BAB 9. KOPI KINTAMANI BALI 9.1 Uraian Isi 9.1.1 Pendahuluan Kopi Kintamani Bali Kopi Kintamani Bali adalah kopi yang berasal dari Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Kintamani merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Bangli dan juga sebagai daerah penghasil kopi Arabika terbesar di Bali. Jenis kopi Kintamani dikenal sebagai Origin Coffe. Kata Origin coffe menjadi salah satu informasi penting sebagai tempat asal kopi tersebut. Perkebunan dan produksi Kopi Kintamani yang berada di Kabupaten Bangli dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebu, selain itu kopi tersebut dapat meningkatkan devisa Negara. Hal ini di karenakan produksi kopi kintamani menjadi ciri khas kopi Indonesia yang berasal dari Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Gambar 9.1 Kopi Kintamani Bali Sumber : http://oknusantara.com Kopi Kintamani telah menembus pasar Jepang , Perancis, dan beberapa negara Eropa lainnya. Selain itu, kopi Kintamani produk bernilai ekonomis tinggi, memiliki citarasa yang khas, tahan terhadap hama penyakit, berbuah lebat, dan produktivitas tanaman tinggi. Kopi Kintamani bali merupakan salah satu jenis kopi arabika yang cocok di tanam pada ketinggian diantara 700- 1700 m dpl. Kawasan Kintamani memiliki suhu serta iklim yang cocok untuk penanaman kopi arabika Kintamani. Pembudidayaan kopi Bali tidak menggunakan bahanbahan kimia yang menjadikan kopi Bali termasuk kopi organik yang tidak menggunakan pupuk berbahan kimia. Kopi kintamani bali merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman dan sangat berperan penting sebagai sumber devisa negara Indonesia, selain itu juga sebagai sumber penghasilan bagi petani kopi di Indonesia dan Bali (Rahardjo, 2012). Perkebunan Provinsi Bali dari data statistikmengalami peningkatan luas areal perkebunan kopi arabika periode tahun 2009 seluas 8.205 hektar meningkat menjadi 13.155 hektar pada tahun 2014 (Disbun, 2015). Peningkatan luas areal perkebunanan juga mempengaruhi hasil panen yang diperoleh, pada tahun 2009 total produksi kopi Arabica mencapai 3.135,750 ton dan meningkat menjadi 4.183,924 ton pada tahun 2014.
Pengolahan kopi Kintamani berada di Kecamatan Kintamani dengan unit pengolahan dengan sarana yang dibentuk oleh subak abian sebagai tempat bagi petani yaitu anggota subak untuk mengolah hasil kopi yang dimiliki sehingga dapat membentuk nilai tambah. Kopi Kintamani banyak disukai oleh pengagum kopi dan pecinta kopi arabika dari beragam dunia. Selain itu kopi Kintamani memiliki aroma yang menyengat, cita rasa manis dan lembut serta aroma yang harum membuat kopi tersebut khas dan di kenal dunia. 9.1.2 Peta Lokasi Kopi Kintamani Perkebunan kopi Kintamani merupakan perkebunan rakyat dengan persebaran yang luas, berada pada tofografi yang berbukit, tingkat produktivitas yang beragam, dan dibudidayakan dalam kawasan spesifik. Kopi Kintamani dikembangkan oleh petani di Desa Belantih , Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Berikut Gambar peta lokasi:
Keterangan: Perkebunan kopi Kecanatan Kintamani Kabupaten Bangli Gambar 9.2 Peta Lokasi Kecamatan Kintamani Sumber: Perda RTRWP (2010) Perkebunan kopi Kintamani yang berada di daerah pengunungan menghasilkan kopi yang mempunyai kekhasan tersendiri dan potensi mutu yang tinggi. Daerah perkebunan kopi Kintamani ini mempunyai udara yang dingin dan kering dengan fluktuasi temperatur cukup tinggi. Musim hujan yang berada di kawasan ini biasanya berlangsung 6-7 bulan, dan musim kering 4-5 bula. Berdasarkan iklim di kawasan ini, kopi Kintamani ini tergolong sebagai jenis kopi Arabica. Menurut Sihaloho (2009), Pertumbuhan dan produktivitas jenis kopi Arabica dipengaruhi oleh ketinggian tempat, panjang periode gelap dan terang (fotoperiodisme), distribusi hujan, dan suhu udara (Sihaloho 2009). Oleh karena itu, kawasan ini cocok untuk pertumbuhan kopi Kintamani jenis Arabica. 9.1.3 Produktivitas Kopi Kintamani Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Bali, produksi kopi mengalami puncak pada tahun 1997 dan tahun 2000. Sejak tahun 2000 terus mengalami penurunan hingga tahun 2006. Kopi kintamani mengalami peningkatan produksi kopi yaitu pada tahun 2007 yang
disebabkan karena adanya peningkatan luas tanaman. Pada tahun 2010 jika dilihat dari kemampuan tanaman mengalami produktivitas tertinggi sebesar 554,29 kg/ha. Rata-rata produksi kopi arabika di Kecamatan Kintamani tahun 2007 s.d. tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 9.1.3 Tabel 9.1 Rata-rata Produksi Kopi Arabika di Kecamatan Kintamani Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2010 Tahun
Jumlah produksi (ton)
2007
523,73
2008
514,56
2009
543,01
2010
554,29
Tabel 9.1 menunjukkan produksi kopi pada tahun 2011 mengalami penurunan berdasarkan data curah hujan pada periode produksi tahun 2010. Bulan kering terjadi pada bulan Juni hingga September dan beberapa hujan kiriman pada bulan Oktober dan Nopember tahun 2009. Data curah hujan harian menunjukkan Kecamatan Kintamani hanya mengalami bulan kering pada Bulan Mei dan Juni, yaitu pada panen tahun 2010. Periode bulan Juli hingga Nopember merupakan fase berbunga dan penyerbukan. Pada periode ini kopi memerlukan bulan kering dan sesekali hujan kiriman. Namun berdasarkan data curah hujan tahun 2010 di Kawasan Kintamani, hujan sudah mulai terjadi pada bulan Juli dan curah hujan sangat tinggi . Berdasarkan kondisi curah hujan tersebut, maka proses penyerbukan akan mengalami kegagalan, sehingga produksi pada tahun 2011 akan terganggu. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan yang tinggi menyebabkan penyerbukan pada tanaman kopi mengalami banyak ketidakberhasilan. Tabel 9.2 Curah Hujan dan Hari Hujan dari Tahun 2007 s.d. Tahun 2010 Tahun 2007 Bulan
Curah
2008
2009
2010
Hari Curah Hari Curah Hari
Curah Hari
hujan Hujan Hujan hujan Hujan Hujan hujan Hujan Januari
233
7
8 5
7
569
11
732.5
27
Februari TD
TD
5 1 6
15
765
15
416
14
Maret
TD
TD
204.5
11
249.5
11
223
16
April
TD
TD
1 3 9
3
138.5
3
414
16
Mei
TD
TD
5
1
276
11
0
0
6 Juni
TD
TD
0
0
0
0
0
0
Juli
TD
TD
8 . 5
1
0
0
37
3
Agustus TD
TD
0
0
0
0
63
6
Septemb TD er
TD
0
0
0
0
31
5
Oktober TD
TD
16.5
1
2 0
2
130.5
8
Nopemb TD er
TD
1 1 8
6
209
6
156
9
Desemb TD er
TD
2 8 4
9
259
11
693
24
Keterangan:TD = Tidak ada data Sumber : BMKG (2011) Hasil analisis regresi linear secara parsial menunjukkan, curah hujan berpengaruh sebesar 42,5% terhadap produksi kopi arabika di Kecamatan Kintamani. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Najiyati dan Danarti (2007; 17, 18) mengungkapkan bahwa produksi kopi arabika di Kecamatan Kintamani mengalami penurunan dikarenakan curah hujan yang tinggi. Kopi arabika setiap tiga bulan dalam setahun dalam kondisi kering . 9.1.4 Luas Lahan Produksi Kopi Kintamani Kopi Kintamani dikembangkan para petani di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Kopi Kintamani merupakan suatu produk yang memiliki karakteristik, dikarenakan adanya faktor alam di mana ciri dan kualitas yang ada pada kopi ini berbeda dengan kopi lainnya. Salah satu faktor alam tersebut yaitu luas lahan pada area perkebunanan kopi Kintamani. Tabel 9.3 Luas lahan dan Jumlah Produksi Kopi Kintamani Bali Tahun
Luas Lahan
Produksi
2010
3.775 Ha
143,22 ton
2012
4.736 Ha
2.134,48 ton
Sumber: Kabupaten Bangli dalam Angka, 2011 Tabel 9.3 menunjukkan bahwa luas lahan perkebunan kopi di Desa Belatih, Kecamatan kintamani, Kabupaten Bangli mengalami peningkatan lahan dari tahun 2010 ke tahun 2012. Pada tahun 2010 luas lahan perkebunan kopi yaitu 3.775 Ha dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 yaitu 4.736 Ha. Peningkatan luas lahan tersebut mengakibatkan jumlah produksi di Kabupaten Bangli meningkat menjadi 1,991,06 ton dari 2010 ke 2012.
Peningkatan lahan ini dikarenanakan daerah ini memeiliki ketinggian dan suhu yag sesuai dengan jenis kopi Kintamani. Kopi Kintamani bisa didapat di kawasan batasan IG. Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal barang yang dikaitkan dengan kualitas, reputasi atau karakteristik lain yang sesuai dengan asal geografis barang tersebut. 9.1.5 Mutu dan Perdagangan Kopi Kintamani Penghasil utama sektor tanaman kopi di Provinsi Bali terletak di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Hal ini sesuai berdasarkan data berikut : Tabel 9.4 Nilai Ekspor Kopi Kintamani Tahun
Nilai Ekspor
2005
US$ 10,996.93
2006
US$ 11,809.62
2007
US$ 848.17
Tabel 9.4 menunjukkan peningkatan nilai ekspor. Peningkatan nilai ekspor kopi Kintamani dipengaruhi oleh sebagian petani kopi yang berhasil dalam melaksanakan praktek budidaya kopi, sehingga kopi yang dihasilkan dapat memenuhi standard nilai ekspor, namun orientasi ekspor kopi Kintamani juga memiliki kendala dikarenakan kemampuan subak abian/koperasi tani belum optimal dalam memproduksi kopi baik secara kualitas maupun kuatitas. Berkaitan dengan kualitas yang menjadi permasalahan adalah teknik pengolahan basah (Wet Process) dan keterbatasan baik keterampilan maupun alat/mesin yang dimiliki. Kendala yang berkaitan dengan teknik pengolahan basah, meskipun telah menggunakan teknologi mesin adalah proses produksinya masih mengalami biji pecah hampir 40% dan kemampuan produks hanya 300 kg per jam, sehingga perlu ditengahkan teknologi yang dapat membantu mempercepat proses produksi dan mengurangi presentase pecah. Berkaitan dengan kuantitas yaitu produktivitas kebun kopi masih relatif rendah, kendala yang dijumpai adalah teknik budidaya meliputi bibit, pemupukan dan pemeliharaan keseluruhan belum optimal, sehingga akan berpengaruh baik terhadap kuantitas maupun kualitas mutu citarasa dan aroma produk (Surif,2006). Citarasa pada kopi arabika dari Kecamatan Kintamani cukup baik dan memiliki biji yang cukup besar. Kopi arabika Kintamani berpeluang untuk mendapatkan perlindungan Indikasi Geografis (IG) dengan dasar pertimbangan antara lain; bermutu baik, masyarakat berhasrat untuk menjaganya, dikenal sebagai geography coffee, memiliki sejarah yang unik, agrosistem yang cocok untuk kopi arabika dan sistem pertaniannya homogen, ketinggian > 1.000 m dari permukaan laut, petani telah memiliki kelembagaan yang kuat (subak abian), menajemen pertanaman khas dan relatif homogen yang didasarkan pada pengetahuan tradisional (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perutanan Bangli, 2007). 9.2 Rangkuman Kopi Kintamani merupakan kopi yang berasal dari Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Kecamatan Kintamani . Kintamani adalah suatu daerah di Provinsi bali yang memiliki potensi untuk pertumbuhan kopi jenis Arabika, karena kawasan ini memiliki ketinggian dan temperature yang sesuai. Ciri khas dari kopi Kintamani memiliki aroma yang menyengat, cita rasa yang enak dan bau yang harum membuat kopi tersebut di kenal oleh orang-orang dunia. Produksi kopi Kintamani dipengaruhi oleh luas lahan dan curah
hujan pada kawasan tersebut. Pada tahun 2010 luas lahan sekitar 3.775 Ha dan 2012 luas lahan meningkat menjadi 4.736 Ha, peningkatan luas lahan ini juga mempengaruhi jumlah produksi. Selanjutnya, perubahan curah hujan pada setiap tahun juga mempengaruhi jumlah produksi. Pada tahun 2010 jumlah produksi menurun dikarenakan curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan kegagalan proses peyerbukan. Kopi Kintamani mendapat peluang perlindungan IG dari pemerintah. IG (Indikasi Geografis) suatu tanda yang menunjukkan daerah asal barang yang dikaitkan dengan kualitas, reputasi atau karakteristik lain yang sesuai dengan asal geografis barang tersebut. Konsumen kopi Kintamani tidak hanya masyarakat Indonesia saja, tetapi masyarakat luar juga menyukai kopi ini. Hal ini dapat dilihat dari tabel 9.1 bahwa ekspor kopi Kintamani setiap tahun mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah ekspor juga dapat menambah devisa negara. 9.3 Tes Formatif 1. Dari mana asal kopi Kintamani ? 2. Mengapa dinamakan kopi kintamani ? 3. Mengapa kopi kintamanipada tahun 2010 mengalami penurunan ? 4. Apa yang dimaksud dengan IG ? 5. Dari jenis kopi apakah kopi kintamani bali ? 6. Apa jenis kopi Kintamani yang paling banyak dibudidayakan ? 9.4 Kunci Tes Formatif 1. Kopi Kintamani berasal dari kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. 2. Dinamakan kopi Kintamani karena asal kopi ini berada di Kec. Kintamani, sehingga kopi ini disebut Kopi Kintamani. 3. Penurunan kopi Kintamani pada tahun 2010 dikarenakan curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi meyebabkan kegagalan proses peyerbukan sehingga produksi kopi Kintamani menurun. 4. Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal barang yang dikaitkan dengan kualitas, reputasi atau karakteristik lain yang sesuai dengan asal geografis barang tersebut. 5. Kopi Kintamani ada 2 jenis yaitu, kopi Arabika dan kopi Robusta. 6. Jenis kopi Kintamani yang paling banyak dibudidayakan oleh petani yaitu kopi jenis Arabika. 9.5 Daftar Pustaka Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 2011. Format Pelayanan Jasa Informasi Klimatologi Informasi Unsur Iklim Bulanan. Sumatera Utara Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2012. Provinsi Bali dalam Angka. Bali: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Bangli, 2007. Luas Areal dan Produksi Komoditi Perkebunan. Bangli. Sihaloho, T.M. 2009. Strategi Pengembangan agribisnis Kopi Dikabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institus Pertanian Bogor. . Surif, 2006. Sosialisasi Persiapan Perlindungan Indikasi Geografi (IG) Kopi Arabika. Kerjasama Dinas Perkebunan Propinsi Bali dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia