Bab I.docx

  • Uploaded by: Beby Bestari
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,823
  • Pages: 14
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Kebanyakan masyarakat Indonesia termasuk kaum wanita verpendapat

bahwa dasar kecantikan adalah kesehatan. Sehat dalam arti luas keadaan sehat sejahtera secara fisik, mental dan sosial. Kecantikan kulit bagi wanita sangat penting sehingga mendorong wanita untuk melakukan berbagai cara untuk mempercantik diri, termasuk dengan memoles wajah dengan menggunakan produk kosmetika. Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia. Kosmetik pada saat ini sudah menjadi kebutuhan penting bagi manusia. Kosmetik tidak saja digunakan untuk fungsi estetika, tetapi memiliki peran penyembuhan dan perawatan kulit. Meski bukan kebutuhan primer, namun kosmetik merupakan salah satu produk yang digunakan rutin dan terus menerus oleh manusia (Muliyawan dan Suriana, 2013). Kosmetik pada dasarnya merupakan campuran bahan yang digunakan pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi dan sebagainya yang bertujuan untuk menambah daya tarik, melindungi dan memperbaiki. Lipstik adalah salah satu produk kosmetik yang sering digunakan khususnya bagi kaum wanita (Muliyawan dan Suriana, 2013). Lipstik biasanya digunakan untuk mempercantik dan mempertegas warna bibir. Lipstik adalah jenis kosmetik yang paling umum digunakan oleh wanita. Produk lipstick yang baik adalah lipstick yang bias mempercantik warna bibir dan juga mampu memberikan nutrisi serta melembabkan bibir. Dilihat dari komposisinya ada Sembilan bahan utama yang utama yang harus ada pada lipstick antara lain lilin, minyak, lemak, acetoglicerida, za-zat pewarna, surfactant, bahan pengawet dan bahan pewangi. Penggunaan zat warna pada lipstik memiliki peranan yang penting. Pewarna lipstik dapat dibedakan menjadi pewarna sintetik dan alami. Salah satu contoh pewarna sintetik adalah merah DC, dan merah hijau no. 17 yang mempunyai beberapa kelebihan yaitu stabil dalam jangka waktu yang lama, serta

1

memberikan hasil yang seragam. Akan tetapi pada prakteknya banyak digunakan pewarna sintetik yang bukan untuk kosmetik, misalnya saja rhodamin B. Zat warna rhodamin B banyak digunakan pada lipstik karena pada konsentrasi yang kecil sudah dapat memberikan warna yang cerah dan rhodamin B pada lipstik bersifat stabil. Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi pada bibir dan jika digunakan terus menerus akan menyebabkan kanker hati karena rhodamin B bersifat karsinogenik (Mukaromah dan Maharani, 2008). Dalam farmasi juga kita mempelajari mengenai kosmetik baik dari segi pembuatanya sampai dengan menganalisis zat yang terkandung pada kosmetik, oleh karena itu dilakukanlah percobaan praktikum untuk menganalsis zat warna yang terdapat pada lispstik. 1.2

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah : 1.

Untuk mengetahui zat warna apa yang sering ditambahkan pada kosmetik

2.

Mengetahui bagaimana cara menentukan pengujian kualitatif zat warna pada lipstick

1.3

Manfaat Praktikum Adapun manfaat dari praktikum ini adalah : Agar mahasiswa mampu menambah wawasan, melatih keterampilan

dalam melakukan mengidentifikasi zat warna yang ditambahkan pada sediaan kosmetik.

2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Zat Pewarna Alami dan Sintetik Warna merupakan salah satu aspek penting dalam hal penerimaan

konsumen terhadap suatu produk pangan. Warna dalam bahan pangan dapat menjadi ukuran terhadap mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indicator kesegaran atau kematangan juga menambahkan bahwa apabila suatu produk pangan memiliki nilai gizi yang baik, enak dan tekstur yang sangat baik akan tetapi jika memiliki warna yang tidak sedap dipandang akan memberi kesan bahwa produk pangan tersebut telah menyimpang (Winarno, 1992). Menurut International food information council foundation (IFIC) (1994), pewarna pangan adalah zat yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan warna suatu produk pangan, sehingga menciptakan image tertentu dan membuat produk lebih menarik. Definisi yang diberikan oleh lebih sederhana, yaitu Bahan Tambahan Pangan (BTP) dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan (Wijaya dan Mulyono, 2009). Zat pewarna merupakan suatu bahan kimia baik alami maupun sintetik yang memberikan warna. Berdasarkan sumbernya, zat pewarna untuk makanan dapat diklasifikasikan menjadi pewarna alami dan sintetik. Pewarna alami yaitu zat warna yang diperoleh dari hewan seperti : warna merah muda pada flamingo dan ikan salem sedangkan dari tumbuh-tumbuhan seperti: karamel, coklat dan daun suji. Pewarna buatan sering juga disebut dengan zat warna sintetik. Proses pembuatan zat warna sintetik ini biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun (Winarno, 1992). Menurut Winarno (1992), zat pewarna sintetik harus melalui berbagai prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna makanan. Zat pewarna yang diijinkan penggunaannya dalam makanan dikenal dengan certified color atau permitted color. Untuk penggunaannya, zat warna tersebut harus menjalani tes prosedur penggunaan yang disebut proses sertifikasi.

3

2.2

Definisi Rhodamine B Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

239/MenKes/ Per/V/85 disebutkan ada 30 jenis pewarna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya bagi kesehatan dan dilarang untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan salah satunya yaitu rhodamin B. Rhodamin B merupakan salah satu pewarna yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pewarna pada makanan. Rhodamin B adalah zat pewarna buatan yang digunakan dalam industri tekstil dan kertas. Rumus molekul dari Rhodamin B adalah C1NC1 dengan berat molekul sebesar 479.000. Zat Rhodamin B berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu kemerah – merahan, sangat larut dalam air dan akan menghasilkan warna merah kebiru – biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B dapat larut dalam alkohol, HCL dan NaOH selain mudah larut dalam air (Wisnu, 2008). Rhodamin B adalah zat warna sintetis yang biasa digunakan untuk pewarnaan kertas, tekstil atau tinta. Zat tersebut dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan saluran pernafasan serta merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin B dalam konsetrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati (liver) (BPOM, 2006). Di dalam Rhodamine B sendiri terdapat ikatan dengan klorin (CL yang dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Reaksi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna.disini dapat digunakan Reaksi Frield-Crafts untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Reaksi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol, sedangkan dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluorescein. Apabila resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan Rhodamine B. Selain terdapat ikatan Rhodamine B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamine B inilah yang menyebabkan Rhodamine B berwarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamine B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamine B menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk kedalam

4

tubuh manusia. atom CL yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogenik. 2.2.1

Metabolisme Rhodamine B Rhodamine B secara ekstensif diabsorbsi oleh traktus gastrointestinal

dan dimetabolisme pada anjing, kucing, dan tikus dengan hanya 3-5% dari dosis Rhodamine B yang dimasukkan dapat ditemukan dalam bentuk aslinya/tanpa perubahan di urin dan feces. Perjalanan metabolisme Rhodamine B hingga bisa menjadi salah satu penyebab kerusakan organ secara sistemik disebabkan oleh sifatnya yang polar, akibat sifat polarnya tersebut, Rhodamine B yang tak termetabolisme oleh hepar akan menyebar mengikuti aliran darah dengan berinteraksi dengan asam amino dalam globin darah, menciptakan globin adduct. Pengertian adduct adalah suatu bentuk kompleks saat senyawa kimia berikatan dengan molekul biologi. Tujuan utama penentuan level adduct adalah sebagai salah satu parameter resiko paparan senyawa mutagenik dan karsinogenik.10 2.2.2

Keuntungan dan Kerugian Rhodamin B Keuntungan (Wisnu, 2008). Keuntungan rhodamin B yaitu dapat menghasilkan warna yang lebih kaut dan stabil meski jumlah yang digunakan hanya sedikit Kerugian (Index, 2008) 1. Iritasi saluran pernapasan 2. Iritasi pada kulit 3. Iritasi pada mata 4. Iritasi pada saluran pencernaan dan bahaya terjadinya kanker hati

2.2.3

Bahaya Rodhamine B terhadap kesehatan Di

Indonesia,

berdasarkan

Peraturan

Menkes

RI

No.

722/Menkes/per/IX/1988 dan Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan (POM) No.00366/C/II/1990 menyatakan bahwa Rhodamine B termasuk dalam 30 zat pewarna berbahaya yang tidak boleh terdapat dalam obat, makanan dan kosmetik.

5

Penggunaan Rhodamin B pada kosmetik dalam waktu yang lama (kronis) akan dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker. Namun demikian, bila terpapar Rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan Rhodamin B. Menurut Kinosita dalam Cahyadi (2008), efek kronis yang diakibatkan oleh zat warna yang dimakan dalam jangka waktu yang lama menyebabkan kanker hati. Zat warna diabsorpsi dari dalam saluran pencernaan makanan dan sebagian besar dapat mengalami metabolisme oleh mikroorganisme dalam usus. Dari saluran pencernaan dibawa langsung ke hati. Di dalam hati senyawa dimetabolisme lalu ditransportasikan ke ginjal untuk diekresikan bersama urine. Senyawa tersebut dibawa dalam aliran darah. Dengan menghirup Rhodamin B dapat pula mengakibatkan gangguan kesehatan, yakni terjadinya iritasi pada saluran pernapasan. Demikian pula apabila zat kimia ini mengenai kulit, maka kulit pun akan mengalami iritasi. Mata yang terkena Rhodamin B juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan atau odem pada mata (Yuliarti, 2007). 2.3

Uraian Bahan

1.

Alkohol (Dirjen POM, 1979) Nama resmi

: AETHANOLUM

Nama lain

: Alkohol

Rumus kimia

: C2H5OH

Berat molekul

: 46,07 g/mol.

Bentuk Molekul

Pemerian

:

: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguadan mudah bergerak;

bau

khas;

rasa

panas.

Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap

6

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

: Zat tambahan

Khasiat

: Untuk mensterilkan alat, pelarut parfum, pelarut cat, pernis, anti septic.

2.

Paraffin liquidum (Rowe,2009 ; Dirjen pom, 1995) Nama lain

: Paraffin liquidum

Nama resmi

: PARAFFINUM LIQUIDUM

Rumus Molekul

: C3H6

Berat Molekul

: 177,46 g/mol

Rumus struktur

:

Pemerian

: Cairan kental, transparan, tidak berflouresensi tidak berwarna,hampir tidak berbau,hampir tidak mempunyai rasa

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik terlindungi dari cahaya

Kelarutan

: Praktis tidak larut etanol 95% gliserin dan air. Larut dalam jenis minyak lemak hangat

Kegunaan 3.

: Sebagai emolien

Asam Klorida (Dirjen POM,1979) Nama Resmi

: ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama Lain

: Asam Klorida

Rumus Molekul

: HCl

Berat Molekul

: 36,46 g/mol

Pemerian

: Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang.

7

4.

Rumus struktur

:

Kelarutan

: Larut bebas dalam air

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan

: Zat tambahan

H - Cl

Methanol (Dirjen POM,1979) Nama resmi

: METANOLUM

Nama lain

: methanol

Rumus molekul

: CH3OH

Berat molekul

: 0,796 g/mol

Pemerian

: Cairan jernih tidak berwarna, bau khas

Rumus Struktur

:

Kelarutan

: Dapat bercampur dengan air membentuk cairan jernih tidak berwarna.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya, di tempat sejuk jauh dari nyala api.

5.

NH3 (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi

: Ammonia

Nama Lain

: Amonia

RM / BM

: NH3/ 35,5 g/mol

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk kuat

Rumus Struktur

:

Kelarutan

: Mudah larut dalam air

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai pereaksi

8

BAB 3 METODE PRAKTIKUM 3.1

Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu 9 Maret 2019 pada pukul

08.00-12.30 WITA, bertempat di Laboratorium Bahan Alam Farmasi, Jurusan Farmasi, Universitas Negeri Gorontalo 3.2

Alat dan Bahan

3.2.1

Alat Adapun alat yang digunakan saat praktikum ialah Cawan Porselen, Gelas

kaca, Lampu UV, Neraca Ohaus, Spatula, Penotol, Penangas. 3.2.2

Bahan Adapun bahan yang digunakan saat praktikum ialah Alumunium foil,

Alkohol 70%, Metanol, Rhodamin B, Asam Klorida, Lipstik, Natrium Sulfat Anhidrate, Etil asetat, Amoniak, Aquadest, Lempeng KLT. 3.1

Cara Kerja

3.3.1

Uji Pendahuluan

1.

Ditimbang lisptik 1 gr

2.

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

3.

Ditambahkan 4 mL etanol 90%, lalu diaduk sampai larut dan tercampur rata

4.

Kemudian dilihat adanya fluoresensi diuji dengan cahaya matahri berpantul dengan relative hitam.

5.

Bila adanya fluoresensi kehijauan menandakan positif Rhodamin B

3.3.2

Larutan Standar

1.

Ditimbang 2 gr baku standar Rhodamin B

2.

Ditambahkan larutan methanol sebanyak 10 mL.

3.

Dikocok hingga larut yang bertujuan untuk melarutkan zat warna Rhodamin B

3.3.3

Larutan Uji

1.

Ditimbang lipstick 0,5 gr

2.

Dimasukkan kedalam cawan porselin

9

3.

Ditambahkan asam klorida 4 N 0,5 mL dan 0,01 mg natrium sulfat anhidrat

4.

Dipanaskan di atas penangas air sampai sampel meleleh

5.

Ditambahakan 5 mL methanol dan diaduk agar tercampur rata dan saring

6.

Filtrate dilakukan untuk identifikasi

3.3.4

Identifikasi Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

1.

Larutan standar dan larutan uji ditotolkan pada lempeng silica gel yang berukuran 2cm x 5 cm secara terpisah

2.

Kemudian lempeng silica gel dimasukkan pada bejana berisi eluen yang telah di jenuhkan. Eluen dibuat dari etil asetat, methanol dan amoniak 9% (5:1:1)

3.

Bejana ditutup rapat dan dielusikan

4.

Dikeluarkan Lempeng, dikeringkan diudara kemudian dideteksi dengan sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm

5.

Penampakan bercak berwarna merah muda bila sampel mengandung zat warna Rhodamin B

6.

Hasil dinyatakan positif bila warna bercak antara sampel dan baku sama dan harga Rf antara sampel dengan baku atau saling mendekati dengan selisih harga ≤ 0,2

7.

Hasil lain bercak Rhodamin B kemudian diamati dibawah penyinaran lampu UV 254 nm, bercak noda Rhodamin B akan tampak berpendar kuning.

10

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1

Hasil

Gambar 4.1.1 hasil KLT pada lipstick Maybeline

Gambar 4.1.1 hasil uji pendahuluan pada lipstick Maybeline

4.1.1 Uji Pendahuluan Sampel

Hasil Positif mengandung Rodamin

Maybeline

B (Karena adanya fluresensi pantulan cahaya matahari, berwarna kuning kehijauan.

4.1.2 Identifikasi KLT

4.2

Sampel

Nilai RF

Maybeline

0.225

Rhodamin B

0.15

Pembahasan Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan

yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahanbahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, M.S, 1997). Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui apakah Rhodamin B terdapat pada lipstik. Pada percobaan kali ini sampel yang kami gunakan adalah lipstik 11

maybeline dengan melakukan uji pendahuluan, dan uji KLT (Kromtografi Lapis Tipis). Uji pendahuluan, pada uji pendahuluan ditimbang lipstik maybeline sebanyak 300 mg, dimasukan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 4 ml methanol, diduk hingga tercampur merata. Dilihat adanya flouresensi, diuji dengan cahaya matahari berpantul dengan latar belakang hitam. Adanya flouresensi kuning kehijauan menadakan hasil positif mengandung rhodamin B. penetapan kadar rhodamin B dilakukan dengan spektrofotometri cahaya tampak pada panjang gelompang 400-800 nm. Sinar UV 254 nm dan 366 nm berflouresensi kuning atau orange (Mukkaromah, 2008). Dari hasil pengamatan diperoleh sampel lipstick maybeline positif mengandung rhodamin B, berdasarkan uji pendahuluan adanya flouresensi pantulan cahaya matahahari kuning kehijauan. Tahap selanjutnya yaitu pembuatan larutan standar Rhodamin B sebagai pembanding sampel, Selanjutnya pembuatan larutan uji, ditimbang sampel sebanyak 500 mg dimasukan kedalam cawan porselin, ditambahkan asam klorida 4 N, 0.5 ml dan 0.01 mg natrium sulfat anhidrat, kemudian panaskan diatas penangas sampai meleleh dan ditambahkan 5 ml methanol, diaduk hingga tercampur rata. Tujuannya untuk mendestruksi senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel dan menstabilkan Rhodamin B agar tidak berubah dari bentuk terionisasi menjadi bentuk netral (Wisnu, 2008). Kemudian dilakukan penyiapan eluen sebagai pelarut atau fase gerak. Digunakan etil asetat, methanol dan amoniak 9% dengan perbandingan (15 : 3 : 3). Penggunaan eluen ini disesuaikan dengan sifat polar Rhodamin B karena memiliki gugus karboksil dengan pasangan electron bebas dan gugus amina pada struktur molekulnya. Gugus karboksil dan amina ini akan membentuk ikatan .hydrogen intermolecular dengan pelarut polar sehingga mudah larut dalam pelarut polar seperti alkohol. Sehingga digunakan campuran eluen polar agar dapat mengelusikan Rhodamin B dengan baik. Berikut struktur dari Rhodamin B (Abdurrahmansyah, dkk. 2017) Setelah dibuat eluen, maka larutan eluen tersebut dijenuhkan terlebih dahulu. Tujuan penjenuhan adalah untuk memastikan partikel fase gerak

12

terdistribusi merata pada seluruh bagian chamber sehingga proses pergerakan spot diatas fase diam oleh fase gerak berlangsung optimal, dengan kata lain penjenuhan digunakan untuk mengoptimalkan naiknya eluen (Kumala sari, 2015). Dilakukan penotolan larutan baku dan sampel menggunakan pipa kapiler. Tujuannya yaitu supaya diperoleh hasil penotolan yang kecil, karena dalam kromatografi kertas penotolan yang baik diusahakan sekecil mungkin untuk menghindari pelebaran spot dan jika sampel yang digunakan terlalu banyak akan menurunkan resolusi. Lalu plat dimasukkan dengan hati-hati ke dalam gelas kimia tertutup yang berisi fase gerak dengan posisi fase gerak berada dibawah garis. Fase gerak perlahan-lahan bergerak naik, setelah mencapai jarak tempuh, kertas diangkat dan dibiarkan kering diudara, untuk menguapkan sisa pelarut (Wijaya, 2011). Dari hasil pengamatan diperoleh sampel lipstick maybeline positif mengandung rhodamin B, berdasarkan uji pendahuluan adanya flouresensi pantulan cahaya matahari kuning kehijauan, pada uji KLT (Kromatografi Lapis Tipis), didapatkan selisih nilai Rf dari tingginya bercak sampel dan baku sama, serta jarak noda yang dibagi dengan jarak pelarut hasilnya adalah 0.725, sehingga dinyatakan melebihi harga Rf ≤ 0.2. Karena Suatu sampel dinyatakan positif bila warna bercak sampel dan baku sama dan harga Rf antra sampel dengan baku sma atau saling selisih harga ≤ 0.2. (Hardjono, 1985).

13

BAB 5 PENUTUP 5.1

Kesimpulan

1.

Zat warna yang sering digunakan dalam penambahan kosmetik K.3 (Cl 15585, merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (Cl 12075) sering digunakan pada produk lipstik atau sediaan dekoratif lain (pemulas kelopak mata dan perona pipi)

2.

Pengujian kulitatif zat warna pada kosmetik yaitu diidntifikasi zat warna Rhodamine B menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan fase diam lempeng silica gel dan fase gerak etil asetat, methanol, amoniak 9& (5:1:1). Dengan pengamatan penampakan bercak dideteksi dengan ulra violet dengan panjang gelombang 254 nm.

5.2

Saran Untuk Jurusan Di harapkan agar menambah jumlah alat-alat lab agar waktu praktikum

lebih efektif. 5.2.1

Saran Untuk Laboratorium Perlu adanya penambahan sarana dan prasarana laboratorium agar lebih

lengkap sehingga jalannya praktikum dapat efisien, baik dalam waktu maupun hasilnya 5.2.2

Saran Untuk Asisten Diharapkan agar kerja sama antara asisten dan praktikan lebih ditingkatkan

dengan banyak memberi materi.

14

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"

Bab I.docx
December 2019 12
Arahpadu2
December 2019 6
Tpbgi Kalsit.docx
December 2019 18
Gcp Letterhead.pdf
November 2019 7