POTENSI DIRI (Bagian Dua) 3. SIAP MEMIMPIN “Setiap orang adalah pemimpin”. bila dilihat sekilas, kata tersebut memang begitu adanya, tetapi bila dihayati makna dari kata tersebut akan terdapat pengertian yang sangat luas. Manusia sendiri diciptakan dengan kodratnya sebagai pemimpin dimuka bumi ini (kholifah fi al-ardh). Begitulah lebih kurang yang Allah firmankan dalam kalam-Nya yang mulia. pun dikatakan dalam hadits bahwa setiap orang adalah pepimpin dan setiap orang akan diminta pertanggung jawaban dari apa yang ia pimpin. Berdasarkan hal tersebut secara otomatis kita telah dituntut siap dalam segala kondisi, termasuk bila kita diamanati untk menjadi pemimpin, baik itu dari sekup terkecil (memimpin diri sendiri) hingga yang terbesar (memimpin masyarakat banyak). maka bagi siapapun kesiapan menjadi seirang pemimpin mutlak diperlukan.
4. RESIKO Resiko adalah sebuah keniscayaan. karena itu resiko takkan pernah bisa dihapuskan. Dalam sosiologi, interaksi sosial memiliki hukum sebab akibat. Disiplin ilmu fisika pun memiliki hukum aksireaksi. Semua itu ada karena Allah telah menciptakan segala sesuatu itu berpasang-pasangan. Karena resiko adalah pasangan dari suatu perbuatan, maka setiap yang manusia kerjakan mengandung resiko. Tetapi yang urgen adalah bagaimana sikap seseorang dalam menghadapi resiko tersebut. Penulis akan jelaskan tiga sikap seseorang dalam menerima resiko. a) Tidak Menerima
Banyak
orang
berbisnis, ditolak-pun
yang
didera mereka
stress
sakit
karena
parah,
menjadi
bangkrut
dalam
hingga
cinta
bahkan
stres.
Contoh
diatas
meerupakan kenyataan yang terjadi dimasyarakat kita. Bisa dibayangkan bukan, bila seseorang dengan kestresannya lalu bunuh diri, siapa yang akan kerepotan? b) Menerima Menerima resiko tentunya merupakan suatu sikap yang teramat mulia. seseorang akan menjadi berharga ketika ia senantiasa tulus menerima sebuah resiko. Dan itu adalah satu diantara tanda keimanan seseorang kepada ketentuan Sang Khalik. c) Acuh Karena Tak Paham apa Itu Resiko Sikap ini ada tapi tak selalu ada. Sikap ini biasanya ada bagi mereka yang tak paham apa itu resiko. Mereka menerima resiko ataupun tidak, semata-mata karena mereka tidak tahu hal tersebut adalah resiko.
5. PROFESIONAL Dalam hal ini profesional berarti adil, menempatkan sesuatu pada
tempatnya.
Seseorang
akan
menjadi
professional
saat
ia
mengerjakan sesuatu selaras antara kebutuhan, kewajiban, kemapuan, dan kondisi yang ada. Penulis akan sajikan beberapa tahap yang menunjukkan seseorang bekerja dengan professional. a. Rencana Ketika kita bermksud sesuatu tentunya tidak akan bisa
langsung “der”. Ada tahap perencanaan terlebih dahulu sehingga
terbayang
konsep
dari
sesuatu
yang
kita
maksudkan tersebut. b. Persiapan Persiapan disini termasuk didalamnya menginventarisir kenutuhan. Dari sesuatu yang kita maksudkan, dan setelah kita konse, tentunya kita akan menemui berbagai kebutuhan. setelah kita menginventarisir kebutuhan kita, tinggal kita memeriksa apakah masih ada yang kurang. telitilah dalam menginventarisir kebutuhan, agar tidak kerepotan saat pelaksanaan. c. Pelaksanaan Pelaksanaan
atau
“der”nya
bisa
dimulai
setelah
persiapan matang. Laksanakan maksud kita sesuai konsep dengan
menggunakan
apa
yang
kita
siapkan
sebelumnya
sebaik mungkin. d. Evaluasi Saat apa yang kita maksudkan telah berjalan, bik itu sesuai rencana awal ataupun tidak, jangan dulu bubar! Lakukanlah evaluasi terlebih dahulu dari apa yang telah kita
kerjakan.
persentase
Dengan
keoptimalan
begitu hasil
rencana hingga pelaksanaan.
kita kerja
dapat kita
mengetahui selama
dari