BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pada umumnya, setiap orang pernah mengalami perasaan tertekan atau mengalami ketegangan yang dalam bahasa populernya dikenal dengan istilah Stres. Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres dikenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Menurut Hans Selye dalam bukunya yang berjudul The Stress of life, Stres adalah respon yang tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntunan yang diterimanya, suatu fenomena universal dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya (Mustamir, 2009). Stres diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Banyak Gangguan Psikofisiologis, seperti asma, hipertensi, sakit kepala, dan gastritis, ditandai oleh simptom - simptom fisik umum yang nyata yang disebabkan atau dapat diperburuk oleh
Stres (Gerald, dkk, 2010). Selain itu, Stres dapat
mempengaruhi fungsi beberapa sistem dan proses dalam tubuh, termasuk sistem imun, kardiovaskular dan reproduksi, serta pencernaan dan metabolisme bahan makanan (Corwin, 2009). Stressor yang dapat menimbulkan beberapa keadaan yang dapat menjadi sumber stres yaitu frustasi, konflik, tekanan atau krisis (Willy, dkk, 2009). Di antara beberapa macam fakultas, Fakultas kedokteran memiliki peluang resiko lebih rentan untuk mengalami stres bagi Mahasiswa/Inya dibandingkan dengan Mahasiswa/I di fakultas laiinya. Hal ini kemungkinan karena tingkat tuntunan akademik yang tinggi dan persepsi keterbatasan waktu untuk memenuhinya. Hasil ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Badria K Al-Dabal pada tahun 2008 di Universitas Dammam Arab Saudi, dari hasil analisis didapatkan bahwa sebanyak 48,6% Mahasiswa/I kedokteran yang mengalami stres lebih tinggi dibandingkan mahasswa non kedokteran yaitu sebesar 38,7%. stress
1
merupakan bagian dari kehidupan manusia, artinya bahwa manusia tidak akan pernah luput dari pengalaman merasakan ketegangan dalam hidupnya. Cara individu dalam mensikapi kondisi stres pun berbeda-beda antara individu yang satu dan individu yang lainnya. (Acevedo dan Ekkekakis, 2006). Terapi murottal (Membaca dan mendengarkan Al-Qur’an) bekerja pada otak, dimana ketika didorong dengan rangsangan dari luar (terapi Al-Qur’an) maka otak memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul-molekul ini mengangkut reseptor-reseptor mereka yang ada didalam tubuh sehingga tubuh memberi umpan balik berupa rasa nyaman (Lestari,2015). Membaca dan mendengarkan Al-Qur’an adalah salah satu cara dalam menurunkan stres. Seperti yang tercantum dalam penelitian yang berjudul the effect of Quran listening without it’s musical tone (Tartil) on the mental health of personnel in Zahedan University of Medical Sciences Menunjukkan hasil bahwa dengan mendengarkan Al-Qur’an seseorang bisa meningkatkan kesehatan mentalnya dan mencapai ketenangan yang lebih besar (Mahjoob, 2014). Kemudian Nukman (2007) dengan sebuah thesisnya yang berjudul The effect of reading holy Al-Qur’an intensively to the level of job stress in lecturel of the states Islamic University of Malang menyimpulkan bahwa ada pengaruh intensitas membaca al-Qur'an dengan tingkat stres kerja. Kemudian di dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (Sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu) hanya akan menambah kerugian” (QS. Al-Isra : 82). Dalam pandangan M. Quraish Shihab dalam bukunya
yang
berjudul
Tafsir
Al-Misbah,
ketika
menafsirkan
kata
Asyifa(Penawar) pada surat tersebut, berpandangan ketika melihat pandangan para ulama yang memahami bahwa ayat – ayat Al-Isra ayat 82. Mengandung makna bahwa Al-Qur’an dapat mengobati atau menyembuhkan segala sesuatu penyakit jasmani. Menurutnya, bukan penyakit jasmani, melainkan ia adalah penyakit ruhani (jiwa) yang berdampak pada jasmani. Ia adalah Psikosomatik (Nurul, 2010).
2
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”(QS. Al-A’raf: 204). Mendasarkan pada pendapat Hassan al-Basri, Mustafa Abdul Rahman dalam bukunya yang berjudul Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim mengatakan bahwa ketika Quran dibacakan , wajib bagi orang lain untuk diam dan mendengarkan bacaan ini (Al-Qur’an) (Rasyid, 2012). Kemudian Rahmat dapat dipahami sebagai pertolongan. Maksud pertolongan disini adalah Pertolongan dari Allah (Nurul, 2010). Pertolongan ini dapat berupa Ketenangan Hati ataupun Jalan keluar dari semua masalah yang kita hadapi. Oleh Karena itu peneliti ingin membuktikan. “Adakah Pengaruh membaca dan mendengarkan Al-Quran terhadap tingkat stres Mahasiswa/I Fakulatas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Angkatan Tahun 2016”.
1.2. Rumusan Masalah Apakah ada pengaruh membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terhadap tingkat stres Mahasiswa/I fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Tahun 2016?
1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terhadap tingkat stres Mahasiswa/I fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Tahun 2016.
1.3.2. Tujuan Khusus 1.
Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang bisa meningkatkan Stres yang dialami Mahasiswa/I fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Tahun 2016.
3
2.
Untuk mengetahui tingkat stres sebelum membaca dan mendengarkan AlQur’an
pada
Mahasiswa/I
fakultas
Kedokteran
Universitas
Muhammadiyah Palembang Tahun 2016. 3.
Untuk mengetahui tingkat stres sesudah membaca dan mendengarkan AlQur’an
pada
Mahasiswa/I
fakultas
Kedokteran
Universitas
Muhammadiyah Palembang Tahun 2016. 4.
Untuk mengetahui perbedaan tingkat stres sebelum dan sesudah membaca dan mendengarkan Al-Qur’an pada Mahasiswa/I fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Tahun 2016.
1.4. Manfaat 1.4.1. Manfaat Akademis 1.
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan juga untuk memperluas ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kesehatan Jiwa dan untuk memberikan data Ilmiah tentang pengaruh membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terhadap tingkat stres Mahasiswa/I fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Tahun 2016.
2.
Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai tingkat ketahanan terhadap stressor akademik.
1.4.2. Manfaat Praktis 1.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat Stres Mahasiswa/I
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang Tahun 2016 sebagai masukkan bagi pihak Instansi untuk membantu memperbaiki masalah psikologis Mahasiswa/I. 2.
Hasil Penelitian ini Sebagai masukan dan informasi yang dapat digunakan bagi
Mahasiswa/I
ataupun
semua
orang
dalam
upaya
untuk
memanajemen stresnya.
4
1.5. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Perbandingan penelitian dengan Penelitian Sebelumnya Nama
Judul Penelitian
Desain Penelitian
Mahjoob M, The Effect of Holy Quran Experimental design Voice on Mental Health.
2014,
Hasil penelitian
menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara
Universitas
kelompok uji dan kontrol nilai
Zahedan,
rata-rata
Iran
mental
mereka
kesehatan
setelah
mendengarkan
(P
Quran =
0.037).
Tidak ada perbedaan gender yang signifikan pada kelompok uji
sebelum
intervensi
dan
sesudah
ditemukan
(P
=
0,806). Hasil ini menunjukkan bahwa
mendengarkan
Al-
Qur’an dapat direkomendasikan oleh
psikolog
dalam
upaya
meningkatkan kesehatan mental dan mencapai ketenangan yang lebih besar.
Ilhamuddin
The effect of reading holy Longitudinal design
Intensitas membaca al-Qur'an
Nukman,
Al-Qur’an intensively to
memberikan pengaruh terhadap
2007,
the level of job stress in
tingkat
Universitas
lecturel
of
signifikansi
Islam
Islamic
University
Malang,
Malang.
the
states
Indonesia
of
stres
Dengan
kerja
dengan
sebesar
12,4%.
demikian,
dapat
disimpulkan
bahwa
ada
pengaruh intensitas membaca alQur'an
dengan
tingkat
stres
kerja. (Sumber : Mahjoob, 2014; Ihamuddin, 2007).
Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian yang telah ada, penelitian di atas hanya berpatokan pada satu Variable yaitu mendengar atau
5
membaca Al-qur’an terhadap Stres sedangkan peneliti menggabungkan 2 Variable untuk diteliti yaitu membaca dan mendengarkan Al-qur’an terhadap Stres. Selain itu penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya dari segi waktu, tempat, populasi, dan sampel.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stres A. Definisi Stres adalah suatu reaksi tubuh yang dipaksa, di mana ia boleh menganggu equilibrium (homeostasis) fisiologi normal (Julie K, 2005). Stres adalah respon yang tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntunan yang diterimanya, suatu fenomena universal dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya (Syamsun, 2004).
B. Menifestasi Klinis Individu yang mengalami stres akan berperilaku lain dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami stres. Oleh karena itu, kondisi individu yang mengalami stres gejala-gejalanya dapat dilihat baik secara fisik maupun secara psikologis. Gejala secara fisik individu yang mengalami stres, antara lain ditandai oleh: gangguan jantung, tekanan darah tinggi, ketegangan pada otot, sakit kepala, telapak tangan dan atau kaki terasa dingin, pernapasan tersengal-sengal, kepala terasa pusing, perut terasa mual-mual, gangguan pada pencernaan, susah tidur, bagi wanita akan mengalami gangguan menstruasi, dan gangguan seksual (impotensi) (Waitz dkk, 1983). Gangguan jantung, bagi individu yang mengalami stres ada indikasi detak jantungnya lebih cepat (berdebar-debar) daripada saat tidak mengalami stres. Ada juga individu yang merasakan dada sebelah kiri terasa nyeri (di daerah sekitar puting susu),
7
meskipun hal tersebut tidak berlangsung terlalu lama, tetapi . alat untuk mendiagnosa (Cohen, 1983).
C. Tingkat Stres Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang. Tingkatan stres ini bisa diukur dengan banyak skala. Antaranya adalah dengan menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) atau lebih diringkaskan sebagai Depression Anxiety Stres Scale 21 (DASS 21) oleh Lovibond & Lovibond (1995). Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item dan Depression Anxiety Stres Scale 21 terdiri dari 21 item. DASS adalah seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk tujuan penelitian (Lovibond & Lovibond, 1995). Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item, mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal); 30-59 (ringan); 60-89 (sedang); 90-119 (berat); >120 (Sangat berat) (Lovibond & Lovibond, 1995). Selain itu, ada juga skala-skala lain yang bisa digunakan seperti
Perceived
Stres
Scale(PSS)
atau
Profile
Mood
States(POMS). Alat-alat ini digunakan sebagai instrument untuk
8
mendeteksi stres dan tahap stres dan bukannya sebagai alat untuk mendiagnosa (Cohen, 1983).
D. Sumber Stres (Stressor Stress) Stres memang merupakan bagian dari kehidupan manusia, namun stres tidak akan datang dengan tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab. Artinya, stres muncul tentu ada penyebabnya, untuk itu individu harus mampu mencari penyebab stres agar dapat mengenali, mengurangi bahkan menghilangkan stres yang melanda dirinya. Oleh karena individu yang tidak mengalami stres akan merasakan hidupnya nyaman dan bahagia. Dengan demikian, stres harus dijauhkan dari kehidupan individu, agar dapat menjauhkan stres maka setiap individu harus mampu
mengenali
penyebabnya.
Dengan
mengetahui
penyebabnya, selanjutnya akan mampu mengurangi dampak stres tersebut pada diri individu sehingga dapat merasakan nikmatnya hidup di dunia ini. stres disebabkan oleh factor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar diri individu. Adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan menimbulkan konflik dalam diri individu, sehingga berdampak pada munculnya stres (Sukadiyanto, 2010). menurut Willy dan Albert ada 3 macam Stressor yang dapat menimbulkan stres yaitu frustasi, Konflik, tekanan atau krisis. 1. Frustasi Frustasi timbul bila ada aral melintang (stresor) antara kita dan tujuan kita, misalnya bila kita mau piknik lantas mendadak hujan lebat atau mobil yang kita tumpangi mogok; atau ada seorang anak yang melihat sebuah pohon manga yang begitu menggoda karena buah manga yang ada pada pohon itu
9
sangat besar kemudian ketika ia ingin keluar untuk mengambil pohon itu Tiba-tiba di luar ada seokor anjing yang galak. Contoh ini menunjukkan ada frustasi yang timbul karena stressor dari luar, seperti bencana alam, kecelakaan, kematian orang
tercinta,
norma-norma,
adat-istiadat,
peperangan,
keguncangan, ekonomi, diskriminasi rasial atau agama, persaingan yang berlebihan, perubahan yang terlalu cepat, pengangguran, dan ketidakpastian sosial. Kecelakaan dan penyakit dapat menimbulkan frustasi yang efeknya akan melemahkan daya tahan tubuh. Ada frustasi yang timbul karena stresor dari dalam misalnya cacat badaniah atau kegagalan dalam usaha dan moral sehingga penilaian diri sendiri menjadi sangat tidak enak merupakan frustasi yang berhubungan dengan kebutuhan harga diri. 2. Konflik Konflik terjadi bila kita tidak dapat memilih dua atau lebih macam kebutuhan dan tujuan. Memilih yang satu berarti tidak percaya yang lain. Ibarat kita berada dipersimpangan jalan kita tidak bisa memilih mau belok kanan atau belok kiri atau contoh lain ada seorang pemuda/pemudi yang inguin menjadi seorang dokter tetapi dilain hal ia juga takut tentang tanggung jawab yang akan diembankannya ketika ia sudah jadi seorang dokter.
.
Contoh lainnya adalah konflik yang terjadi bila memilih antara beberapa hal yang semuanya tidak kita inginkan, misalnya pekerjaan yang tidak menarik atau menganggur; menikah dengan orang yang tidak simpatik atau tidak menikah sama sekali; berbuat sesuatau yang berbahaya atau dianggap pengecut (konflik pengelakan ganda).
10
3. Tekanan Tekanan juga dapat menimbulkan masalah penyesuaian. Tekanan sehari-hari biarpun kecil, tetapi bila bertumpuk tumpuk dan berlangsung lama (Stresor jangka panjang), dapat menimbulkan stres yang hebat. Tekanan, seperti juga frustasi, dapat berasal dari dalam ataupun dari luar Individu. Tekanan dari dalam bersal dari cita-cita kita atau normanorma kita yang kita gantungkan terlalu tinggi dan kita mengejarnya tanpa ampun, sehingga membuat kita terus menerus ibawah tekanan. Sebagai contoh; kita mau rajin, berani, dan bertanggung jawab, tetapi semua yang kita lakukan dengan cara berlebih-lebihan. Usaha kita yang berlebihan itulah yang membuat kita mendapatkan tekanan. Contoh tekanan dari luar misalnya seorang anak yang diharuskan oleh orang tuanya untuk mendapat nilai tinggi atau harus mendapatkan atau masuk pada Institusi pendidikan yang terkenal. Missal Harvard University nah kejadian ini bisa menimbulkan tekanan pada diri seseorang. Tidak jarang suatu keadaan Stres karena frustasi, konflik dan tekanan sekaligus misalnya kematian salah seorang keluarga, kehilangan orang yang dicintai, Tidak lulus dalam ujiannya dan dianggap kurang pandai.
E. Daya Tahan Stres Daya
tahan
stres
atau
nilai
ambang
stres
(Stress/Frustration threshold/tolerance) pada setiap orang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada keadaan somato-psikososial orang itu. Ada orang yang peka terhadap stressor tertentu, yang dinamakan stressor spesifik, karena pengalaman dahulu yang menyakitkan tidak dapat diatasinya dengan baik. Misalnya seorang istri setiap kali berselisih dengan suaminya,
11
ia akan lari kerumah ibunya, ia tidak dapat mengatasi keadaan seperti itu, karena sewaktu masih kecil ia serin melihat ibunya dipukuli oleh ayah yang menimbulkan stres padanya yang belum dapat diatasinya dengan baik. Menurut teori, setiap orang dapat saja terganggu jiwanya, asal saja stressor itu cukup besar, cukup lama, cukup spesifik, bagaimana stabil pun kepribadian dan emosinya. Tiap orang mempunyai cara sendiri untuk penyesuaian diri terhadap stres, karena penilaian terhadap stres dan stressor berbeda (faktor internal), dan karena tuntunan terhadap tiap individu bebrbeda (faktor ekstrenal), ini antara lain tergantung pada, umur, sex, kepripbadian, intelegensi, emosi, status sosial dan pekerjaan individu. Holmes dan Rahe menyusun suatu daftar peristiwa kehidupan yang kemudian diberikan kepada 394 orang. Mereka diminta untuk memberi bobot 0-100 sesuai dengan ringan beratnya Peristiwa-peristiwa itu kemudian dihitung rata-rata untuk setiap peristiwa. Kemudian kemudian tersusunlah “Skala peristiwa hidup dan Stres” menurut Holmes dan Rahe seperti yang ada di bawah ini.
Tabel 2.1 Skala Peristiwa Hidup dan Stres menurut Holmes dan Rahe Ranking Peristiwa Hidup
Skor rata-rata
1.
Kematian Pasangan
100
2.
Perceraian
65
3.
Keretakan dalam perkawinan
65
4.
Masuk Penjara
63
5.
Kematian anggota keluaraga dekat
63
6.
Kecelakaan Pribadi atau jatuh sakit
53
7.
Menikah
50
8.
Dipecat dari pekerjaan
47
12
9.
Rukun kembali dalam perkawinan
45
10.
Pensiun
45
11.
Perubahan kesehatan anggota keluarga
44
12.
Kehamilan
40
13.
Kesukaran dalam hal sex
39
14.
Mendapat anggota baru dalam keluaraga
39
15.
Penyesuaian dalam perusahaan
39
16.
Perubahan dalam keadaan keuangan
38
17.
Kematian teman akrab
37
18.
Pindah ke jenis pekerjaan lain
36
19.
Bertengkar dengan kekasih
35
20.
Hipotik lebih dari $10.000
31
21.
Tutup hipotik atau meminjam
30
22.
Perubahan tanggung jawab dalam pekerjaan
29
23.
Anak meninggaklkan rumah
29
24.
Masalah dengan keluarga
29
25.
Prestasi pribadi yang tinggi
28
26.
Pasangan hidup baru mulai bekerja
26
27.
Mulai atau mengakhiri studi
26
28.
Perubahan keadaan tempat tinggal
25
29.
Perbaikan kebiasaan pribadi
24
30.
Kesukaran dengan bos atau dosen
23
31.
Perubahan waktu atau tempat kerja
20
32.
Pindah tempat tinggal
20
33.
Pindah sekolah
20
34.
Perubahan dalam berekreasi
19
35.
Perubahan dalam kegiatan untuk ibadah
19
36.
Perubahan dalam kegiatan social
18
37.
Hipotik kurang dari $10.000
17
38.
Perubahan kebiasaan tidur
16
39.
Perubahan dalam jumlah pertemuan keluarga
12
13
40.
Perubahan dalam kebiasaan makan
15
41.
Liburan atau cuti
13
42.
Hari raya
12
43.
Pelanggaran hukum yang ringan
11
Jumlah skor dilingkari: Sumber : Willy dkk, 2009
F. Komplikasi Stres Pada umumnya, individu yang mengalami ketegangan akan mengalami kesulitan dalam memanajemen kehidupannya, sebab stres akan memunculkan kecemasan (anxiety) dan sistem syaraf menjadi kurang terkendali. Pusat syaraf otak akan mengaktifkan saraf simpatis, sehingga mendorong sekresi hormon adrenalin dan kortisol yang akhirnya akan memobilisir hormon-hormon lainnya. Individu yang berada dalam kondisi stres, kondisi fisiologisnya akan mendorong pelepasan gula dari hati dan pemecahan lemak tubuh, dan bertambahnya kandungan lemak dalam darah (Waitz, dkk 1983). Kondisi tersebut akan mengakibatkan tekanan darah meningkat dan darah lebih banyak dialihkan dari system pencernaan ke dalam otot-otot, sehingga produksi asam lambung meningkat dan perut terasa kembung serta mual. Oleh karena itu, stres yang berkepanjangan akan berdampak pada depresi yang selanjutnya juga berdampak pada fungsi fisiologis manusia, di antaranya gagal ginjal dan stroke. Pada dasarnya, penyakit disfungsi secara fisiologis itu diakibatkan oleh terganggunya kondisi psikologis seseorang. Sebagai contoh, perilaku agresif dan defensif individu dapat disebabkan oleh akumulasi stres yang tidak mampu dikenali dan dieliminir oleh individu. Selain itu, kondisi sosial ekonomi individu yang serba kekurangan dan lingkungan hidup (seperti
14
di desa dan di kota besar) juga berpotensi melahirkan stres. Hal itulah salah satu faktor yang memunculkan berbagai kejahatan di kota-kota besar. Sebagai dampak dari kondisi masyarakat atau individu yang stres mudah memunculkan bentuk perilaku agresif karena berbagai faktor kesenjangan kondisi dan status masyarakat yang mencolok. Pada sisi lain, perilaku generasi muda di kota-kota besar yang mengarungi hidup dengan mengkonsumsi miras dan narkoba merupakan bentuk defensif dari kondisi stres yang menimpa dirinya. Secara garis besar dampak stres dapat menimpa pada kondisi fisik dan kondisi psikologis individu. Seperti telah dijelaskan
Gambar 2.2 Komplikasi Stres (Sumber : Lake, 2004 dalam Sukanto, 2010)
pada indikasi gejala stres di atas. Berikut ini dampak stres terhadap fisik individu. (Sukiyanto, 2010)
15
2.2.1. Membaca A. Definisi Membaca merupakan satu di antara keterampilan berbahasa. Manfaat dari membaca adalah kita akan memperoleh ilmu pengetahuan yang pastinya ilmu tersebut sangat berguna bagi kita. Sebelum kita mengenal jauh tentang membaca, ada baiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian dari membaca.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis
(dengan melisankan maupun hanya dalam hati).
Hodgson (1960) membaca adalah suatu proses yang dilakukan
serta
dipergunakan
oleh
pembaca
untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Finochiaro dan Bonomo (1973), membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahasa tertulis.
B. Tujuan Membaca Membaca adalah salah satu tuntutan dalam kehidupan masyarakat modern. Melalui kegiatan membaca kita dapat mengetahui dan menguasai berbagai hal. Tujuan membaca menurut Blanton dkk dan Irwin (Farida Rahim, 2008) sebagai berikut :
Kesenangan.
16
Menyempurnakan startegi tertentu.
Mempergunakan strategi tertentu.
Memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik.
Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya.
Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis.
Mengkonfirmasi atau menolak prediksi.
Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasika suatu informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, menjawab pertanyaan–pertanyaan yang spesifik. Kemudian Nurhadi (1987) berpendapat tujuan membaca
dibedakan secara umum dan khusus. Secara umum antara lain 1. mendapatkan informasi, 2. memperoleh pemahaman, 3. dan memperoleh kesenangan. Secara khusus, tujuan membaca adalah 1. memperoleh informasi faktual, 2. memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, 3. memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang, memperoleh kenikmatan emosi, 4. dan mengisi waktu luang.
C. Manfaat Membaca Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan tentang banyak hal mengenai kehidupan. Membaca akan
meningkatkan
kemampuan
memahami
kata
dan
meningkatkan kemampuan berpikir, meningkatkan kreatifitas dan
17
juga berkenalan dengan gagasan-gagasan baru. Fajar Rachmawati (2008) menyebutkan manfaat membaca adalah sebagai berikut :
Meningkatkan kadar intelektual.
Memperoleh berbagai pengetahuan hidup.
Memiliki cara pandang dan pola pikir yang luas.
Memperkaya perbendaharaan kata.
Mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di berbagai belahandunia.
Meningkatkan keimanan.
Mendapatkan hiburan. Ngalim Purwanto (1997) mengungkapkan ada faedah dan
nilai membaca yaitu sebagai berikut :
Di sekolah/universitas, membaca itu mengambil tempat sebagai pembantu bagi seluruh mata pelajaran.
Mempunyai nilai praktis. Bagi perorangan, membaca itu merupakan alat untuk penambah pengetahuan.
Sebagai penghibur. Untuk mengisi waktu terluang ( seperti membaca syair – syair, sajak – sajak, roman, majalah dan sebagainya).
Memperbaiki akhlak dan bernilai kegamaan. Jika yang dibaca adalah buku–buku yang bernilai etika ataupun keagamaan.
Bernilai fungsional artinya berguna bagi pembentukan fungsi–fungsi
kejiwaan. Misalnya membentuk daya ingatan, daya fantasi, daya pikir (akal), berbagai jenis perasaan dan sebagainya.
18
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Menurut Lamb dan Arnold dalam Farida Rahim (2008) adalah : 1. Faktor Fisiologis Faktor
fisiologis
mencangkup
kesehatan
fisik,
pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca.
2. Faktor Intelegensi Inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat. Terkait
dengan
penjelasan
Heinz
di
atas,
Wechster
mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.
3. Faktor Lingkungan Faktor
lingkungan
juga
mempengaruhi
kemajuan
kemampuan baca Mahasiswa/I. Faktor lingkungan tersebut antara lain : a. Latar belakang dan pengalaman siswa di rumah. b. Sosial ekonomi keluarga siswa. c. Faktor Psikologis Faktor lain yang juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca adalah faktor psikologis. Faktor psikologis tersebut antara lain sebagai berikut:
Motivasi Motivasi
adalah
suatu
yang
mendorong
seseorang atau melakukan suatu kegiatan.
19
Minat Minat adalah keinginan yang kuat disertai usaha– usaha seseorang untuk membaca.
Kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri Seseorang
harus
mempunyai
pengontrolan
emosional pada tingkat tertentu karena individu yang mudah memusatkan perhatian pada teks yang dibacanya.
2.3.1. Mendengarkan A. Definisi Roland Barthes, seorang ahli bahasa, membedakan antara mendengar dan mendengarkan, menyatakan, "Mendengar adalah fenomena fisiologis,. Mendengarkan adalah tindakan psikologis" (Roland, 1985). Tetapi mendengarkan merupakan bagian dari mendengar. Mendengarkan adalah mendengar apa yang diucapkan atau dibaca oleh orang lain secara seksama, memeriksa dan mempelajari dengan teliti. Proses Mendengarkan berarti mendengar berkali-kali dengan penuh perhatian atas apa yang diucapkan seseorang dan memahami makna yang terkandung didalamnya. Sedangakan, mendengar berarti proses menangkap suara dengan telinga dan merupakan faktor-faktor kesengajaan (Hasan Alwi, 1993).
2.4.1. Al-Qur’an A. Definisi Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui Malaikat Jibril secara mutawatir(perlahanlahan) serta membacanya adalah ibadah. Al-Quran merupakan penutup semua kitab yang diturunkan Allah dan diwahyukan kepada penutup semua Nabi, Al-Qur’an berisi ilmu pengetahuan, hukum-
20
hukum, kisah-kisah, falsafah, akhlak, peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia baik sebagai makhluk individual maupun sosial, serta menjadi petunjuk bagi penghuni langit dan bumi. (Departemen Agama RI. 1990).
B. Sejarah Al-Qur’an diturunkan pertama kali di bulan ramadhan di malam
lailatul Qadar tepatnya 17 ramadhan seperti firman Allah Swt dalam Surat Al-Qadr ayat 1 yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Alqur‟an) pada malam Qadr (Laelatul Qadr)”. Saat wahyu ini diturunkan saat Nabi Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira, ketika tiba-tiba Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu tersebut. Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat Al Alaq ayat 1-5 yang bila diterjemahkan menjadi : 1.Bacalah
dengan
(menyebut)
nama
Tuhanmu
Yang
menciptakan 2.Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3.Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, 4.Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam 5.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya Periode Turunnya Al-Quran.
C. Manfaat Al-Qur’an Diketahui secara mudah bahwa setiap agama memiliki kitab suci yang merupakan pedoman dalam menjalani kehidupan saat ini dan seterusnya. Bagi umat Islam, kitab suci itu adalah Al-Qur’an yang merupakan kalam (firman) Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammmad Saw, berbahasa Arab, yang di sampaikan kepada kita secara mutawatir, dimulai dari surat al-Fa-tihah dan diakhiri surat al-Nas dan berpahalamembacanya. Al-Qur’an itu
21
berbeda dengan kitab samawi yang lain (Zabur, Taurat dan Injil) seperti dalam Al-Qur’an ditemukan 29 surat yang diawali dengan al-huruf almuqaththa’ah (potongan-potongan huruf dalam AlQur’an) semisal alif-lam-mim, sedangkan dalam kitab samawi yang lain tidak ada. Al-Qur’an berlaku sampai akhir zaman, sedangkan kitab samawi yang lain hanya berlaku pada saat masa lalu saja. Kitab suci Al-Qur’an yang merupakan pedoman itu agar benar-benar menjadi pedoman dan haruslah pandai membacanya. Alangkah sedihnya kita bila tidak pandai membaca Al-Qur’an. Dan masih adakah umat Islam yang belum pandai membaca AlQur’an? Jawaban yang paling tepat adalah dengan mengatakan bahwa masih ada yang belum bisa membaca Al-Qur’an. Bila mereka masih anak-anak tentu dapat ditolerir dan dimengerti, tetapi bila sudah dewasa dan apalagi sudah berusia lanjut seperti 50-an tahun ke atas dan ternyata belum bisa membaca Al-Qur’an, maka hal ini sangat memperhatinkan, mengecewakan dan sekaligus memalukan. Sebab itu, insya Allah dengan membaca tulisan “Keistimewaan Membaca Al-Qur’an” ini semoga termotivasi untuk mau membaca Al-Qur’an setelah sebelumnya mempelajari cara membaca Al-Qur’an baik dengan cara cepat maupun cara lambat membaca Al-Qur’an. Kemudian Manfaat membaca dan mendengarkan Al-Qur’an menurut Hasan (2010) yaitu:
1. Merubah Dari Tidak Lancar Menjadi Lancar Bagi pemula dalam mempelajari cara membaca Al-Qur’an ternyata belum lancer adalah hal yang biasa sebab masih pemula, sedangkan yang sudah lama pun belajar cara membaca Al-Qur’an terdapat yang masih belum juga lancar. Sebab itu, perlu belajar intensif dan terus menerus. Bagaimana agar ayat Al-Qur’an itu terus di ulang. Ayat Al-Qur’an itu sebagiannya berulang seperti
22
alif-lam-mim yang terdapat pada surat Al-Baqarah, surat Ali Imran, surat al-‘Ankabut, surat al-Rum, dan lain-lain sehingga diharapkan bila saat membaca alif-lam-mim pada surat al-Baqarah belum lancar, maka setelah membaca pada surat Ali Imran atau surat yang lain secara berulang-ulang, maka bacaan alif-lam-mim dari hari ke hari akan bertambah lancar. Sebab itu, menarik untuk dicermati penuturan dalam buku Aktsar mim Alfi Sunnah fi alYaum wa al-Laylah yang antara lain mengatakan khatmu Al-Qur’an fi kulli syahr (khatam Al-Qur’an setiap bulan) dengan cara membaca Al-Qur’an setiap selesai shalat fardhu, yaitu membaca 20 halaman sehari semalam atau 4 halaman setiap waktu shalat fardhu atau satu juz sehari semalam. Ini sekaligus menunjukkan
betapa
urgensi
membaca
Al-Qur’an
secara
berkesinambungan dimana hal ini juga sesuai dengan hadits Nabi Muhammad Saw yang artinya : “Amal terbaik adalah yang dilakukan secara terus menerus walaupun sedikit” (khairul a’mal adwamuhu wain qalla). Karena itu, dianjurkan kepada kita semua agar berkenan secara terus menerus membaca Al-Qur’an.
2. Mendatangkan Pahala Dalam defenisi Al-Qur’an di atas antara lain disebutkan almuta’abbadu bitilawatih (menjadi ibadah dengan membacanya) yang berarti membaca al-Qur’an adalah berpahala. Hal ini dapat dikaitkan dengan hadits Rasulullah Saw : “Man qaraa harfan min kitabillah falahu hasanatun wal haanatun bi’asyri amtsaliha, la aqulu alif lam mim harfun, walakin alifun harfun wa lamun harfun wa kinun harfun” yang artinya, “Siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Qur’an), maka bagiannya satu kebajikan dan satu kebajikan itu menjadi 10 kebajikan. Saya (kata Rasulullah) tidak mengatakan (dengan membaca) alif-lam-mim itu (dihitung) satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu
23
huruf”.Dengan
penjelasan
hadits
Rasulullah
saw
tersebut
tampaklah motivasi besar agar umat Islam berkenaan membaca AlQur’an tanpa harus menunggu mengerti terlebih dahulu terjamah apalagi tafsir ayat dari yang akan dibaca. Karena itu, bacalah AlQur’an itu berulang kali semoga pahala terus mengalir dan kelancaran membacanya pun terus bertambah sehingga bila kita yang
orang
Indonesia
lancar
berbahasa
indonesia,
maka
selanjutnya lancar pula membaca Al-Qur’an yang berbahasa Arab itu, Kalaupun membaca Al-Qur’an tidak lancar (martorgot-torgot, bahasa daerah Tapanuli) namun tetap berpahala.
3. Menenangkan Hati Sebagai obat untuk menenagkan hati itu adalah dengan cara membaca Al-Qur’an. Cobalah renungkan dalam-dalam kehidupan dunia yang serba menggoda kita dan lawanlah dia dengan membaca Al-Qur’an. Hati akan tenang dengan membaca AlQur’an. Mulailah dengan aktivitas berwudhu’ secara sempurna, berpakaian menutup aurat, berpakaian sopan, memilih tempat yang tenang, mengambil Al-Qur’an dengan tangan kanan, duduk menghadap kiblat, memulai membaca Al-Qur’an dengan ta’awwuz (a’udzubillahi minasysysithanirrajim) yang berarti berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Terapi murottal bekerja pada otak, dimana ketika didorong dengan rangsangan dari luar (terapi Al-Qur’an) maka otak memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul-molekul ini mengangkut reseptorreseptor mereka yang ada didalam tubuh sehingga tubuh memberi umpan balik berupa rasa nyaman. Bacaan Al-Qur’an secara murottal mempunyai efek relaksasi dan dapat menurunkan kecemasan apabila didengarkan dalam tempo murottal berada antara 60-70 menit secara konstan, tidak ada perubahan irama yang mendadak, dan dalam nada yang lembut (Widayarti, 2011).
24
Faradisi
berpendapat
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Efektifitas Terapi Murottal dan Terapi Musik Klasik Terhadap PenurunanTingkat Kecemasan Praoperasi di Pekalongan”. Bahwa terapi murottal terbukti lebih efektif menurunkan kecemasan dibandingkan dengan terapi musik lainnya (Lestari, 2015). 4. Menjadi Syafa’at Rasulullah Saw bersabda “Baca kamulah Al-Qur’an, sesungguhnya yang demikian itu akan datang pada hari kiamat menjadi syafa’at bagi yang membacanya” (Iqraul Qur’an fainnahu ya’ti yaumal qiayamah syafi’an li ashabih). Umat Islam semuanya diharapkan rajin membaca Al-Qur’an, sebab Al-Qur’an akan sangat besar manfaatnya buat pembacanya. Jangan biarkan Alqur’an tetap saja di tempatnya yang tersedia, melainkan ambil dia dan baca dia dan kemudiaan letakkan kembali ke tempatnya sebelumnya secara patut. Al-Qur’an yang dibaca itu renungkanlah secara baik bahwa dianya akan menjadi syafa’at.
25
2.2. Kerangka Teori
Normal
Stressor: Frustasi Konflik Tekanan
Stres Berat
Daya Tahan Stres Besar
Stres Ringan
Daya Tahan Stres Kecil
Stres Sedang
Komplikasi
Membaca dan mendengarkan Al-Qur’an
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : modifikasi dari Welly dkk (2009), Rasmun (2004), Hasan(2010). Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti 2.3. Hipotesis Ada pengaruh membaca dan mendengarkan Al- terhadap tingkat stres Mahasiswa/I fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Tahun 2016.
26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimental dengan menggunakan one group pre dan post design. penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat stress sebelum dan sesudah membaca dan mendengarkan Al-Qur’an pada Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1.Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada 8 Januari 2016 sampai 11 Januari 2016.
3.2.2.Tempat Penelitian Penelitian
dilaksanakan
di
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Muhammadiyah Palembang, Jl. Jend. Ahmad Yani, Talang Banten 13 Ulu Palembang.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi Terjangkau Populasi terjangkau pada peneltian adalah seluruh Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
3.3.1.Populasi Target Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang memiliki nilai atau skrining Depresi Depression Anxiety and Stress Scale (DASS) dan total sampling
27
paling tinggi diantara 4 Angkatan Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
3.3.3.Sampel dan Besar Sampel Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah semua Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang memenuhi kriteria Inklusi penelitian ini yaitu : 1. Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang mempunyai Tingkat Stres rendah, sedang, berat, dan sangat berat. 2. Tidak memiliki Gangguan Penglihatan berat seperti glaucoma, Tumor mata, Buta, dll. 3. Tidak memiliki Gangguan Pendengaran, seperti Tuli Konduksi dan Tuli Sensorineural. Berdasarkan hasil pengambilan data awal (dengan cara menyebarkan kuisioner pada populasi target) dalam penelitian ini didapatkan responden yang memenuhi kriteria Inklusi penelitian ini berjumlah 41 orang. Adapun Kriteria Eksklusi pada penelitian kali ini adalah Mahasiswa/I yang memiliki Tingkat Stres yang normal.
3.4
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat stres Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang sebelum dan sesudah membaca dan mendengarkan Al-Qur’an.
28
3.5
Definisi Operasional 1.
Tingkat Stres a) Definisi
: Hasil penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang.
b) Cara Ukur
: Menggunakan Kuisioner Depression Anxiety and Stress Scale (DASS).
c) Alat Ukur
: Depression Anxiety and Stress Scale (DASS).
d) Hasil Ukur
: Skala Tingkat Stres menurut DASS
e) Skala Ukur
: Ordinal
Tabel 3.1 Skala Tingkat Stres menurut DASS
2.
Tingkat Stres
Skala
Normal
0 – 14
Rendah
15 – 18
Sedang
19 – 25
Berat
26 – 33
Sangat Berat
>34
Membaca Al-Qur’an a) Definisi
: Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan maupun hanya dalam hati) pada kitab suci Al-Qur’an Surat ArRahman.
b) Cara Ukur
: Dengan membaca lampiran Arti kandungan AlQur’an Surat Ar-Rahman.
c) Alat Ukur
: Lampiran arti kandungan Al-Qur’an.
d) Hasil Ukur
: Dapat membaca lampiran Arti kandungan AlQur’an Surat Ar-Rahman.
e) Skala Ukur
: Nominal
29
3.
Mendengarkan Al – Qur’an a) Definisi
: Mendengar apa yang diucapkan atau dibaca oleh orang lain secara seksama, memeriksa dan mempelajari dengan teliti pada kitab suci AlQur’an Surat Ar-Rahman.
b) Cara Ukur
: Dengan mendengarkan Lantunan MP3 ayat AlQur’an Surat Ar-Rahman.
c) Alat Ukur
: MP3.
d) Hasil Ukur
: Dapat mendengarkan Lantunan MP3 ayat AlQur’an Surat Ar-Rahman.
e) Skala Ukur
3.6
: Nominal.
Cara Pengumpulan Data Pengambilan data dkumpulkan dengan menggunakan Kuisioner Depression Anxiety and Stress Scale (DASS). Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah (pre-post test). Responden diberikan kuisioner DAAS sebelum membaca dan mendengarkan al-Qur’an Surat Ar-Rahman. Kemudian selama 3 hari Responden akan membaca dan mendengar Al-Qur’an Surat Ar-Rahman. Pada hari ke 3 setelah semua responden selesai membaca dan mendengarkan Al-Qur’an, maka responden akan diberikan kembali Kuisioner DASS. Kemudian data hasil akan dianalisis.
3.7
Teknis Analisis Data 1.
2.
Analisis data dilakukan secara analisis Univariat dan Bivariat. Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan pada variabel Jenis kelamin, tingkat stres Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang sebelum dan sesudah membaca dan mendengarkan Al-Qur’an untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentasenya. Analisis Bivariat
30
Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terhadap tingkat stres Mahasiswa/I di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik Dependent Sample T-Test. Uji ini digunakan untuk membandingkan dua perlakuan yang berpasangan, yaitu : 1. sebelum membaca dan mendengarkan Al-Qur’an 2. sesudah membaca dan mendengarkan Al-Qur’an. Pengambilan keputusan statistik dilakukan dengan membandingkan nilai p (p value ) dengan nilai α (0,05), dengan ketentuan : a. Bila p (p value ) ≤ nilai α (0,05), maka ada pengaruh sebelum dan sesudah perlakuan. b. Bila p (p value ) > nilai α (0,05), maka ada pengaruh sebelum dan sesudah perlakuan.
3.8
Alur Penelitian
31
Populasi Terjangkau Mahasiswa/I FK UM
Mahasiswa/I Angkatan 2013
Kriteria Inklusi 1. 2. 3.
tingkat Stres rendah, sedang, berat, sangat berat.
Kriteria Eksklusi 1.
Tingkat Stres normal
Sampel
Sebelum membaca dan mendengarkan Al-Qur’an Surat Ar-Rahman
Kuisioner
Selama 3 hari membaca dan mendengarkan Al-Qur’an Surat AR-Rahman
Pada hari ke-3
Kuisioner
Pengumpulan hasil data penelitian
Pengelolaan hasil data penelitian
Hasil dan pembahasan
Simpulan dan saran
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian
3.9
Jadwal Kegiatan
Tabel 4. Jadwal Kegiatan
32
n o 1
Kegiatan
Bulan Agus 2014 1 2 3 4
Sept. 2014 1 2 3
4
Okt. 2016 1 2 3
4
Januari. 2016 1 2 3 4
Feb. 2016 Mar. 2016 1 2 3 4 1 2 3 4
April. 2016 1 2 3 4
Konsultasi Judul Penelitian
2 Penulisan Proposal Skripsi dan Penyelesaian Proposal Skripsi 3
Seminar Proposal dan Revisi
4 Pengambilan Data dan Analisis Data 5
6
7
Penulisan Skripsi Ujian Akhir Skripsi Perbaikan Skripsi
3.10 Biaya Penelitian Tabel 5. Biaya Penelitian
33
No 1 2 3 4
ANGGARAN Fotokopi dan Penjildan Proposal Fotokopi Kuisioner Sound System Souvernir Penelitian Total
HARGA Rp. 150.000 Rp. 100.000 Rp. 300.000 Rp. 700.000 Rp. 1.250.000
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
34
4.1. Hasil Penelitian 4.2.1. Analisis Univariat Hasil penelitian terdapat 41 responden didapatkan data pada tabel berikut: Tabel 4.1 Distribusi tingkat stres responden sebelum membaca dan mendengarkan Al-Qur’an. No 1 2 3
Skala Stres Rendah Sedang Berat Total
Frekuensi (n) 25 15 1 41
Persentase (%) 61,0 36,6 2,4 100
Berdasarkan Tabel 4.1 didapatkan bahwa nilai skala tingkat stres sebelum membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terdapat 25 orang (61,0 %) responden yang memiliki skala stres rendah, 15 orang (36,6%) memiliki skala stres sedang, dan 1 orang (2,4%) memiliki skala stres berat. Tabel 4.2 Distribusi tingkat stres responden sesudah membaca dan mendengarkan Al-Qur’an. No 1 2 3
Skala Stres Rendah Sedang Berat Total
Jumlah 28 12 1 41
Persentase 68,3 % 29,3 % 2,4 % 100 %
Nilai skala tingkat stres sesudah membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terdapat 28 orang (68,3 %) responden yang memiliki skala stres rendah, kemudian 12 orang (29,3%) memiliki skala stres sedang, dan 1orang (2,4%) memiliki skala stres berat (tabel 4.2). 4.1.2. Analisis Bivariat Hasil penelitian terdapat 41 responden didapatkan data pada tabel berikut:
35
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Stres Responden sebelum membaca dan mendengarkan Al-Qur’an. Variabel Tingkat Stress Mahasiswa/I Sebelum mendengarkan Al-Qur’an – Sesudah mendengarkan Al-Qur’an
N
p value
Mean
41
0,002
0,707
Nilai selisih rata-rata variabel tingkat stres Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang sebelum dengan sesudah membaca dan mendengarkan Al-Qur’an adalah 0,707. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji statistik Dependent Samples T – Test didapatkan p value = 0,002, berarti menunjukkan ada pengaruh membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terhadap tingkat stres Mahasiswa/I di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
4.2. Pembahasan 4.2.1 Univariat Hasil Penelitian menunjukkan bahwa didapatkan bahwa nilai skala tingkat stres sebelum membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terdapat 25 orang (61,0 %) responden yang memiliki skala stres rendah, 15 orang (36,6%) memiliki skala stres sedang, dan 1 orang (2,4%) memiliki skala stres berat. Dan nilai skala tingkat stres sesudah membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terdapat 28 orang (68,3 %) responden yang memiliki skala stres rendah, kemudian 12 orang (29,3%) memiliki skala stres sedang, dan 1orang (2,4%) memiliki skala stres berat. Adanya perbedaan ini kemungkinan menunjukkan bahwa dengan membaca dan mendengarkan Al-Qur’an dapat menurunkan stres. Walaupun bukan menjadi faktor utama dalam menurunkan stres karena faktor utama dalam menurunkan stres itu adalah dengan mengatasi stressor yang dialami oleh seseorang, tetapi dengan membaca dan mendengarkan Al-Qur’an apabila dihayati kandungan maknanya, dan dibaca terus menerus maka kemungkinan dapat menjadi obat Alternatif dalam menurunkan stres.
36
Menurut Hans Selye dalam bukunya yang berjudul The Stress of life, Stres adalah respon yang tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntunan yang diterimanya, suatu fenomena universal dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya (Mustamir, 2009). Stressor yang dapat menimbulkan beberapa keadaan yang dapat menjadi sumber stres yaitu frustasi, konflik, tekanan atau krisis (Willy, dkk, 2009). Di antara beberapa macam fakultas, Fakultas kedokteran memiliki peluang resiko lebih rentan untuk mengalami stres bagi Mahasiswa/Inya dibandingkan dengan Mahasiswa/I di fakultas laiinya. Hal ini kemungkinan karena tingkat tuntunan akademik yang tinggi dan persepsi keterbatasan waktu untuk memenuhinya. Hasil ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Badria K Al-Dabal (2008) di Universitas Dammam Arab Saudi, dari hasil analisis didapatkan bahwa sebanyak 48,6% Mahasiswa/I kedokteran yang mengalami stres lebih tinggi dibandingkan mahasswa non kedokteran yaitu sebesar 38,7%. stress merupakan bagian dari kehidupan manusia, artinya bahwa manusia tidak akan pernah luput dari pengalaman merasakan ketegangan dalam hidupnya. Cara individu dalam mensikapi kondisi stress pun berbeda-beda antara individu yang satu dan individu yang lainnya. (Acevedo dan Ekkekakis, 2006). Membaca dan mendengarkan Al-Qur’an adalah salah satu cara dalam menurunkan stres. Seperti yang tercantum dalam penelitian yang berjudul the effect of Quran listening without it’s musical tone (Tartil) on the mental health of personnel in Zahedan University of Medical Sciences Menunjukkan hasil bahwa dengan mendengarkan Al-Qur’an seseorang bisa meningkatkan kesehatan mentalnya dan mencapai ketenangan yang lebih besar (Mahjoob, 2014). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mahjoob M, (2014) yang berjudul The Effect of Holy Quran Voice on Mental Health, yang dilakukan terhadap 81 responden, dimana dari analisis bivariat didapatkan nilai (P = 0.037) atau nilai p < 0,05 yang menunjukkan bahwa mendengarkan Al-Qur’an dapat meningkatkan kesehatan mental dan mencapai ketenangan yang lebih besar. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilhamuddin Nukman (2007), yang berjudul The effect of reading holy Al-Qur’an intensively to the level of job stress in lecturel of the states Islamic University of Malang yang dilakukan terhadap 8 responden, dimana dari analisis bivariate didapatkan nilai (P = 0,208) yang
37
berarti nilai p > 0,05 atau t table 1.412 lebih kecil dari 1,8595 (1412 <1,8595) yang menunjukkan bahwa membaca al-Qur'an memberikan pengaruh terhadap tingkat stres kerja dengan signifikan. Dari teori dan penelitian diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa adanya pengaruh sebelum dan sesudah membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terhadap tingkat stres Mahasiswa/I di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
4.2. Pembahasan 4.2.1 Bivariat Hasil penelitian didapatkan p value = 0,002, berarti menunjukkan ada pengaruh membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terhadap tingkat stres Mahasiswa/I di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (AAT Sriati, 2007). Banyak cara yang digunakan untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh pasien dirumah sakit, diantaranya terapi medikamentosa dan terapi komplementer. Banyak jenis terapi komplementer yang saat ini dikembangkan dengan tujuan untuk merelaksasikan pasien. Terapi komplementer yang saat ini sedang mulai digunakan adalah jenis terapi Religi. Menurut Hebert Benson, seorang dokter di Harvard Medical School menyimpulkan bahwa ketika seseorang terlibat secara mendalam dengan doa yang diulangulang (repetitive prayer) ternyata akan membawa berbagai perubahan fisiologis, antara lain berkurangnya kecepatan detak jantung, menurunnya kecepatan napas, menurunnya tekanan darah, melambatnya gelombang otak dan pengurangan menyeluruh kecepatan metabolisme. Kondisi ini disebut sebagai respon relaksasi (relaxation response) (Subandi, 2013). Seni melagukan ayat-ayat suci Al-Quran merupakan hal yang sering didengar saat ini, diantaranya biasa dikenal dengan Murottal. Terapi murottal bekerja pada otak, dimana ketika didorong dengan rangsangan dari luar (terapi Al-Qur’an) maka otak memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul-molekul ini mengangkut reseptor-reseptor mereka yang ada didalam tubuh sehingga tubuh memberi umpan balik berupa rasa nyaman. Bacaan
38
Al-Qur’an secara murottal mempunyai efek relaksasi dan dapat menurunkan kecemasan apabila didengarkan dalam tempo murottal berada antara 60-70 menit secara konstan, tidak ada perubahan irama yang mendadak, dan dalam nada yang lembut Faradisi berpendapat dalam penelitiannya yang berjudul “Efektifitas Terapi Murottal dan Terapi Musik Klasik Terhadap PenurunanTingkat Kecemasan Praoperasi di Pekalongan”. Bahwa terapi murottal terbukti lebih efektif menurunkan kecemasan dibandingkan dengan terapi musik lainnya (Widayarti, 2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lestari, (2015) yang berjudul Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Dengan Penyakit Jantung Koroner di Ruang ICCU RSUD DR. SOEDARSO Pontianak, yang dilakukan terhadap 16 responden, dimana dari analisis bivariat didapatkan nilai (p = 0,000) atau nilai p < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi murottal terhadap kecemasan pasien sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amirul Ihsan, dkk (2013), yang berjudul Efektivitas Terapi Murottal Terhadap Perubahan Tingkat Dismenore Pada Mahasiswi Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura Angkatan 2013 yang dilakukan terhadap 8 responden, dimana dari analisis bivariate didapatkan nilai (P = 0,208) atau nilai p < 0,05 yang menunjukkan bahwa membaca al-Qur'an memberikan pengaruh terhadap tingkat stres kerja dengan signifikan. Dari teori dan penelitian diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa adanya pengaruh membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terhadap tingkat stres Mahasiswa/I di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
39
5.1. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Nilai skala tingkat stres sebelum membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terdapat 25 orang (61,0 %) responden yang memiliki skala stres rendah, 15 orang (36,6%) memiliki skala stres sedang, dan 1 orang (2,4%) memiliki skala stres berat. 2. Nilai skala tingkat stres sesudah membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terdapat 28 orang (68,3 %) responden yang memiliki skala stres rendah, kemudian 12 orang (29,3%) memiliki skala stres sedang, dan 1orang (2,4%) memiliki skala stres berat. 3. Ada pengaruh membaca dan mendengarkan Al- terhadap tingkat stres Mahasiswa/I fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Tahun 2016 dengan Hasil uji statistik Dependent Samples T – Test mendapatkan p value = 0,002. 5.2. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian diats, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bagi Institusi Pendidikan penelitian seperti ini dapat memberikan gambaran tentang tingkat stres Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Tahun 2016 sebagai masukkan bagi pihak Instansi untuk membantu memperbaiki masalah psikologis terutama stres yang dialami oleh Mahasiswa/I Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Tahun 2016 dengan cara lebih meningkatkan komunikasi antara dosen dan mahasiswa, kemudian menganjurkan untuk mahasiswa/I supaya lebih memperbanyak membaca dan mendengarkan Al-Qur’an sebelum melaksanakan kegiatan Akademiknya.
2. Bagi Mahasiswa kemudian menganjurkan untuk mahasiswa/I supaya lebih memperbanyak membaca dan mendengarkan Al-Qur’an sebelum
40
melaksanakan kegiatan ataupun ketika ada masalah baik itu masalah pribadi, keluarga, dan soial agar stressor yang dialami Mahasiswa/I akan sedikit berkurang. 3. Bagi Dokter dan Petugas Kesehatan lain Hasil Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan juga untuk memperluas ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kesehatan Jiwa dan untuk memberikan data Ilmiah tentang pengaruh membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terhadap kondisi jiwa seseorang. 4. Bagi Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai Faktor – faktor apa saja yang bisa meningkatkan stres dan pengaruh lain membaca dan mendengarkan Al-Qur’an terhadap kesehatan jiwa sehingga dapat memperkaya tentang manfaat membaca dan mendengarkan Al-Qur’an bagi seseorang terutama di Ilmu Kesehatan Jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
41
Al-Qur’an Nur Karim Abdullah Mustoffa, dkk. 2012. Influence of Islamic Reformation in Tafsir Studies. Middle-East Journal of Scientific Research 12 (6): 760-766, 2012. Acevedo, Edmund O; Ekkekakis, Panteleimon (ed.). 2006. Psychobiology of Physical Activity. Champaign, Il.: Human Kinetics. Hal 189. Al-Dabal. K. Badria dkk. A Comarative Study of Perceived Stress among Female Medical and Non Medical University in Dammam, Saudi Arabia. SQU Medical journal.Vol 10(2) hal 233 (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3074699/pdf/squmj-10-2231.pdf, Diakses pada tanggal 30 Agustus 2015). Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Alwi, Hasan, dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia: Edisi Kedua. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Hal 840. Cohen S, Kamarck T, & Mermelstein R, 1983. A global measure of perceived stres. Journal of Health and Sosial Behavior. Hal 385-396. Davison, Gerald C; john M.Neale; Ann M.Kring. 2006. Psikologi abnormal (Edisi ke-9). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal 272. Departemen Agama RI. 1990. Al-Qur'an dan Tafsirnya. Hal 21 Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.Hal 179. Fajar Rachmawati. (2008). Dunia di Balik Kata (Pintar Membaca). Yogyakarta: Grtra Aji Parama. Hal 4. Farida Rahim. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hal 11 – 12, 16. Finocchiaro, M; Bonomo, M. 1973. The Foreign Language Learner: A Guide for Teacher.Regent Publishing Company, Inc. Hal 119. Hodgson, F.M. 1960. Learning Modern Languages. London: Routledge & Hegan Paul. Hal 43 – 44.
42
Hikmah Nurul. 2010. Syifa Dalam Perspektif Al-Qur’an. (Skripsi). Universitas Syarif Hidayatullah. Jakarta. Hal 47. Julie K.Stegman, 2005. Stedman’s Medical Dictionary. Fourth edition. United States, America: Lippincott William & Wilkins. Lake, David. 2004. Stress: How to Cope with Pressure. Singapore: The Singapore Women’s Weekly Health Series. Hal 24. Lestari, Dian. 2015. Pengaruh Terapi Murrotal Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Dengan Penyakit Jantung Koroner Di Ruang ICCU RSUD Dr. Soedarso Pontianak. Universitas Tanjung Pura. Hal Lovibond SH and Lovibond PF (1995). Manual for the Depression Anxiety Stres Scales. Sydney, Australia. The Psychology Foundation of Australia Inc. Maramis, Willy F., dan Maramis, Albert A. 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya: Airlangga. Hal 78 – 83. Mahjoob, M; Nejati, J; Hosseini, A; Bakhshani. Noor M. 2014. the effect of Quran listening without its musical tone (Tartil) on the mental health of personnel in Zahedan University of Medical Sciences (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24421119#, Diakses 1 September 2014). Mansur, Hasan. 200. Keistimewaan Membaca Al-Qur’an. Jurnal Keagamaan. (http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANISLAM2/wiqs1350997847.pdf , Diakses pada 3 september 2015). Mustamir Pedak. 2009. Metode Supernol Menaklukkan Stres. Jakarta: Hikmah Publishing House. Hal 51. Ngalim Purwanto. 1997. Roesdakarya. Hal 27
Psikologi
Pendidikan.
Bandung:
PT
Remaja
Nukman, I. 2007. The effect of reading holy Al-Qur’an intensively to the level of job stress in lecturel of the states Islamic University of Malang. (Magister Thesis). Islamic University of Malang. Hal 134. Nurhadi. (1987). Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru. Hal 11. Sriati A, 2007. Tinjauan Tentang Stres. Available online at: http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/TINJAUA N%20TENTANG%20STRES.pdf, diakses 14 Januari 2016).
43
Sukadiyanto. 2010. Stress dan cara menanggulanginya. Jurnal Ilmiah Cakrawala Pendidikan. (http://eprints.uny.ac.id/3706/1/06Sukadiyanto.pdf, diakses 2 September 2015) Waitz, Grete; Stromme, Sigmund; Railo, Willi S. 1983. Conquer Stress with Grete Waitz, (terjemahan Sinta A.W). Bandung: Angkasa. Hal 52 – 71.
44