BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung
berbagai
karakteristik
yang
positif
yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun 2012, sebanyak 450 juta orang diseluruh dunia menderita gangguan mental dan sepertiganya tinggal di negara berkembang. Sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan. Menurut data dari Riskesdas tahun 2013 menunjukkan 83% penduduk prevalensi gangguan mental emosional yang ditunujukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Seperti skizofernia mencapai sekitar 400.000 orang atau 1,7 per 1000 penduduk. Pasien dengan halusinasi menempati urutan pertama dengan angka kejadian 44 persen atau berjumlah 345 orang, pasien isolasi sosial menempati urutan kedua dengan angka kejadian 22 persen atau berjumlah pasien 173 orang, pasien dengan resiko perilaku kekerasan menempati urutan ketiga dengan angka kejadian 18 persen atau berjumlah pasien 141 orang pasien, pasien dengan harga diri rendah menempati urutan keempat dengan angka kejadian 12 persen atau berjumlah 94 orang, sedangkan pasien dengan waham, defisit perawatan diri 4 persen atau 32 orang (Zelika, 2015). Data dari RS. DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor dari tanggal 1 sampai dengan 27 maret 2019, di dapati data pasien dengan halunasi berjumlah 97 pasien. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk 1
memahami keperawatan jiwa yang harus dikuasai 7 komponen salah satunya halusinasi, maka kelompok di merasa tertarik untuk membahas masalah gangguan jiwa dengan halusinasi. Oleh karena itu kelompok diberikan tugas dalam bentuk makalah yang berjudul
Laporan Pendahuluan, Asuhan
Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Kasus Halusinasi. B. Rumusan Masalah Bagaimana Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Kasus Halusinasi? C. Tujuan a. Tujuan Umum Mengetahui dan memahami Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Kasus Halusinasi. b. Tujuan Khusus 1. Dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah keperawatan, membuat pohon masalah, menetapkan pohon masalah, menetapkan
diagnosa
keperawatan pada
klien
dengan halusinasi
penglihatan di ruang Antareja 2. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien. 3. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan. 4. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah dilakukan. 5. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. D. Ringkasan BAB Dalam bab 1 menjelaskan tentang angka kejadian halusinasi. Yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan dan manfaat penulisan. Bab 2 menjelaskan tentang landasan teori halusinasi yang terdiri dari masalah utama, proses terjdinya masalah, penyebab masalah,
2
BAB II LANDASAN TEORI A. Masalah Utama Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi B. Proses Terjadinya Masalah a. Pengertian Halusinasi merupakan perubahan sensori persepsi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan yang tidak dapat membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) terhadap lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Puspita Sari, 2016) Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu objek tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh panca indera (Yusuf dkk, 2015). Halusinasi
merupakan
hilangnya
kemampuan
manusia
dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada rangsangan yang nyata (Direja, 2011) Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensai palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti & Iskandar, 2012).
3
b. Tanda dan Gejala Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Damaiyanti & Iskandar (2012), perilaku klien yang berkaitan
dengan halusinasi adalah sebagai
berikut : 1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri; 2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon verbal yang lambat; 3. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain; 4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata; 5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah; 6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya; 7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dan takut; 8. Sulit berhubungan dengan orang lain; 9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah; 10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat; 11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton;
c. Penyebab Masalah Halusinasi merupakan salah satu gejala dalam menentukkan diagnosis klien yang mengalami psikotik, khususnya Schizofrenia. Halusinasi dipengaruhi oleh faktor (Stuart dan Laraia, 2005), dibawah ini antara lain: Faktor predisposisi, adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai faktor perkembangan sosial cultural, biokimia, psikologis dan genetic yaitu faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat 4
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiology seperti pada halusinasi antara lain: - Faktor genetik, telah diketahui bahwa secara genetic schizophrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom terntentu. Namun demikian, kromosom yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami schizophrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami schizophrenia, sementara jika dizygote peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami schizophrenia berpeluang 15% mengalami schizophrenia, sementara bila kedua orangtuanya schizophrenia maka peluangnya menjadi 35%. - Faktor perkembangan, jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan. - Faktor neurobiology, ditemukan bahwa kortex pre frontal dan kortex limbic pada klien dengan schizophrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmitter juga tidak ditemukan tidak normal, khususnya dopamine, serotonin dan glutamate. - Study neurotransmitter, schizophrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmitter serta dopamine berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin - Faktor biokimia, mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Dengan adanya stress yang berlebihan yang dialami seseorang, maka tubuh akan menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP) - Teori virus, paparan virus influenza pada trimester ke-3 kehamilan dapat menjadi faktor predisposisi schizophrenia
5
- Psikologis,
beberapa
kondisi
psikologis
yang
menjadi
faktor
predisposisi schizophrenia, antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya. Sementara itu hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas. - Faktor sosiokultura, berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan. Faktor presipitasi, yaitu stimulus yang dipersiapkan oleh individu sebagai tantangan, ancaman/tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk koping. Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak komunikasi dan suasana sepi/isolasi sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat haluzinogenik. Disamping itu juga oleh karena proses penghambatan dalam proses tranduksi dari suatu impuls yang menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam proses interprestasi dan interkoneksi sehingga dengan demikian faktor-faktor pencetus respon neurobiologis dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak b. Mekasinme penghantaran listrik disaraf terganggu (mekanisme gatting abnormal) Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku.
6
d. Akibat Masalah Akibat dari halusinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Ini diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan sesuatu hal di luar kesadarannya. C. Pohon Diagnosa Resiko Mencederai diri sendiri, orang lain
(Effect)
dan lingkungan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Menarik diri: Isolasi Sosial
(Core Problem)
( Etiologi)
D. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji Masalah Keperawatan
Data Yang Perlu Dikaji
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan 1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan lingkungan 2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi Data Subyektif : 3. Menarik Diri: Isolasi Sosial - Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. - Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. - Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Data Objektif : - Mata merah, wajah agak merah. - Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. 7
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. - Merusak dan melempar barang-barang 2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi Data Subjektif - Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata - Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata - Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus - Klien merasa makan sesuatu - Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya - Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar - Klien ingin memukul/melempar barang-baran Data Objektif - Klien berbicar dan tertawa sendiri - Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu - Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu - Disorientasi 3. Isolasi sosial : menarik diri Data Subyektif - Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat ”tidak”, ”ya”. Data Obyektif - Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang lain, 8
berdiam diri di kamar, komunikasi kurang atau tidak ada (banyak diam), kontak mata kurang, menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi tidur seperti janin (menekur
E. Daftar Diagnosa Keperawatan 1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan 2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi 3. Menarik diri : isolasi sosial
9
F. Rencana Tindakan Keperawatan RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI No
No Dx
Dx
Perencanaan
Keperawatan
Gangguan
Halusinasi Pendengaran
Kriteria Hasil
TUM :
sensori persepsi
Tujuan
:
Klien
mampu
secara
mandiri
percaya
saling
percaya
dengan merupakan dasar interaksi
ada
prinsip terapeutik antara perawat dan
kontak
berjabat
mata.
tangan,
Mau mengungkapkan
mau komunikasi terapeutik.
menyebutkan nama, mau
duduk
Klien dapat membina
saling
menunjukan rasa senang percaya
menjawab salam, klien mau Tuk 1 :
hubungan
Intervensi
1. Ekspresi wajah bersahabat 1. Bina hubungan saling Hubungan
mengontrol halusinasinya
Rasional
dengan
berdampingan perawat,
mengungkapkan yang dihadapi.
mau masalah
Sapa ramah
klien baik
dengan verbal
klien sehingga bisa membuat pasien percaya dan terbuka pada perawat
maupun non verbal Perkenalkan diri dengan sopan Tanyakan nama lengkap klien
dan
nama
panggilan yang disukai
10
klien Jelaskan
tujuan
pertemuan Jujur dan menepati janji Tunjukan sikap simpati dan
menerima
apa
adanya Beri perhatian kepada klien
TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya
2. Klien dapat menyebutkan
Adakan
kontak
waktu, isi, frekuensi dan
dan
situasi yang menimbulkan
bertahap
halusinasi
singkat
sering Dengan secara halusinasi,
jenis
waktu,
isi,
frekuensi dan situasi ketika
Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya;
bicara
dan
tanpa
tertawa
mengenal
stimulus memandang kekiri/ ke kanan/ ke
terjadi halusinasi, maka akan sangat
membantu
menentukan
rencana
tindakan keperawatan dan membantu klien mengatasi halusinasi.
11
depan seolah – olah ada teman bicara Bantu
klien
mengenal
halusinasinya; a
Jika
menemukan
klien yang sedang halusinasi, Tanyakan ada
suara
apakah yang
didengar Jika
klien
menjawab
ada,
lanjutkan : apa – apa yang dikatakan Katakan
bahwa
perawat
percaya
klien
mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri
12
tidak mendengarnya (dengan
nada
bersahabat
tanpa
menuduh
atau
menghakimi) Katakan
bahwa
klien lain juga ada seperti klien Katakan
bahwa
perawat
akan
membantu klien. b
Jika
klien
tidak
sedang berhalusinasi klarifikasi adanya
tentang
pengalaman
halusinasi. Diskusikan dengan klien: Situasi
yang
menimbulkan/tidak
13
menimbulkan halusinasi
(jika
sendiri, jengkel/sedih) Waktu
dan
frekuensi terjadinya halusinasi siang,
(pagi,
sore,
dan
malam atau sering dan
kadang
–
kadang) 2. klien dapat mengungkapkan Diskusikan dengan klien perasaan halusinasinya
terhadap
apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi
(marah/takut, senang)
dan
kesempatan
sedih, beri untuk
mengngkapkan perasaannya.
14
TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya
3. Klien dapat menyebutkan 3.1. Identifikasi bersama Dengan tindakan
yang
dilakukan
biasanya untuk
klien
cara
tindakan
mengenal
jenis
atau halusinasi dan mengetahui yang cara
mengendalikan
mengendalikan
dilakukan jika terjadi halusinasi, akan membantu
halusinasinya
halusinasi
(tidur, adalam mempercepat proses
3. Klien dapat menyebutkan
marah,
penyembuhan
cara baru
menyembunyikan diri meminimalkan dll)
klien
terjadinya
halusinasi.
3.2. Diskusikan manfaat dan
cara
yang
digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian 3.3. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi : Katakan tidak
:
serta
“saya mau
dengar/lihat kamu”
15
(pada
saat
halusinasi terjadi) Menemui orang lain (perawat/teman/ang gota
keluarga)
untukk bercakap – cakap
atau
mengatakan halusinasi
yang
didengar/dilihat Membuat
jadwal
kegiatan sehari hari agar
halusinasi
tidak
sempat
muncul Meminta keluarga/teman/pera wat menyapa jika tampak
bicara
sendiri
16
3.4. Bantu klien memilih dan
melatih
memutus
cara
halusinasi
secara bertahap 3.5.
Beri
kesempatan
melakukan cara yang dilatih. hasilnya
Evaluasi dan
beri
pujian jika berhasil 3.6.
Anjurkan
klien
mengikuti
terapi
aktivitas
kelompok,
orientasi
realita,
stimulasi persepsi TUK 4 :
4. Keluarga dapat membina 4.1 Anjurkan klien untuk
Klien dapat dukungan dari
keluarga
mengontrol
dalam
hubungan saling percaya memberitahu keluarga jika dengan perawat.
4. Keluarga
mengalami halusinasi
dapat
17
halusinasinya
menyebutkan
pengertian, 4.2
Diskusikan
tanda dan tindakan untuk keluarga mengendalikan halusinasi.
dengan
(pada
saat
keluarga berkunjung/ pada saat kunjungan rumah) Gejala
halusinasi
yang dialami klien Cara
yang
dapat
dilakukan klien dan keluarga
untuk
memutus halusinasi Cara anggota
merawat keluarga
yang halusinsi di rumah: kegiatan, biarkan makan
beri jangan sendiri, bersama,
bepergian bersama. Beri
informasi
18
waktu atau
follow kapan
up
perlu
mendapat
bantuan
halusinasi
tidak
terkontrol,
dan
resiko
mencederai
orang lain. TUK 5 : Klien memanfaatkan dengan baik.
5. Klien dapat obat
dan
dapat manfaat,
keluarga 5.1
dosis,
5. Klien
dengan
dan dosis, efek samping dan memperbaiki manfaat obat.
Putus 5.2 Anjurkan klien minta
obat sendiri obat pada perawat
penggunaan
dan merasakan manfaatnya.
dengan benar
membantu saraf
obat
dapat
menyebabkan kekambuhan, sehingga
perlu
penkes
tentang cara minum obat.
mendapatkan tentang 5.3 Anjurkan klien bicara
informasi dan
efek dengan
dokter
yang
terganggu.
dapat
mendemonstrasikan
manfaat
dengan Pengobatan
menyebutkan klien dan keluarga tentang farmakologi,
efek samping obat
5. Klien
Diskusikan
tentang
19
samping obat
manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
5. Klien memahami akibat berhenti minum obat 5.4
tanpa konsultasi
Diskusikan
akibat
berhenti minum obat tanpa 5. Klien
dapat konsultasi
menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat. 5.5
Bantu
klien
menggunakan obat dengan prinsip 5 (lima) benar.
20
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HDR Tgl
No
Dx Keperawatan
Perencanaan
Rasional
Dx Tujuan Harga diri rendah
Kriteria Evaluasi
Intervensi
TUM : Klien dapat membina hubungan saling percaya TUK : 1. Klien
dapat
membina hubungan saling
percaya
dengan perawat
1. Ekspresi
wajah 1. Bina
bersahabat, menunjukkan
rasa
hubungan
saling Membangun
percaya
dengan kepercayaan
antara
mengungkapkan
prinsip perawat
klien.
senang. Ada kontak
komunikasi terapeutik :
mata,
Sapa
mau
berjabat
klien
dan
Kepercayaan
yang
dengan dibina sejak dini dapat
21
tangan,
mau
menyebutkan
nama,
mau menjawab salam, klien
mau
duduk
berdampingan dengan perawat,
mau
mengutarakan masalah yang dihadapi
ramah
baik
verbal membuat klien mau
maupun nonverbal
terbuka
tentang
Perkenalkan diri dengan kondisi
yang
dialaminya.
sopan Tanyakan nama lengkap dan
nama
panggilan
yang disukai klien Jelaskan
tujuan
pertemuan Jujur dan menepati janji Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya Beri perhatian kepada klien
dan
perhatikan
kebutuhan dasar klien 2. Klien
dapat 2. Klien mengidentifikasi 2.1 Diskusikan kemampuan dan Diskusi tentang aspek
mengidentifikasi kemampuan
kemampuan dan aspek aspek positif yang dimiliki klien positif dapat membuat dan
aspek positif yang
positif yang dimiliki :
dan buat daftarnya jika klien klien menyadari aspek
Kemampuan yang tidak mampu mengidentifikasi positif
yang
22
dimiliki
dimiliki klien
Aspek
maka dimulai oleh perawat dimilikinya.
positif untuk memberi pujian pada aspek
keluarga
Aspek
positif
yang
dimiliki
positif klien.
lingkungan
yang
dimiliki klien 2.2
Setiap
bertemu
klien
hindarkan memberi penilaian negatif
Mencegah
klien
merasa harga dirinya rendah.
23
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL No
No
Dx
Dx
Keperawatan
Isolasi Sosial
Perencanaan Tujuan TUM :
dapat
1. Klien menunjukkan tanda – tanda percaya kepada / terhadap perawat : -
Wajah
cerah,
tersenyum -
Mau berkenalan
-
Ada kontak mata
-
Bersedia menceritakan perasaan
-
Bersedia mengungkapkan
hubungan
saling Hubungan
saling
percaya
merupakan
dasar
interaksi
percaya dengan: Beri
manusia individualis.
hubungan
percaya
Intervensi
pencapain perilaku sedangkan
membina
saling
Kriteria Evaluasi Apakah perlu target waktu 1.1 Bina
TUK : 1. Klien
Rasional
salam
setiap terapeutik antara perawat dan klien sehingga bisa membuat
berinteraksi
Perkenalkan nama, nama pasien percaya dan terbuka pada panggilan perawat, dan perawat tujuan
perawat
berkenalan Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi Tanyakan perasaan klien
24
masalahnya
dan masalh yng dihadapi klien Buat kontrak interaksi yang jelas Dengarkan
dengan
penuh perhatian ekspresi perasaan klien 2. Klien mampu
2. Setelah 5x pertemuan klien 2.1 dapat
menyebutkan
isolasi sosial
pada
klien Mengidentifikasi
satu tentang:
menyebutkan penyebab isolsi sosial dari : penyebab
Tanyakan
orang
klien yang
tinggal
-
Diri sendiri
serumah/teman sekamar
-
Orang lain
klien
-
lingkungan
terhadap
pengetahuan kondisi
dialaminya
orang yang paling dekat dengan klien di rumah/ di RS apa yang membuat klien dekat
dengan
orang
tersebut orang yang tidak dekat
25
yang
dengan klien dirumah/di RS apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut upaya
yang
dilakukan
harus
agar
dekat
dengan orang lain 2.2 Beri kesempatan pada klien
untuk
mengungkapkan penyebab menarik diri atau tidak mu bergaul 2.3
beri
pujian
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapkan perasaannya 3. klien mampu menyebutkan
3. setelah 5x pertemuan klien dapat
menyebutkan
3.1
tanyakan tentang:
pada
klien 3.1
membantu mengatasi
klien
dalam
masalah
isolasi
26
keuntungan
keuntungan berhubungan
berhubungan
dengan
dengan orang
misalnya
lain
dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang
-
orang
lain,
tidak
orang lain, misalnya:
kesepian tidak bisa diskusi
3.2 membantu perawat mengenali
tidak
klien
dengan
berhubungan
orang
lain
sert
perawat intervensi
selanjutnya
berhubungan
orang
lain
dan
kerugian tidak berhubungan
3.3 Untuk mengetahui penyebab
dengan orng lain
klien
menarik
diri
dari
lingkungan
3.3 diskusikan bersama klien tentang,
kerugian
menentukan
tentang
keuntungan
dan
membantu
mengungkakan
perasaan
tentang
dalam
dengan
3.2 beri kesempatan pada klien untuk
klien
keuntungan
dengan
orang lain
saling menolong, dan
-
jika
berhubungan
bisa diskusi
sendiri
dengan
perasaan
kerugian
berhubungan dengan
-
berhubungan
tidak kesepian
-
sosial yang ada pada diri klien
jika
orang lain
banyak teman
kerugin
lain
manfaat
manfaat
berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4.3
membuat
klien
merasa
dihargai oleh orang – orang
27
3.4
beri
pujian
terhadap
kemampuan
yang ada disekitarnya
klien
mengungkapkan perasaannya
4. klien
dapat 4. klien dapat melakukan 4.1 observasi perilaku klien 4.1
melaksanaka n
hubungan
sosial
secara
hubungan bertahap antara :
sosial secara bertahap
dengan
untuk
melihat
kondisi
berhubungan perilaku klien terkait hubunganny
dengan orang lain
K–P
K – perawat lain
untuk
K – klien lain
berkomunikasi dengan :
K – kelompok/masyarakt
dengan orang lain
4.2 Motivasi dan bantu klien 4.2 berkenalan
untuk
melatih
klien
/ berinteraksi dengan sesame
Perawat Perawat lain Klien lain Kelompok masyarakat
4.3
membantu
klien
dalam
4.3 libatkan klien dalam Terapi bersosialisasi dengan orang lain Aktivits Kelompok 4.4 melatih klien dalam
28
Sosialita 4.4
bersosialisasi
motivasi
klien
untuk 4.5
mengikuti kegiatan ruangan 4.5
beri
pujian
membuat
klien
merasa
kemampuannya dihargai
terhadap
kemampuan
klien
memperluas pergaulannya
4.6 jadwal harian yang tepat dapat membantu klien dalam
4.6 diskusikan jadwal harian meningkatkan
kemampuan
yang dapat dilakukan untuk bersosialisasi meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi
5. Klien
5. setelah 5x pertemuan klien
kesempatan
mampu
dapat
mengungkap
perasaannya
setelah
perasaannya
kan
berhubungan dengan orang
berhubungan
perasannya
lain untuk :
lain
setelah berhubungan
-
mengungkapkan
Beri
Diri sendiri
untuk
klien
Mendorong
pasien
untuk
mengungkapkan mengungkapkan perasaannya setelah dengan
orang
Diskusikan dengan klien
29
dengan orang
-
Orang lain
tentang perasaannya setelah
lain
-
lingkungan
berhubungan
dengan
orang
lain Beri
pujian
kemampuan
terhadap klien
mengungkapkan perasaannya
membuat
klien
merasa
kemampuannya dihargai
30
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI Tgl
No
Dx Keperawatan
Perencanaan
Rasional
Dx Tujuan Defisit perawatan diri
Kriteria Evaluasi
Intervensi
TUM : Klien melakukan
mampu perawatan
diri secara mandiri
1. Dalam 4 kali interaksi 1. Bina hubungan saling Membangun
TUK :
klien
1. Klien
dapat
menunjukkan
tanda-tanda
percaya
membina hubungan
kepada perawat :
saling
percaya
dengan perawat
Wajah
percaya
Beri salam setiap perawat interaksi
cerah,
kepercayaan
antara
dan
Kepercayaan
klien. yang
Perkenalkan nama, dibina sejak dini dapat panggilan membuat
klien
mau
tersenyum
nama
Mau berkenalan
perawat, dan tujuan terbuka tentang kondisi
31
Ada kontak mata
Menerima
perawat berkenalan Tanyakan nama dan
kehadiran perawat
panggilan kesukaan
Bersedia
klien
menceritakan perasaannya.
yang dialaminya.
Tunjukkan
sikap
jujur dan menepati janji
setiap
kali
berinteraksi Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien Buat
kontrak
interaksi yang jelas. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati Penuhi
kebutuhan
dasar klien
32
2. Klien
mengetahui 2. Dalam…kali interaksi 2. Diskusikan
dengan Diskusi
pentingnya
klien menyebutkan :
klien :
perawatan diri
Penyebab
Penyebab
tidak
merawat diri
Manfaat
perawatan
diri
klien bermaksud
menggali
tidak merawat diri
menjaga
Manfaat
pengetahuan awal klien
menjaga tentang perawatan diri, diri juga
perawatan diri
perawatan
Tanda-tanda bersih
untuk keadaan fisik, perawat
dan rapi
mental, dan social
Gangguan
yang
mempermudah menentukan
intervensi selanjutnya.
Tanda-tanda
dialami
jika
perawatan diri yang
perawatan
diri
baik
tidak diperhatikan
tentang
Penyakit
atau
gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh
klien
bila
perawatan diri tidak adekuat
33
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN No
No
Dx
Dx
Keperawatan
Perencanaan Tujuan
Perilaku
TUM
Kekerasan
mampu
:
–
kekerasan secara mandiri
tanda
percaya
pada
-
dapat
membina hubungan
1. Bina
wajah
cerah,
hubungan
saling Hubungan
saling
percaya
merupakan
dasar
interaksi
percaya dengan: Beri
perawt
tersenyum
TUK :
percaya
Intervensi
1. klien menunjukkan tanda
perilaku
saling
Kriteria Evaluasi
klien Klien menunjukkan
mengontrol
1. klien
Rasional
salam
setiap terapeutik antara perawat dan klien sehingga bisa membuat
berinteraksi
Perkenalkan nama, nama pasien percaya dan terbuka pada
-
mau berkenalan
panggilan perawat, dan perawat
-
ada kontak mata
tujuan
-
bersedia
berkenalan
perawat
menceritakan
Tanyakan dan panggil
permasalahan
nama kesukaan klien Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
34
Tanyakan perasaan klien dan
masalah
yang
dihadapi klien Buat kontrak interaksi yang jelas Dengarkan
dengan
penuh perhatian ekspresi perasaan klien 2. Klien
dapat
2.
klien
menceritakan 2. bantu klien mengungkapkan Mengidentifikasi
mengidentifi
penyebab perilku kekerasan perasaan marahnya :
klien
kasi
yang dilakukannya :
perilaku
penyebab
-
perilaku
Menceritkan penyebab
kekerasan
Motivasi klien untuk
sendiri
dilakukan
kondisi
kekerasan
dari yang
dilakukannya
menceritakan penyebab perasaan
jengkel/kesal baik dari
yang
terhadap
pengetahuan
maupun
lingkungannya
rasa kesal atau rasa jengkelnya Dengarkan
tanpa
menyela atau member penilaian
setiap
ungkapan perasan klien 3. Klien
dapat
3.
klien
menceritakan 3. bantu klien mengungkapkan Membantu
perawat
35
mengidentifi kasi tanda – tanda perilku
keadaan -
tanda
Fisik : mata merah, tangan
kekerasan -
mengepal,
tanda
perilaku mengidentifikasi tanda – tanda
kekerasan yang dialminya :
Emosional : perasaan
fisik
marah, jengkel, bicara
kekerasan terjadi
saat
perilaku
klien
Sosial : bermusuhan
menceritakan
yang
emosinya saat terjadi
terjadi kekerasan
perilaku
yang
kondisi
Motivasi saat
kekerasan
klien
menceritkn
dialami
perilaku
ditujukan oleh klien
Motivsi
ekspresi tegang dll
kasar -
–
kondisi
perilaku kekerasan Motivasi menceritakan
klien kondisi
psikologis saat terjadi perilaku kekerasan Motivasi menceritakan
klien kondisi
hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku kekerasan
36
4. Klien
dapat 4. klien menjelaskan :
mengidentifi kasi
jenis
-
selama
kekerasn yang pernah dilakukannya
Jenis – jenis ekspresi kemarahan
perilaku
4. Diskusikan dengan klien Untuk
yang ini
telah
-
Perasaanya
kekerasan
yang menentukan latihan yang efektif
dilakuknnya selama ini : Motivasi
klien
saat
untuk perilaku kekerasan yang dialami klien
jenis tindak kekerasan
melakukan kekerasan
yang selama ini pernah
Efektivitas cara yang
dilakukannya
dipakai
perawat
menceritakan jenis –
dilakukannya -
perilaku
membantu
dalam
Motivasi
menyelesaikan
menceritakan
masalah
klien
setelah
kekerasan
klien persaan tindak tersebut
terjadi Diskusikan
apakah
dengan
tindak
kekerasan dilakukannya
yang masalah
yang dialami teratasi 5. Klien
dapat 5. klien menjelaskan akibat 5. diskusikan dengan klien Untuk membantu klien dalam
37
mengidentifi
tindak
kasi
dilakukannya
akibat
perilaku kekerasan
-
-
kekerasan
yang akibat negative (kerugian) cara mengenali akibat atau dampak yang dilakukan pada :
perilku
yang
dilakukannya
Diri sendiri : luka,
Diri sendiri
dijauhi teman dll
Orang lain/keluarga
Orang lain / keluarga :
lingkungan
luka,
kekerasan
tersinggung,
ketakutan, dll -
Lingkungan : barang atau benda rusak, dll
6. klien
dapat 6. klien :
mengidentifi kasi
cara
konstruktif dalam mengungkap kan kemarahan
-
6. diskusikan dengan klien :
menjelaskan cara – cara
sehat
mengungkpkn marah
apakah
klien
mau
Cara yang sehat dapat membantu klien
dalam
mengungkapkan
kemarahannya
mempelajari cara baru mengungkapkn
marah
yang sehat jelaskan
berbagai
alternative pilihn untuk mengungkapkan selain kekerasan
mrh
perilaku yang
38
diketahui klien jelaskan cara – cara sehat
untuk
mengungkapkan marah : cara fisik : nafas dalam,
pukul
bantal atau kasur, olahraga sosial
:
asertif
latihn dengan
orang lain 7. klien
dapat 7. klien memperagkan cara 7.1
mendemonstr
mengontrol
sikan
kekerasan :
cara
mengontrol perilaku
-
fisik dalam,
kekerasan
perilaku
:
tarik
nafa
memukul
verbal
cara
yang 7.1
Membantu
klien
untuk
mungkin dipilih dan anjurkan memilah cara atau latihan yang klien memilih
kasur atau bantal -
Diskusikan
mungkin
cara
yang ia sukai serta untuk
mengungkapkan kemarahannya
: 7.2 Latih klien memperagakan
mengungkapkan
39
perasaan kesal atau
cara yang dipilih :
jengkel pada orang
peragakan
lain tanpa menyakiti -
melaksanakan
spiritual : zikir/doa, medikasi
7.2
memastikan
klien
mengetahui latihan yang ia pilih cara cara
yang dipilih
sesuai
jelaskan manfaat cara
agamanya
tersebut anjurkan menirukan
klien peragaan
yang sudah dilakukan beri penguatan kepada klien perbaiki cara yang masih belum sempurna 7.3
Anjurkan
klien
menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah atau jengkel
7.3
membantu
klien
40
mengungkapkan kemarahannya dengan cara yang sudah diltih 8. klien menggunaka n obat sesuai dengan program yang ditetapkan 9. klien menggunaka n obat sesuai program
8. Klien menjelaskan : -
manfaat minum obat
-
kerugian tidak minum obat
-
nama obat
-
bentuk dan warna obat
-
dosis yang diberikan kepadanya
-
waktu pemakaian
-
cara pemakain
-
efek yang dirasakan
8.1
jelaskan
menggunakan
manfaat 8.1 memberikan informasi yang obat
secara tepat
membantu
teratur dan kerugian jika mengetahui tidak menggunakan obat
klien
keuntungan
dan
kerugian menggunakan obat
8.2 jelaskan kepada klien :
8.2
jenis obat (nama,warna dan bentuk obat)
membantu
klien
mengetahui/memahami 5 benar obat yang diberikan
dosis yang tepat untuk klien waaktu pemakaian cara pemakain efek
yang
akan
dirasakan klien 8.3 anjurkan klien : minta menggunakan
dan obat 8.3
Melatih
klien
dalam
41
tepaat waktu
meminum obat secara mandiri
lapor ke perawat atau dokter jika mengalami efek yang tidak biasa beri
pujian
terhadap
kedisiplinan
klien
menggunakan obat
42
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI No
No
Dx
Dx
Keperawatan
Perencanaan Tujuan
Kriteria Evaluasi
Resiko bunuh TUK : diri
1.
Rasional Intervensi
Setelah 5x pertemuan 1.1 Kenalkan diri pada klien klien
membina
dapat hubungan
saling percaya
klien dapat :
1.2
Tanggapi
pembicaraan
Menjawab salam
klien dengan sabar dan tidak
Kontak mata
menyangkal
Menerima perawat
Berjabat tangan
1.3 bicara tegas, jelas dan jujur 1.4
bersifat
hargai
dan
klien
saat
bersahabat 1.5
tangani
keinginan mencederai klien 1.6 jauhkan klien dari bendabenda
yang
membahayakan
(seperti pisau, silet, gunting,
43
dll) 2.
klien
dapat 2. Setelah 5x pertemuan 2.1 dengarkan keluhan yang
mengekspresikan
klien
perasaannya
menceritakan penderitaan
dapat klien rasakan
secara
terbuka dan konstruktif dengan orang lain.
2.2
bersikap
meningkatkan keraguan,
empati
untuk
ungkapan
ketakutan
dan
keprihatinan. 2.3 beri dorongan pada klien untuk
mengungkapkan
harapan, karena harapan adalah hal
yang terpenting
dalam
kehidupan 2.4 beri klien waktu dan kesempatan
untuk
menceritakan arti penderitaan, kematian, dan sekarat. 2.5 Beri dorongan pada klien untuk mengekspresikan tentang
44
mengapa harapan tidak pasti dan
dalam
hal-hal
dimana
harapan mempunyai kegagalan
3. klien menggunakan 3. Setelah 5x pertemuan 3.1 dukungan sosial
klien dapat :
untuk
yang ia senang lakukan setiap hari
tentang yang 3.2
hubungan positif
dengan
bantu
klien
untuk
mengenali hal-hal yang ia cintai, yang ia sayang.
orang terdekat
klien
mengantisipasi pengalaman
Mengekspresikan perasaan
Ajarkan
Mengekspresikan percaya diri dengan hasil
yang
diinginkan
Mengekspresikan percaya diri dengan diri
sendiri
dan
45
orang lain
Menetapkan
tujuan
dan realistis
46