Bab I.docx

  • Uploaded by: Juliani Ni Made
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 9,632
  • Pages: 73
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi & Purwanto, 2009). Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

keselarasan

dan

keseimbangan

kejiwaan

yang

mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam Kusumawati, 2010). Kriteria sehat jiwa meliputi sikap positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang dan aktualisasi diri, integrasi (keseimbangan/keutuhan), otonomi, persepsi realitas, kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan (Depkes, 2000 dalam Kusumawati, 2010). Seseorang harus memiliki hubungan interpersonal yang sehat, mengalami kedekatan dengan orang lain sambil menjaga identitas mereka sendiri secara terpisah untuk menemukan kepuasan dalam hidup. Kedekatan atau keintiman ini termasuk kepekaan terhadap kebutuhan orang lain, komunikasi terbuka terkait perasaan, penerimaan terhadap orang lain sebagai individu yang dihargai dan terpisah serta pemahaman empati. Seseorang yang mengalami kesulitan ekstrim dalam berhubungan intim dengan orang lain mungkin memiliki perilaku yang merupakan ciri khas dari gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian adalah

1

seperangkat pola atau sifat yang menghambat kemampuan seseorang untuk mempertahankan hubungan yang bermakna, perasaan puas dan menikmati hidup. Salah satu dari gangguan kepribadian yaitu isolasi sosial (menarik diri). Isolasi social atau menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia menjadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang lain. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep dasar keperawatan jiwa dengan Isolasi Sosial ? 2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan jiwa dengan Isolasi Sosial ? 3. Bagaimana pengaplikasian asuhan keperawatan jiwa dengan Isolasi Sosial ? C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan keperawatan jiwa dengan Isolasi sosial. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui tentang konsep dasar keperawatan jiwa dengan isolasi sosial.

2

b. Untuk mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial. c. Untuk mengetahui tentang pengaplikasian asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial. D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis Dapat

memberikan

manfaat

bagi

pengembangan

ilmu

Keperawatan Jiwa, khususnya materi asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa Jurusan Keperawatan dalam asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial. b. Memberikan pemahaman bagi mahasiswa lainnya mengenai konsep dasar keperawatan jiwa dengan isolasi sosial, konsep asuhan

keperawatan

jiwa

dengan

isolasi

sosial,

dan

pengaplikasian asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial. c. Memberikan pemahaman bagi penulis mengenai konsep dasar keperawatan jiwa dengan isolasi sosial, konsep asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial, dan pengaplikasian asuhan keperawatan jiwa dengan isolasi sosial..

3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa dengan Isolasi Sosial 1. Pengertian Isolasi Sosial Menurut Depkes RI (2000), kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menmbulkan prilaku maladaptive dan menganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. Menurut Balitbang (2007), merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman. Menurut Stuart dan Sundeen (1998), kerusakan interaksi sosial adalah satu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptive, dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya. Menurut Towsend (1998), kerusakan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seseorang berpartisipasi dalam pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif. Klien yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain salah satunya mengarah pada menarik diri. Menurut Rawlins, 1993 dikutip keliat (2001), menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, mengindari hubungan dengan orang lain.

4

2. Etiologi Menurut Herman, Ade (2011) terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih suka berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan. Menurut Dalami, Ermawati dkk (2014) etiologi isolasi social meliputi: a. Faktor predisposisi 1) Faktor perkembangan Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usai bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan sosial yang positif, diharapkan setiap tahapan perkembangan dapat dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial maladaptif. Pada dasarnya kemampuan hubungan sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang individu mulai dari bayi sampai dengan dewasa lanjut. Untuk mengembangkan hubungan sosial yang positif, setiap tugas perkembangan setiap daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses. Kemampuan berperan serta dalam proses hubungan diawali dengan kemampuan tergantung pada masa bayi dan berkembang pada masa dewasa dengan kemampuan saling tergantung

(tergantung

dan

mandiri),

mengenai

tahap

perkembangan tersebut akan diuraikan secara rinci setiap tahap perkembangan. a) Masa bayi

5

Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan kebutuhan

biologis

dan

psikologisnya.

Bayi

umumnya

menggunakan komunikasi yang sangat sederhana dalam meyampaikan akan kebutuhannya. Respon lingkungan (ibu dan pengasuh) terhadap kebutuhan bayi harus sesuai agar berkembang rasa percaya diri bayi terhadap orang lain. Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan pada orang lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya pada diri sendiri dan orang lain, serta menarik diri b) Masa prasekolah Anak prasekolah mulai memperluas hubungan sosialnya di luar lingkungan keluarga khususnya ibu atau pengasuh. Anak menggunakan kemampuan berhubungan yang telah diiliki untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. Dalam hal ini anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya pemberian pengakuan yang positif terhadap perilaku anak yang adaptif. Hal ini merupakan dasar rasa otonomi yang berguna

untuk

mengembangkan

kemampuan

hubungan

interdependen. Kegagalan anak dalam berhubungan dengan lingkungan disertai respon keluarga yang negative akan mengakibatkan anak menjadi

tidak mampu mengontrol

diri,

tidak mandiri

(tergantung), ragu, menarik diri dari lingkungan, kurang percaya diri, pesimis, takut perilakunya salah. c) Masa Sekolah Anak mulai mengenal hubungan yang luas khususnya lingkungan sekolah. Pada usia ini anak mulai mengenal bekerja sama, kompetisi, serta kompromi. Koflik sering terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten. Teman dengan orang dewasa diluar keluarga (guru,

6

oramg tua, teman) merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak. Kegagalan dalam membina hubungandengan teman disekolah, kurangnya dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang tidak konsisten dari orang tua mengakibatkan anak frustasi terhadap kemampuannya, putus asa, merasa tidak mampu dan menarik diri dari lingkungan. d) Masa Remaja Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman sebaya dan sejenis dan umumnya memiliki sahabat karib. Hubungan dengan teman sangat tergantung, sedangkan hubungan dengan orang tuaa mulai independent. Kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua, akan mengakibatkan keraguan akan identitas, ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri kurang. e) Masa Dewasa Muda Pada

masa

ini

individu

mempertahankan

hubungan

interdependent dengan orang tua dan teman sebaya. Individu belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran dan pendapat orang lain seperti memilih pekerjaan, memilih karir, melangsungkan pernikahan. Kegagalan individu dalam melanjutkan sekolah, pekerjaan, perkawinan

akan

mengakibatkan

individu

menghindari

hubungan intim, menjauhi orang lain, putus asa akan karir. f) Masa Dewasa Tengah Individu pada masa dewasa tengah umumnya tengah umumnya telah pisah tempat tinggal dengan orang tua, khususnya individu yang telah menikah. Jika ia telah menikah maka peran menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa

7

merupakan situasi tempat menguji kemampuan hubungan interdependent. Individu yang perkembangannya baik akan dapat mengembangkan hubungan dan dukungan yang baru. Kegagalan pisah tempat dengan orang tua, membina hubungan yang baru, dan mendapat dukungan dari orang dewasa lain akan mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada diri sendiri, produktifitas dan kreatifitas berkurang, perhatian pada orang lain berkurang.

g) Masa Dewasa Lanjut Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan, baik itu kehilangan fungsi fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan paasangan), anggota keluarga (kematian orang tua). Individu tetap memerlukan hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Individu yang mengalami perkembangan yang baik dapat menerima kehilangan yang terjadi dalam hidupnya dan mengakui bahwa dukungan orang lain dapat membantu dalam menghadapi kehilangannya. Kegagalan individu untuk menerima kehilangan yang terjadi pada kehidupan serta menolakbantuan yang disediakan untuk membantu akan mengakibatkan perilaku menarik diri. 2) Faktor komunikasi dalam keluarga Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan factor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomukasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.

8

3) Faktor sosiokultural Isolasi

sosial

merupakan

faktor

utama

dalam

gangguan

berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia, orang cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. 4) Faktor biologis Factor biologis juga merupakan salah satu factor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat memengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukurn dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal. b. Faktor prisipitasi 1) Faktor eksternal, contohnya stress sosiokultural Stess dapat ditimbulkan oleh karena menurunya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit. 2) Faktor internal contohnya stressor psikologis Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas tingkat tinggi.

9

3. Psikopatologis Menurut Stuart and Sundeen (1998) dalam Dalami, Ermawati (2014) . Salah satu gangguan hubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang autistik dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyantaan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi. 4. Manifestasi Perilaku a. Tanda dan gejala 1) Kurang spontan 2) Apatis ( acuh terhadap lingkungan ) 3) Ekspresi wajah kurang berseri 4) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri 5) Tidak ada atau kurang komunikasi verbal 6) Mengisolasi diri 7) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya 8) Asupan makanan dan minuman terganggu 9) Retensi urine dan feses 10) Aktivitas menurun 11) Kurang energy (tenaga ) 12) Rendah diri

10

13) Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus / janin ( khususnya pada posisi tidur). Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang manila dirina rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori : halusinasi dan resiko mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri. Seseorang yang mempunyai

harga

diri

rendah

awalnya

disebabkan

oleh

ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal ( koping individu tidak efektif ). Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila sistem pendukungnya tidak baik ( koping keluargatidak efektif ) makan akan mendukung seseorang memiliki harga diri rendah. b. Mekanisme koping Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (Gail, W Stuart, 2006 dalam Dalami, Ermawati, 2014). Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain proyeksi, splitting dan merendahkan orang lain, koping yang behubungan dengan gangguan kepribadian ambang splitting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyeksi. c. Sumber koping Menurut Gail W Stuart (2006) dalam Dalami, Ermawati (2014), sumber koping yang berhubungan dengan respon sosial maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luasan teman,

11

hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, musik atau tulisan. 5. Rentang Respon Menurut Dalami, Ermawati (2014) adapun rentang respon dari isolasi sosial sebagi berikut :

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Menyendiri

Merasa sendiri

Menarik diri

Otonomi

Dependensi

Ketergantungan

Bekerja sama

Curiga

Manipulasi

Interdependen

Curiga

Keterangan rentang respon a. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma sosial dan kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal. Adapun respon adaptif tersebut: 1) Menyendiri Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan menentukan langkah berikutnya.

12

2) Otonomi Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran. 3) Bekerja sama Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk memberi dan menerima. 4) Interdependen Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam hubungan interpersonal. b. Respon maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat.

Karakteristik dari perilaku maladaptif tersebut adalah: 1) Menarik diri Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara waktu. 2) Manipulasi Adalah hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam. 3) Ketergantungan Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang dimiliki. 4) Impulsif Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk dan cenderung memaksakan kehendak.

13

5) Narkisisme Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pencemburu dan marah jika orang lain tidak mendukung.

Pohon Masalah

Risti mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Defisit perawatan diri

GPS: Halusinasi

Intoleransi aktivitas

Isolasi Sosial

Harga diri rendah kronis

Koping individu tidak efektif

Koping keluarga tidak efektif

Sumber: Fitria (2009) dalam Herman, Ade (2011)

6. Penatalaksanaan a. Terapi Psikofarmaka Terapi Psikofarmaka menurut Rasmun (2001) 1) Clorpromazine (CPZ) Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,

kesadaran diri terganggu, daya nilai

norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku

14

yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mekanisme kerja: Memblokade dopamine pada reseptor paska sinap di otak khususnya sistem ekstra piramidal. Efek

samping:

Sedasi,

gangguan

otonomik

(hipotensi,

antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung), gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin, metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran disebabkan CNS Depresan. 2) Haloperidol (HP) Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari —hari. Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada reseptor paska sinaptik neuron di otak khususnya sistem limbik dan sistim ekstra piramidal. Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defikasi,

hidung tersumbat, mata kabur, tekanan

intraokuler meninggi, gangguan

irama jantung).

Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.

15

3) Trihexy phenidyl (THP) Indikasi: Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan idiopatik, sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine. Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin pada reseptor p aska sinaptik nauron diotak khususnya sistem limbik dan sistem ekstra piramidal. Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi,

anti

kolinergik/

parasimpatik,

mulut

kering,

kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra oluker meninggi, gangguan irama jantung). Kontra indikasi:Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, fibris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran. Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi, ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

b. Terapi Individu Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan

harian

pasien,

memberi

kesempatan

pada

pasien

mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan

16

dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008) c. Terapi kelompok Menurut Purba, dkk (2008), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) Activity Daily Living (ADL) Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang meliputi: a) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun tidur. b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK. c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi dan sesudah mandi. d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan berganti pakaian. e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang dan setelah makan dan minum. f) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain. g) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh

benda

tajam

sembarangan,

tidak

merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.

17

h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya. 2) Tingkah laku sosial Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi: a) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur

kawannya,

berbicara

dengan

kawannya

dan

sebagainya. b) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya. c) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap

sebagai

tanda

adanya

kesungguhan

dalam

berkomunikasi. d) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang). e) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit. f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.

18

g) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat

mengendalikan

diri

untuk

tidak

mengotori

lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Isolasi Sosial 1. Pengkajian Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa factor presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi : a. Identitas klien Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pekerjaan, pendidikan, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien. b. Keluhan utama Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari — hari, dependen. c. Factor predisposisi Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, tituduh kkn, dipenjara tiba — tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.

19

d. Aspek fisik/biologis Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien. e. Aspek Psikososial 1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi 2) Konsep diri a) Citra tubuh

Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan. b) Identitas diri

Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan. c) Peran

Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK. d) Ideal diri

Mengungkapkan

keputusasaan

karena

penyakitnya

:

mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi. e) Harga diri

Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri. 3) Hubungan social Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain. 4) Spiritual Nilai dan keyakinan, kegiatan beribadah.

20

f. Status mental Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata, kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup. g. Kebutuhan persiapan pulang 1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan 2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian. 3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi 4) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah 5) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar. h. Mekanisme koping Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri). i. Aspek medik Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.

2. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul 1. Isolasi Sosial 2. Harga diri rendah kronis 3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi 4. Koping individu tidak efektif 5. Koping keluarga tidak efektif 6. Intoleransi aktivitas

21

7. Defisit perawatan diri 8. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan 3. Diagnosa Keperawatan Isolasi Sosial

22

4. Intervensi dan Implementasi

RENCANA TINDAKAN DIAGNOSA TUJUAN

INTERVENSI

KEPERAWATAN Isolasi Sosial

Setelah

dilakukan

asuhan SP 1

keperawatan selama 1 x 20 menit diharapkan pasien dapat berinteraksi dengan orang lain baik secara individu maupun secara berkelompok dengan kriteria hasil :

1. Identifikasi penyebab a. Siapa yang satu rumah dengan pasien b. Siapa yang dekat dengan pasien c. Siapa yang tidak dekat dengan pasien

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. 2. Dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial. 3. Dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian

2. Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain a. Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain b. Tanyakan apa yang

berhubungan dengan orang

menyebabkan pasien tidak ingin

lain.

berinteraksi dengan orang lain

4. Dapat berkenalan dan

c. Diskusikan keuntungan bila

bercakap-cakap dengan

pasien memiliki banyak teman

orang lain secara bertahap.

dan bergaul akrab dengan mereka d. Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain

23

e. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien 3. Latih berkenalan a. Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain b. Berikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain c. Berikan kesempatan pasien memperaktikkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat d. Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga e. Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan 2, 3, 4 orang dan seterusnya f. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien g. Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain, mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya, beri dorongan terus menerus agar

24

pasien tetapa semangat meningkatkan interaksinya. 4. Masukkan jadwal kegiatan pasien SP 2 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) 2. Latih berhubungan sosial secara bertahap 3. Masukkan jadwal kegiatan pasien SP 3 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP 2) 2. Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih 3. Masukkan jadwal kegiatan pasien

25

C. Aplikasi Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN “Tn.B” DENGAN ISOLASI SOSIAL DI RUANG JALAK RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

I.

IDENTITAS KLIEN Nama

: Tn “B”

Umur

: 40 Tahun

Alamat

: Jln. Dewi Sri No. 2, Bangli

Pendidikan

: SD

Agama

: Hindu

Status

: Cerai

Pekerjaan

: Tidak Bekerja

Jenis Kelamin

: Laki-laki

No. RM.

: 035672

Tanggal Dirawat

: 20 Februari 2018

Tanggal Pengkajian

: 14 Maret 2018

Ruang Rawat

: Jalak

26

II. ALASAN MASUK Pasien datang pada tanggal 20 Februari 2018 pukul 11.00 Wita diantar Dinas Sosial ke poli jiwa setelah itu pasien di pindahkan ke ruang jalak, pasien tidak punya rumah dan keluarga yang merawat sehingga pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa karena dikeluhkan mengganggu lingkungan, sebelumnya pasien sampai dirawat di Rumah Sakit Jiwa.

Keluhan saat pengkajian: saat pengkajian pasien kurang komunikatif, sulit untuk diajak berkomunikasi karena nada suara kecil dan kurang jelas, kontak mata pasien kurang, pasien terlihat memalingkan wajah kearah lain ketika diajak berbicara, pasien juga saat diajak berkomunikasi dengan perawat terlihat ingin segera mengakhiri pembicaraan.

III. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?  Ya Tidak  b Jika Ya, Jelaskan: Dari rekam medik pasien, pasien dikatakan pernah mengalami gangguan jiwa dan sebelumnya pernah dirawat di rumah n sakit jiwa.Type equation here.

2. Pengobatan sebelumnya Berhasil  b n berhasil  Kurang equation here. Tidak  Type b berhasil n Jelaskan: Type Dari rekam medik pasien diperoleh data bahwa pasien sebelumnya pernah melakukan pengobatan dan sempat dirawat di RSJ equation here. sebelumnya, pengobatan dikatakan kurang berhasil karena pasien kembali dibawa ke rumah sakit jiwa untuk mendapat perawatan. 27

3. Riwayat trauma Pelaku/Usia Korban/Usia

Saksi/Usia

Aniaya fisik Aniaya seksual Kekerasan dalam keluarga Tindakan kriminal Jelaskan: Pasien ketika ditanya tidak mau menjawab pertanyaan dari perawat sambal memalingkan wajahnya. Dengan efek wajah datar. Dari rekam medis didapatkan data bahwa pasien berasal dari DISNAKERTRANSOS Denpasar, pasien dibawa oleh DISNAKERTRANSOS Denpasar karena dikeluhkan mengganggu lingkungan. Masalah/Diagnosa Keperawatan: 1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan 2. Berduka antisipasi 3. Berduka disfungsional 4. Respon paksa trauma 5. Sindrom trauma perkosaan 6. Resiko tinggi kekerasan 7. Ketidakefektifan pelaksanaan regiment terapeutik 8. Lain-lain, jelaskan:

4. Apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Iya  b b n Type equation here.

28

Tidak  b b Keluarga Hubungan Gejala n Type equation here. Jelaskan: belum dapat di evaluasi

Riwayat Pengobatan

Masalah Keperawatan: Tidak ada 5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Pasien ketika diajak berbicara tidak dapat menjelaskan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan disertai dengan kontak mata kurang, terlihat sikap seperti ingin menghindar dan efek wajah datar. Didapatkan data dari rekam medik pasien bahwa pasien dimasa lalu mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu, ditelantarkan karena tidak memiliki keluarga dan rumah.

IV.

PEMERIKSAAN FISIK 1. Ukuran Vital: TD: 100/80 mmHg N : 78x/menit S : 36,60 C P : 20x/menit 2. Ukuran BB: 61kg

TB: 165cm

Turun  b  Naikn here.dari saat masuk RSJ sampai dilakukan pengkajian mengalami kenaikan 3kg, dari 58kg menjadi 61kg. Jelaskan:Type Beratequation badan pasien 3. Keluhan fisik Ya v b n Type equation here.

29

 Tidak Jelaskan: Pasien saat dikaji mengatakan tidak ada keluhan fisik Masalah/diagnose keperawatan Resiko  btinggi perubahan suhu tubuh n Defisit cairan  Type bvolume equation here. n Kelebihan cairan  Type b volume equation here. n Resiko tinggi terhadap infeksi  bType equation here. n Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi  bType equation here. n Perubahan kurang dari kebutuhan tubuh  Type b nutrisi: equation here. n Perubahan lebih dari kebutuhan tubuh  bTypenutrisi: equation here. n Kerusakan  bTypemenelan equation here. n Perubahan feses  bTypeeleminasi equation here. n Perubahan urin  bTypeeleminasi equation here. n Kerusakan kulit  bType integritas equation here. n Lain-lain  bType equation here. n Type equation here. 30

V.

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL 1. Genogram Dari hasil pengkajian riwayat silsilah keluarga belum didapatkan hasil, karena pasien tidak ingat masih memiliki keluarga atau tidak. Ketika pasien ditanya, pasien menjawab pertanyaan dengan menggelengkan kepala. Di rekam medis pasien juga tidak diuraikan riwayat keluarga pasien. 2. Konsep diri a. Citra tubuh Pasien ketika diajak berbicara tidak dapat mengatakan bagian tubuh mana yang disukai maupun yang tidak disukai b. Identitas Pasien ketika diajak berbicara mengatakan bahwa nama lengkapnya Mr.X Denpasar, nama panggilan Denpasar, pasien mengaku berasal dari bangli. c. Peran Pasien ketika diajak berbicara tidak jelas dengan omongan yang diucapkan dengan kontak mata kurang, terlihat sikap seperti ingin menghindar dan afek wajah datar (data belum dapat dikaji) d. Ideal diri Pasien ketika diajak berbicara tidak jelas dengan omongan yang diucapkan dengan kontak mata kurang, terlihat sikap seperti ingin menghindar dan afek wajah datar (data belum dapat dikaji). e. Harga diri Dari hasil observasi diperoleh data pasien ketika diajak berbicara tidak jelas dengan omongan yang diucapkan/kurang komunikatif dengan kontaj mata kurang, terlihat sikap seperti ingin menghindar dan afeks wajah datar, terlihat rasa khawatir dalam dirinya, dan terlihat ingin cepat mengakhiri pembicaraan (data belum dapat dikaji) Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah Kronis

31

3. Hubungan Sosial a. Orang yang berarti/terdekat Pasien ketika diajak berbicara tidak jelas dengan omongan yang diucapkan dengan kontak mata kurang, terlihat sikap seperti ingin menghindar dan afeks wajah datar. Dari hasil observasi terlihat pasien jarang mau bergaul, dan hanya memiliki beberapa teman dekat yang dikenal. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat Dari hasil observasi, pasien terlihat kurang bergaul dengan orang lain, pasien sering terlihat lebih banyak bengong sendiri ketika diberikan aktivitas pagi seperti bersembahyang dan senam, saat makan bersama pasien seolah-olah asik dengan dunia pikirnya sendiri sambal makan, setelah makan pasien juga tidak mencuci piringnya dan membiarkan pasien lain mencucikannya, disini Nampak kontak mata pasien kurang ketika diajak berinteraksi dan tidak komunikatif. c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Dari hasil observasi pasien terlihat kurang bergaul dengan orang lain, pasien sering terlihat lebih banyak menyendiri ketika diberikan aktivitas pagi seperti senam, makan siang bersama pasien lain seolah-olah asik dengan dunia pikirnya sendiri sambil makan, setelah makan pasien tidak mencuci piring pasien membiarkan temannya mencucikan piringnya, kontak mata pasien kurang dan tidak komunikatif serta pasien terlihat sering menarik diri dari lingkungan teman-temannya bergaul diruangan seperti mencari tempat duduk sepi ketika teman-temannya duduk bersama yang lain. Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial 4. Spiritual a. Nilai dan keyakinan Pasien tidak kooperatif menjawab pertanyaan yang diberikan. Dari rekam medis pasien diperoleh data bahwa keyakinan yang dianut pasien adalah agama Hindu b. Kegiatan ibadah Dari hasil observasi perawat, ditemukan pasien melakukan kegiatan ibadah saat pagi hari yaitu Tri Sandya saat menjelang diberikan makan di Rumah Sakit. 32

Masalah Keperawatan: -

VI.

STATUS MENTAL 1. Penampilan Tidak  brapi n Penggunaan pakaian tidak sesuai  b Type equation here. Cara  nbberpakaian tidak seperti biasa Type equation here. n Jelaskan: cara berpakaian pasien cukup rapi, tidak ditemukan gaya berpakaian yang aneh di diri pasien, rambut pasien telah dipotong Type equation here. pendek rapi. 2. Pembicaraan Cepat  b

 

Keras  nb Type equation here. n Gagap  bType equation here. n Apatis  Type b equation here. n Lambat Type equation here. Membisu  b Tidakn mampu memulai pembicaraan equation here. Lain-lain  Type b

n Jelaskan: Pasien ketika diajak berkomunikasi mampu menjawab pertanyaan yang diberikan namun menjawab dengan suara yang kecil Type equation here. dan dengan kecepatan bicara lambat, pasien juga tidak mampu memulai pembicaraan.

33

Masalah/Diagnosa Keperawatan Kerusakan komunikasi  b n Kerusakan komunikasi verbal  bType equation here. n Lain-lain  bType equation here. n 3. Aktifitas motoric/psikomotor Type equation here. Kelambatan:  Hipokinesis, hipoaktifitas Katalepsi  b n Sub katatonik  stupor b Type equation here. n Fleksibelitas serea  b Type equation here. Jelaskan: nDari hasil observasi pengkajian, diperoleh data gerakan motoric pasien lambat, ini terlihat ketika pasien berjalan, ketika pasien Type equation makan dan terlibat sedikithere. melakukan aktivitas ketika berada dilingkungan kamar, pasien nampak lebih banyak melamun. Peningkatan: Hiperaktifitas  b Gagap  nb Type equation here. n Stereotipi  b Type equation here. n Gaduh,  b gelisah, katatonik Type equation here. n Mannerism  b Type equation here. Katapleksi  bn nType equation here. Ekhopraxia  b Type equation here. Verbigerasi  bn nType equation here. Type equation here.

Ekhopraxia  b n Command automatism  b Type equation here. Grimace  nb Type equation here. n Otomatisma  b Type equation here. n Negativisme  b Type equation here. Reaksi  nb konversi Type equation here. n Tremor  b Type equation here. Kompusif  bn nType equation here. 34 Type equation here.

Berjalan kaku/rigid  b Jelaskan:nDefisit aktivitas diversional Type equation here. Masalah/diagnosa Keperawatan Resiko tinggi cidera  b Kerusakan mobilitas fisik  nb Type equation here. Perilaku  nb kekerasan equation here. n aktifitas  DefisitType diversional/hiburan equation here. Intoleransi aktifitas  Type b n Resiko  b tinggi kekerasan Type equation here. n Lain-lain  b Type equation here. n 4. Alam perasaan Sedih  bType equation here. Gembira  nb berlebih Type equation here. n Putusasa  b Type equation here. n Khawatir  b Type equation here. Ketakutan  nb here. selama wawancara pasien tidak memperlihatkan tanda-tanda gangguan pada alam perasaan, pasien nDari equation Jelaskan:Type hasil pengkajian Type equation here. mengatakan ia merasa senang tapi dengan afek wajah yang biasa saja tidak menggambarkan wajah senang.

35

5. Afek Datar  b b Tumpul  b n b Labil  Type b equation here. n  Tidakbsesuai Type equation here. Jelaskan: nDari hasil pengamatan ekspresi wajah, pasien terlihat tidak sesuai, dimana saat dia mengatakan merasa senang tidak disertai Type equation here. dengan ekspresi wajah yang sesuai dengan perasaannya. 6. Interaksi selama wawancara Bermusuhan  b  Kontak b mata kurang Tidak  bnkooperatif Type equation here. Defensive  bb nb Mudah  Type b tersinggung equation here. nb Curiga  Type b equation here. nb Jelaskan: Selama berinteraksi pasien mau menjawab pertanyaan dari perawat namun dengan suara yang kecil, kecepatan bicara lambat, Type equation here. n pasien juga tidak mampu menilai pembicaraan, kontak mata kurang. Pasien sering memalingkan wajah ketika diajak berbicara, dan Type equation here. terlihat ingin cepat-cepat mengakhiri pembicaraan. Masalah keperawatan: Harga diri rendah kronis 7. Persepsi Halusinasi: Pendengaran  b b Penglihatan  b n b Type equation here. n Type equation here.

36

 Perabaan Pengecapan  b Penghidu  bb Jelaskan: nbPasien ketika dikaji mengatakan beberapa hari lalu pernah mengalami halusinasi perabaan dibagian tangan yang terjadi pada Type equation here. pagi hari, npasien mengatakan tangannya seperti di gerayangi makhluk kecil. Type equation here. Masalah Keperawatan: Risiko Gangguan Persepsi Halusinasi: Perabaan 8. Proses Pikir Sirkumstansial  b Tangensial  bb nb Kehilangan asosiasi  Type b equation here. nb Flight of ideals  Type b equation here. n b  Blocking Type equation here. Pengulangan pembicaraan/perseverasi  bn Type equation here. Jelaskan: bPasien tidak memberikan respon saat ditanya namun pasien kadang menghentikan pembicaraan tanpa ada gangguan eksternal n kemudian dilanjutkan kembali. Type equation here. Masalah Keperawatan: Tidak ada 9. Isi Pikir Obsesi  b Depersonalisasi  bb nb Fubia  Type b equation here. n bb terkait Ideyang Type equation here. nb  Type b equation here. nb Type equation here. n Type equation here.

37

Hipokondria Pikiran  b magic Waham b n Agama  bType equation here. Nihilistic  bb nb Somatic  bType equation here. n b Sisip  piker bType equation here. n Kebesaran  bType b equation here. nb Siar piker  bType equation here. n Curiga  bType b equation here. nb Control piker  bType equation here. n Jelaskan:b nType equation here. Masalah Keperawatan: Tidak ada Type equation here. 10. Tingkat kesadaran Bingung  b b Sedasi  bn b Stupor equation here.  Type b n b Disorientasi Type equation here. n Waktu  bType equation here. b  Tempat Orang  nb equation here. pasien tidak mampu mengingat tempat dimana dia berada saat ini. b hasil Jelaskan: Type Dari pengkajian n Type equation here.

38

Masalah keperawatan: Tidak ada 11. Memori Gangguan  b daya ingat jangka panjang Gangguan  bb daya ingat saat ini nb  Gangguan daya ingat jangka pendek Type equation here. n Konfabulasi  bType equation here. Jelaskan: bSaat dikaji mengatakan tidak ingat sudah berapa lama dirawat di Rumah Sakit. n Masalah Keperawatan: Tidak Type equation here.ada 12. Tingkat konsentrasi dan berhitung Mudah  b beralih b Tidak  bmampu berkonsentrasi n Tidak bmampu berhitung sederhana Type equation here. n Jelaskan: Saat dikaji pasien mampu berhitung sederhana misalnya 1+1=2, 2+2=4 Type equation here. Masalah Keperawatan: Tidak ada 13. Kemampuan penilaian Gangguan ringan Gangguan  b bermakna Jelaskan: Klien dapat mengambil keputusan ketika ditanya lebih dulu menggunakan kaos atau sepatu, pasien menjawab lebih dulu menggunakan kaos. Masalah Keperawatan: Tidak ada 14. Daya Titik Diri 39

Mengingkari penyakit yang diderita  b Menyalahkan hal-hal diluar dirinya  b Jelaskan: Belum dapat dikaji karena pasien kurang kooperatif Masalah Keperawatan: Tidak ada

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG 1. Makan  Bantuan minimal  Bantuan total 2. Defekasi/berkemih  Bantuan minimal  Bantuan total 3. Mandi  Bantuan minimal  Bantuan total 4. Berpakaian/berhias  Bantuan minimal  Bantuan total 5. Istirahat dan tidur  Tidur siang lama……………………..S.d………....  Tidur malam lama……………………S.d…………  Aktivitas sebelum/setelah tidur………S.d………… 6. Penggunaan obat  Bantuan minimal  Bantuan total 7. Pemeliharaan kesehatan Perawat Lanjutan 40

System Pendukung

8. Aktifitas di dalam rumah Mempersiapkan makanan Menjaga kerapian rumah Mencuci pakaian Mengatur keuangan

9. Aktifitas di luar rumah Belajar Transportasi Lain-lain

Jelaskan : pasien dalam

pemenuhan

berpakaian/berhias,

penggunakan obat membutuhkan bantuan minimal

dan

Masalah keperawatan: tidak

ada

41

kebutuhan

makan,

defekasi/berkemih,

mandi,

VIII. MEKANISME KOPING ADAKTIF      

MALADAKTIF

 Minuman alcohol  Reaksi lambat  Reaksi berlebihan  Menghindar  Mencederai diri  Isolasi  Splitting Jelaskan : klien menggunakan mekanisme koping splitting yaitu kegagalan klien dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai Bicara dengan orang lain Mampu menyelesaikan masalah Teknik relokasi Aktifitas konstruktif Olahraga Lain

baik buruk serta isolasi yaitu perilaku mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan. Masalah keperawatan : isolasi sosial menarik diri

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN  Masalah dengan dukungan kelompok Uraikan : dari hasil observasi pasien terlihat jarang mau bergaul dengan lingkungan sekitar, pasien hanya mampu mengingat nama beberapa pasien yang ada di ruangan dan hanya mau bergaul dengan satu atau dua orang.  Masalah berhubungan dengan lingkungan Uraikan : dari hasil observasi pasien terlihat jarang mau berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman - temannya. Pasien hanya mampu berinteraksi dengan beberapa orang, pasien lebih sering terlihat bengong sendiri pasien juga tidak mampu mengingat nama teman – temannya di ruanan.  Masalah dengan pekerjaan Uraikan : belum dapat dievaluasi 42

 Masalah dengan perumahan Uraikan : belum dapat dievaluasi  Masalah dengan ekonomi Uraikan : belum dapat dievaluasi  Masalah lainnya Uraikan : belum dapat dievaluasi Masalah keperawatan :

X. KURANG PENGETAHUAN  Penyakit jiwa Belum dapat dievaluasi  Factor pressipitasi Belum dapat dievaluasi  Koping Belum dapat dievaluasi  Sistem pendukung Belum dapat dievaluasi  Penyakit fisik Belum dapat dievaluasi  Obat – obatan Belum dapat dievaluasi  Lainnya: Masalah Keperawatan

43

XI. ASPEK MEDIK 1. Diagnosa Medik : Skizofrenia Hebefrenik 2. Terapi medis : Stelosi/trifluoperazine 5 mg 2 x 1 (pagi, malam) XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN 1. Ganguan persepsi sensori halusinasi Data Subjektif: pasien mengatakan beberapa hari lalu merasa di bagian tangan ada makhluk kecil yang menggerayangi tangan pasien. Data Objektif: pasien terlihat memegang bagian tangan yang pernah merasa digerayangi oleh makhluk kecil tersebut. Penyebab: ketidakpatuhan klien untuk mengikuti terapi pengobatan masalah masa lalu yang dialami pasien yang buruk, sehingga menimbulkan trauma psikologis. Akibat tidak ditangani: kondisi pasien akan memburuk dan apabila tidak ditangan sewaktu-waktu biasa mengakibatkan prilaku mencederai diri dan yang lain. 2. Isolasi Sosial Menarik Diri Data Subjektif: pasien memiliki hubungan yg tidak berarti dengan orang lain dan pasien mengatakan “sing nawang” Data Objektif: pasien hanya memiliki 1 sampai 2 teman yang dikenal, tidak komunikatif, kontak mata kurang, efek datar. Penyebab: ditelantarkan karena tidak memiliki keluarga dan rumah. Akibat tidak ditangani: kondisi klien akan memburuk dan menimbulkan masalah baru. Pasien akan terus tidak mau berinteraksi dengan orang terdekat dan lingkungannya. 3. Gangguan Konsep Diri Haarga Diri Rendah Data Subjektif: belum dapat dievaluasi Data Objektif: kontak mata pasien kurang, pasien tampak pasif, pasien tampak sering menunduk, tidak percaya dengan dirinya, terlihat lebih banyak bengong, terlihat lebih banyak suka menyendiri. 44

Penyebab: klien memiliki pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan sehingga mengalami penolakan dan kurang penghargaan diri dari lingkungan. Akibat tidak ditangani: kondisi pasien akan memburuk, pasien akan menarik diri, tidak percaya dengan dirinya dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain.

XIII. POHON MASALAH

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN Prioritas diagnosa keperawatan : 1. Isolasi Sosial : Menarik Diri

45

46

RENCANA KEPERAWATAN No

1.

Dx. Keperawatan Isolasi sosial

Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan TUM: Klien mampu berinteraksi dengan orang lain.

TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya

TUK 2: Klien mampu menyebutkan penyebab tanda

Kriteria hasil Setelah dilakukan asuhan

Intervensi 1. Bina hubungan saling percaya dengan : keperawatan 15 menit - Beri salam setiap berinteraksi dalam 2 x pertemuan - Perkenalkan nama, nama diharapkan TUK dapat panggilan perawat, dan tujuan perawat berkenalan tercapai dengan kriteria - Tanyakan dan panggil nama hasil sebagai berikut: kesukaan klien - Wajah cerah, - Tunjukan sikap jujur dan tersenyum menepati jani setiap kali - Mau berkenalan berinteraksi - Ada kontak mata - Tanyakan perasaan dan - Bersedia menceritakan masalah yang dihadapi klien perasaan - Buat kontrak interaksi yang - Bersedia jelas mengungkapkan - Dengarkan dengan penuh masalahnya perhatian ekspresi perasaan klien 1. Tanyakan pada klien tentang : Setelah dilakukan asuhan - Orang yang tinggal serumah keperawatan 15 menit atau sekamar dengan klien - Orang yang paling dekat dalam 1 x pertemuan dengan klien di rumah atau diharapkan interaksi klien diruang perawatan - Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut 47

Rasional Hubungan saling percaya meruoakan langkah awal untuk melakukan interaksi

Dengan mengetahui tandatanda dan gejala, kita dapat menentukan

Orang yang tidak dekat dengan klien dirumah atau satu penyebab menarik diri : diruang perawat - Diri sendiri - Apa yang membuat klien - Orang lain tidak dekat dnegan orang - lingkungan tersebut - Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang tersebut 2. Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri/tidak mau bergaul dengan orang lain 3. Beri pujin terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan 1. Tanyakan pada klien tentang : Setelah dilakukan asuhan - Manfaat hubungan sosial keperawatan selama 15 - Kerugian menarik diri menit dalam 1 x pertemuan 2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan diharapkan dengan klien kerugian menarik diri 3. Beri pujian terhadap kemampuan dapat menyebutkan klien mengungkapakan keuntungan berhubungan perasaannya social, misalnya:

dan gejala isolasi dapat menyebutkan minimal sosial

TUK 3: Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan social dan kerugian berhubungan sosial

- Banyak teman - Tidak kesepian - Saling menolong Dan kerugian menarik diri misalnya : -

Sendiri Kesepian 48

-

langkah intervensi selanjutnya

Reinforcement dapat meningkatkan harga diri klien

- Tidak bisa diskusi Setelah dilakukan asuhan

1. Observasi perilaku klien tentang berhubungan sosial Klien dapat keperawatan selama 15 2. Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan/ berkomunikasi melaksanakan menit dalam 1 x pertemuan dengan perawat lain, klien lain, hubungan sosial diharapkan interaksi klien kelompok 3. Libatkan klien dalam terapi secara bertahap dapat melaksanakan aktivitas kelompok sosialisasi hubungan sosial secara 4. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan untuk meningkatkan bertahap dengan: kemampuan klien bersosialisasi - Perawat 5. Beri motivasi klien untuk - Perawat lain melakukan kegiatan sesuai - Kelompok jadwal yang telah dibuat 6. Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya melalui aktifitas yang dilaksanakan 1. Diskusikan dengan klien tentang Setelah dilakuakan asuhan TUK 5: manfaat dan kerugian tidak Klien dapat keperawatan selama 15 minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi, dan efek memanfaatkan menit dalam 1 x pertemuan samping penggunaan obat obat dengan baik diharapkan : 2. Pantau klien saat penggunaan 1. Klien dapat obat menyebutkan : 3. Beri pujian jika klien - Manfaat minum obat menggunakan obat dengan benar - Kerugian tidak 4. Diskusikan berhenti minum obat minum obat tanpa konsultasi dengan dokter 5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika TUK 4:

49

Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang berhubungan dengan orang lain

Minum obat dapat menyembuhkan penyakit klien

-

Nama, warna, dosis, efek terapi, efek samping obat 2. Klien mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar 3. Klien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter

50

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

IMPLEMENTASI Hari/

Diagnosa

Implementasi

Respon Klien

Tanggal/ Jam Rabu, 14

1

TUK 1

Maret 2018

Membina hubungan saling percaya dengan klien

16.00 WITA

Fase orientasi “selamat sore, Pak”

“pasien tidak menjawab “

(mengancungkan tangan) perkenalkan nama saya

(meraih tangan perawat dan

Ayu, saya perawat dari POLTEKKES, saya disini

sesekali menatap perawat)

akan berbincang-bincang dengan bapak. Nama bapak siapa ya? Biasanya dipanggil siapa?

Sebelumnya kalau boleh tau bagaimana perasaaan

Pasien tidak menjawab, pasien

Bapak hari ini ?” “dapatkah kita berbincang0bincang

hanya mengangguk, pasien

mengenai pengalaman dan perasaan yang Bapak

mengalihkan pandangan

rasakan ?” “berapa lama kita akan berbincangbincang ? bagaimana kalau 15 menit ? apakah bapak bersedia ? dimana enaknya kita berbincang-bincang

51

Perawat

Pak? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang disini saja ?”

Pasien tidak menjawab

Kerja “bagaimana perasaaan dan keadaan Bapak hari ini ?” apakah ada yang dikeluhkan atau ditanyakan sebelum kita berbincang-bincang? Pak bisakah saya bertanya mengenai identitas bapak baik nama, alamat,hobi atau keinginan yang ingin bapak lakukan ?

“ayu”

Terminasi “bagaiman perasaan Bapak setelah kita berbincangbincang ? coba bisa diulang tadi, nama saya siapa ?

“ya” (pasien cepat-cepat pergi Baiklah, sesuai janji diawal, hari ini kita akan berbincang-bincang selama 15 menit dan ternyata waktunya sudah habis. Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi ? besok kita akan membahas tentang cara mengetahui kenapa bapak tidak bisa bergaul dengan teman yang bapak rasakan. Mau

52

menuju kamarnya)

dimana bapak berbincang-bincang ? bagaimana kalau tetap disini ? kira-kita kita akan mengobrol pada hari rabu pukul 15.00 ya. Kalau begitu , saya pamit dulu ya. Terima kasih, Pak. Kamis, 15

1

TUK 1

Maret 2018

Membina hubungan saling percaya

15.00-15.15

Fase orientasi :

WITA

”selamat sore, Pak, masih ingat dengan saya ?”

“masih, ayu”

“Bagaimana kabar bapak hari ini? Bagaiman tidurnya

“baik, nyenyak”

semalam nyenyak ?” “Dapatkan kita berbincang-bincang sekarang

“bisa”

mengenai pengalaman dan perasaan yang Bapak rasakan ?” “berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit? Apakah bapak bersedia? Dimanakah enaknya kita berbincang-bincang Pak ? bagaimana kalau kita berbincang-bincang disini saja ?”

53

“iya”

Kerja “ Bagaiman perasaan dan keadaan Bapak hari ini?”

“baik”

“Apakah ada yang dikeluhkan atau ditanyakan

“tidak”

sebelum kitaberbincang-bincang ? “ “Pak, bisa saya bertanya tentang identitas Bapak,

“Alamat bangli”

baik alamat, bapak sebelum kesini?” “bapak masih punya keluarga”

“tidak, saya sendiri”

“hobi Bapak apa?

“bermain volly”

“pendidikan terakhir Bapak apa?”

“Tidak tahu “

Terminasi “bagaiman perasaan Bapak setelah kita berbincang-

“senang”

bincang?” “Coba bisa diulang, nama saya siapa ?”

“ayu”

54

“baiklah, sesuai janji diwal, hari ini akan berbincang-

“iya”

bincang selama 15 menit dan ternyata waktunya sudah habis. Bagaimana kalau nanti kita berbincangbincang lagi ?” “nanti kita akan membahas tentang cara mengetahui

“iya” (pasien meninggalkan

kenapa bapak tidak mau bergaul dengan teman-teman ruangan) Bapak ? dimana kita akan berbincang-bincang, pak ? bagaimana kalau tetap disini ? kira-kira kita ngobrol nanti pukul 17.15 ya. Kalau begitu, saya pamit dulu ya sampai bertemu nanti ya pak.” Kamis, 15

1

TUK 2

Maret 2018

Menyebutkan penyebab isolasi sosial

17.15-17.30

Fase orientasi :

WITA

“selamat sore, Pak, masih ingat dengan saya?”

“sore, masih,ayu”

“bagaimana kabar bapak hari ini? Bagaimana

“baik,nyenyak”

tidurnya semalam? “iya”

55

“dapatkah kita berbincang-bincang sekarang mengenai pengalaman dan perasaan yang Bapak rasakan? Berapa lamakita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit ? “bersedia” “Apakah Bapak bersedia ? dimanakah enaknya kita berbincang-bincang Pak? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang disini saja?”

“punya”

Kerja “sebelum kita mulai apakah bapak memiliki teman dekat disini?”

“baktiar, petrus, jember” “Ya bagus Pak, siapa yang bapak kenal disini?” “kenapa bapak tidak dekat dengan yang lainnya?”

“sudah, tapi lupa namanya”

“Apa yang bapak lakukan? Sudah pernak mengajak berkenalan?” (pasien diam sambil menunduk) “malu”

56

“Nah sekarang mari kita mendiskusikan penyebab mengapa bapak tidak mau bergaul dengan orang lain, bapak malu mengajak berkenalan?”

“mau”

“Iya nanti saya temani dan latih bapak supaya tidak

(pasien terlihat sesekali

malu untuk berkenalan ya, mau?”

memalingkan wajah kearah lain)

“ya, bagus pak, bapak sudah mampu menjawab walaupun masih perlu dibantu ya.” “senang” Terminasi “bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincangbincang ? senang?”

“malu, lupa namanya”

“coba bisa ulang kenapa bapak tidak mau dekat dengan yang lainnya?”

(pasien mengangguk)

Baiklah, sesuai janji diawal, hari ini kita akan berbincang-bincamng selama 15 menit dan ternyata

57

waktu kita sudah habis. Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang lagi?” “iya bagus pak, bapak sudah mampu menjawab walaupun masih perlu dibantu”

(pasien mengangguk dan meninggalkan ruangan )

“ Besok kita akan membahas tentang keuntungan hubungan sosial, dimana kita bisa berbincangbincang, Pak? Bagaimana kalau tetap disini? Kirakira kita ngobrol hari kamis pukul 11.00 ya. Kalau begitu saya pamit dulu ya, Pak. Terima kasih, pak.

Jumat, 16

1

TUK 3

Maret 2018

Menyebutkan keuntungan berhubungan sosial

pukul 11.00 -

dan kerugian tidak berhubungan sosial

11.15 WITA

Fase orientasi “selamaat pagi, Pak masih ingat dengan saya?”

“masih,ayu”

“Bagaimana kabar bapak hari ini?Bapak datang

“baik, dari rehab”

darimana tadi?”

58

“Kegiatan apa saja yang bapak lakukan direhab?”

“mencabut rumput”

“bapak hari ini sudah makan berapa kali?”

“sekali”

“nah sekarang dapatkan kita berdikusi pak? Kita akan berdiskusi sekitar 15 menit apakah bapak besedia?

“pasien hanya terdiam dan

Dimanakah enaknya bapak kita berbincang-bincang?

kebingungan”

Bagaimana kalau disini saja pak?”

Kerja “bapak tahu tidak manfaat dari berhubungan sosial ?” “gak tahu” “menurut bapak apa kerugian dari tidak berinteraksi sosial?’’ “nah, kalau bapak tidak tahu saya akan memberitahukan bapak tentang keuntungan dari

(pasien melihat perawat dan

berinteraksi sosial yaitu bapak bisa punya teman yang sesekali menunduk dan banyak, saling menolong, saling bercerita, dan tidak

mengalihkan pandangan dari perawat)

59

selalu sendirian, kalau bapak tidak mau berinteraksi dengan orang lain bapak akan selau merasa sendiri.”

“baik”

Terminasi “bagaimana perasaan bapak setelah berbincangbincang ?”

“banyak teman, saling “coba bapak bisa ulang menyebutkan apa saja

menolong, saling bercerita, dan

keuntungan dan kerugian dalam berhubungan

tidak selalu sendirian,” (pasien

sosial?”

sudah mampu menjelaskan

“iya bagus sekali bapak.”

semuanya)

“iya” (pasien bergegas keruang “baiklah, sesuai janji saya diawal hari ini kita cukup berbincang-bincang selama 15 menit .Bagaimana kalau nanti kita berbincang-bincang lagi ?” “nanti kita akan membahas tentang cara berkenalan dengan teman-teman Bapak ? dimana kita akan

60

makan)

berbincang-bincang, pak ? bagaimana kalau tetap disini ? kira-kira kita ngobrol nanti pukul 17.15 ya. Kalau begitu, saya pamit dulu ya sampai bertemu nanti ya pak.” Jumat, 16

1

TUK 4:

Maret 2018

Melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

pukul 17.15 -

Fase orientasi

17.30 WITA

“selamaat sore, Pak masih ingat dengan saya?”

“sore, masih,ayu”

“Bagaimana kabar bapak hari ini?Bapak datang

“baik, dari rehab”

darimana tadi?” “Kegiatan apa saja yang bapak lakukan direhab?”

“menyapu”

“nah sekarang bisakah kita berdikusi pak? Kita akan

“pasien hanya terdiam dan

berdiskusi sekitar 15 menit apakah bapak besedia?

kebingungan”

Dimanakah enaknya bapak kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau disini saja pak?”

61

Kerja “ apakah bapak tahu cara berkenalan dengan teman-

“gak tahu”

teman bapak ?” “nah, kalau bapak tidak tahu saya akan

(pasien melihat perawat dan

memberitahukan bapak tentang cara berkenalan

sesekali menunduk dan

sehingga bapak bisa punya teman yang banyak,

mengalihkan pandangan dari

saling menolong, saling bercerita, dan tidak selalu

perawat)

sendirian, kalau bapak tidak mau berinteraksi dengan orang lain bapak akan selau merasa sendiri. Begini bapak, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka lalu asal kita dan hobi. Contoh : nama saya S, senang dipanggil Si. Asal saya dari Bangli, Hobi memasak. ” “selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: nama bapak siapa? Senang dipanggil siapa? Asal darimana/ hobinya apa?” “ayo di coba bapak! Misalkan saya belum kenal dengan bapak. Coba berkenalan dengan saya pak!

62

“ya bagus sekali! Coba sekali lagi! Bagus sekali.”

Terminasi “bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-

“sangat senang”

bincang ?” “bapak sudah sangat bagus dalam mempraktekkan cara berkenalan hari ini” “baiklah, sesuai janji saya diawal hari ini kita cukup

“iya” (pasien bergegas

berbincang-bincang selama 15 menit dan karena

keruangan)

waktunya sudah habis sekarang bapak bisa melanjutkan aktivitas bapak kembali. Bapak, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi? “Besok kita akan membahas tentang cara memanfaatkan obat dengan baik. Dimana kita akan berbincang-bincang, pak ? bagaimana kalau tetap disini ? kira-kira kita ngobrol besok pukul 11.00 ya. Kalau begitu, saya pamit dulu ya sampai bertemu besok ya pak.”

63

Sabtu, 17 Maret 2018

1

TUK 5: Memanfaatkan obat dengan baik

pukul 11.0011.15 WITA

Fase orientasi “selamaat siang, Pak masih ingat dengan saya?”

“siang, masih,ayu”

“Bagaimana kabar bapak hari ini?

“ sangat baik, dari rehab”

“Kegiatan apa saja yang bapak lakukan direhab?”

“mengorol dengan teman”

“wahh, bagus sekali bapak.” “nah sekarang dapatkan kita berdikusi pak? Kita akan

“iya, bersedia”

berdiskusi sekitar 15 menit apakah bapak besedia? Dimanakah enaknya bapak kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau disini saja pak?”

Kerja “tahu, supaya sembuh”

64

“Apakah bapak tahu manfaat dari obat dan kerugian jika tidak minum obat ?” “iya, bagus sekali, selain itu apalagi bapak?

“gak tahu”

“menurut bapak apa kerugian jika tidak minum obat dengan baik?’’ (pasien melihat perawat dan “Baiklah bapak, saya akan memberitahukan bapak

sesekali menunduk dan

tentang manfaat obat dan kerugian jika tidak minum

mengalihkan pandangan dari

obat dengan baik. Manfaat obat yaitu untuk

perawat)

mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit jika diminum sesuai resep dokter, namun jika diminum tidak sesuai dengan dosis maka akan menimbulkan racun di tubuh kita. Untuk itu bapak harus minum obat secara rutin dan dosis yang tepat” “sangat senang”

Terminasi “bagaimana perasaan bapak setelah berbincangbincang ?”

65

“coba bapak bisa ulang menyebutkan apa saja

“menghilangkan penyakit jika

manfaat minum obat dengan baik?”

diminum dengan baik” (pasien belum mampu menjelaskan semuanya)

“baiklah, sesuai janji saya diawal hari ini kita cukup

“iya” (pasien bergegas keruang

berbincang-bincang selama 15 menit dan karena

makan)

waktunya sudah habis sekarang bapak bisa melanjutkan aktivitas bapak. Terimakasih bapak.”

66

EVALUASI Hari/

No.

Tanggal/Jam

Dx

Sabtu 17 Maret

1

2018 13.30 WITA

Tujuan

Evaluasi

Klien dapat membina hubungan

S : Pasien mengatakan nama lengkapnya Mr.X

saling percaya

Denpasar, nama panggilannya Denpasar, Alamat Bangli, pendidikan tidak bersekolah, hobi pasien volley

O : Pasien mau membalas jabat tangan, terlihat kontak mata pasien kurang, suara pasien kurang jelas dan nada suara kecil

A : TUK 1 tercapai 1. Belum tampak ekxspresi wajah cerah, tersenyum 2. Sudah mau berkenalan 3. Sudah bersedia menceritakan perasaan 4. Sudah bersedia mengungkapkan masalah 5. Sudah ada kontak mata P : Lanjutkan intervensi ke TUK 2

67

Paraf

1

Klien mampu menyebutkan

S : Pasien mengatakan salah satu penyebab menarik

penyebab isolasi sosial

diri yaitu rasa malu berlebihan yang muncul didalam dirinya

O : Pasien mau menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri

A : TUK 2 tercapai 1. Menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri yaitu : diri sendiri P : Lanjutkan intervensi ke TUK 3

1

Klien mampu menyebutkan

S : Pasien mengatakan salah satu keuntungan

keuntungan berhubungan sosial dan

berhubungan sosial yaitu mempunyai banyak teman.

kerugian tidak berhubungan sosial

Kerugiannya selalu menyendiri.

O : pasien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan sosial

A : TUK 3 tercapai

68

P : Lanjutkan intervensi TUK 4

1

Klien dapat melaksanakan hubungan

S : Pasien mengatakan bahwa dirinya mau

sosial secara bertahap

berkenalan dengan dengan temannya.

O : Pasien mau berkenalan dengan menanyakan nama, asal dan hobi teman yang diajak berkenalan.

A : TUK 4 tercapai

P : Lanjutkan intervensi ke TUK 5

1

Klien dapat memanfaatkan obat

S : Pasien mengatakan salah satu manfaat obat yaitu

dengan baik

menghilangkan penyakit jika diminum dengan baik

O : pasien dapat menyebutkan salah satu manfaat obat

A : TUK 5 belum tercapai

69

1. Belum mampu menyebutkan semua manfaat obat 2. Belum mampu menyebutkan kerugian tidak minum obat P : Lanjutkan tindakan keperawatan untuk TUK 5

70

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 1. Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. 2. Etiologi isolasi sosial meliputi : a. Factor predisposisi b. Factor prisipitasi 3. Salah satu gangguan hubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. 4. Manifestasi perilaku a. Tanda dan gejala b. Mekanisme koping c. Sumber koping 5. Rentang respon dari isolasi sosial sebagai berikut : a. Respon adaptif b. Respon maladaptive 6. Penatalaksanaan 71

a. Terapi psikofarmaka b. Terapi individu c. Terapi kelompok B. Saran Dengan ditulisnya makalah ini nantinya dapat dimanfaatkan secara optimal terkait dengan pengembangan mata kuliah Keperawatan Jiwa. Dan penulis menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini dikembangkan lebih lanjut agar dapat nantinya menghasilakn tulisantulisan sejarah yang bermutu. Demikianlah makalah ini penulis persembahkan, semoga dapat bermanfaat.

72

DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati dkk. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. 2014. Jakarta: CV. Trans Info Media. Dermawan, D dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing Herman, Ade. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika. Kusumawati, F dan Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikologi Dan Gangguan Jiwa. Medan: Usu Press. Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiater Terintegrasi Dengan Keluarga. Jakarta: CV. Agung Prasetya. Riyadi, Sujono dan Teguh Purwato. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

73

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"