Bab I Di Ruang Cempaka.docx

  • Uploaded by: AndersonTP
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab I Di Ruang Cempaka.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,393
  • Pages: 18
BAB I PENDAHULUAN TINJAWAN PUSTAKA

1.1 PENGERTIAN Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari jaringan epitel sedangkan serviks itu merupakan bagian dari rahim sebagai jalan lahir yang berbentuk silinder. Serviks uteri : leher rahim. Carsinoma serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, dimana pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal yang terbentuk oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini dapat terjadi berulang. 1.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI Serviks merupakan segmen uterus berada bagian bawah yang dilapisi epitel torak pensekresi mukus dalam kesinambungan langsung dengan epitel vagina, yang befungsi sebagai jalan lahir. Ekstoserviks merupakan epitel berlapis yang gepeng serupa dengan vagina, dengan peralihan agak mendadak diantara keduanya, sambungan skuamakolumnar. Serviks mengalami perubahan/dramatis selama masa usia reproduktif maupun dalam siklus menstruasi. Sambungan skuamokolumnar normalnya terletak dalam kanalis endoservikalis, tetapi dapat berada jauh di luar pada ektoserviks, baik pasca persalinan atau atas dasar kongenital. Mukus serviks dihasilkan sebagai respon terhadap estrogen dan dengan eversi sel torak pensekresi mucus pada ektoserviks, suatu sekret mukoid dan kadang-kadang purulen bisa dialami. Walaupun ini bisa menyebabkan secret yang berbau busuk, tetapi tidak ada makna patologi dan tampaknya tidak mengubah kapasitas reproduksi.

Mukus memberikan sawar bakteri diantara traktus genitalis atas yang steril dan vagina yang mengandung bakteri dan memudahkan sperma berjalan pada saat ovulasi. Arsitektur endoserviks mempunyai beberapa kripta yang memberikan penampungan untuk sperma, tempat sperma bertahan sampai beberapa hari setelah koitus. Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai saluran lonjongan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks, berbentuk sel-sel toraks bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum (OUI) dan pintu vagina (OUE) Ostium Oteri Eksternum. Kedua pintu ini penting dalam klinik misalnya pada penilaian jalannya persalinan, abortus dan sebagainya. 1.3 ETIOLOGI Penyebab kanker serviks tidak diketahui secara pasti, namun beberapa faktor diyakini terkait dalam proses timbulnya penyakit ini. Faktor resiko diantara meliputi riwayat coitus usia dini (kurang dari 20 tahun). riwayat penyakit menular seksual khususnya (HPV) Human Papilloma Virus, Herpes, Virus dan mungkin juga Cytomegalovirus : pasangan seksual multiple (lebih dari 2) : pap smear – abnormal, parner seksual yang mengidap penyakit menular seksual, ketergantungan pada rokok, eksposure DES (Diethyistribestrol) pada uterus dan kelompok sosial ekonomi rendah. 1.4 PATOFISIOLOGI Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali dengan adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia tidak melibatkan seluruh lapisan epitel serviks, yang dibagi menjadi displasia ringan, sedang dan berat. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regresi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Displasia adalah neoplasma serviks intraepitel (CIN). Tingkatan adalah CIN 1 (displasia ringan), CIN 2 (displasia sedang), CIN 3 (displasia berat dan insitu).

Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun, perkembangan tersebut menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif, carsinoma insitu yang diawali fase statis dalam waktu 10 – 12 bulan berkembang menjadi bentuk invasi pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofilik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks. Para metrium dan pada akhirnya dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan cavum uterus. Penyebab kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis, hipertensi dan adanya demam. 1.5 MANIFESTASI KLINIK Pada tahap awal terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul

gejala

berupa

ketidakteraturan

siklus

haid

(irregularitas),

amenorrhe,

hiperamenorrhe, juga adanya pengeluaran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual dan pada post koitus dan latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit yaitu darah yang keluar berbentuk makoid. Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstremitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut gejala yang mungkin dan bisa timbul lebih bervariasi. Sekret dari vagina berwarna kuning, berbau, dan terjadinya instansi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan semakin sering terjadi pada nyeri semakin progresif. Pada tahap yang lebih lanjut dapat terjadi komplikasi vistulvesika vagina. Sehingga urine dan faeces dapat keluar melalui vagina. Gejala lain yang dapat terjadi adalah nausea, muntah, demam, dan anemia.

Tahap klinis Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu prognosis dan rencana tindakan dan memberikan arti perbandingan dan metode therapy. Tahapan stadium klinik yang dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh International Federation of Gynecologi and Obstetrics (FIGO) tahun 1976. pembagian ini didasarkan atas pemeriksaan klinik, radiology, kinetase endoserviks, dan biopsy. Tahapan-tahapan tersebut yaitu : 

Karsinoma pre invasive.

Karsinoma insitu, karsinoma intra epitel. 

Karsinoma invasive

A. Stadium I Karsinoma terbatas pada serviks 

Karsinoma mikro invasive (invasi stoma awal).



Stadium I lainnya, karsinoma invasive yang terbatas pada serviks

B. Stadium II Karsinoma meluas keluar serviks, tetapi tidak mencapai dinding panggul 

Para metrium masih bebas.



Para metrium sudah terkena.

C. Stadium III Karsinoma sudah mencapai dinding panggul pada pemeriksaan rectal tidak ada celah antara tumor mencapai 1/3 distal vagina, dengan komplikasi hidronefrosis dan afungsi ginjal. 

Belum mencapai dinding panggul.



Sudah mencapai dinding panggul dan atau ada hidronefrosis atau afungsi ginjal.

D. Stadium IV Karsinoma sudah meluas keluar pelvik kecil (true pelvic atau secara klinik sudah mengenai mukosa veksika urinaria dan rectum). 

Menyebar ke organ sekitarnya.



Menyebar ke organ yang jauh.

1.6 TEST DIAGNOSTIK Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut: a. Sitologi Keuntungan : 

Murah.



Dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat kelemahan.



Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi Kelemahan :



Tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.

b. Sciller Test Dasarnya : Epitel Ca. tidak mengandung glikogen, karena itu dapat mengikat jodium. Kalau portio diberi jodium, maka epitel yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang Ca tidak berwarna, sayangnya bahwa trauma dan infeksi juga dapat memberikan tes positif.

c. Pap Smear Pap smear (tes Papanicolau) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan Pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian luar serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal). Sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. 24 jam sebelum menjalani Pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prekanker pada serviks. Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks:  Normal  Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)  Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas  Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)  Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya). d. Kolposkopi Kolposkop

: Alat untuk melihat cerviks dengan lampu dan dibesarkan 10

– 40 kali. Serviks mula – mula dibersihkan dengan kapas, kemudian dengan acidum aceticum 3 % hasil pemeriksaan kalposkopi dapat sebagai berikut : a. Benigna  Epitel gepeng yang normal.

 Ectodi  Zone transforman  Perubahan peradangan b. Suspek  Lekoplakia  Punctation : Daerah bertitik merah  Papillary punctuation  Mozaik  Transformasi yang atypis Keuntungan

: Dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga

mudah melakukan biopsi. Kelemahan

: Hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu

portio, selain kelainan pada skuamous columner dan intraservikal tidak terlihat. c. Kolpomikroskopi Pembesaran 200 kali.Sebelum dilihat dengan kolpokop diwarnai dulu dengan Maiyer emaktocylin atau tolvidine blue. Dykaryose dan sel-sel atypis dari carcinoma dapat dilihat tidak begitu populer. d. Biopsi Sebagai suplemen terhadap sitologi. Daerah tempat diadakan biopsi, berdasarkan hasil pemeriksaan kolposkopi. Kalau perlu diadakan multiple punch biopsi atau kuretasi serviks, dengan biopsi dapat ditentukan jenis Ca – nya.

e. Konisasi Dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan – kelainan yang jelas. Untuk pemeriksaan Ca diperlukan konisasi dengan pisau (Cold Conization) 1.7 PENANGANAN Makin tinggi diagnosis makin baik hasil terapi., dan terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan direncanakan dengan matang oleh suatu tim. Disamping terapi karsinoma serviks didasarkan atas stadium juga didasarkan keinginan dan mempertahankan fungsi reproduksi (hanya pada stadium Ia). Pada stadium 0 dapat dilakukan biopsi kerucut (conebiopsy) meskipun untuk diagnostik, dapat juga terapeutik. Bila penderita cukup tua atau sudah punya anak, uterus dapat diangkat, agar penyakit tidak kambuh dapat dilakukan histerektomi sederhana (simple vagina hysterectomy). Staidum Ia bila masih ingin punya anak dilakukan amputasi kerucut secara radikal, bila tidak ingin punya anak lagi dilakukan histerektomi total. Stadium IB dan Ia dilakukan histerektomi radikal + anjuran therapy. Stadium IIB sampai IVA dilakukan kemoterapi dan atau radioterapi. Sedangkan bila sudah sampai stadium IVB dilakukan radioterapi saja. a. Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor berikut: 

Tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi)



Rencana penderita untuk hamil lagi



Usia dan keadaan umum penderita.



Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin.

b. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa: 

Kriosurgeri (pembekuan)



Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi)



Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya



LEEP (loop

electrosurgical

excision

procedure)

atau konisasi.

Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram atau nyeri lainnya, perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina. Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi. Pembedahan Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi.

Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur

ini

disebut histerektomi

radikal)

serta

kelenjar

getah

bening.

Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat. a. Terapi penyinaran Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi: Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu. Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu.  Efek samping dari terapi penyinaran adalah:  Iritasi rektum dan vagina  Kerusakan kandung kemih dan rectum  Ovarium berhenti berfungsi. b. Kemoterapi Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya. Adapun obat-obat yang dipakai sebagai kemoterapi diberikan 5 seri selang 3-4 minggu.

 Premedikasi :  Antalgin injeksi.  Dipenhydramine injeksi.  Dexamethason injeksi.  Metochlorpropamide injeksi.  Furosemide injeksi.  Sitostatika :  Ciplatinum (50 mg/m2 luas permukaan tubuh per infus hari I)  Vincristin (0,5 mg/m2 luas permukaan tubuh intraevenous hari I).  Bleomisin (30 mg) per infus hari II.  Mitomicin (40 mg dosis tunggal, dianjurkan dengan radioterapi). c. Terapi Biologis Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi. Efek Samping Pengobatan Selain membunuh sel-sel kanker, pengobatan juga menyebabkan kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga seringkali menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan. Efek samping dari pengobatankanker sangat tergantung kepada jenis dan luasnya pengobatan. Selain itu, reaksi dari setiap penderita juga berbeda-beda. Metoda untuk membuang atau menghancurkan sel-sel kanker pada permukaan serviks sama dengan metode yang digunakan untuk mengobati lesi prekanker. Efek samping yang timbul berupa kram atau nyeri lainnya, perdarahan atau keluar cairan encer dari vagina.

Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa mengalami nyeri di perut bagian bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri. Penderita juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air besar. Untuk membantu pembuangan air kemih bisa dipasang kateter. Beberapa saat setealh pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi agar penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu. Setelah menjalani histerektomi, penderita tidak akan mengalami menstruasi lagi. Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah seksual dan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual. Tetapi banyak penderita yang mengalami gangguan emosional setelah histerektomi. Pandangan penderita terhadap seksualitasnya bisa berubah dan penderita merasakan kehilangan karena dia tidak dapat hamil lagi. Selama menjalani radioterapi, penderita mudah mengalami kelelahan yang luar biasa, terutama seminggu sesudahnya. Istirahat yang cukup merupakan hal yang penting, tetapi dokter biasanya menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif. Pada radiasi eksternal, sering terjadi kerontokan rambut di daerah yang disinari dan kulit menjadi merah, kering serta gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap. Daerah yang disinari sebaiknya mendapatkan udara yang cukup, tetapi harus terlindung dari sinar matahari dan penderita sebaiknya tidak menggunakan pakaian yang bisa mengiritasi daerah yang disinari. Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh melakukan hubungan seksual. Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi lebh sempit dan kurang lentur, sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Untuk mengatasi hal ini, penderita diajari untuk menggunakan dilator dan pelumas dengan bahan dasar air. Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering berkemih.

Efek samping dari kemoterapi sangat tergantung kepada jenis dan dosis obat yang digunakan. Selain itu, efek sampingnya pada setiap penderita berlainan. Biasanya obat antikanker akan mempengaruhi sel-sel yang membelah dengan cepat, termasuk sel darah (yang berfungsi melawan infeksi, membantu pembekuan darah atau mengangkut oksigen ke seluruh tubuh). Jika sel darah terkena pengaruh obat anti-kanker, penderita akan lebih mudah mengalami infeksi, mudah memar dan mengalami perdarahan serta kekurangan tenaga. Sel-sel pada akar rambut dan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan juga membelah dengan cepat. Jika sel-sel tersebut terpengaruh oleh kemoterapi, penderita akan mengalami kerontokan rambut, nafsu makannya berkurang, mual, muntah atau luka terbuka di mulut. Terapi biologis bisa menyebabkan gejala yang menyerupai flu, yaitu menggigil, demam, nyeri otot, lemah, nafsu makan berkurang, mual, muntah dan diare. Kadang timbul ruam, selain itu penderita juga bisa mudah memar dan mengalami perdarahan. 1.8 PENCEGAHAN Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks: 

Mencegah terjadinya infeksi HPV



Melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur . Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan

dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker serviks pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun.  Anjuran untuk melakukan Pap smear secara teratur: 

Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun



Setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin



Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.



Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun jika 3 kali Pap smear



berturut-turut menunjukkan hasil negatif atau untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker.



Sesering mungkin jika hasil Pap smear menunjukkan abnormal



Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prekanker maupun kanker serviks.

 Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya: 

Anak perempuan yang berusia dibawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kutil kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin



Jangan berganti-ganti pasangan seksual



Berhenti merokok.



Pemeriksaan panggul setiap tahun (termasuk Pap smear) harus dimulai ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual atau pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi.

1.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Antisipasi berduka b/d kehilangan yang diantisipasi dari kesejahteraan fisiologis ( mis.: kehilangan bagian tubuh, perubahan fungsi tubuh ); perubahan gaya hidup. 

Tujuan

: Mengidentifikasi

dan

mengekspresikan,

Melanjutkan

aktivitas

kehidupan normal, melihat ke arah/merencanakan masa depan,

mengharapkan untuk hari ini saja,. Mengungkapkan pemahaman tentang proses menjelang ajal dan perasaan didukung dalam melalui berduka.



Intervensi : Perkirakan syok awal dan ketidakyakinan setelah diagnosis kanker dan/atau prosedur yang menimbulkan trauma (mis., bedah yang menimbulkan kecacatan, kolostomi, amputasi).

 Rasional

: Sedikit pasien yang benar-benar siap untuk realita perubahan yang

dapat terjadi.  Kaji pasien/orang terdekat terhadap berduka yang mengalami. Jelaskan proses sesuai kebutuhan.  Rasional

:Pengetahuan

tentang

proses

berduka

memperkuat

normalitas

perasaan/reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien menghadapi lebih efektif dengan mereka  Dorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi kesedihan, marah, penolakan. Akui normalitas perasaan ini.  Rasional

:Pasien merasa terdukung mengekspresi perasaan dengan memahami

bahwa konflik emosi yang dalam dan sering adalah normal dan dialami orang lain dalam situasi sulit ini.  Sadari perubahan alam perasaan, bermusuhan, dan perilaku lain yang ditunjukkan. Susun batasan perilaku tidak tepat. Perbaiki pikiran negatif.  Rasional

:Penelitian menunjukkan bahwa beberapa pasien kanker beresiko tinggi

terhadap bunuh diri.Mereka secara khusus rentan bila baru didiagnosa dan/atau pulang ke rumah.  Kunjungi dengan sering dan berikan kontak fisik dengan tepat/sesuai kebutuhan. Pindahkan pasien lebih mendekat ke kantor perawat bila ketakutan; biarkan pintu terbuka bila nyaman untuk pasien.  Rasional

:Membantu mengurangi perasaan isolasi dan diabaikan

 Kuatkan penyuluhan tentang proses penyakit dan pengobatan dan berikan informasi sesuai permintaan/tepat tentang menjelang ajal. Bersikap jujur; jangan memberikan harapan palsu saat memberikan dukungan emosinal.  Rasional

:Pasien/orang terdekat mendapat keuntungan dari informasi factual.

Indifidu dapat mengajukan pertanyaan secara langsung tentang kematian, dan jawaban jujur meningkatkan rasa percaya dan keyakinan bahwa informasi benar  Tinjau ulang pengalaman hidup masa lalu, perubahan peran, dan keterampilan kopng. Bicara tentang sesuatu yang menarik perhatian pasien.  Rasional : Kesempatan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dapat membantu indifidu menghadapi berduka terhadap situasi baru secara lebih efektif.  Identifikasi aspek positif dari situasi.  Rasional : Kemungkinan remisi dan progresi lambat dari penyakit dan/atau terapi baru dapat menurunkan harapan pada masa depan.  Diskusikan cara-cara pasien atau orang terdekat dapat merencanakan bersama untuk masa depan. Dorong menyusun tujuan realistis  Rasional

:Menjadi

bagian

dari

pemecahan

masalah/perencanaan

dapat

memberikan rasa control terhadap kejadian yang diantisipasi.  Bantu pasien atau orang terdekat mengidentifikasi kekuatan pada diri sendiri atau situasi dan system pendukung  Rasional :Mengenali sumber ini memberi kesempatan melalui perasaan berduka.  Dorong partisipasi dalam perawatan dan pengobatan  Rasional : Memungkinkan pasien mempertahankan control terhadap kehidupan. Perhatikan bukti konflik, ekspresi marah dan pernyataan kecewa, rasa bersalah, putus asa” Tak ada gunanya hidup “

 Rasional : Konflik interpersonal/perilaku marah mungkin cara – cara pasien mengekspresikan atau menghadapi perasaan kecewa dan dapat menandakan ide bunuh diri.  Berikan lingkungan terbuka untuk diskusi dengan pasien atau orang terdekat tentang keinginan atau rencana mengalami kematian misalnya membuat surat warisan, pengaturan penguburan, donor organ, asuransi, waktu untuk bersama keluarga. 

Rasional : Bila pasien atau orang terdekat bersama-sama menyadari ancaman kematian, mereka lebih mudah menghadapi urusan atau aktifitas yang diinginkan yang belum selesai. Sadari perasaan sendiri tentang kanker, ancaman kematian.Terima metode apapun yang dipilih oleh pasien atau orang terdekat untuk saling membantu selama proses.

 asional : Ansietas dan ketidakinginan pemberi perawatan untuk menerima kenyataan

tentang

kemungkinan

kematiannya

sendiri

dapat

menghambat

kemampuan untuk membantu pasien/orang terdekat, memerlntuan orang lain untuk memberi dukungan yang diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, Jakarta. EGC, 2004. Hanifa W Prof. DR. R.., Ilmu Kndungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1999. Marilin E. Doenges, Rencana Perawatan Maternal / Bayi-Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, EGC, Jakarta, 2001. Mochtar Rustam, Prof. Dr MPH, Sinopsis Ostetri, Jilid 2, Edisi 2 , EGC, Jakarta, 1998 Pritehard, Macdonal dan Gant, Obstetri Wiliams, Edisi 17, Airlangga Universiti Press, Surabaya, 1991. Saifuddin AB, Prof. Dr. SpOG, MPH. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, edisi 1. YBPSP, Jakarta Smeltzer SC Dan Bare BG, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2, EGC, Jakarta, 2002.

Related Documents


More Documents from "Alip Purnomo"

Koper.docx
May 2020 10
Dftr Isi Ok.docx
April 2020 22
Absensi Kelompok 1.docx
April 2020 14
Cover.docx
June 2020 9
Covr Dpan.docx
June 2020 9
Poster Juga.docx
May 2020 6