BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif). Penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medic. Pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan secara sinergis antar disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan (Nursalam, 2007). Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat (Arwani, 2005). Keperawatan sebagai pelayanan yang professional bersifat humanistic, menggunakan pendekatan holistic, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuham objektif klien, mengacu pada standard professional secara umum merupakan tanggung jawab seorang perawat yang selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan baik (etika) (Nursalam, 2007). Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervise terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Suchri, 2007).
1
Manajemen keperawatan merupakan suatu pelayanan keperawatan professional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan secara professional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Sugiyanto, 2002). Ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen yang baik (Arwani, 2002).Asuhan keperawatan merupakan titik sentral pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan yang bermutu hanya dapat dicapai dengan pengelolaan asuhan keperawatan yang professional. Model pemberian asuhan keperawatan merupakan salah satu pendekatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan professional yang menjamin terwujudnya kesinambungan dalam pemberian asuhan keperawatan dan akuntabilitas (Nursalam, 2007).
Rawat Inap Kelas III RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar dalam pengelolaan asuhan keperawatan profesionalnya menerapkan model pemberian asuhan keperawatan dengan metode TIM, melalui kerja kelompok yang terkoordinasi dan kooperatif dapat terwujud pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh lengkap terhadap pasien. Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki 2
kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memuaskan
kebutuhan
klien.
Dalam
rangka
meningkatkan
keterampilan manajerial peserta didik keperawatan selain mendapatkan materi kepemimpinan dan manajemen keperawatan juga melakukan praktik langsung di lapangan. Mahasiswa Program Profesi Ners, Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Sumatera Barat melalukan praktik Siklus Manajemen di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM
dengan arahan pembimbing klinik dan
pembimbing akademik. B. Tujuan 1.
Tujuan Umum Setelah dilakukan praktik kepemimpinan dan manajemen keperawatan di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM , mahasiswa mampu melakukan pengelolaan pelayanan keperawatan professional tingkat dasar secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang professional.
2. Tujuan Khusus Setelah melakukan praktik kepemimpinan dan manajemen keperawatan selama 3 minggu di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM mahasiswa mampu : a.
Melakukan pengkajian data yang meliputi profil umum ruang keperawatan, unsure input, unsure proses, dan unsure output.
b.
Menganalisa hasil kajian pada setiap sub unsure pada unsure input, unsure proses, dan unsure output.
c.
Membuat identifikasi permasalahan yang ada, memprioritaskan masalah tersebut dan menyusun rencana kegiatan.
d.
Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan sesuai rencana yang sudah disusun.
C. Manfaat 1.
Bagi penulis Sebagai sumber informasi dalam aplikasi konsep kepemimpinan dan manajemen keperawatan secara langsung.
3
a.
Bagi Instansi Pendidikan Sebagai bahan masukan kepada institusi pendidikan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk perbandingan dalam pemberian konsep asuhan manajemen keperawatan secara teori dan praktik.
b. Bagi RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM Batusangkar Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD. Prof. Dr. MA. Hanafiah, SM untuk meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang mengacu kepada model praktik keperawatan professional (MPKP).
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif dalam menjalankan suatu kegiatan diorgnisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999). Sedangkan manajemen menurut Fayol adalah memperkenalkan dan merencanakan, mengendalikan.
mengorganisasikan, Memperkirakan
memimpin, dan
mengkoordinasi,
merencanakan
dan
berarti
mempertimbangkan masa depan dan menyusun rencana aktifitas ( Fayol dalam bukunya Russel,2000). Manajemen
keperawatan
adalah
proses
pelaksanaan
pelayanan
keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan , dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Gillies, 1985). B. Komponen Manajemen Keperawatan Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan, yaitu : Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan, sistem klasifikasi pasien dan metode proses asuhan keperawatan. 1.
Sistem pengorganisasian Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan terdiri dari : a.
Metode fungsional Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuhan keperawatan dengan cara membagihabis tugas pada perawat yang berdinas. 1) Kelebihan metode fungsional a) Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
5
b) Perawat
senior
bertanggung
jawab
pada
tugas
manajerialsedangkan perawat junior bertanggung jawab pada perawatan pasien. 2) Kelemahan metode fungsional a) Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang terpisah-pisah atau tidak dapat mererapkan proses keperawatan. b) Perawat hanya melakuan tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja. b. Metode tim Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawatan terdiri dari tenaga profesional , teknikal dan pembantu. 1) Konsep metode tim a) Ketua TIM
harus mampu menerapkan berbagai
teknik
kepemimpinan. b) Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai. c) Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim. 2) Kelebihan metode tim a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh b) Mendukung pelaksanaan proses perawat c) Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik mudah diatasi. d) Memberikan kepuasan pada anggota tim. c. Metode keperawatan primer Metode
primer
komprehensif
yaitu
yang
metode
pemberian
merupakan
asuhan
penggabungan
keperawatan
model
praktik
keperawatan profesional. Setiap perawat profesional bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya. 1) Konsep dasar metode primer a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat b) Ada otonomi c) Ketertiban pasien dan keluarga
6
2) Ketenagaan metode primer a) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side” b) Bahan kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat c) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal d) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya maupun non profesionalsebagai perawat asisten. 3) Kelebihan metode keperawatan primer a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri 4) Kelemahan metode keperawatan primer Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, self direction, kemampuan
mengambil
keputusan
yang
tepat,
menguasai
keperawatan klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin. 2.
Sistem klasifikasi Pasien Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai dengan ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan yang dibutuhkan. Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984), adalah: a.
Minimal care Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam / 24 jam dengan kriteria: 1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri 2) Makan dan minum dilakukan sendiri 3) Ambulasi dengan pengawasan 4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shiff 5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil 6) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
b.
Intermediet care Memerlukan watu 3-4 jam/ 24 jam dengan kriteria:
7
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu 2) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam 3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dan sekali 4) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur c.
Perawatan intensif Perawat total care memerlukan waktu 5-6/ 24 jam dengan kriteria: 1) Segalanya diberikan atau dibantu 2) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vitaltiap 2 jam 3) Makan memerlukan NGT , menggunakan terapi intra vena 4) Pemakaian suction 5) Gelisah atau disorientasi
3.
Metode Proses Keperawatan Menurut Ali
(1997) proses keprawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah , sistematis, dinamis, dan terus- menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/ klien, dimulai dari pengkajian (pengumpulan data , analisa data dan penentuan masalah), diagnosa keprawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan. Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap dalam proses keperawatan, yaitu: a.
Pengkajian Pengkajian adalah upaya mengumpukan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga maslah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan yaitu, pengumpulan data, analisis data dan penentun masalah kesehatan serta keperawatan. 1) Pengumpulan data Tujuannya adalah diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga ada pasa pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental,
8
sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah dianalisis. Jenis data antara lain, data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui satu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjektif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga psien/saksi pasien lain misalnya, kepala pusing, nyeri dan mual. Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi : a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang b) Pola koping sebelumnya dan sekarang c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan e) Resiko untuk masalah potensial f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien 2) Analisa data Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan. 3) Perumusan masalah Setelah analisa data dilakukan,dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prirotitas masalah ditentukan berdasarkan criteria penting dan sekarang. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi. Sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : keadaan yang
9
mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan. b.
Diagnosis keperawatan Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000). Perumusan diagnosa keperawatan : 1) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditentukan. 2) Resiko : menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi 3) Kemungkinan : mnjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan 4) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejarhtera tertentu keingkat sejahtera yang lebih tinggi 5) Syndrome : diagnosa terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul atau timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu
c.
Rencana tindakan keperawatan Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien eralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang diharapkan (Gordon 1994). Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk merawat klien. Rencana keperawatan terorganisasi sehingga tiap perawat dapat dengn cepat mengidentifikasi
tindakan
keperawatan
yang
diberikan.
Renana
keperawatan yang dirumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas ashuna keperawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yan berkualotas tinggi dan konsisten. Rencana ashuna keperawatan tertulis 10
mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencangkup kebutuhan klien jangka panjang (foter, 1997) d.
Tindakan keperawatan Merupakan insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh kerena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan
untuk
memodifikasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut: 1) Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperwatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang di idntifikasi pada tahap perencanaan. 2) Tahap 2 : intervensi yaitu focus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen dan interdependen. 3) Tahap 3: dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencataan yang tepat dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan. e.
Evaluasi tindakan keperawatan Perencanaan evaluasi menurut criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasiendalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan pasien dengan tujan yang telah di rumuskan. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut: 1) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria atau rencana yang telah disusun.
11
2) Hasil tindakan keperawatan, berdasarkan criteria keberhasilan yang telah
dirumuskan
dalam
rencana
evaluasi.
Terdapat
tiga
kemungkinan hasil evalasi yaitu: a) Tujuan tercapai apabila pasien telah emnunjukan perbaikan atau kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan b) Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,
sehingga
perlu
dicari
penyebab
dan
cara
mengatasinya. c) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan atau kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data analisis diagnosa tindakan dan faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan. f.
Dokumentasi keperawatan Dokumentasi adalah segala sesuai tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai cacatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. (foter,2005).
Banyak
para
ahli
menyusun
system
dokumentasi
keperawatan. Sistem dokumentas ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri, namun pada dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa system pendokumentasian yang sering dipakai antara lain : Catatan Berorientasi pada sumber (Source Oriented Record ISOR). System ini member kemudahan dalam menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh karena biasanya masing-masing format telah dibuat secara spesifik. Namun demikian system ini memiliki kelemahan antara lain informasi menjadi sulit dipelajari secara lengkap karena masing-masing data berada pada format yang berbeda. Komponen SOR meliputi hal berikut : 1) Lembar penerimaan Lembar ini berisi data demografi pasien/klien seperti, nama, alamat, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta, diagnosis pada saat masuk rumah sakit.
12
2) Lembar instruksi dokter Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter yang dilengkapi dengan tanggal dan tanda tangan dokter yang bersangkutan. 3) Lembar riwayat medic Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik, kondisi kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut. 4) Catatan perawat Catatan
ini
mencakup
catatan,
pengkajian,
diagnosa,
intervensi, dan evaluasi. 5) Catatan dan laporan khusus Catatan ini
berisi tentang
laboratorium, laporan operasi,
hasil konsultasi, pemeriksaan
berbagai terapi fisik, tanda-tanda
vital, masukan dan haluaran cairan serta pengobatan. Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan, saling ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses keperawatan dan standar komunikasi. a. Keterampilan komunikasi secara tertulis Adalah keterampilan perawat dalam mencatat dengan jelas, mudah dimengerti.
Dalam kenyataannya dengan kompleknya
pelayanan keperawatan dan peningkatan kualitas, keperawatan, perawat dituntut untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain. b.
Dokumentasi proses keperawatan Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencari proses keperawatan. pencatatan proses keperawatan merupakan, metode yang tepat untuk pengambilan, keputusan yang sistematis, ptoblem solving,dan riset lebih lanjut. format proses keperawatan merupakan kerangka atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil berfikir dan tindakan keperawatan. dokumentasi
13
adalah bagian integral proses, bukan sesuatu yang berbeda dan metode problem solving. c.
Standar Dokumentasi Perawat
memerlukan
suatu,
keterampilan
untuk
dapat
memenuhi standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah suatu penyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Dengan adanya standar dokumentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas dokumentasi keperawatan. d.
Keterampilan Dalam Dokumentasi Keterampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5 komponen yaitu: 1) Novice (Orang baru) Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan membawa perubahan dan pembaharuan. 2) Advanced Beginer (pemula Lanjut) Pola pikir yang maju, ilmiah dan dilandasi motivasi yang tinggi terhadap keprofesian mudah untuk menunjang keterampilan dan kemampuan pendokumentasian. 3) Competent (mampu) Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang bertugas memberikan arahan keperawatan. 4) Proficient (Cakap) Kemampuan tampa diikuti kecakapan akan menjadikan diri terbelakang dan kemajuan. 5) Expert (Ahli) Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses keperawatan angat diperlukan oleh seorang perawat.
C.
Proses Manajemen Keperawatan Manajemen keperawatan merupakan suatu peroses yang dilaksanakan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu manajemen keperawatan terdiri atats beberapa elemen yang tiap-tiap elemen saling 14
berintraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen yaitu, input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik. Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel, peralatan, dan fasilitas. Proces pada umumnya nerupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang
untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengaruh dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output dan keluaran umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian tentang untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Kontrol
dalam
proses
manajemen
keperawatan
dapat
dilakukan
kegiamelalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur sesuai dengan standar dan akreditasi. Sedangkan umpan balik dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat. Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi dilapangan berada sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen sebagaimana juga proses keperawatan terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985).
15
Grafik 2.1. Sistem Manajemen Bangsal Keperawatan MASUKAN/INPUT
PROSES
HASIL/OUTPUT2 Perawatan
Data Personalia Peralatan Persediaan
Pengumpulan data
Perencanaan
Pengaturan
Pengelolaan
Kepemimpi nan
Pengawasan
Informasi tentang : - Pasien - Pegawai - Sumbersumber
Tujuan sistem: - Standar - Kebijakan - Budget
Bentuk organisasi : - Uraian jabatan/pe kerjaan - Evaluasi pekerjaan - Kerja TIM
Klasifikasi Pasien : - Penentuan kebutuhan pegawai - Penjadwal an penugasan - Pengurang an absen - Pengurang an pindah - Pengemba ngan pegawai
Kekuasaan : - Pemecahan masalah - Pengambilan keputusan - Mengatasi konflik - Komunikasi dan sistem analisis
Kendali mutu : - Audit - Penampilan kerja - Disiplin - Hubungan kerja - Komputer sistem
16
Pengembangan riset
D. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum yang memerintahkan penggunaan sumber daya manusia dan materi secara efektif. Empat elemen besar dari teori manajemen adalah perencanaan, pengogarnisasiaan, mengarahkan atau memimpin, dan mengendalikan atau mengevaluasi. Seluruh aktifitas manajemen, kognitif, dan psikomotor, berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak secara simultan. Fungsi manajemen keperawatan adalah sebagai berikut : 1.
Planning Planning
atau
perencanaan
dimaksudkan
untuk
menyusun
suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakan tujuan, mengalokasikan semua anggota belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yangbdapat mengoptimalkan efektifitas staff serta enegakan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misikebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2002) 2.
Organisasi a. Struktur Organisasi Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informasi yang menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur formal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak direncanakan dan samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan memakai keduanya secara efektif. Struktur formal organisasi merupakan penyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan kemauan. Struktur informasi organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas
17
kerja mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya. Mengingst dtruktur formsl dan informasi organisasi saling melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur organisasi informasi untuk mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal. b.
Job Deskriptions Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan, misalnya seorang kepala ruangmaka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan perannya.
c. Metode Penugasan Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan pembagian tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan keterampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode
penugasan
tidak
diterapkan
maka
pelayanana
asuhan
keprawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak optimal. Jenis Model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Houston (1998), antara lain : 1) Model Fungsional Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada saat itu kerena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi ( merawat luka kepada semua pasien dibangsal ).
18
Grafik 2.3 Skema Model Fungsional Kepala
Perawat Pengobatan
Perawat Menyuntik
Perawat Perawatan Luka
Perawat Visite
Pasien
2) Metode Tim Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap
sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling membantu. Grafik 2.4 Skema Model Tim Kepala
Ketua Tim
Ketua Tim
Anggota Tim
Anggota Tim
Pasien
Pasien
19
3) Model Primer Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Grafik 2.5 Skema Model Primer
Dokter
Kepala
Kepala
Kepala
Kepala
Kepala
Kepala
Kepala
4) Manajemen Kasus Setap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal ini umunya dilakukan untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive care. 5) Model Tim Primer Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua system. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini didasarkan pada beberapa alasan yaitu : a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau setara.
20
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim. c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan kontinuitas asuhan keperawatan dan accountabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan penelitian metode pemberian asuhan keperawatan (Maquis & Houston, 1998) yaitu : (1) Sesuai dengan visi dan misi institusi (2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep (3) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya (4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat (5) Kepuasan kinerja perawat (6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya. 3.
Actuiting a.
Motivasi Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi konstribusi pada tingkat komitmen seeorang. Hal ini termasuk factor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 11995). Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Ngalim,2000). Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting yaitu: kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yang kurang baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhri dari satu siklus motivasi. (Luthan, 2000). Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan mereka. Di dalam kebanyakan system klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan
21
ketergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan. Tujuan setiap system klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing nilai angkanya yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien. Untuk mengembangkan system klasifikasi pasien yang akan dijalankan. Manajer perawat harus menentukan jumlah kategori pembagian pasien. Karakteristik pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis prosedur perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien di dalam masing-masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur tersebut. Memberikan dukungan emosional serta memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing kategori. Karena tujuan system klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-masing system membolehkan usaha klasifikasi waktu. b.
Ketenagaan Keperawatan dan pasien Tujuan manajemen ketenagaan diruang rawat adalah untuk mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang dirawat, ratio perawat dan metode penugasan Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga, yaitu sebagai berikut : 1) Rumus Gillies ∑jam kep yang dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X ∑hr/tahun ∑hr/tahun hr libur perawat X ∑jam kerja/hari ∑jam kep yg dibutuhkan klien / tahun ∑jam kerja / tahun
22
Catatan : a.
Waktu perawatan menurut Gillies (1989) : Waktu perawatan langsung - Self care
= ½ x 4 jam
= 2 jam
- Partial care
= ¾ x 4 jam
= 3 jam
- Total care
= 1-1 ½ x 4 jam
= 4-6 jam
- Intensive care
= 2 x 4 jam
= 8 jam
- Rata- rata perawatan langsung
= 4-5 jam
b.
Waktu perawatan tak langsung
: 38 menit/klien/hari
c.
Waktu penyuluhan
: 15 menit/klien/hari
Ratio perawat ahli : trampil
Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47% : 36% ;17%
: 55% : 45%
2) Rumus Douglas ∑ perawat = ∑ klien x derajat ketergantungan
23
Tabel 2.1 Derajat Ketergantungan Klien ∑
Minimal care
Kllien
Pagi
Sore
Partial care
Malam
Pagi
Sore
Total care Malam
Pagi
Sore
Malam
1
0,17
0,14
0,07
0,27
0,15
0,10
0,36
0,30
0,20
2
1,34
0,28
0,14
0,54
0,30
0,20
0,72
0,60
0,40
3) Rumus Depkes 2003 Berdasarkan :
Tingkat ketergantungan klien
Rata-rata klien/hari
Jam perawatan yang diperlukan /hari/klien
Jam perawatan yang diperlukan /ruangan/ hari
Jam kerja efektif setiap perawat Cara menghitung :
Hitung jumlah perawat yang tersedia ∑ jam perawat
a.
jam kerja efektif per shift
=A
Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/ cuti/hari besar dan tugas-tugas non keperawatan ∑ hr minggu/th + cuti + hr besar
b.
x hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif c.
Tugas non keperawatan = jumah tenaga keperawatan + B X 25% = C
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
Berdasarkan hasil Workshop Depkes di Ciloto di tetapkan bahwa : - Libur minggu
: 52 hari
- Cuti tahunan
: 12 hari
- Libur Nasional
: 10 hari
- Sakit/ ijin
: 7- 12 hari
24
d.
Penjadwalan Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan misi dari sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi. Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu personil yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau divisi yang mengatur kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak ada, maka manajer perawat harus bersatu sebagai sebuah kelompok untuk menyusun:
Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan jadwal waktu untuk personil di masing-masing unit.
Periode waktu untuk diliputi oleh masing- masing jadwal masuk/libur.
Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja menyangkut jadwal masuk/libur.
Waktu masuk libur total yang diperlukan oleh masing-masing pekerja per-hari, minggu atau bulan.
Hari dimulainya minggu kerja.
Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas.
Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masingmasing pekerja
Frekuensi yang diperlukan dari dipergiliran pergantian.
Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi pergiliran tersebut.
Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua hari libur per minggu
25
Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil
Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas malam
Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan
Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan
Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
Jumlah hari ibur yang dibayar untuk diberikan pada masingmasing pekerja
Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawai dijadwalkan libur kerja
Panjangnya pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai mengenai jadwal tugas liburan masuk atau libur
Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari libur tertentu
Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing pekerja
Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai mengenai jadwal liburan
Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus
Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun baru
Jumlah
personil
masing-masing
kategori
yang
akan
dijadwalkan untuk liburan atau hari libur pada saat tertentu
Prosedur penyelesaian perselisihan antara personil sehubungan dengan permintaan waktu libuaran dan hari libur
Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk penyesuaian jadwal waktu
26
e.
Pengembangan staf Program
pendidikan
dan
pelatihan
dirancang
untuk
meningkatkan prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994) 1) Metode Seminar atau Konferensi Biasanya diselengarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi manajemen maupun penyelengaraannya atau proses dari kegiatan yang dipermasalahkan. 2) Metode Lokakarya (Workshop) Penyelengaraan tidak jauh berbeda dengan seminar, letak perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi lokakarya bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat manajerial. 3) Metode Sekolah atau Kursus Metode
ini
digunakan
sebagai
usaha
memberikan
informasi adanya aturan-aturan atau hal-hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti dan dilaksanakan oleh peserta. Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan. 4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing) Pada metode ini latihan keterampilan menjadi tujuan utama sehingga mereka dapat menguasai tekhnik dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan pada bawahan secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.
27
Dalam
prakteknya
metode
pendidikan
dan
latihan
ini
disesuaikan dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan kegiatan instansi lainnya. 4.
Controlling a.
Definisi Controling
merupakan
suatu
upaya
yang
dilaksanakan
berkeseimbangan, sistematis, objektif dam terpadu dalam menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tidak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu. (Azwar, 1996). Fungsi pengawasan (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan (target, prosedur kerja,dsb) selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjangan atau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisiensi pengunaan sumber daya dapat lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih terjamin. b.
Peran leadershift dalam controlling
Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan terhadap staf
Mendorong / memotivasi standart tinggi untuk kualitas yang maksimal dengan menyediakan standart keamanan minimum.
Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif
28
Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai
Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan yang mempunyai kesatuan profesi dan konsumen
Menghargai antara standart klinis dengan standart menggunakan sumber-sumber
yang
meyakinkan
pasien
untuk
menerima
perawatan sesuai yang diharapkan
Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung jawab dan tangung gugat terhadap tindakan keperawatan
Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hasil pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart ukuran yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat untuk mengukur standart yang ada. d.
Manfaat controlling Apabila fungsi controlling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan memperoleh manfaat sebagai berikut : 1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan. 2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya. 3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi dan telah digunakan secara benar. 4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan. 5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan.
29