerangka Konsep Dukungan Dukungan Keluarga : Faktor Eksternal Internal -
Praktik di keluarga Tahap 25 Ibid, hlmn Faktor sosio290 perkembangan Pendidikan ekonomi Faktorbelakang Latar emosi spiritual budaya
1. Dukungan emosional 2. Dukungan peghargaan 3. Dukungan instrumental 4. Dukungan informasi
atau
27
Gambaran Dukungan Keluarga Dalam Pengobatan Pada Penderita Skizofrenia Di Desa Kersamanah Wilayah Kerja Puskesmas Sukamerang Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut Tahun 2019
: variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti