Lampiran 2.docx

  • Uploaded by: inka
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lampiran 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,093
  • Pages: 15
26

Lampiran 2 MATERI KASUS 1 A. Pemenuhan Gizi pada Bayi 1. Mengenal Balita Secara harfiah, bayi adalah seorang makhluk hidup yang belum lama lahir . Bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan pembagian sebagai berikut: Masa neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari 1) Masa neonatal dini, yaitu usia 0 – 7 hari 2)Masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari . Masa pasca neonatal, yaitu usia 29 hari – 1 tahun Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun, namun tidak ada batasan yang pasti. Anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia dibawah satu tahun berbeda dangan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu Ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa.

26

27

2. Peran makanan a. Makanan Sebagai Sumber Zat Gizi Di dalam makanan terdapat 6 jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. 1) Zat Tenaga Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat,

lemak

dan

protein.

Bagi

balita,

tenaga

diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relative lebih besar daripada orang dewasa. 2) Zat Pembangun Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak. 3) Zat Pengatur Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.

28

a) Vitamin, baik yang larut dalam air (vitamin B kompleks dan vitamin C) maupun yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). b) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour c) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh 4) Kebutuhan Gizi Bayi umur 6-24 bulan Usia

ini

sangat

penting

bagi

perkembangan

dan

pertumbuhan anak sehingga semua kebutuhan gizinya harus terpenuhi. Anak juga baru diperkenalkan pada makanan pendamping ASI (MPASI). Zat gizi yang mereka perlukan adalah:

a) Energi berfungsi untuk menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Usia 1-6 bulan kebutuhan energy meningkat sesuai dengan berat badan (±112 kkal per kilogram berat badan). Sampai usia dua tahun, keperluan energy per kilogram berat badan menurun, ini berlangsung selama masa anak – anak. Kebutuhan energy pada usia 6-24 bulan adalah 950 kkal per hari. b) Protein berfungsi untuk membentuk sel – sel baru yang akan menunjang proses pertumbuhan seluruh organ tubuh, juga pertumbuhan, dan perkembangan otak anak. Kebutuhan protein pada usia 6-24 bulan adalah 20 gram.

29

c) Lemak berperan penting dalam proses tumbuh kembang sel – sel saraf otak untuk kecerdasan anak. Lemak yang diperlukan adalah asam lemak esensial (asam linoleat/ omega 6, asam linoleat/ omega 3) dan asam lemak non esensial (asam oleat/ omega 9, EPA, DHA, AA) d) Vitamin A berfungsi untuk menjaga kesehatan mata, menjaga kelembutan kulit dan pertumbuhan optimal anak. e) Vitamin C berfungsi untuk pembentukkan kolagen (tulang rawan), meningkatkan daya tahan tubuh dan penyerapan kalsium yang diperlukan untuk pembentukkan tulang dan gigi yang kuat. f) Iodium/ yodium berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan

tubuh

sehingga

tidak

mengalami

hambatan seperti kretinisme/ kerdil, berperan dalam proses metabolism tubuh, mengubah karoten yang terdapat dalam makanan menjadi vitamin A. g) Kalsium penting dalam pembentukkan tulang dan gigi, kontraksi dalam otot, membantu penyerapan vitamin B12 (untuk mencegah anemia dan membantu membentuk sel darah merah).

30

h) Zinc/ zat seng tersebar di semua sel, jaringan dan organ tubuh. Diperlukan untuk pertumbuhan, fungsi otak dan mempengaruhi respon tingkah laku dan emosi anak. i) Zat besi diperlukan untuk pertumbuhan fisik dan mempengaruhi penggunaan energi yang diperlukan tubuh, pembentukkan sel darah yang membantu proses penyebaran zat gizi serta oksigen ke seluruh organ tubuh. j) Asam folat sangat penting pada masa pertumbuhan anak, memproduksi sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang, berperan dalam pematangan sel darah merah dan mencegah anemia.

b. Kebutuhan Energi Kebutuhan energi bayi dan balita relative besar dibandingkan dengan

orang

dewasa,

sebab

pada

usia

tersebut

pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. c. Kebutuhan Zat Pembangun Secara fisiologis, bayi yang usianya kurang dari 1 tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil. Namun, jika dibandingkan denganbalita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa.

31

d. Kebutuhan Zat Pengatur Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.

B. Konsep Makanan Pendamping ASI 1. Pengertian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), yaitu makanan yang diberikan kepada bayi bersama-sama dengan ASI. MP-ASI diberikan setelah usia 6 bulan karena cadangan vitamin dan mineral dalam tubuh bayi yang didapat semasa dalam kandungan mulai menurun, sehingga diperlukan makanan tambahan selain ASI 2. Tujuan Pemberian MP-ASI a. MP-ASI diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikomotor, otak dan kognitif bayi yang semakin meningkat. b. MP-ASI diberikan untuk mengembangkan kemampuan bayi menerima

berbagai

rasa

dan

tekstur

makanan,

serta

mengembangkan ketrampilan makanan dan proses adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar alergi tinggi. 3. Pemberian MP-ASI MP-ASI dapat diberikan saat usia bayi mencapai 6 bulan. Ukuran kecukupan produksi ASI bagi bayi dapat dilihat dari kenaikan berat badan dan kesehatan bayi. Bila diberikan saat usia dibawah 6 bulan, system pencernaannya belum memiliki enzim untuk

32

mencerna makanan sehingga memberatkan kerja pencernaan dan ginjal bayi. Selain itu, usus bayi belum dapat menyaring protein dalam jumlah besar, sehingga dapat menimbulkan reaksi batuk, diare dan alergi. Terlalu dini memberikan MP-ASI akan menyebabkan kebutuhan ASI

bayi berkurang. Sebaliknya,

mengembangkan

ketrampilan

bila

makan,

terlambat seperti

akan

sulit

menggigit,

mengunyah, tidak menyukai makanan padat, kekurangan gizi penting 4. Tanda-tanda bayi siap menerima MP-ASI a. Berusia sedikitnya 6 bulan dan berat badannya sudah mencapai dua kali lipat dari beratnya saat lahir. b. Mulai memasukkan sesuatu ke dalam mulut untuk digigit atau dikunyah. c. Bayi telah dapat mengendalikan lidahnya dengan baik. d. Bayi kadang terlihat tidak puas dengan pemberian ASI. e. Mulai sering rewel karena lapar. f. Mudah terbangun di malam hari setelah tidur lelap g. Mulai tumbuh gigi. h. Bayi mulai dapat mengontrol gerakan kepalanya dengan baik. i.

Mulai melakukan gerakan mengunyah keatas dan kebawah.

j.

Kenaikan berat badannya tampak agak lambat dibandingkan sebelumnya.

33

k. Terlihat tertarik apa yang dimakan ibu. l.

Bayi terlihat dapat menahan makanan cair didalam mulutnya.

5. Memberikan makanan tambahan terlalu cepat berbahaya a. Seseorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat makanan diberikan, anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibupun memproduksinya lebih sedikit, sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. b. Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga resiko infeksi meningkat. c. Resiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI. d. Makanan yang diberikan sebagai pengganti sering encer, buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan oleh bayi. Makanan ini memang membuat lambung penuh, tetapi memberi nutrien lebih sedikit dari pada ASI, sehingga kebutuhan anak tidak terpenuhi. 6. Jadwal Pemberian Makanan untuk Bayi Umur

Macam

Pemberian

(Bulan)

Makanan

dalam sehari

0-4

ASI

6 atau 7

Jam Pemberian

Diberikan tiap 3 jam

(0-3mg ASI

6, 9, 12, 15, 18, 21

diberikan

dan 24

sekehenda k) 4-6

ASI

4 atau 5

6,10,14,18,21

34

6-8

Buah

1

12

Bubur Susu

1

8

ASI

4 atau 5

6,10,14,18,21

Buah

1

16

Bubur Susu

1

8

Nasi Tim

1

12

ASI

3 atau 4

6,10,14,18,21

Buah

1

16

Bubur Susu

1

8

Nasi Tim

1

12,18

ASI

3 atau 4

6,10,14,18,21

Buah

1

16

Nasi Tim

1

8,12,18

Buah

2 atau 3

6,14,21

Nasi

1

16

Makanan Kecil

3

8,12,18

(Biskuit, Bb

2

10

Saring 8-10

Dihaluskan 10-12

> 12

ASI

Tim/makanan kecil

Kacang Hijau,dll) (Sumber : Mervyn G. Hardinge, 2002)

35

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL(PMS)

A. Pengertian Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002). Terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba(bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering

ditemukan

syphilis,trichomoniasis,

adalah

infeksi

chancroid,

gonorrhea,

herpesgenital,

chlamydia,

infeksi

human

immunodeficiensy virus (HIV) dan hepatitis B. HIV dan syphilis juga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan dan kelahiran, dan juga melalui darah serta jaringan tubuh (WHO,2009)

B. Penyebab Penyakit Menular Seksual Menurut

Handsfield(2001)

dalam

menular

seksual

diklasifikasikan

dapat

Chiuman

(2009), Penyakit berdasarkan

agen

penyebabnya, yakni: a. Dari

golongan

bakteri,

yakni

Neisseria

gonorrhoeae,

Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Ureaplasma

36

urealyticum,

Mycoplasma

hominis,

Gardnerella

vaginalis,

Salmonella sp, Shigella sp, Campylobacter sp, Streptococcus group B, Mobiluncus sp. b. Dari

golongan

protozoa,

yakni

Trichomonas

vaginalis,

Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, c. Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus(tipe 1 dan2), Herpes Simplex Virus (tipe 1 dan 2), Human papiloma Virus, d. Cytomegalovirus, Epstein-barr virus, Molluscum contagiosum virus, e. Dari golongan ektoparasit, yakni Phthirus pubis dan Sarcoptes scabei

C. Penularan Penyakit Menular Seksual Menurut Karang Taruna(2001), sesuai dengan sebutannya cara penularan Penyakit Menular Seksual ini terutama melalui hubungan seksual yang tidak terlindungi, baik pervaginal, anal, maupun oral. Cara penularan lainnya secara perinatal, yaitu dari ibu ke bayinya, baik selama kehamilan, saat kelahiran ataupun setelah lahir. Bisa melalui transfuse darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah. Dan juga bisa melalui penggunaan pakaian dalam atau handuk yang telah dipakai penderita Penyakit Menular Seksual(PMS).

37

Perilaku seks yang dapat mempermudah penularan PMS adalah : 1. Berhubungan seks yang tidak aman (tanpa menggunakan kondom). 2. Gonta-ganti pasangan seks. 3. Prostitusi. 4. Melakukan hubungan seks anal (dubur), perilaku ini akan menimbulkan luka atau radang karena epitel mukosa anus relative tipis dan lebih mudah terluka disbanding epitel dinding vagina. 5. Penggunaan pakaian dalam atau handunk yang telah dipakai penderita PMS (Hutagalung, 2002).

D. Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual Secara garis besar Penyakit Menular Seksual dapat dibedakan menjadi empat kelompok, antara lain: a. PMS yang menunjukkan gejala klinis berupa keluarnya cairan yang keluar dari alat kelamin, yaitu penyakit Gonore dan Uretritis NonSpesifik(UNS) b. PMS yang menunjukkan adanya luka pada alat kelamin misalnya penyakit Chanroid(Ulkus mole), Sifilis, LGV, dan Herpes simpleks.

38

c. PMS yang menunjukkan adanya benjolan atau tumor, terdapat pada penyakit Kondiloma akuminata. d. PMS yang memberi gejala pada tahap permulaan, misalnya penyakit Hepatitis B (Daili, 2007).

F. Gejala-Gejala Umum Penyakit Menular Seksual. Pada anak perempuan gejalanya berupa: a. Cairan yang tidak biasa keluar dari alat kelamin perempuan warnanya kekuningan-kuningan, berbau tidak sedap. b. Menstruasi atau haid tidak teratur. c. Rasa sakit di perut bagian bawah. d. Rasa gatal yang berkepanjangan di sekitar kelamin. Pada anak laki-laki gejalanya berupa: 1) Rasa sakit atau panas saat kencing. 2) Keluarnya darah saat kencing. 3) Keluarnya nanah dari penis. 4) Adanya luka pada alat kelamin. 5) Rasa gatal pada penis atau dubur (Hutagalung, 2002).

G. Pencegahan Penyakit Menular Seksual Adapun upaya pencegahan Penyakit Menular Seksual yang dapat dilakukan adalah: a. Tidak melakukan hubungan seks.

39

b. Menjaga perilaku seksual (seperti: penggunaan kondom). c. Bila sudah berperilaku seks yang aktif tetaplah setia pada pasngannya. d. Hindari penggunaan pakaian dalam serta handuk dari penderita PMS. e. Tawakal pada Tuhan Yang Maha Esa. f. Bila Nampak gejala-gejala PMS segera ke dokter atau petugas kesehatan setempat (Ningsih,1998).

H. Penatalaksanaan Penyakit Menular Seksual Menurut WHO(2003), penanganan pasien infeksi menular seksual terdiri dari dua cara, bisa dengan penaganan berdasarkan kasus(case

management)

ataupun

penanganan

berdasarkan

sindrom (syndrome management). Penanganan berdasarkan kasus yang efektif tidak hanya berupa pemberian terapi anti mikroba untuk menyembuhkan dan mengurangi infektifitas mikroba, tetapi juga diberikan perawatan kesehatan reproduksi yang komprehensif. Sedangkan penanganan berdasarkan sindrom didasarkan pada identifikasi dari sekelompok tanda dan gejala yang konsisten, dan penyediaan pengobatan untuk mikroba tertentu yang menimbulkan sindrom. Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah penanganan berdasarkan mikrooganisme penyebnya. Namun, dalam

40

kenyataannya penderita infeksi menular seksual selalu diberi pengobatan secara empiris (Murtiastutik, 2008). Antibiotika untuk pengobatan IMS adalah: 1. Pengobatan gonore: penisilin, ampisilin, amoksisilin, seftriakson, spektinomisin, kuinolon, tiamfenikol, dan kanamisin (Daili, 2007). 2. Pengobatan sifilis: penisilin, sefalosporin, termasuk sefaloridin, tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol (Hutapea, 2001). 3. Pengobatan herpes genital: asiklovir, famsiklovir, valasiklovir (Wells et al, 2003). 4. Pengobatan klamidia: azithromisin, doksisiklin, eritromisin (Wells et al., 2003). 5. Pengobatan trikomoniasis: metronidazole (Wells et al., 2003). Resisten adalah suatu fenomena kompleks yang terjadi dengan pengaruh dari mikroba, obat antimikroba, lingkungan dan penderita. Menurut Warsa (2004). resisten antibiotika menyebabkan penyakit makin berat, makin lama menderita, lebih lama di rumah sakit, dan biaya lebihmahal.

I. Komplikasi Penyakit Menular Seksual Suatu studi epidemiologi menggambarkan bahwa pasien dengan infeksi menular seksual lebih rentan terhadan HIV. Infeksi menular seksual diimplikasikan sebagai faktor yang memfasilitasi penyebaran HIV (WHO,2004).

Related Documents


More Documents from ""