Bab I Psikologi Pendidikan.doc

  • Uploaded by: esra simamora
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Psikologi Pendidikan.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 5,670
  • Pages: 28
CRITICAL BOOK REPORT “PSIKOLOGI PENDIDIKAN ” DOSEN PENGAMPU : Dra. Sariana Marbun, M. Pd

DISUSUN OLEH : Nama : Esra Simamora NIM

: 3173131011

PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang karena anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan CBR “Hidrologi” . Adapun CBR ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan usaha yang semaksimal mungkin, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, saya juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan CBR ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

Medan, Februari 2018

Penyusun

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................. i KATA PENGANTAR............................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 3 A.Rasionalisasi CBR......................................................................................3 B.Tujuan Pembuatan CBR.............................................................................3 C.Manfaat.......................................................................................................3 BAB II IDENTITAS DAN RINGKASAN BUKU................................................. 4 A.Identitas Buku............................................................................................4 B.Ringkasan Buku..........................................................................................5 BAB III KELEMAHAN DAN KELEBIHAN....................................................... 11 A. Kelebihan................................................................................................25 B. Kelemahan.......................................................................................................26 BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 27 A.Kesimpulan................................................................................................. 27 B.Saran........................................................................................................... 27 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 28

2

BAB I PENDAHULUAN

A.Rasionalisasi pentingnya CBR Pentingnya CBR adalah tugas menulis yang mengharuskan kita untuk meringkas dan mengevaluasi tulisan. Tugas CBR berupa buku, bab atau artikel. Dalam menulis CBR kita harus membaca secara seksama dan juga membaca tulisan dari buku lain yang serupa agar kita bisa memberikan tujuan dari tulisan dan evaluasi yang serupa agar kita bisa memberikan tujuan dari tulisan dan evaluasi yang lebih kompherensif, obyektif dan factual.

B.Tujuan Penulisan CBR Tujuan penulisan CBR untuk menambah pengalaman, pengetahuan, dan wawasan ilmu dan juga untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dalam hal mengkritik buku dan membandingkannya dengan buku lain serta untuk menguatkan kemampuan dan skill dalam mengkritisi buku untuk dijadikan bahan CBR.

C.Manfaat CBR Manfaat CBR adalah memberikan informasi atau pemahaman yang kompherensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku yang mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, mendiskusikan lebih jauh mengenai masalah yang muncul dalam sebuah buku.

3

BAB II IDENTITAS DAN RINGKASAN BUKU A. IDENTITAS BUKU 1. Buku Utama Judul Penulis ISBN Penerbit Tahun terbit Urutan Cetakan Dimensi Buku Tebal Buku 2. Buku Pembanding Judul Penulis ISBN Penerbit Tahun terbit Urutan Cetakan Dimensi Buku Tebal Buku

: Ilmu Pengetahuan Sosial untuk KLS VIII SMP : Nana Supriatna : 978-602-01-1358-6 : Grafindo Media Pratama : 2014 :2 : 21cm :x+238 halaman

: Ilmu Pengetahuan Sosial Kls VIII : Drs. K. Wardiyatmoko, M. M : 978-979-015-960-0 : Erlangga : 2009 : 1 (pertama) : 21cm : xiv + 240 halaman

4

B.RINGKASAN BUKU BUKU UTAMA BAB I STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN Psikologi pendidikan perlu dipelajari oleh setiap calon guru karena dengan mempelajari psikologi anak remaja, ia akan mendapat bantuan yang sangat beharga dalam mengemban tugasnya selaku pendidik. Masa kanak – kanak dianggap sebagai tingkat perkembangan yang potensial. Guru berkewajiban emnyediakan lingkungan pendidikan di sekolah untuk member kesempatan bagi pengembangan potensi itu agar mencapai titik maksimal. Ada ahli yang mengatakan bahwa anak pada hakikatnya adalah manusia yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya. Anak bersifat netral-aktif. Interaksi itu berlangsung dalam situasi pendidikan, khususnya di dalam kelas. Psikologi pendidikan tidak hanya memberikan pedoman tentang berbagai teori belajar, sisitem persekolahan, masalah – masalah psikologis anak, tetapi dimulai dari studi tentang perrkembangan dan pertumbuhan anak, sejak tahun – tahun pertama sampai pada tingkat masa remaja. Masalah prinsip dan metode belajar menjadi bagian yang cukup penting sebagai pedoman yang harus dipegang dalam pendidikan di sekolah di samping masalah – masalah belajar kelompok, disiplin kelas, dan masalah perkembangan emosi anak. Bahan studi dalam psikologi pendidikan memuat bahan yang sangat luas dan mendalam. Hal ini adalah karena kebanyakan buku dalam bidang tersebut sebagian berupa penelitian dalam bidang psikologi pendidikan dan sebagian lagi merupakan teori – teori dan konsep – konsep yang berkenan dengan topic – topic tertentu dalam bidang tersebut. Oleh karena itu, wajar apabila studi ini akan lebih mudah dipahami oleh para calon guru yang pernah melakukanstudi awa dalam bidang psikologi pendidikan.

BAB II PENDIDIKAN DI SEKOLAH Pendidikan penyesuaian diri pada kehidupan adalah pendidikan yang bertujuan mempersiapkan para remaja untuk menjadi warga Negara yang demokratis, yang dapat 5

memberikan kepuasan kepada dirinya dan menguntungkan masyarakat, yang mencakup segi etik, moral, fisik, mental, emosional, dan kepuasan personal yang dilaksanakan sesuai dengan kemampuannya untuk berkembang secara maksimal. Pendidikan memberikan kesempatan berkembang secar maksimal, mempelajari peristiwa masa lalu, kesempatan aktif dan kreatif. Pendidikan demikian adalah pendidikan karakter dan tingkah laku yang intern dengan kepriadian manusia. Namun, diakui bahwa pendidikan penyesuaian hidup tidaklah mudah. Ada sejumlah kesulitan yang menghambat pelaksanaannya seperti (1) adanya mata pelajaran yang tersusun secara tradisional sistematis, terbatas, dan bersifat kaku; (2) adanya anggapan sementara orang tua bahwa pendidikan efektif adalah pendidikan yang mampu mempersiapkan para siswa ke perguruan tinggi sehingga pengajarab gagal memenuhi kebutuhan dan minat siswa. Margaret Mead menggambarkan bahwa terdapat perbedaan konsep pendidikan tradisional dengan pendidikan dewasa ini. Konsep pendidikan tradisional berpijak pada konsep umum bahwa pendidikan terhadap pemuda dan anak anak (immature) dicapai melalui transmisi kebijaksanaan zaman melalui kata kata pndidik dan halaman halaman buku. Berbeda halnya dengan masyarakat yang berubah dengan cepat. Jika hanya mentransmisikan pengetahuan, tujuan pendidikan sangat lama tercapainya. Oleh karena itu sistem lainnya adalah lateral transmission kepada setiap anggota masyarakat tentang hal hal yang telah atau baru ditemukan. Tiap individu berbeda satu dengan yang lainnya, baik kesiapan belajar, potensi, karakter, kecerdasan, maupun pengetahuan. Oleh karena itu, pendidikan bukan semata untuk mengembangkan individu, melainkan juga individu dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan harus disesuaikan dengan kapasitas perseorangan dan kecenderungan – kecenderungan mental yang pelaksanaannya melalui sistem kerja.

BAB III GURU DAN BELAJAR – MENGAJAR Guru adalah pribadi kunci di kelas karena besar pengaruhnya terhadap perilaku dan belajar para siswa, yang memiliki kecenderungan meniru dan beridentifikasi. Hal hal yang berpengaruh itu antara lain adalah otoritas akademis dan nonakademis, kesehatan mental, kesenangan, cita cita dan sikap, suasana kelas yang diciptakan oleh guru dan tindakan 6

tindakannya. Pengaruh itu terjadi juga pada perkembangan intelek dan peningkatan motivasi belajar karena terpenuhinya berbagai kebutuhan siswa kendatipun dalam beberapa hal dapat juga menjadi hambatan seperti rasa cemas atau rindakan guru yang keliru. Guru memegang oeran penting dalma upaya mencapai tujuan pendidikan, dan karenanya peningkatan mutu guru sangat urgen. Adanya kemajuan masyarakat dan gejala terjadinya macam – macam konflik mendorong perlunya pelaksanaan bimbingan di sekolah. Peran guru bersifat ganda, yakni sebagai pembimbing kegiatan belajar siswa dan sebagai pengajar dalam proses belajar – mengajar. Kepribadian guru berpengaruh secara langsung dan kumulatif terhadap perilaku siswa. Kepribadian itu antara lain ialah pengetahuan, keterampilan, cita cita, dan sikap serta persepsinya. Perilaku siswa yang terpengaruh misalnya kebiasaan belajar, motivasi, disiplin, perilaku sosial, hasrat belajar. Berkat interaksi antara guru dan siswa secara dinamis, perilaku siswa merupakan cermin dari perilaku guru melalui proses identifikasi. Masalah perilaku siswa yang menyimpang, misalnya kenakalan dan pelanggaran disiplin, dapat diperbaiki dengan penampilan guru yang baik seperti menerima perbedaan individual, bersikap toleran, sabar, ulet, dan penuh pengertian, memberikan saran dan motivasi kontruktif, memperluas nilai – nilai kemanusiaan seperti latar belakang siswa, kapasitas, dan minat. . BAB IV HAKIKAT DAN TEORI BELAJAR Belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam macam keterampilan, dan cita cita. Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, temrasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap. Tidak semua perubahan perilaku berarti belajar. Perubahan tidak selalu harus menghasilkan perbaikan ditinjau dari niali nilai sosial. Salah satu kategori belajar adalah keterampilan – keterampilan sensorimotor, yaitu tindakan tindakan yang bersifat otomatis sehingga kegiatan kegiatan lain yang telah dipelajari dapat dilaksanakan secara simultan tanpa saling mengganggu. Kategori belajar yang lain adalah 7

belajar asosiasi di mana urutan kata kata tertentu berhubungan sedemikian rupa terhadap objek objek, konsep konsep, atau situasi sehingga bila kita menyebut satu cenderung ingat kepada yang lain.keterampilan pengamatan motoris adalah kategori beajar yang

menggabungkan belajr

sensorimotor dengan belajar asosiasi. Guru dapat menolong belajar golongan ini dengan cara mengawasi terbentuknya keterampilan sensorimotor, dengan menjelaskan pemahaman tentang asosiasi – asosiasi yang harus dibentuk, dengan bergerak secara tenang dan lambat sehingga tidak terjadi saling mengganggu dengan gerakan gerakan terdahulu atau dengan latihan dalam berbagai situasi. Dalam rangka pendayagunaan belajar terdapat dua prinsip pokok yakni prinsip kontiguitas dan prinsip ulangan. Prinsip kontiguitas mengajukan bahwa dua hal dapat diasosiasikan jika dialami pada waktu yang hamper bersamaan. Prinsip ulangan terjadinya asosiasi hanya melalui pengalaman yang diulangi.

BAB V POLA DASAR PENGAJARAN Konsep mengajar sering ditafsirkan berbeda beda karena senantiasa dilandasi oleh teori teori belajar tertentu, sedangkan tafsiran tentang belaja juga banyak macam ragamnya. Ada yang merumuskan bahwa mengajar adalah mewariskan kebudayaan nenek-moyang masa lampau kepada generasi baru secara turun menurun sehingga terjadi konservasi kebudayaan. Ada pula yang menyatakan bahwa mengajar adalah proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa. Rumusan lain mengatakan bahwa mengajar adalah aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses belajar secara efektif. Itu sebabnya ada ahli yang lebih menegaskan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku, yang meliputi pengetahuan, kecakapan, pengertian sikap, keterampilan, dan sbagainya. Perubahan perilaku tersebut telah dirancang demikian pula proses belajar mengajar disusun secara sistematis dan terarah dan dilandasi oleh nilai nilai etik dan norma norma tertentu. Dengan demikian, baik hasil belajar maupun cara mencapainya diatur secara formal, sistematis, dan etis.

8

BAB VI TUJUAN PENGAJARAN Tujuan insttuksional merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, ia perlu mendapat perhatian secara khusus dalam tiapodel pengajaran. Tujuan instruksional meliputi tujuan guru dan tujuan diswa. Ada tiga jenis tujuan yang masing masing berbeda satu dengan yang lainnya, yakni tujuan sekolah atau tujuan institusional, tujuan guru, dan tujuan siswa. Ketiga jenis tujuan itu dapat menuntun perkembangan belajar dan mengajar. Tujuan instruksional pada gilirannya dirumuskan dalam bentuk tujuan tujuan perilaku. Proses ini disebut juga deskripsi tugas. Ada tiga jenis tujuan sekolah, tujuan guru, dan tujuan siswa. Ketiga jenis itu berbeda, tetapi berkaitan satu dengan yang lainnya. Tujuan guru dan tujuan siswa disebut tujuan instruksional yang disusun berdasarkan atau bertitik tolak dari tujuan sekolah yang sering disebut tujuan institusional. Penetapan tujuan - tujuan itu dilandasi oleh pemikiran yang bersifat psikologis, yang titik beratnya pada aspek belajar (siswa) dan aspek mengajar (guru). Tujuan sekolah menunjuk pada tujuan tujuan yang luas sesuai dengan keinginan suatu bangsa dan masyarakatnya, yang diusahakan pencapaiannya melalui sistem pendidikan dan administrasi sekolah. Tujuan sekolah adalah rumusan yang luas, tujuan yang berkenaan dengan dimensi dimensi ekonomi politik, dan sosial. Tujuan tujuan ini merupakan kerangka umum untukerumuskan tujuan tujuan yang lebih sempit, spesifik, yakni tujuan tujuan guru dan siswa. Tujuan guru dimaksudkan untuk memberikan rujukan kepada guru dalam memilih, menitikberatkan, dan mengurangi atau menghilangkan mata ajaran, material, dan kegiatan kegiatan sewaktu mempersiapkan rencana pelajaran, pengajaran kelas, atau studi lapangan. Tujuan guru dinyatakan dalam aspek pengetahuan (atau pemahaman), sikap (atau apresiasi), dan keterampilan. Suatu cara untuk merumuskan tujuan instruksional ialah mengidentifikasi produk akhir pengajaran berupa perilaku yang dapat diamati.

BAB VII DASAR DASAR PERKEMBANGAN

9

Pertumbuhan dapat dipandang sebagai pertambahan dalam ukuran badan, tetapi dalam literatur pendidikan dan psikologi istilah pertumbuhan meliputi kematangan, perkembangan dan belajar. Kematangan menunjuk pada proses intrinsik dari pemcapaian tahap tahap perkembangan. Kematangan lebih merupakan merupakan gejala biologis daripada grjala psikologis atau belajar. Perkembangan mrnunjuk pada perubahan yang ptogresif dalam organisme, bukan saja perubahan dalam segi fisik, melainkan juga dalam segi fungsi, misalnya kekuatan dan koordinasi. Belajar merupakan aspek dari perkembangan yang menunjuk kepada perubahan perilaku sebagai hasil dari praktik dan pengalaman. Secara psikologis hakikat perkembangan mencakup pertumbuhan yang mengandung aspek aspek kematangan, perkembangan, belajar, dan perkembangan kepribadian. Prinsip prinsip yang mendasari perkembangan menggambarkan adanya interkasi antara organisme dan lingkungan, perkembangan berlangsung lebih cepat pada tahun tahun permulaan, keberhasilan latihan bergantung pada tingkat kematangan, pola pola perilaku berkembang secara berurutan, laju perkembangan bersifat individual dan bersifat konstan, dan merupakan diferensiasi dan integrasi yang secara keseluruhan mempunyai implikasi tertentu terhadap pendidikan. Berdasarkan beberapa defenisi dari beberapa ahli, dapat dirumuskan bahwa "intelegensi" adalah kemampuan untuk memudahkan penyesuaian secara tepat terhadap berbagai segi dari keseluruhan lingkungan seseorang. Fungsi utama intelegensi terletak pada kemampuan menyesuaikan diri dalam arti yang luas. Hubangan hubungan intelegensi meliputi faktor faktir usia, hereditas, lingkungan, jenis kelamin, ras, atau suku bangsa. Perubahan IQ terjadi pada luasnya perubahan, dan faktor faktor yang berkaotan dengan perubahan IQ itu adalah faktor pendidikan lebih awal, perubahan lingkungan, dan iklim di dalam lingkungan. Berdasarkan tingkat kecerdasan dapat dikategorikan karakteristik anak-anak yang cerdas dan anak anak yang tergolong lamban, yang pada gilirannya punya implikasi tertentu terhadap proses belajar dan mengajar.

BAB VIII ANAK SEBAGAI SISWA Anak anak umumnya menyenangi proses kegiatan, bukan hasil kegiatan. Hal ini menandai perilaku anak. Kebutihan dasar anak terdiri atas kebutuhan akan tujuan tujuan yang 10

dekat karena mereka belum memiliki konsep waktu yang jelas, kebutuhan akan sukses berdasarkan aspirasi dan pengalaman masa lampau dan konsep tentang dirinya, kebutuhan akan hal hal yang rutin dan konsisten karena adanya perubahan perubahan sering menyebabkan gangguan emosional, dan karenanya guru hendaknya senantiasa bersikap konsisten untuk mengurangi rasa cmeas, membenarkan tindakan tertentu, memudahkan penguasaan kebiasaan kebiasaan. Selain itu, anak memiliki kebutuhan untuk bermain karena hal itu merupakan kehiatan alami dan bermakna bagi anak, kebutuhan untuk diterima dan dibenarkan oleh lingkungan untuk mencegah terjadinya frustasi dan perasaan tidak berharga atau todak penting, kebutuhan akan pendidikan dari oramg tua karena hal itu besar pengaruhnya terhadap tindakannya di luar rumah, disekolah dan di lapangan pekerjaan nantinya. Faktor faktor psikologis dalam transaksi belajar mengajar didasarkan atas pertimbangan pertimbangan (1) penerimaan guru terhadap siswa karena percaya diri dan mengakui keterbatasan siswanya, (2) rasa aman yang didasari oleh rasa disenangi dan diterima oleh guru, (3) perbedaan individual antara siswa dan cara gurumemberikan pelayanannya, (4) guru bertindak melalui cara cara yang demokratis di kelas, dan (5) sikap bersahabat antara guru-siswa yang dilandasi oleh rasa kasih sayang yang murni. Faktor lainnya ialah adanya perilaku siswa yang dianggap menyimpang, yang disebabkan oleh tindakan guru yang dianggap menyimpang, yang disebabkan oleh tindakan guru yang otoriter, dan kurangnya rasa percaya diri pada anak, masalah gangguan disiplin kelas yang disebabkan oleh perilaku siswa yang menyimpang itu, gejala frustasi pada anak anak, misalnya agresi kronis, submission, pengasingan diri, dan sakit psikomatis, dananak anak yang mampu menyesuaikan diri karena adanya hubungan yang akrab antara anak dan orang tuanya. Ada dua pendekatan pendidikan sekolah dasar. Yang pertama ialah pendekatan radikal berdasarkan teori bahwa hakikat manusia itu baik dan bijaksana, dana anak harus dibebaskan dari ikatan dan hambatan. Pendekatan lainnya adalah Walden Two dengan cara melakukan kontrol terhadap hal hal yang mempengaruhi perkembangan anak.

BAB IX REMAJA SEBAGAI SISWA Studi tentang remaja agak sulit karena para remaja sudah mulai banyak meninggalkan lingkungan rumah dan memasuki lingkungan kebudayaan yang lebih luas. Banyak dilema para 11

remaja disebakan oleh hal hal bersifat kultural. Oleh karena itu, studi tentang remaja harus dibarengi dengan studi tentang kultur. Dalam kenyataannya, fase perkembangan yang disebut adolesences terutama bersifat kultural alih alih bersifat psikologis atau gejala pertumbuhan. Pengertian dasar tentang istilah adolesences hanyalah pertumbuhan ke arah kematangan. Ini adalah periode antara usia 14 - 25 tahun untuk laki laki antara usia 12 -21 tahun untuk perempuan. Dalam dunia yang mengalami perubahan yang cepat, memang tidak bisa dihindarkan bahwa tingkah laku sebagian remaja mengalami ketidaktentuan tatkala mereka mencari kedudukan dari identitas. Para remaja bukan lagi kanak kanak, tetapi juga belum menjadi orang dewasa. Mereka cenderung dan bersifat lebih sensitif karena perannya belum tegas. Keunikan para remaja terletak pada individu individunya. Para remaja membutuhkan pengalaman pengalaman baru. Pada masa kanak kanak, pengalaman baru ini diperoleh dalam keluarga atau dari tetangga. Sewaktu mereka meningkat menjadi remaja, mereka mencari pengalaman baru di luar rumah dan tetangga. Mereka masih membutuhkan juga pengakuan dari orang tua dan tetangganya, tetapi kebutuhan untuk diakui olrh teman sebayanya lebih kuat pengaruhnya. Banyak program remaja yang gagal sebelum dimulai karena program tersebut direncanakan dan diorganisasi oleh para ahli, lalu didesakkan jepada remaja seperti halnya baginorang dewasa. Dalam dunia pendidikan, program program bimbingan, perbaikan kurikulum, dan sebagainya banyak mengalami kegagalan bukan karena adanya kekeliruan, melainkan karena hal hal itu didesakkan kepada para remaja. BAB X BELAJAR DAN MENGAJARKAN PERILAKU Konsep adalah suatu kelas atau kategori stimulus yang memiliki cirri cirri umum yang berupa atribut konsep, atribut nilai nilai, jumlah atribut, dan kedominan atribut. Konsep terdiri atas dua jenis, yakni konsep konjungtif dan konsep disjungtif. Langkah langkah pengajaran konsep terdiri atas penetapan perilaku yang bakal diperoleh siswa, pengecilan jumlah atribut yang terdapat di dalam konsep yang kompleks, penyediaan mediator verbal bagi siswa, pendemonstrasian contoh contoh positif dan negative, penyajian contoh contoh kepada siswa, penguatan respons siswa, dan pemberian penilaian. Langkah – langkah pengajaran prinsip terdiri atas penetapan perilaku yang diharapkan, penunjukan prinsip yang harus diungkapkan kembali, 12

pengungkapan kembali penguasaan prerekuisit, penyusunan konsep menjadi prinsip, pelatihan pengembangan dan pemberian penilaian. Keterampilan motorik adalah serangkaian gerakan otot untuk menyelesaikan tugas dengan berhasil. Keterampilan memiliki karakteristik menunjukkan rangkaian respons motorik, melinbatkan koordinasi gerakan tangan dan mata, mengorganisasi rangkaian rangkaian respons menjadi pola pola respons yang kompleks. Belajar keterampilan terdiri atas tahap tahap kognitif,fiksasi, dan otonom. Kondisi – kondisi belajar keterampilan adalah contiguity, latihan, dan balikan. Prosedur belajar – mengajar keterampilan meliputi telaah keterampilan, penilaian perilaku

dasar

siswa,

pengembangan

latihan

dalam

komponen

unit

keterampilan,

pendemonstrasian keterampilan kepada siswa, dan penyediaan kondisi belajar keterampilan.. Hal hal yang dapat menjadi perintang adalah rote learning, khayalan, kebiasan guru yang ingin menjawab semua pertanyaan siswa, dan ketidaksesuaian antara masalah dan pengalaman siswa.

BAB XI PENGALAMAN BELAJAR Kemampuan para siswa berbeda beda sehingga membuat perrbedaan terhadap metode dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuannya. Harold Guetzkow dan Lowell Kelly menekankan bahwa metode yang cocok adalah komparasi metode diskusi dengan metode lainnya. Menurut pendapatnya komparasi metode diskusi dengan metode mengajar lainnya merupakan tugas yang autokratis dan metode ini lebih disukai oleh para siswa. Belajar kelompok dilakukan melalui proses kelompok yang memiliki karakteristik relasi, interaksi, partisipasi, kontribusi, afeksi, dinamika, dan mengandung unsur unsur kebutuhan, masalah, nilai tujuan, tanggung jawab individu, dan pertukaran pendapat. Bentuk proses kelompok adalah kerja kelompok berdasarkan masalah atau proyek, kegiatan memecahkan masalah, diskusi kelompok, peran dalam kelompok, peran anggota umum, dan bermain peranan. Pelaksanaannya berdasarkan prinsip prinsip tujuan masalah, menghimpun sumbang saran, pembagian tanggung jawab, partisipasi aktif, tata kerja demokratis, kepemimpinan yang terbagi, penilaian yang sinambung, partisipasi guru, partisipasi yang efektif dan luas, dan adanya pengakuan terhadap anggota kelompok.

13

Pengajaran individual didasarkan atas perbedaan individual siswa mengenai kecerdasan, bakat, keadaan jasmani, penyesuaian sosial dan emosional, latar belakang keluarga, prestasi belajar, dan kesulitan atau handicap. Kepada mereka perlu diberikan pengalaman yang bermakna, antara lain dengan teaching machine, perluasan kesempatan belajar, pelaksanaan prinsip memilih sendiri kurikulum dan metode, pelaksanaan prrinsip prinsip belajar di kelas, dan pengajaran teori ilmiah dengan cara menggunakan alat autoinstruksional. Bentuk bentuk pengajaran individual terdiri atas akselarasi dan program tambahan, pengajaran individual, kelas khusus bagi anak yang cerdas, pengayaan dan perluasan kurikulum, pelajaran pilihan, pemberian tugas yang beragam dan perluasan pilihan, pemberian tugas yang beragam, sistem tutorial, kelas remedial, bimbingan individual, pengelompokkan berdasarkan abilitas, pengelompokkan informal, dan periode supervisi individual.

BAB XII MOTIVASI BELAJAR Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan kea rah tujuan tertentu di mana sbeelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan dorongan dasar atau internal dan insentif di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat minat. Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam dan komponen luar. Komponen dalam ialah perubahan di dalam diri seseorang keadaan merasa tidak puas, ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen dalam ialah kebutuhan kebutuhan yang hendak dipuaskan, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai. Guru harus menyusun suatu rencana tentang cara cara melakukan tindakan serta mngumpulkan bahan bahan yang dapat membangkitkan serta menolong para siswa agar mereka terus melakukan usaha usaha yang efektif untuk mencapai tujuan tujuan belajar. Suatu teori menyatakan bahwa pemberian motivasi harus berasal dari pemenuhan kebutuhan dasar para siswa itu.

14

Penggerakkan motivasi belajar didasarkan atas prinsip prinsip memberikan pujian lebih efektif dibandingkan dengan hukuman, pemuasan kebutuhan kebutuhan psikologis, motivasi yang timbul dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar, penguatan atas jawaban atau perbuatan yang sesuai dengan keinginan, motivasi mudah menjalar kepada orang lain, pemahaman tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi, tugas tugas yang timbul dari dalam individu akan menimbulkan minat yang lebih besar, perlunya pujia yang datangnya dari luar, prosedur mengajar yang bervariasi efektif untuk memelihara minat, minat khusus berguna untuk mempelajari hal hal lain, kegiatan kegiatan yang dapat merangsang minat siswa yang kurang, tekanan kelompok siswa lebih efektif, motivasi terkait dengan kreativitas.

BAB XIII BIMBINGAN DAN BELAJAR Kebutuhan akan bimbingan bagi para siswa disebabkan oleh perkembangan kebudayaan yang sangat pesat, yang mempengaruhi perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Sejak zaman Socrates tekah mulai disadari pentingnya bimbingan (guidance) ini. Namun, gagasan ini baru dilaksanakan pada permulaan abad ke 20. Pelaksanaannya dalam bidang pendidikan baru dimulai sejak tahun1908-an. Program bimbingan sangat berkembang terutama di Amerika Serikat. Hal ini disebabkan oleh pengaruh pandangan – pandangan baru dalam pendidikan dan pengaruh perkembangan sosial ekonomi. Kedua bentuk pengaruh ini mempengaruhi keaadaan persekolahan. Pandangan baru dalam pendidikan itu antara lain ialah penyediaan kesempatan berkembang secara oprtimal bagi setiap siswa dan perlunya pembinaan perseorangan agar perkembangan itu mencapai harapan yang diinginkan. Pengaruh pengaruh itu mendorong perlunya dilakukan peninjauan kembali kurikulum dan strategi belajar mengajar, terutama disekolah sekolah menengah. Masalahnya ialah banyaknya siswa yang tidak dapat melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dan karenanya mereka perlu dibantu agar mendapat tempat dalam dunia pekerjaan.

15

BAB XIV PENILAIAN PERILAKU Penilaian berfungsi untuk membantu siswa untuk merealisasikan diri, memperoleh kepuasan, memanfaatkan keefektifan metode mengajar, dan untuk pertimbangan administratif. Tujuan penilaian terutama di titik beratnya pada pemberian informasi tentang kemajuan individu yang berguna untuk melakukan pembinaan kegiatan belajar siswa, untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa, member motivasi belajar, dan untuk membantu pertumbuhan siswa dan bimbingan belajar. Penilaian dilaksanakan berdasarkan asas asas kuantitas dan kualitas, berkesinambungan, bersifat keseluruhan, bersifat objektif, bersifat kooperatif, dan bersifat konstruktif. Alat ukuran harus memiliki validitas, artinya benar benar mengukur apa yang hendak diukur; keandalan, artinya hasilnya menunjukkan ketetapan; objektifitas, artinya mengukur apa adanya tanpa dicampuri penafsiran yang tidak ada kaitannya dengan alat ukur itu, efisiensi, artinya penggunaannya tanpa menggunkan banyak waktu, uang, dan tenaga, namun hasilnya memuaskan, kegunaan, artinya berguna untuk memperoleh keterangan keterangan yang diperlukan. Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan tes baik lisan maupun tertulis. Tes tertulis terdiri atas sejumlah soal yang disusun dalam bentuk uraian dan atau bentuk objektif. Soal soal bentuk objektif disusun dalam bentuk jawaban singkat, benar salah, menjodohkan, dan pilihan ganda yang pada umumnya disusun untuk menilai aspek pengetahuan. Keterampilan terdiri atas keterampilan keterampilan kognitif, psikomotor, reaktif, dan interaktif yang masing masing meliputi dua kategori, yakni reproduktif dan produktif. Kategori keterampilan pada gilirannya menuntut cara dan alat nilai tersendiri yang berbeda. Jenis tes yagng dapat digunakan terdiri atas: tes presepsi, tes prasyarat, tes strategi, tes tindakan, dan observasi. Sikap merupakan tingkat afeksi yang positif atau negatif yang dihuubungkan dengan objek psikologis.

16

BUKU PEMBANDING BAB I PENDAHULUAN Pengertian dan definisi Psikologi Pendidikan dapat dilihat dari dua sudut yakni etimologi dan terminologi. Menurut etimologi (asal usul kata) Psikologi Pendidikan dapat dijabarkan dalam dua kata yakni "Psikologi" dan "Pendidikan". Psikologi pertama secara etimologi adalah istilah hasil peng-Indonesia-an dari bahasa asing, yakni bahasa Inggris "Psychology". Istilah Psycology sendiri berasal dari kata-kata Yunani "Psyche", dan dapat diartikan sebagai roh, jiwa atau daya hidup, dan "logis" yang dapat diartikan ilmu. Kedua secara terminologi maka psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari atau menyelidiki pernyataan (Sujanto, 1985:1). Psikologi pendidikan lebih merupakan ilmu yang dapat diterapkan dalam kehidupan aehari-haei khisusnya tentang bagaimana masyarakat kita mengelola belajar. Hubungan guru dengan murid dan lain sebagainya. Psikologi Pendidikan yang membidangi kajian praktis tentang kependidikan memiliki kepling yang spesifik yakni sebagai berikut: 1. Objek Ada 2 macam obyek ilmu pengetahuan yakni objek materia dan obyek forma. Obyek materia ialah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan obyek penyelidikan suatu ilmu, sedangkan obyek forma ialah obyek materia yang disoroti oleh suatu ilmu sehingga membedakan ilmu satu dengan ilmu lainnya jika berobyek materia sama (Ansari, 1987:50). 2. Metode Beberapa metode yang lazim digunakan dalam psikologi pendidioan adalah sebagai berikut: a. Metode Observasi b. Metode Eksperimen dan Tes c. Metode Kuestioner dan Interview 17

d. Metode Studi Khusus d. Metode Sosiometri f. Metode Statistik. C. Kedudukan dan Hubungan Psikologi Pensidikan dengan Ilmi Lain Untuk mengetahui kedudukan dan hubungan satu disiplin ilmu seperti Psikologi Pendidikan, maka ada dua pendekatan yakni; pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. 1. Pendekatan Deduktif 2. Pendekatan Induktif BAB II PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK Pada diri seorang anak gejala perumbuhan dan perkembangan selalu menyatu dalam proses pendidikan atau proses belajar yang dialami anak. Hal ini erat kaitannya dengan tingkat kemampuan, keinginan serta kejenuhannya yang menjadi tingkatan bagi kegiatan belajar dan tentunya akan berpengaruh pada hasil belajar. Mencermati gejala pertumbuhan tersebut, Dalyono menegaskan bahwa; Pertumbuhan pada masing-masing individu dalam segi proses hal umum yang sama, tetapi dalam hal-hal yang khusus belum tentu sama. (Dalyono, 1997:63) Dalam kajian teoritis mala gejala pertumbuhan yang dicerminkan dalam perkembangan jiwa seorang disestematisasikan pada pengelompokkan usia sebagai berikut: A. Masa kanak-kanak yaitu sejak lahir sampai 05.00 B. Masa anak yaitu umur 06.00 sampai 12.00 C. Masa pubertas yaitu masa 13.00 sampai kl. 18.00 bagi anak putri dan sampai umur 22.00 bagi anak putra. D. Masa Adolesen sebagai masa transisi kemasa dewasa. (Sujanto, 1986) BAB III BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 18

Pengertian belajar menurut James Owhitetaker sebagai mana dikutip Abu Ahmadi adalah: Learning is the process by which behavior (in the broader sense originated of changer through pracise or training). Artinya belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan (Ahmad dkk, 1991:119). Ciri ciri kematangan belajar adalah: Aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual, maupun potensial. Perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama

BAB IV TEORI-TEORI BELAJAR Secara garis besar teori belajar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pembagian ini didasarkan atas pandangan belajar dalam mengenal manusia yakni: Pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulis yang terdapat dalam lingkungan. Menurut pandangan ini manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol. Caranya adalah dengan mengontrol stimulus stimulus yang ada dalam lingkungannya. Hukum hukum yang berlaku bagi alam pada umumnya berlaku bagi manusia. Pandangan seperti ini dikenal dengan Behavioristik, dengan ciri-cirinya: 1) Mementingkan pengaruh lingkungan, 2) Mementingkan bagian-bagian, 3) Mementingkan peranan reaksi, 4) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar, 5) Mementinkan sebab sebab diwaktu yang lain, 6) Mementingkan pembentukkan kebiasaan, 7) Dalam pemecahan masalah masalah ciri khasnya trial and error BAB V KEMAMPUAN DAN INTELIGENSI Kemampuan Dasar Manusia

19

Setiap individu adalah hasil dari dua keturunan atau dua faktor utama yakni; hereditas dan lingkungan. Kedua faktor inilah yang sangat berati mempengaruh pertumbuhan dan perkembangan anak. Kognitif, Afektif dan Psikomotor Tujuan pendidikan atau tujuan instruksional telah lama dirumuskan oleh para ahli rancangan pembelajaran. Dalam perkembangan mereka banyak memperoleh keberhasilan-keberhasilan baik dalam bidang item yang akan diukur serta metode pengukuran itu sendiri. Inteligensi Inteligensi terkait erat dengan tingkah kemampuan seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik itu kemampuan secara fisik maupun nonfisik. 1. Arti Inteligensi Menurut William Stern Inteligensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan. 2. Tingkah laku Intelegensi Inteligensi sebagai suatu aktivitas oleh G.D. Stonddard dinyatakan adalah kegiatan untuk memecahkan problem yang demikian nyata dengan ciri-ciri sebagai berikut: Problema itu harus tergolong sulit, Problem itu mengandung kerumitan atau kompleks, Problem itu memerlukan daya mengabstraksi, Tingkahlaku untuk melaksanakan pemecahan problem itu harus cepat, Tingkahlaku dalam melaksanakan pemecahan problem sadar tertuju kepada tujuan tertentu, Problem itu memiliki nilai social, Cara yang digunakan dalam pemecahan problen itu orisional atau asli, yaitu penemuan sendiri.

BAB VI KECERDASAN JAMAK Kesempurnaan kepribadian manusia adalah tujuan hidup semua ummat, menuju kepada kesempurna tentu memerlukan belajar, latihan, meditasi penyadaran dan lain sebagainya. Yang paling rasional adalah dengan belajar manusia akan mendapatkan hasil, bila belajar 20

didayagunakan atau diprogram secara tepat dan benar maka akan memperoleh hasil seperti yang diinginkan. Berikut ini teori mengenai kecerdasan jamak 1. Goelman mengemukakan, bahwa kehidupan mental manusia dibentuk dari dua pikiran yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional yang bekerja dalam keselarasan yang erat dan saling melengkapi. (Golemen, 2001:11-12). Kecerdasan pikiran rasional diukur dengan IQ (Intelligense Question). Test IQ digunakan sebagai dasar meramalkan kemampuan bidang karir akademik. 2. Gardner yang terkenal dengan kecerdasan jamak tidak memandang kecerdasan manusia sema berdasar secor tes standar, tetapi meliputi tujuh macam kecerdasan manusia yaitu: 1) Linguistik intelegence (kecerdasan linguistik); 2) Logical mathematical intelegence (kecerdasan logika matematika); 3) Spatial intelligence (kecerdasan spesial berpikir dalam tiga dimensi); 4) Bodily-kinesthetic intelegence (kecerdasan kinestetik tubuh); 5) Musical Intelligence (kecerdasan musik); 6) interpersonal Intelligence (kecerdasan interpersonal); 7) Intrapersonal Intelligence (kecerdasan personal) Memperkenalkan kecerdasan jamak dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dalam tiga bentuk utama yakni; orientasi kurikulum, metodologi pengembangan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran.

BAB VII KECAKAPAN BAHASA Bahasa lahir dari perlunya interaksi dan komunikasi baik antara individu dengan idividu lain, antara individu dengan kelompok,antara individu dengan bukan manusia dan lain sebagainya. Jadi bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi suara, yang dihasilkan oleh alat ucapa manusia (Djiwandono, 2002 : 77). Perkembangan kecakapan bahasa beriringan dengan pertumbuhan seseorang, hal ini bila keadaan pada seorang anak berjalan normal tanpa hambatan atau gangguan. Tugas-tugas pwerkembangan bahasa secara umum dapat dipilah dalam beberapa hal bagian yaitu : 1) perkembangan

21

kecakapan bahasa lisan, 2)Perkembangan kecakapan mengeja, 3) Perkembangan kecakapan membaca, 4) Perkembangan penguasaan kosakata, 5) Perkembangan kecakapan bahasa. Seseorang juga memiliki kecakapan dalam menguasai bahasa asing dengan lancar, dengan melakukan beberapa proses belajaran maupun adaptasi terhadap lingkungan yang dia datangi.Dalam perkembangan bahasa seseorang, lingkungan juga haruslah mendukung seperti adanya fasilitas dan sarana , komunikasi yang baik dimasyarakat,dll. Sehingga menghasilkan kecakapan bahasa yang baik. Dalam mengembangkan kecakapan bahasa seseorang perlu adanya usaha dalam belajar baik disekolah maupun lingkungan. Anak juga membutuhkan suplemen dalam hal belajar dan mengembangkan kecakapan bahasa anak tersebut.

BAB VIII DIMENSI KREATIVITAS DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN Berpikir kreatif sebagai sebuah sistem dapat dipandang dari berbagai sudut disiplin ilmu. Berpikir adalah aktualisasi dari cara kerja otak. Kreatifitas adalah produk dari tata cara berfikir yang baik dan benar. Berfikir kreatif memiliki syarat-syarat yang h arus dipenuhi yaitu :1) kreativitas memperlihatkan respon atau gagasan yang baru atau secara statistik sangat jarang terjadi. 2) dapat memecahkan persolan secara realistis. 3) usaha untuk mempertahankan insight dan orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin. Pendidikan untuka nak kreativ daat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki pengetahuan yang dapat membuat anak tersebut menjadi berpikir kreatif. Analisis pengembangan kreativitas dapat dilakukan dalam tiga tataran utama yaitu : 1) tataran konsep. 2) tataran kebijakan. 3) Tataran praktis.

BAB IX PERAN MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN Motivasi adalah hal yang menyebabkan kita untuk melakukan kegiatan, memilih satu tindakan apalagi keputusan. Ada tiga kata kunci dalam motivasi yaitu : 1) adanya dorongan yang menjadikan seseorang mengambil tindakan. 2) ada pertimbangan apa yang harus diperioritaskan tentang tindakan alternatif yang diambil. 3) adanya lingkungan yang memberi atau menjadi sumber masukan dan pertimbangan untuk dapat melakukan tindakan pertama dan kedua. 22

Dalam motivasi juga diperlukan adanya pengendalian sehingga motivasi tersebut sesuai dengan apa yang ingin dicapai dan tidak keluar dari batas-batasa yang ada. Motivasi dalam belajar sangatlah penting dalam kemauan seseorang dalam belajar. Motivasi ada ua golongan yaitu : 1) motiv primer, 2) motiv sekunder.

BAB X MASALAH KESULITAN BELAJAR Setiap anak memiliki masalah atau kesulitan dalam belajar, hal ini terjadi oleh beberapa faktor yaitu : faktor intern, dan faktor ekstern. Dalam hal ini setiap orang harus bijak dalam menangani masalah ini , karena ada beberapa cara yang kemungkinan tidak cocok bagi anakdalam belajar sehingga orang tersebut susah dalam belajar. Secara umum ada enam tahap dalam mengatasi kesulitan belajar yaitu : 1) Pengumpulan data, 2) pengolahan data, 3) disgnosis, 4) prognosa, 5) tratmen/perlakuan, 6) evaluasi. Masalah yang sering terjadi adalah masalah lupa dengan belajar, fenomena lupa ini merupakan suatuhal yang tidak dapat diceritakan kembali secara sederhana karena sebagian informasi yang didapatkan ada yang hilang. Biasa dalam belajar ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya fenomena lupa ini yaitu karena materi yaang dipelajari dan dikuasai tidak pernah atau jarang digunakan kembali, perubahahan syaraf otak, adanya tekanan terhadap item yang telah ada, dll. Menurut hasil pendapat dari beberapa ahli ada beberapa cara untuk mengatasi keadaan lupa ini yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Overlearing Exta Study Time Memonic Device Clustering Distributed Praktice The Serial Position Effecit

BAB XI PENDIDIKAN KEPRIBADIAN Secara psikologi kepribadian seseorang berbeda pada setiap individu dan kepribadian manusia sangatlah unik. Masing-masing orang memiliki sifat, watak dan temperamen yang berbeda. Dalam hal ini pendidikan keluarga sangat penting dalam membentuk kepribadian seseorang terutama pada anak-anak. Setiap anggota keluarga haruslah mengajarkan dan

23

mempraktekan sikap yang baik dan juga hal-hal yang tidak boleh dilakukan sehingga seseorang tersebut watak, sifat, dan temperamennya akan seimbang dan baik-baik saja. Dalam hal membuat anak semangat dan ketagihan belajar orang tua ada baiknya nenberikan sarana atau artikel yang cocok dengan kepribadian anak anda, ehingga anak tersebuta akan ketagihan dalam belajar.

24

BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

A. KELEBIHAN BUKU UTAMA 1.

Memiliki penjelasan yang bagus mengenai isinya

2. Disertai dengan gambar yang mendukung 3. Bahasa asing ditulis dengan miring dan memiliki penjelasan BUKU PEMBANDING 1. Ada gambar dalam penjelasan isinya 2. Adanya teori dari para ahli yang mendukung 3. Penulisannya juga bagus B. KEKURANGAN BUKU UTAMA 1. Ada beberapa kata yang penulisannya berlebihan 2. Ada beberapa kata yang penulisannya salah BUKU PEMBANDING 1. Ada beberapa bahasa asing yang tidak diberikan penjelasan Ada beberapa kata yang kurang tepat

25

BAB IV PEBUTUP A. Kesimpulan Jadi kedua buku ini memiliki penjelasan mengenai tentang bagaimana pntingnya psikologi pendidikan dalam menangani perilaku siswa yang berbeda. Kedua buku ini cocok bagi para calon guru yang ingin lebih mengetahui tentang siswanya dan cara menangani karakter, kelebihan, kekurangan, dan keahlian yang dimiliki oleh anak didinya sehingga menjadikan guru tersebut guru yang kompeten dan disukai oleh siswanya. Dari mengetahui setiap kelebihan dan kekurangan serta karakter anak kita dapat memberikan cara yang baik untuk memberikan ilmu kepada masing-masing anak. Sehingga anak tersebut memiliki karakter dan ilmu yang bagus. B. Saran Kedua buku ini bisa menjadireferensi dan penambah informasi bagi para pembaca yang ingin lebih mengetahui mengenai psikologi. Pereview juga berharap para pembaca dapat memberikan saran tentang CBR ini agar kelak dapat membuat yang lebih baik lagi.

26

DAFTAR PUSTAKA Hamalik Oemar. 2014. “Psikologi Belajar dan Mengajar”. Bandung : sinar Baru algensindo Mardianto. 2016. “Psikologi Pendidikan”. Bandung : Citapustaka Media Perintis

27

Related Documents

Psikologi
May 2020 39
Psikologi
April 2020 48
Psikologi
May 2020 36
Psikologi
May 2020 33
Psikologi
June 2020 36

More Documents from "erlina"

Medpart.docx
April 2020 0
Jurnal.pdf
May 2020 0
Rpp Pertemuan1.docx
December 2019 1
Tugas Agama.doc
May 2020 0