BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Analisa Univariat 1. Usia Responden Responden dalam penelitian ini yaitu kelompok kasus adalah pasien yang menderita gagal jantung berjumlah 67 orang pada tahun 2013, dan kelompok kontrol yaitu pasien yang tidak mengalami gagal jantung berjumlah 67 orang pada tahun 2013. Untuk lebih jelasnya dibawah ini adalah tabel distribusi usia dari responden sebagai kelompok kasus dan kontrol : Tabel 4. Pengelompokan Responden yang menderita Gagal Jantung (Kasus) Berdasarkan Usia
Usia Responden 41-50
Sampel Responden Frekuensi Persentase (%) 13.6 9
51-60
16
24.2
61-70
26
39.4
71-80
9
13.6
81-90 6 Total 67 Sumber : Data sekunder yang diolah
9.1 100
Tabel 5. Pengelompokan Responden yang Tidak Gagal Jantung (Kontrol) Berdasarkan Usia Sampel Responden
Usia Responden 41-50
Frekuensi 13
Persentase (%) 19.4
51-60
21
31.3
61-70
18
26.9
71-80
11
16.4
81-90
4
6.0
Total
67
100.0
Sumber : Data sekunder yang diolah Untuk lebih jelasnya berikut gambaran distribusi responden berdasarkan usia dalam gambar 2: Gambar 2. Grafik Distribusi Responden yang menderita Gagal Jantung (Kasus) dan tidak gagal jantung (control) Berdasarkan Umur 30 26 25 21 20
18 16
15
13
11 10
9
9 6 4
5 0 41-50
51-60 Kelompok Kasus
61-70
71-80
Kelompok Kontrol
81-90
Dari tabel dan grafik, sampel untuk kelompok kasus berdasarkan usia responden tahun 2013 di atas, terlihat bahwa kasus sebagian besar berada pada kelompok usia 61-70 tahun dengan jumlah 26 pasien dan kasus yang paling kecil berada pada kelompok usia 81-90 tahun sebanyak 6 pasien. Sedangkan sampel untuk kelompok kontrol berdasarkan usia responden tahun 2013 di atas, terlihat bahwa kasus sebagian besar berada pada kelompok usia 51-60 tahun dengan jumlah 21 pasien dan kasus yang paling kecil berada pada kelompok usia 81-90 tahun sebanyak 4 pasien. 2. Jenis Kelamin Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan yang diambil secara acak (simple random sampling) dari populasi yaitu kelompok pasien yang menderita gagal jantung yang berjumlah 67 orang pada tahun 2013 sebagai kelompok kasus, sedangkan untuk kelompok kontrol diambil dari kelompok pasien yang tidak menderita gagal jantung. Lebih jelasnya berikut distribusi responden kelompok kasus dan kontrol berdasarkan jenis kelamin : Tabel 6. Responden yang menderita Gagal Jantung (Kasus) Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Sampel Responden Frekuensi 33
Persentase (%) 49.3
Perempuan
34
50.7
Total
67
100.0
Laki-laki
Sumber : Data sekunder yang diolah
Tabel 7. Responden yang tidak menderita Gagal Jantung (Kontrol) Berdasarkan Jenis Kelamin Sampel Responden
Jenis Kelamin
Frekuensi 38
Persentase (%) 56.7
Perempuan
29
43.3
Total
67
100.0
Laki-laki
Sumber : Data sekunder yang diolah Untuk lebih jelasnya berikut gambaran distribusi responden untuk kelompok kasus dan kontrol berdasarkan jenis kelamin dalam gambar 3: Gambar 3. Grafik Distribusi Responden yang menderita Gagal Jantung (Kasus) dan tidak gagal jantung berdasarkan Jenis Kelamin 38
40 35
34
33
29
30 25 20 15 10 5 0 Laki-laki Kelompok Kasus
Perempuan Kelompok kontrol
Sumber : Data sekunder yang diolah Dari tabel dan grafik sampel berdasarkan jenis kelamin untuk responden kelompok kasus tahun 2013 di atas, terlihat bahwa angka kejadian laki-laki
dengan perempuan hampir sama tetapi perempuan lebih banyak dengan 34 kasus sedangkan laki-laki 33 kasus. Sedangkan sampel kelompok kontrol berdasarkan jenis kelamin responden tahun 2013 di atas, terlihat bahwa kasus paling banyak terjadi pada laki-laki dengan jumlah 38 pasien dan sisanya terjadi pada perempuan yaitu sebanyak 29 pasien. 3. Status Hipertensi Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari pasien yang menderita gagal jantung sebagai kelompok kasus, sedangkan untuk kelompok kontrol diambil dari kelompok pasien yang tidak menderita gagal jantung. Lebih jelasnya berikut distribusi
responden kelompok kasus
dan
kontrol
berdasarkan
hipertensinya : Tabel 8. Responden yang menderita Gagal Jantung (Kasus) Berdasarkan Status Hipertensi Sampel Responden
Jenis Kelamin
Frekuensi 44
Persentase (%) 65.7
Tidak Hipertensi
23
34.3
Total
67
100.0
Hipertensi
Sumber : Data sekunder yang diolah
status
Tabel 9. Responden yang tidak menderita Gagal Jantung (Kontrol) Berdasarkan Status Hipertensi Jenis Kelamin
Sampel Responden Frekuensi 16
Persentase (%) 23.9
Tidak Hipertensi
51
76.1
Total
67
100.0
Hipertensi
Sumber : Data sekunder yang diolah Untuk lebih jelasnya berikut gambaran distribusi responden untuk kelompok kasus dan kontrol berdasarkan status hipertensi dalam gambar 4 : Gambar 4. Grafik Distribusi Responden yang menderita Gagal Jantung (Kasus) Berdasarkan Jenis Kelamin 60 51 50
44
40 30 23 20
16
10 0 Hipertensi Kelompok Kasus
Tidak Hipertensi Kelompok Kontrol
Dari tabel dan grafik sampel responden kelompok kasus berdasarkan status hipertensi tahun 2013 di atas, terlihat bahwa kasus paling banyak adalah pasien
yang menderita dengan jumlah 44 pasien dan sisanya adalah pasien yang tidak menderita hipertensi yaitu sebanyak 23 pasien. Sedangkan sampel responden kelompok kontrol berdasarkan status hipertensi tahun 2013 di atas, terlihat bahwa kasus paling banyak adalah pasien yang tidak menderita hipertensi dengan jumlah 51 pasien dan sisanya adalah pasien yang menderita hipertensi yaitu sebanyak 16 pasien.
4.1.2 Analisis bivariat Analisa bivariat terdiri dari beberapa uji anatara lain : Contingency Coefficient, chi-square, dan odds ratio dan menggunakan tabel 2x2. a. Contingency Coefficient Tabel 10. Hasil Uji Contingency Coefficient Symmetric Measures
Nominal by Nominal N of Valid Cases
Contingency Coefficient
Value .387 134
Approx. Sig. .000
a. Not as suming the null hypothes is. b. Us ing the asymptotic s tandard error ass uming the null hypothes is.
Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 10 hasil uji contingency coefficient di atas, diperoleh p.value = 0,387 yang menunjukkan bahwa tingkat hubungan yang “lemah” dan tanda positif pada p.value menunjukkan bahwa ada hubungan searah, sehingga seseorang yang menderita hipertensi beresiko menderita gagal jantung. Didapatkan juga nilai signifikansi p = 0,000 yang lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian menunjukkan penolakan H0 dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara hipertensi dengan gagal jantung pada pasien berumur lebih
dari 40 tahun di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Mataram Tahun 2013. b. Chi-square Tabel 11. HasilChi-Square Penghitungan Chi-square test Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases
Value 23.661 b 22.001 24.451
df
23.485
1 1 1
1
As ymp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.000
.000
.000
134
a. Computed only for a 2x2 table b. 0 cells (.0%) have expected count les s than 5. The minimum expected count is 30. 00.
Sumber : Data sekunder yang diolah
Berdasarkan analisis menggunakan chi-square test diperoleh nilai p = 0,000 yang lebih kecil dari nilai α (0,05), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pasien gagal jantung yang memiliki hipertensi dengan pasien yang tidak memiliki hipertensi. c. Odds Ratio Tabel 12. Hubungan antara hipertensi dengan gagal jantung Efek
Gagal Jantung
Tidak gagal Jantung
Total
44
16
60
(65.7%)
(23.9%)
(44.8%)
Faktor Resiko Hipertensi
Tidak Hipertensi
Total
23
51
74
(34.3%)
(76.1%)
(55.2%)
67
67
134
(100.0%)
(100.0%)
(100.0%)
Sumber : Data sekunder yang diolah Analisa yang digunakan untuk perkiraan besarnya risiko pada hubungan antara variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent), dihitung dengan rumus Odds Ratio (OR). Odds Ratio (OR) = AD/BC, yakni perbandingan antara prevalensi efek pada kelompok subyek yang memiliki penyebab dengan prevalensi efek pada kelompok subyek tanpa penyebab menggunakan tabel 2x2. Odds Ratio (OR)
=
(A x D) : (B x C)
=
(44. 51) : (16. 23)
=
2244 : 368
=
6,097826
=
6,1
Dari tabel silang dan perhitungan odds ratio di atas diperoleh hasil Odds Ratio (OR) sebesar 6,1 , hal ini menunjukkan bahwa variabel independen tersebut merupakan faktor risiko yang mempengaruhi variabel dependen, yang dalam penelitian ini yaitu hipertensi merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian gagal jantung dimana pasien yang hipertesi memiliki resiko 6 kali lipat menderita gagal jantung.
4.2 Pembahasan Penelitian Dari analisa univariat pada gambar 2 yaitu grafik untuk kelompok kasus berdasarkan usia responden tahun 2013, terlihat angka kejadian gagal jantung semakin meningkat di tiap kelompok umur dari kelompok umur 41-50 tahun hingga 61-70 tahun dan menurun pada kelompok umur selanjutnya. Hal ini sesuai penelitian oleh Ali Ghanie, bahwa kejadian gagal jantung akan meningkat pada usia yang lebih lanjut dengan setengah dari populasi pasien gagal jantung akan meninggal dalam 4 tahun sejak diagnosis ditegakkan, dan pada keadaan gagal jantung berat 50% akan meninggal ditahun pertama. Menurut Berlina Pakpahan ini dikarenakan semakin tua seseorang maka akan semakin besar kemungkinan menderita gagal jantung karena kekuatan pembuluh darah tidak seelastis saat muda dan juga timbulnya penyakit jantung yang lain pada usia lanjut yang merupakan faktor resiko gagal jantung. Selain itu, berdasarkan gambar 3 yaitu grafik untuk kelompok kasus berdasarkan jenis kelamin responden tahun 2013, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dengan jumlah 33 dan 34 pasien. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pria dan wanita memiliki insiden yang sama dan prevalensi yang sama gagal jantung (Dumitri, 2014). Berdasakan gambar 4 yaitu grafik untuk kelompok kasus berdasarkan status hipertensinya, didapatkan 44 pasien gagal jantung yang menderita hipertensi. Hal ini sesuai teori yang mengatakan bahwa penyebab yang paling sering dari gagal jantung adalah tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dengan baik (Chen, 2013). Menurut penelitian lain juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat berkontribusi terhadap perkembangan gagal jantung pada sebanyak 50-60 % pasien (Riaz, 2013). Menurut Berlian Pakpahan, ini
dikarenakan ketika tekanan darah terus di atas 140/80, jantung akan semakin kesulitan memompa darah dengan efektif dan setelah waktu yang lama, risiko berkembangnya penyakit jantung meningkat. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri dan meningkatkan risiko terjadinya infark miokard. Pada analisis bivariat didapatkan hasil penghitungan contingency coefficient sesuai tabel 10 yaitu nilai signifikansi p = 0,000 yang lebih kecil dari nilai α (0,05), dengan demikian menunjukkan penolakan H0 dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara hipertensi dengan gagal jantung pada pasien berumur lebih dari 40 tahun. Didapatkan juga p.value = 0,387 yang menunjukkan bahwa tingkat hubungan yang “lemah” dan tanda positif pada p.value menunjukkan bahwa ada hubungan searah, sehingga seseorang yang menderita hipertensi beresiko menderita gagal jantung. Ini sesuai dengan pendapat Dugdale yang menyatakan bahwa seiring meningkatnya usia, arteri utama dari jantung (aorta) menjadi lebih tebal, kaku, dan kurang fleksibel. Keadaan ini menyebabkan tekanan darah tinggi (Dugdale, 2012). Semakin tua seseorang semakin besar resiko terserang hipertensi (Sugiharto, 2007) dan resiko terjadi komplikasi akibat hipertensi meningkat pada orang berusia 40-60 tahun (Madhur, 2014). Menurut Prawishanti ada dua mekanisme mengenai hubungan hipertensi dengan peningkatan resiko terjadinya gagal jantung yaitu infark miokard akut dan hipertrofi ventrikel kiri (Prawishanti, 2014). Ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa infark miokard menyebabkan jantung tidak dapat berkontraksi dengan kekuatan yang cukup untuk memompa cukup darah ke dalam percabangan arteri perifer, yang keadaan ini akan menyebabkan gagal jantung (Anonymous, 2012). Sedangkan menurut Dorwin, hipertrofi ventrikel kiri juga dapat
menyebabkan kontraksi jantung justru akan berkurang/melemah bila hipertrofi telah diluar batas fisiologis. Ketidakmampuan otot jantung berkontraksi secara penuh akan menimbulkan penurunan volume sekuncup dan pada akhirnya terjadi gagal jantung. (Corwin, 2008) Selain itu, berdasarkan tabel 11 yaitu hasil penghitungan chi-square test didapatkan nilai signifikansi p = 0,000 yang lebih kecil dari nilai α (0,05), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pasien gagal jantung yang memiliki hipertensi dengan pasien yang tidak memiliki hipertensi. Hal ini sesuai teori seperti yang telah disebutkan diatas. Dari tabel 12 dan perhitungan odds ratio di atas diperoleh hasil Odds Ratio (OR) sebesar 6,1 , hal ini menunjukkan bahwa hipertensi merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian gagal jantung dimana pasien yang hipertesi memiliki resiko 6 kali lipat menderita gagal jantung. Menurut teori juga mengatakan bahwa pada pasien dengan hipertensi, risiko gagal jantung meningkat sebesar 2 kali lipat pada pria dan sebesar 3 kali lipat pada wanita (Riaz, 2013). Pada penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki dalam penelitian selanjutnya yaitu data yang digunakan adalah data sekunder, dimana informasi yang diperoleh dari data sekunder tidak selengkap data primer dikarenakan hal tersebut diluar kemampuan peneliti. Dan juga uji statistic penelitian ini menggunakan uji non parametrik. Dimana uji non parametrik memiliki kelemahan yaitu hasil pengujian yang tidak setajam uji parametrik.