BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan urbanisasi merupakan penyebab penting masalah kesehatan terutama pada millennium baru ini. Kebiasaan dan rutinitas yang merugikan memiliki kekuatan untuk merusak kesehatan seseorang. Gaya hidup sedentarial (banyak duduk), kebiasaan merokok, alkoholisme, diet tinggi lemak dan kurang serat, obesitas, stress, narkoba, dan mengkonsumsi bahan bahan pengawet (kimiawi) merupakan factor terjadinya penyakit. Salah satu penyakit yang terjadi karena kebiasaan dan rutinitas tersebut adalah Diabetes Mellitus (Cahyono, 2008). Diabetes Mellitus tercatat sebagai peringkat keenam penyebab kematian didunia. Sekitar 1,3 juta orang meninggal dunia akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun (Soegondo, 2008). Di amerika serikat, Diabetes Mellitus merupakan penyebab ke-4 kematian. Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis tanpa penyembuhan. Sekitar 50% dari pria dan 15% dari wanita dengan diabetes mellitus (Baranderodkk, 2009). Sedangkan di Asia dan Afrika, dimana diperkirakan akan meningkat tajam pada tahun 2030 dan terjadi di Negara-negara berkembang seiring dengan tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti “Western-Style” diet (Soegondo, 2009). Menurut data dariWorld Health Organization (WHO), Indonesia berada diurutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus didunia setelah 1 STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi
2
Negara India, China, dan Amerika. Pada tahun 2000 yang lalu, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada 2006 diperkirakan jumlah diabetes di Indonesia meningkat drastic menjadi 14 juta orang, dengan 50% yang sadar mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar 30% yang dating berobat teratur (Shanty, 2011). Konsensus 2011 menyatakan bahwa WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang Diabetes Mellitus yang cukup besar pada beberapa tahun yang akan datang. Diabetes Mellitus merupakan penyakit degenerative yang diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang Diabetes Mellitus di Indonesia sekitar 8,4 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, Internasional Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang Diabetes Mellitus dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia, terdapat peningkatan prevalensi Diabetes Mellitus dari 1,5-2,3% menjadi 5,7% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun, dan bahkan suatu penelitian di Manado dan Depok mendapatkan angka prevalensi sebesar 6,1% dan 12,8%. Melihat
pola
pertambahan penduduk saat ini, diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun, dan dengan asumsi prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 2% akan didapatkan 3,56 juta penyandang Diabetes Mellitus. Data terakhir yang dikeluarkan Departemen Kesehatan RI 2007 menyebutkan prevalensi Diabetes Mellitus secara nasional 5,7% (Soegondo, 2009). Riset Kesehatan Dasar Nasional (Rikesdas) menunjukkan
3
prevalensi penderita diabetes mellitus di Indonesia tahun 2007-2013 (1,1%2,1%), di Sumatera Barat 2007-2013 (1,1-1,8%) dan Sumatera Barat menempati urutan ke-3 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus (Riskesdas, 2013). Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Menurut data Riskesdas Provinsi Sumatera Barat, prevalensi diabetes mellitus Kota Bukittinggi pada tahun 2007 adalah 0,8% dan meningkat pada tahun 2013 yaitu 1,4%. Prevalensi di kota Bukittinggi mendekati angka prevalensinasional dan telah melewati angka prevalensi provinsi. Kota Bukittinggitermasuk 10 besar diSumatera Barat Penyakit diabetes mellitus termasukdalam 10 penyakit terbanyak di Kota Bukittinggi. Pada tahun 2014 penyakit diabetes mellitus menduduki pososi kesepuluh dan tahun 2015 naik keposisi keempat Akibat dari peningkatan di atas ada beberapa terapi non farmakologis yang biasa digunakan untuk menurunkan kadar gula darah. Terapi non farmakologis tersebut berupa terapi gizi
medis, perhitungan jumlah kalori, dan latihan
jasmani. Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologi yang sangat direkomendasikan bagi penyandang diabetes (diabetisi). medis ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan
Terapi gizi
pola makan yang
didasarkan pada status gizi diabetisi dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual. Perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur, ada tidaknya stress akut, dan kegiatan jasmani. Latihan
jasmani
merupakan upaya awal dalam mencegah, mengontrol, dan mengatasi diabetes (Sudoyo, dkk, 2017).
4
Alasan mengambil Diabetes Mellitus tercatat sebagai peringkat keenam penyebab kematian di dunia. Sekitar 1,3 juta orang meninggal dunia akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun (Soegondo, 2016) dan WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang Diabetes Mellitus yang cukup besar pada beberapa tahun yang akan datang. Diabetes Mellitus merupakan penyakit degenerative yang diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya serta. Gaya hidup sedentarial (banyak duduk), kebiasaan merokok, alkoholisme, diet tinggi lemak dan kurang serat, obesitas, stress, narkoba, dan mengkonsumsi bahan bahan pengawet (kimiawi) merupakan factor terjadinya penyakit.Salah satu penyakit yang terjadi karena kebiasaan dan rutinitas. Berdasarkan survey yang didapatkan diambun suri lantai bahwa pasien yang menderita dm ada sebanyak 10 orang maka dari itu kami tertarik untuk mengambil seminar kasus yang berjudul diabetes mellitus
5
6