Bab I Fix.docx

  • Uploaded by: Farra Pattipawae
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,111
  • Pages: 7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi menular seksual (IMS) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan, sosial, dan ekonomi di berbagai negara. Infeksi menular seksual ini terjadi karena adanya perubahan pola hidup pada masyarakat dan perubahan gaya hidup akibat dari Perkembangan teknologi dan moderenisasi saat ini. Infeksi menular seksual adalah sebagian besar infeksi yang menular melalui hubungan seksual, vaginal, anal atau secara oral dengan pasangan yang telah tertular.1,2 Infeksi menular seksual dapat juga ditularkan melalui kontak non seksual seperti melalui darah.2 IMS juga merupakan salah satu pintu masuk Human Immunodeficiency virus (HIV), hal ini akan meningkatkan risiko masuknya infeksi HIV saat melakukan hubungan seksual tanpa pelindung antara seseorang yang telah terinfeksi IMS dengan pasangan yang belum tertular.3,4 Berbagai penyakit menular yang sering terjadi saat ini antara lain sifilis, trikomoniasis, kondiloma akuiminata, herpes genital, ulkus mole.4 Menurut WHO (World Heath Organitation) Jumlah kasus Infeksi menular seksual setiap tahun diseluruh negara terdapat sekitar 250 juta penderita baru yang meliputi penyakit gonore, sifilis, herpes, dan cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2008 di dunia infeksi menular seksual terjadi pada usia 15 dan 49 tahun meliputi 489.9 juta kasus dan gonore merupakan peringkat kedua diantara semua kasus yaitu 106.1 juta.

Di Amerika serikat dari 20 juta kasus IMS yang dilaporkan 30 % adalah remaja dan lebih dari 50% merupakan kelompok remaja dan dewasa muda. yaitu umur dibawah 25 tahun.5 Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) pada tahun 2012, tingkat gonore tertinggi terjadi diantara remaja dan dewasa muda. Kejadian paling banyak terjadi pada wanita usia 15-24 tahun, dan pada pria usia 20-24 tahun.5,6 Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Kasus infeksi menular seksual di Indonesia paling banyak ditemukan adalah syphilis dan gonore. Prevalensi sangat tinggi ditemukan di kota bandung yakni 37,4%, terdiri dari chlamydia 34,5% dan syphilis 25,2%. Di kota Surabaya prevalensi infeksi yakni chlamydia 33,7%, syphilis 28,8% dan gonore 19,8%.6,7 Sedangkan di Jakarta prevalensi infeksi gonore 29,8%, syphilis 25,2% dan chlamydia 22,7%. Di Medan, Kejadian syphilis terus meningkat setiap tahun. Peningkatan penyakit ini terbukti pada tahun 2003 meningkat 15,4% sedangkan pada tahun 2004 terus menunjukkan peningkatan menjadi 18,9%, selanjutnya mengalami peningkatan pada tahun 2005 menjadi 22,1%, kebanyakan setiap kasus ini terjadi pada remaja yang belum menikah dan sudah melakukan hubungan seksual.7,8 Menurut profil kesehatan provinsi maluku tahun 2008 angka kejadian IMS di Maluku mencapai 380 kasus dan Kota ambon merupakan salah satu jumlah kasus terbanyak yakni 345 kasus.9 Tingginya kasus IMS ini berkaitan dengan perilaku seksual seperti sering berganti-ganti pasangan atau tingkat pengetahuan yang kurang memadai khususnya di kalangan remaja.10

Masa remaja adalah masa transisi dalam kehidupan seseorang. Pada fase ini remaja memiliki masa pencarian jati diri yang mendorong rasa ingin tahu yang tinggi dan mengalami ketidakstabilan emosi sehingga mudah dipengaruhi teman akibatnya banyak remaja-remaja yang terjerumus kedalam pergaulan bebas seperti hubungan seksual diluar nikah, sehingga hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi menular seksual. 6,11 Infeksi menular seksual dapat memberikan dampak bagi kesehatan tubuh baik secara psikologis, fisiologis, social maupun fisik. Secara psikologis dampak pada remaja diantaranya perasaan marah, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa. Dampak fisiologis dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi, Dampak sosial antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan juga tekanan dari masyarakat yang menolak keadaan tersebut. Sedangkan dampak fisik dapat menimbulkan infeksi pada alat reproduksi sehingga menggangu siklus serta menurunkan kesuburan, peradangan pada alat reproduksi sehingga dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kehamilan diluar Rahim, dan juga resiko terjadinya kanker leher rahim, oleh karena itu perlu perhatian khusus dari pemerintah untuk kalangan para remaja.1,12 Secara umum, faktor pemicu terjadinya IMS dapat dibedakan menjadi faktor eksternal meliputi kontak dengan sumber-sumber informasi, keluarga, lingkungan, teman pergaulan, sosial budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu.

Sedangkan faktor internal antara lain aspek-aspek kesehatan

reproduksi seperti perubahan hormonal, perilaku, kesehatan reproduksi, gaya hidup,

pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, dan juga khususnya tingkat pengetahuan yang kurang terhapat penyakit infeksi menular seksual.12 Berdasarkan penelitian sebelumnya, dari Hendy Pratamaputra,6 Mengenai Tingkat pengetahuan tentang penyakit menular seksual pada siswa SMA Negeri 1 Semarang. Hasil penelitian menyatakan bahwa remaja yang berpengetahuan baik berjumlah 4 responden (9%), berpengetahuan cukup berjumlah 34 responden (79%) dan berpengetahuan kurang berjumlah 5 responden (12%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tentang penyakit menular seksual pada siswa SMA Negeri 1 Semarang adalah cukup sebanyak 34 respon (79%) dari 43 sampel yang diteliti.6 Penelitian selanjutnya, dari Jarot Hermawan,13 tentang hubungan tingkat pengetahuan remaja SMA kelas XI mengenai infeksi menular seksual (IMS) dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 5 Surakarta. Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya hubungan tingkat pengetahuan remaja SMA kelas XI mengenai infeksi menular seksual (IMS) dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 5 Surakarta dengan nilai p <0.05.13 Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, terlihat bahwa kasus Infeksi Menular Seksual masih tinggi di Kota Ambon

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah yaitu bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja tentang Infeksi Menular Seksual Pada siswa siswi SMA Negeri 1 Ambon.

1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan Umum penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang infeksi menular seksual di SMA Negeri 1 Ambon 2. Tujuan Khusus Tujuan Khusus penelitian adalah untuk mengetahui a. Mengetahui karakteristik Remaja b. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja di SMA Negeri 1 Ambon tentang pengertian Infesksi menular seksual c. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja di SMA Negeri 1 Ambon tentang Jenis-jenis Infesksi menular seksual d. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja di SMA Negeri 1 Ambon tentang Cara penularan Infesksi menular seksual e. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja di SMA Negeri 1 Ambon tentang tanda dan gejala Infesksi menular seksual f. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja di SMA Negeri 1 Ambon tentang factor resiko Infesksi menular seksual

g. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja di SMA Negeri 1 Ambon tentang komplikasi Infesksi menular seksual h. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja di SMA Negeri 1 Ambon tentang pencegahan Infesksi menular seksual.

1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai panduan untuk: 1. Pemerintah Daerah. Untuk dapat Mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan remaja SMA terhadapat infeksi menular seksual yang sering terjadi di kalangan para remaja agar dapat dilakukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan akan bahaya infeksi menular seksual. 2. Institusi. Untuk dapat memberi arahan terhadap remaja SMA Negeri 1 Ambon dan remaja di institusi lainnya di Kota Ambon sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan yang dini terhadap bahaya dari infeksi menular seksual. 3. Orang tua. Untuk dapat memperhatikan gaya hidup seksual dan pergaulan anak sehingga tidak mudah terjerumus terhadap pergaulan bebas yang akan memberi dampak terjadinya infeksi menular seksual.

4. Peneliti. Penilitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam melakukan suatu penelitian, khususnya untuk mengukur tingkat pengetahuan remaja terhadap infeksi menular seksual dan untuk dijadikan panduan dalam upaya meningkatkan pengetahuan remaja tentang infeksi menular seksual.

Related Documents

Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72
Bab-i-bab-v.doc
May 2020 71
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 67
Bab I & Bab Ii.docx
June 2020 65
Bab I-bab Iii.docx
November 2019 88

More Documents from "Nara Nur Gazerock"

Bab I Fix.docx
April 2020 0