BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Lupus Erythematosus atau Lupus adalah penyakit autoimun yang menyebabkan terjadinya inflamasi (National Institute of Allergy and Infectious Disease, 2017). Autoimun adalah kegagalan antibodi untuk mengenali antigen diri
(self-antigen).
Kegagalan
tersebut
menyebabkan
terbentuknya
autoantibodi (antibodi yang menyerang jaringan tubuh sendiri) secara berlebihan sehingga terjadi pengendapan kompleks imun (British Society for Immunology, 2016). Menurut WHO, jumlah penyandang Lupus di seluruh dunia mencapai lima juta orang dengan jumlah terbanyak pada perempuan usia produktif dan terdapat lebih dari 100 ribu penderita baru setiap tahun. Di Asia Pasifik, prevalensi Lupus ditemukan kira-kira 0,9-0,31 per 100.000 orang (Rupert, Bae, Louthrenoo, Mok, Navarra & Kwon, 2012). Sedangkan di Indonesia sendiri, jumlah penderita Lupus belum diketahui secara pasti (Kemenkes RI, 2011). Orang dengan Lupus (Odapus) rentan mengalami stres fisik maupun psikologis. Stres fisik misalnya tingkat kesakitan yang tinggi dan kulit yang sensitive terhadap sinar matahari. Sedangkan stres psikologis seperti biaya terapi dan obat yang tinggi, cemoohan dan anggapan lemah dari orang-orang
(Nurmalasari, 2011; Soendari & Tambunan, 2008; Cahyaningtyas 2016). Stres fisik maupun stres psikologis menyebabkan ketegangan yang berkepanjangan yang mengancam kesehatan fisik maupun emosional (Boran dan Byrne, 2005). Stres dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu: stres ringan, stres sedang dan stres berat. Stres ringan berlangsung dalam beberapa menit atau jam, stres sedang berlangsung dalam beberapa jam atau hari, dan stres berat berlangsung dalam beberapa minggu sampai tahun (Potter & Perry 1989 dalam Rasmun 2004). Stres yang terjadi secara berlebihan akan mengakibatkan tubuh memproduksi hormon kortisol secara terus-menerus (Guyton, 2000). Hormon kortisol adalah hormon steroid yang diproduksi dari kolestrol di kelenjar adrenal. Hormon kortisol dilepaskan sebagai respon terhadap keadaan misalnya saat terbangun di pagi hari, berolahraga dan stres. Saat seseorang mengalami peningkatan kortisol secara kronis, dapat menimbulkan dampak negatif pada berat badan, fungsi kekebalan tubuh, dan risiko penyakit kronis (Aronson, 2009). Pada umumnya, stres dapat dikurangi dengan beberapa cara seperti terapi tawa, berekreasi, memelihara kebugaran jasmani, yoga, meditasi, atau menggunakan terapi yang bersifat farmakologi (Prasetyo dan Nurtjahjanti, 2011 ; Dewi, 2012). Namun, beberapa cara tersebut belum tentu dapat diterapkan oleh semua Odapus, misalnya terapi tawa. Terapi tawa merupakan
terapi untuk mengatasi perasaan tertekan, tetapi terapi tersebut belum tentu berhasil karena setiap Odapus memiliki rasa humor yang berbeda (Prasetyo dan Nurtjahjanti, 2011). Untuk itu diperlukan cara yang mudah untuk mengatasi stres pada Odapus, yaitu kompres dingin (Dewi, 2012). Kompres dingin merupakan terapi yang memberikan efek lokal yaitu rasa dingin pada daerah yang dikompres (Istichomah, 2007). Pemberian kompres dingin bertujuan mengurangi nyeri pada kepala, merelaksasikan otot, menurunkan tekanan darah serta mengurangi respon fisiologis (Tamsuri, 2007 ; Dewi, 2012). Pada tahun 2013, terdapat penelitian mengenai efektifitas kompres dingin yang terbuat dari tepung singkong terhadap Odapus yang sedang mengalami stres. Belum ada penelitian yang membuktikan bahwa kompres yang terbuat dari tepung singkong tersebut memiliki efek yang sama dengan kompres dingin modern. Selain itu, penelitian tersebut hanya mengukur penurunan stres menggunakan kuisioner, dan belum dilakukan pengukuran tingkat stres berdasarkan kadar kortisol. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa terdorong melakukan penelitian untuk membuktikan pengaruh kompres dingin modern terhadap penurunan kadar kortisol dan tingkat stres orang dengan lupus (odapus) di RS Saiful Anwar Malang. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul Pengaruh Kompres Dingin Modern Terhadap Penurunan Kadar Kortisol dan Tingkat Stres Orang dengan Lupus (odapus) di RS Saiful Anwar Malang
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh kompres dingin modern terhadap penurunan kadar kortisol dan tingkat stres orang dengan lupus (odapus) di RS Saiful Anwar Malang?
1.3 Tujuan Penelitian Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh kompres dingin modern terhadap penurunan kadar kortisol dan tingkat stres orang dengan lupus (odapus) di RS Saiful Anwar Malang, diharapkan: 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh kompres dingin modern terhadap penurunan kadar kortisol dan tingkat stres orang dengan lupus (odapus) di RS Saiful Anwar Malang 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui
pengaruh
kompres
dingin
modern
dalam
menurunkan kadar kortisol orang dengan lupus (odapus) di RS Saiful Anwar Malang 2. Mengetahui
pengaruh
kompres
dingin
modern
dalam
menurunkan tingkat stress orang dengan lupus (odapus) di RS Saiful Anwar Malang
3. Mengetahui korelasi antara penurunan kadar kortisol dan penurunan tingkat stress pada orang dengan lupus (odapus) di RS Saiful Anwar Malang
1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai pengaruh kompres dingin modern terhadap penurunan hormon kortisol dan tingkat stres orang dengan lupus (odapus). 2. Dapat
dijadikan
dasar
pengembangan
ilmu
di
bidang
Fundamental Keperawatan, Medikal Bedah dan Kejiwaan.
1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Perawat Menambah pengetahuan dan informasi tentang pengaruh kompres dingin modern terhadap penurunan hormon kortisol dan tingkat stres orang dengan lupus (odapus). Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar dalam memberikan intervensi kepada pasien berdasarkan aspek psikologis.
2. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh kompres dingin modern terhadap penurunan hormon kortisol dan tingkat stres
orang
dengan
lupus
(odapus)
serta
menambah
pengalaman dan wawasan dalam hal melakukan penelitian.