BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN Pembahasan kasus 3 Ny.C (35 tahun) dirawat di poli RS X dengan diagnose medis dyspepsia Dokter memberikan terapi makanan lunak/bubur dan tidak boleh memakan makanan yang berasa kuat (cabe,asam,dll). Ny.C merasa tidak selera makan dengan pola dan anjuran dokter karena ia terbiasa makan berasal dari daerah minang yang makanannya banyak mengandung minyak/santan dan berasa pedas. Melihat hal tersebut suami Ny.C membeli makanan dari luar yang jrlas itu akan menggangu kesehatan pencernaan Ny.C. Berbarengan dengan itu,Perawat D yang dinas di ruangan tempat Ny.C di rawat memperhatikan dan mengetahui suami Ny.C membelikan makanan minang dari luar. Kemudian Perawat D menganjurkan pada Ny.C dan suaminya agar tidak memakan makanan yang banyak mengandung cabe dan santan karena Ny.C masih dalam masa perawatan. Mendapat situasi seperti itu suami Ny.C mengatakan “kalau bukan dengan cara seperti ini istri saya akan mati kelaparan” setelah itu Perawat D menjelaskan alasan dokter memberi anjuran/terapi makan tersebut dan apa pengaruhnya bagi penyembuhan Ny.C
Petunjuk pelaksanaan 1. 2. 3. 4. 5.
Analisa masalah yang terjadi dalam skenario dengan bahasa anda itu sendiri Kumpulkan masalah-masalah yang dialami pasien! Analisis penyebab masalah diatas dan dampaknya terhadap pasien! Apa peran perawat lintas budaya pada kasusu tersebut. Melaporkan hasil diskusi dan sintesis hasi informasi yang telah dilakukan
Hasil Diskusi 1. Ny.C terkena penyakit Dispepsia 2. Dokter memberikan terapi makanan lunak (bubur)dan tidak boleh makanan yang berasa kuat (cabe,asam,santan). 3. Ny.C tidak selera makan dengan pola anjuran dokter karena ia terbiasa makan berasal dari daerah minang yang mengandung minyak,santan,dan pedas. 4. Suami memberikan makanan dari luar untuk Ny.C karena Ny.C tidak nafsu makan . Berbarengan dengan itu perawat D menjelaskan agar tidak makan, makanan yang berlemak/santan/pedas karena masih dalam perawatan. 5. Suami Ny.C mengatakan “kalau bukan dengan cara seperti ini istri saya akan mati kelaparan” 6. Perawat d menjelaskan alasan dari memberi anjuran/ terapi makanan tersebut dan apa pengaruh bagi penyembuhan Ny.C.
Ny.C didiagnosa medis penyakit dispepsia. Dianjurkan dr untuk tidak makan makanan yang berlemak, pedas, asam dan santan. Tetapi Ny.C terbiasa untuk makan makanan dari daerah minang yang mengandung santan , pedas lemak. Ny.C tidak selera makan dan suami Ny.C membelikan makanan dari luar.
Dampak pada pasien Makanan yang bersantan dan juga berlemak akan meningkatkan resiko penyakit maag/dispepsia kambuh/semakin parah. Apabila masih mengkonsumsi dan tidak ikut pada diet anjuran dr maka akan merasa mual dan ingin muntah. Makanan yang mengandung santan hendaknya dihindari oleh penderita sispepsia (maag) makanan bersantan akan melemahkan klep kerongkongan bawah (GERD). Akibatnya gejala asam lambung akan naik ke kerongkongan. Naiknya asam lambung ke kerongkongan akan menyebabkan keluhan nyeri perut ulu hati dan beberapa kasus menyebabkan sensasi sesak napas.maka penderita dispepsia sebaiknya menghindari jenis maknan
bersntan.peningkatan asam lambung bisa berakibat buruk bagi pencernaan,salah satunya terjadi ulkus(luka pada lambung) yang akan menyebabkan gangguan pada dinding lambung dalam tempo yang relatif lama.alhasil penyakit maag akan semakin sulit sembuh dan peradangan juga semakin parah
Teori Kasus Partisipan mengemukakan bahwa alasan melaksankan advokasi dalam bentuk perlindungan terhadap hak pasien dan berbicara atas nama pasien adalah : a. Partisipan mengemukakan bahwa alasan melaksankan advokasi dalam bentuk perlindungan terhadap hak pasien dan berbicara atas nama pasien adalah: Pasien merupakan makhluk yang holistic Pasien merupakan pelanggan yang harus dilayani Adanya rasa tanggung jawab untuk melayani pasien Perawat berdampingan paling lama dengan pasien Perawat mengetahui keinginan dan keluhan pasien Adanya hubungan peran advokat dengan aspek legal b. Perawat harus memiliki syarat-syarat tertentu untuk melaksanakan peran advokat Partisipan menyatakan beberapa syarat yang harus dimiliki agar dapat melaksanakan peran advokat dengan baik. Syarat tersebut adalah: Memiliki prinsip bersedia membantu
Mampu membina hubungan dengan tenaga kesehatan Memiliki kemampuan berkomunikasi Memiliki pemahaman tentang peran advokat
2. Pemahaman perawat pelaksana tentang pelaksanaan peran advokat terhadap pasien a. Perlindungan hak pasien dan berbicara atas nama pasien Semua partisipan perawat pelaksana menyatakan bahwa mereka memiliki peran sebagai advokat. Partisipan perawat pelaksana menyatakan alasanalasan melaksanakan peran advokat adalah: Pasien merupakan makhluk yang unik Pasien merupakan orang yang perlu dibantu Adanya rasa tanggung jawab untuk melindungi pasien Perawat berdampingan paling lama dengan pasien Menghindari complain pasien Memberi rasa aman pada pasien Meningkatkan citra profesi keperawatan Meningkatkan kepercayaan pasien terhadap perawat Adanya keyakinan perawat,bahwa tidak melayani pasien berarti tidak ada pekerjaan
3. Perilaku perawat kepala ruangan dalam pelaksanakan advokasi pasien a. Pelaksanaan advokasi pasien Dari hasil observasi dan wawancara, terlihat bahwa partisipan melaksanakan peran advokat dengan cara:
Menggunakan bentuk komunikasi advokasi dan otoriter Memberikan informasi tentang hak pasien Memberikan kebebasan memilih tenaga kesehatan yang akan merawatnya
4. Perilaku perawat pelaksana dalam advokasi pasien a. Pelaksnaan advokasi pasien Partisipan melaksanakan peran advokat dengan cara: Menggunakan bentuk komunikasi advokasi, otoriter dan menyalahkan pasien Memberikan informasi tentang hak pasien, penyakit dan terapinya, dan tenaga kesehatan yang akan merawatnya Memberikan kebebasan memilih tenaga kesehatan yang akan merawatnya
Pendekatan Budaya
Pembentukan budaya melaksanakan peran advokat dengan baik sebenarnya sangat tergantung pada pimpinan atau manajer di ruangan tersebut. Marquis dan Huston (1998) menjelaskan bahwa seorang manajer dapat membentuk budaya untuk \ meningkatkan profesionalisme di antara anggotanya dan membentuk lingkungan yang dapat mendukung hubungan professional. Swansburg (1990) juga menyatakan bahwa seorang pimpinan dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu. Perawat kapala ruangan harus menampilkan sosok pemimpin yang dapat mempengaruhi pemahaman dan perilaku perawat pelaksanaan dalam melaksanakan peran advokat. Seorang pemimpin harus dapat melaksankan peran advokat ini seperti dalam membina hubungan interpersonal, dapat memberikan informasi yang berguna bagi bawahan, menjelaskan tentang perencanaan yang dibuatnya, dan mampu mengambil keputusan untuk mengatasi berbagai masalah. Untuk dapat melaksanakan semua kegiatan tersebut, maka perawat kepala run
agan perlu waspada dan terus meningkatkan
kemampuan dirinya dengan mengikuti pelatihan ataupun seminar. Perawat kepala ruangan juga dapat bekerja sama dengan komite keperawatan dalam menciptakan iklim yang kondusif dalam melaksanakan peran advokat, melalui pembentukan protap tentang cara melindungi hak pasien. Herkutanto (2002) menjelaskan bahwa komite keperawatan merupakan suatu badan yang independen, dimana anggota dri komite ini merupakan orang-orang yang hali dan berpengalaman sehingga mereka dapat membuat suatu standar praktek yang baik bagi rumah sakit. Dalam membentuk budaya melaksanakan peran advokat,PPNI sebagai organisasi profesi perawat di alam Indonesia juga memiliki peran penting. PPNI dapat memantau perilaku perawat apakah sesuai dengan kapasitasnya sebagai perawat, sehingga tindakan malpraktek oleh perawat dapat dihindari.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan Perawat memiliki pengetahuan yang baik tentang advokasi. Perawat dapat menjelaskan pengertian advokasi yang disertai dengan tindakan-tindakan yang menunjukkan peran advokat perawat. Definisi peran advokasi perawat oleh peneliti dibagi menjadi dua sub tema yaitu tindakan perawat dalam pemberian informasi kepada pasien dan tindakan perawat untuk bertindak atas nama pasien. Tindakan perawat dalam pemberian informasi kepada pasien dibagi dalam dua kategori meliputi pemberian saran dan pemberitahuan tindakan medis. Tindakan perawat untuk bertindak atas nama pasien dibagi dalam tiga kategori meliputi pembelaan, pemberian dukungan dan perlindungan. faktor yang mendukung perawat dalam melaksanakan perannya sebagai advokat yaitu: kondisi pasien, pengetahuan tentang kondisi pasien, pendidikan keperawatan yang semakin tinggi, kewajiban perawat dan dukungan instansi rumah sakit.