BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian inilah yang mempengaruhi tingkah laku individu khususnya peserta didik dalam proses belajar yang kaitannya untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Kepribadian menjadikan indivu satu dengan yang lainnya tidak sama.
Pembinaan kepribadian bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa dan negara. Pada hakekatnya pembinaan kepribadian siswa merupakan sebuah aspek yang sangat sentral dalam pendidikan. Keberadaan pembinaan kepribadian dimulai sejak dini, sehingga dalam hal ini sudah menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan untuk perbaikan sikap maupun moral siswa. Dalam pembinaan kepribadian siswa lebih ditekankan dalam watak, kepribadian, budi pekerti, sikap dan perilaku siswa.
Pembinaan kepribadian siswa tidak bisa hanya dengan kegiatan proses belajar mengajar saja, melainkan pembinaan kepribadian moral siswa disertai oleh pengaruh lingkungan bermain, keluarga, dalam upaya mengembangkan karakter sosialisasi siswa. Pembinaan watak tidak sekedar pembelajaran mengetahui tentang yang baik dan buruk, tentang sikap benar dan salah, tetapi merupakan proses pelatihan pembiasaan terus menerus tentang sikap benar dan baik, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan.
Dalam hal lain pemerintah memiliki upaya dalam membina kepribadian siswa untuk membentuk karakter peserta didik dapat dilakukan melalui suatu bimbingan, pengajaran, pembinaan dan latihan agar membantu untuk peserta didik menuju kearah tercapainya kepribadian yang dewasa. Dengan demikian, pendidikan harus betul- betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, disamping memiliki budi pekerti yang luhur dan akhlak yang mulia.
Untuk membangun kepribadian bangsa melalui pendidikan tentu dibutuhkan pendidikan yang bermoral pula, yaitu pendidikan yang baik. Untuk pembinaan moral/kepribadian dalam mewujudkan siswa yang berkarakter pemerintah mengeluarkan Undang – Undang nomor 20 tahun 2003, Pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab .
Upaya pemerintah dalam membentuk karakter peserta didik dapat dilakukan melalui pelatihan,
pembinaan
dengan
cara
mengajarkan
dan
bimbingan
siswa
dalam
mengembangkan potensi diri, guna memiliki spiritual keagaman,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa maupun negara.
Adanya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menandakan bahwa negara memiliki tanggung-jawab dalam akses pendidikan terhadap rakyat.
Guru bimbingan dan konseling sebagai pendidik di sekolah mengarahkan layanan dan kegiatannya untuk membantu agar siswa tumbuh dan berkembang mencapai kepribadian yang sesuai (mandiri dan optimal), untuk itu semua pihak harus memberikan dukungan agar upaya guru bimbingan dan konseling itu berhasil.
Sebagaimana telah ditetapkan layanan dan kegiatan pendukung guru bimbingan dan konseling. Layanan tersebut diarahkan kepada siswa untuk mendukung mereka agar berkembang secara baik, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan ( terutama yang baru), mampu menyiapkan dan merencanakan masa depan serta masalah mereka dapat dientaskan jika mereka mengalami masalah dalam kehidupannya baik di sekolah maupun dalam masyarakat dan keluargaserta pemerintah.
Layanan dan kegiatan pendukung dalam bimbingan dan konseling itu sesungguhnya dimuarakan kepada pengembangan kepribadian siwa, yaitu tumbuh kembangnya kepribadian yang sesuai dengan tuntutan perkembangan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat maupun pemerintah. Kepribadian yang diharapkan itu adalah yang sehat, terbuka dan siap menghadapi setiap perubahan serta mampu menyesuaikan diri secara positif dan dinamis untuk membentuk masa depan.
Salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling itu adalah bimbingan kelompok, yaitu kegiatan diskusi secara kelompok ( kecil,sedang maupun besar ) untuk membahas masalah yang sedang dialami secara bersama. Tujuan utamanya adalah selain melatih atau membina siswa untuk mengeluarkan atau menyampaikan pendapat juga membentuk dana membina komitmen bersama dalam menaggulangi masalah yang sedang dipersoalkan itu.
Banyak topik-topik yang dibahas terkait langsung dengan
kehidupan
pribadi dan
persoalan belajar siswa, sehingga siswa yang mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok secara rutin dan aktif ( sesuai yang diprogramkan ) dapat mengembangkan kepribadiannya kearah yang positif dan dinamis. Karena itu dapat diharapkan keaktifan dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok akan melahirkan kepribadian siswa yang benar dan sesuai atau yang disebut dengan kepribadian terbuka.
Dengan berlandasan pada Pancasila dan undang-undang dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Membina kepribadian siswa dan mengembangkan jati diri manusia Indonesia seutuhnya, dalam pembekalan pengetahuan, kerampilan, watak dan kepribadian yang mampu menjadi insan teladan dan memiliki moral yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Darmadi (2009 : 18) mengatakan bahwa: sosok manusia yang diharapkan dalam mengembangkan jati diri manusia Indonesia seutuhnya adalah : 1. Beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Menguatkan nilai sosial dan etis 3. Memiliki kepribadian yang tangguh 4. Berdisiplin 5. Kerja keras 6. Bertanggungjawab 7. Mandiri 8. Cerdas 9. Berketerampilan tinggi 10. Sehat jasmani 11. Sehat rohani 12. Cinta bangsa dan Negara 13. Berkesadaran Nasionalisme yang tinggi 14. Memiliki kesadaran solidaritas sosial 15. Percaya diri 16. Inovatif 17. Kreatif 18. Berjiwa pembangun 19. Memiliki loyalitas yang tinggi
Berdasarkan pernyataan di atas, maka pembinaan dan pengembangan program dan pengajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan adalah salah satu dari pembinaan kepribadian yang dapat memberikan suatu ilmu pengetahuan mengenai pendidikan moral. Sehubungan dengan pendidikan karakter, maka dalam mata pelajaran PKn dapat membangun karakter bangsa yang lebih baik, khusus untuk guru PKn dapat memberikan pengembangan pengetahuan watak, mental, moral dan karakter dengan menumbuhkan nilai karakter kepada siswa.
Adapun nilai karakter bangsa (Depdiknas, 2002) adalah taqwa, jujur, disiplin, demokrasi, adil, bertanggungjawab, cinta tanah air, orientasi pada keunggulan, gotong royong, menghargai, rela berkorban. Dari nilai karakter tersebut hendak nya sekolah dan masyarakat menerapkan nilai tersebut kepada generasi muda dengan cara pembinaan contoh saja menghargai sesama, berbicara dengan sopan dan santu,bertanggung jawab, disiplin dan lain sebagainya. Agar generasi penerus kita bisa mewujudkan siswa berkarakter.
Tetapi pada kenyataannya generasi muda sakarang ini mengalami krisis kepribadian moral seperti kurang adanya sopan santu kepada guru, kurang adanya rasa menghargai sesama manusia, bolos sekolah, adanya kekerasan, tawuran yang terjadi dikalangan remaja. Ada juga permasalahan yang sering muncul saat proses belajar mengajar berlangsung, misalnya kurang menghargai, berbicara tidak sopan, bertingkah laku kurang baik, kurang memiliki etika, baik kepada guru maupun teman sebayanya, dan pada saat pembelajaran di lingkungan sekolah.
Kurang sopannya peserta didik ditunjukkan dengan cara, berpakaian tidak sesuai dengan peraturan sekolah, tidak displin, berbicara asal bunyi, tidak memiliki tanggungjawab sebagai siswa dan tidak memiliki akhlak yang baik dan budi pekerti yang baik. Dari permasalahan sopan santun atau akhlak pada anak merupakan masalah yang tidak sederhana maka guru yang mempunyai peranan penting dalam membina kepribadian siswa. Peran guru bukanlah sebatas yang harus dilaksanakan didepan kelas saja, namun seluruh hidupnya didedikasikan untuk pendidikan. Peran seorang guru bk dalam membina
kepribadian siswa sangat
diperlukan. Hal ini diawali dari sejak seorang anak mengecap pendidikan dari taman kanakkanak sampai perguruan tinggi.
Permasalahan yang dialami oleh Guru BK sekarang ini adalah belum terealisasikannya semua peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Sebenarnya Undang-Undang tersebut sudah dapat membina siswa yang berkarakter hanya saja sekolah SMP Muhammadiyah 05 Medan belum menerapkan pembinaan kepribadian siswa dalam layanan bimbingan kelompok.
Menurut pengamatan penulis belum sepenuhnya menerapkan peraturan tersebut. Seperti dinyatakan di atas ditandai dengan masih adanya siswa yang terlambat masuk sekolah, masih ada siswa yang tidak tepat waktu mengumpulkan tugas, siswa kurang sopan santun sama guru nya dan teman sebaya nya, siswa yang bolos, bahkan kurang menghargai guru dalam proses belajar mengajar ini hal disebabkan pemahaman tentang nilai – nilai kepribadian siswa dan penerapan norma- norma yang berlaku di sekolah belum di pahami dan dilaksanakan dengan baik, inilah yang menjadi alasan Penulis memberi Judul
“Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Pembinaan kepribadian siswa di SMP Muhammadiyah 05 Medan.” B. Identifikasi Masalah Menurut Sumadi (2003 : 13) mengatakan bahwa : Identifikasi adalah masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui penelitian.Agar penelitian ini menjadi jelas tujuannya dan menjadi terarah maka perlu di paparkan identifikasi masalahnya, yaitu sebagai berikut : 1. Rendahnya perhatian sekolah dalam pembinaan kepribadian siswa. 2. Kurangnya bimbingan guru bk dalam membina kepribadian siswa. 3. Rendahnya kemauan siswa dalam menaati peraturan sekolah. 4. Kurangnya Pembinaan kepribadian pada siswa yang dilakukan dalam sekolah. 5. Layanan bimbingan kelompok telah dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. 6. Keikutsertaan siswa dalam layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan guru bimbingan dan konseling telah memadai (kuantitas dan kualitasnya), namun impilasinya terhadap pengembangan kepribadian siswa belum terjadi dengan baik. 7. Evaluasi menyeluruh terhadap layanan bimbingan dan konseling, termasuk bimbingan kelompok belum pernah dilaksanakan sehingga belum dapat dipastikan tentang hasilhasilnya.
C. Batasan Masalah Dalam hal ini
penulis membatasi permasalahan karena mengingat luasnya masalah
dalam penelitian ini, sesuai yang dikemukakan Nasution ( 2007 : 20) berikut ini. Analisis masalah juga membatasi ruang lingkup masalah. Di samping itu masih perlu dinyatakan secara khusus batas- batas masalah agar penelitian lebih terarah. Lagi pula dengan demikian kita peroleh gambaran yang jelas, apabila penelitian itu dapat dianggap selesai dan berakhir. Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya. Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah sebagai berikut : 1. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok oleh guru bimbingan dan konseling terhadap pembinaan siswa di SMP Muhammadiyah 05 Medan. 2. Belum optimalnya pendidikan karakter yang diterapkan di SMP Muhammadiyah 05 Medan. 3. Pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap pembinaan kepribadian siswa di SMP Muhammdiyah 05 Medan. D. Rumusan Masalah Menurut Suryabrata ( 2003 : 17) rumusan masalah adalah setelah diidentifikasi, dipilih, maka perlu perumusan ini penting, karena hasilnya akan menjadi penuntut bagi langkah – langkah selanjutnya. Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di SMP Muhammadiyah 05 Medan. 2. Bagaimana keadaan kepribadian siswa di SMP Muhammadiyah 05 Medan. 3. Bagaimana pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap pembinaan kepribadian siswa di SMP Muhammadiyah 05 Medan. E. Tujuan Penelitian Setiawan (2014 :70) dalam menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting karena setiap penelitian yang dilakukan harus mempunyai tujuan tetentu, dengan berpedoman pada tujuannya . Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran faktual pembinaan kepribadian siswa Di SMP Muhammadiyah 05 Medan. 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di SMP Muhamadiyah 05 Medan. 2. Untuk mengetahui bagaimana keadaan pembinaan kepribadian siswa yang terjadi di kalangan siswa SMP Muhammadiyah 05 Medan. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap pembinaan kepribadian siswa di SMP Muhamadiyah 05 Medan. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Secara akademik untuk menambah dan mengembangkan khazanah keilmuan penelitian dalam hal pentingnya pembinaan kepribadian siswa. 2. Secara teoritis dapat menambah wawasan dan Informasi bagi calon guru BK. dalam Pembinaan kepribadian berkarakter.
3. Bagi masyarakat secara praktis hasil penelitian ini sebagai informasi bahwa penting nya pembinaan moral dalam mewujudkan siswa berkarakter. 4. Bagi sekolah bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan.