Bab 4 (penelitian).docx

  • Uploaded by: Feisal Moulana
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 4 (penelitian).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,843
  • Pages: 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko yang mempengaruhi perdarahan postpartum di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2015 – 31 Desember 2017. Data penelitian ini menggunakan data sekunder rekam medik ibu bersalin di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2015 – 31 Desember 2017 yang berjumlah 4242 subjek dimana terdapat 72 (1,69%) subjek sebagai pasien perdarahan postpartum. Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian berjumlah 200 subjek dimana sampel minimal dari penelitian ini adalah 54 sampel. Sampel penelitian diambil dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling hingga jumlah sampel terpenuhi. Faktor risiko yang diteliti pada penelitian ini meliputi usia ibu, indeks massa tubuh ibu, status gravida, status paritas ibu, berat badan bayi lahir besar, hamil kembar, partus lama, dan riwayat perdarahan postpartum sebelumnya. Pada tahap pengumpulan data, tidak didapati variabel partus lama didalam berkas rekam medik, sehingga variabel tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian ini. Namun perlu diketahui bahwa partus lama merupakan salah satu faktor risiko yang mempengaruhi kejadian perdarahan pospartum, dan pada tahap pengumpulan data juga didapati bahwa ada perbedaan indeks masa tubuh ibu pada kasus perdarahan postpartum dan bukan perdarahan postpartum dimana indeks masa tubuh ibu pada perdarahan postpartum merupakan indeks masa tubuh ibu setelah persalinan dan indeks masa tubuh ibu pada bukan perdarahan postpartum merupakan indeks masa tubuh ibu sebelum persalinan.

4.1 Hasil

50

51

4.1.1 Analisis Univariat 4.1.1.1 Distribusi Frekuensi kejadian Perdarahan Postpartum Tabel 23. Distribusi Frekuensi kejadian Perdarahan Postpartum

Perdarahan

Frekuensi

Postpartum

n

%

Ya

54

27.00

Tidak

146

73.00

Total

200

100,0

Tabel 23 menunjukkan data distribusi subjek penelitian berdasarkan kejadian Perdarahan Postpartum di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 1 Januari 2015 – 31 Desember 2017. Total subjek pada penelitian ini berjumlah 200 subjek yang terdiri dari 54 (27.0%) subjek yang menderita Perdarahan Postpartum dan 146 (73.0%) subjek yang tidak menderita Perdarahan Postpartum. 4.1.1.2 Distribusi Subjek Berdasarkan Usia Tabel 24. Distribusi Faktor Risiko Perdarahan Postpartum Berdasarkan Usia Ibu Usia Ibu

Frekuensi n

%

<20 atau ≥35 tahun

53

26.50

20 - 35 tahun

147

73.50

Total

200

100,0

Tabel 24 menunjukkan data distribusi frekuensi faktor risiko

Perdarahan

Postpartum

pada

penelitian

ini.

Pengelompokan Usia Ibu dibagi menjadi dua kategori meliputi Usia Ibu yang berisiko yakni usia <20 tahun dan ≥35 tahun, dan usia tidak berisiko yakni usia 20-35 tahun. Sampel dengan Usia

52

Ibu berisiko berjumlah 53 (26.50%) sampel dan Usia Ibu yang tidak berisiko berjumlah 147 (73.50%) sampel.

4.1.1.3 Distribusi Subjek Berdasarkan IMT Ibu Tabel 25. Distribusi Faktor Risiko Perdarahan Postpartum Berdasarkan IMT Ibu IMT Ibu

Frekuensi n

%

152

76.00

Normal

48

24.00

Total

200

100,0

Underweight, Overweight, atau Obese

Tabel 25 menunjukkan data distribusi frekuensi faktor risiko

Perdarahan

Postpartum

pada

penelitian

ini.

Pengelompokan IMT Ibu dibagi menjadi dua kategori meliputi IMT Ibu yang berisiko yakni Underweight, Overweight, dan Obese, dan IMT Ibu tidak berisiko yakni Normal. Sampel dengan IMT Ibu berisiko berjumlah 152 (76.00%) sampel dan IMT Ibu yang tidak berisiko berjumlah 48 (24.00%) sampel. 4.1.1.4 Distribusi Subjek Berdasarkan Status Gravida Ibu Tabel 26. Distribusi Faktor Risiko Perdarahan Postpartum Berdasarkan Status Gravida Ibu Status Gravida Ibu

Frekuensi n

%

138

69.00

Primigravida

62

31.00

Total

200

100,0

Multigravida atau Grandemultigravida

53

Tabel 26 menunjukkan data distribusi frekuensi faktor risiko

Perdarahan

Postpartum

pada

penelitian

ini.

Pengelompokan Status Gravida Ibu dibagi menjadi dua kategori meliputi Status Gravida Ibu yang berisiko yakni Multigravida dan Grandemultigravida, dan Status Gravida Ibu tidak berisiko yakni Primigravida. Sampel dengan Status Gravida Ibu berisiko berjumlah 138 (69.00%) sampel dan Status Gravida Ibu yang tidak berisiko berjumlah 62 (31.00%) sampel. 4.1.1.5 Distribusi Subjek Berdasarkan Status Paritas Ibu Tabel 27. Distribusi Faktor Risiko Perdarahan Postpartum Berdasarkan Status Paritas Ibu Status Paritas Ibu

Frekuensi n

%

109

54.50

Multipara

91

45.50

Total

200

100,0

Primipara atau Grandemultipara

Tabel 27 menunjukkan data distribusi frekuensi faktor risiko

Perdarahan

Postpartum

pada

penelitian

ini.

Pengelompokan Status Paritas Ibu dibagi menjadi dua kategori meliputi Status Paritas Ibu berisiko yakni Primipara dan Grandemultipara, dan Status Paritas Ibu tidak berisiko yakni Multipara. Sampel dengan Status Paritas Ibu berisiko berjumlah 109 (54.50%) sampel dan Status Paritas Ibu yang tidak berisiko berjumlah 91 (45.50%) sampel. 4.1.1.6 Distribusi Subjek Berdasarkan Berat Badan Bayi Lahir Besar Tabel 28. Distribusi Faktor Risiko Perdarahan Postpartum Berdasarkan Berat Badan Bayi Lahir Besar

54

Berat Badan Bayi Lahir

Frekuensi

Besar

n

%

4

2.00

Tidak

196

98.00

Total

200

100,0

Ya

Tabel 28 menunjukkan data distribusi frekuensi faktor risiko

Perdarahan

Postpartum

pada

penelitian

ini.

Pengelompokan Berat Badan Bayi Lahir Besar dibagi menjadi dua kategori meliputi Berat Badan Bayi Lahir Besar yang berisiko yakni Ya, dan Berat Badan Bayi Lahir Besar tidak berisiko yakni Tidak. Sampel dengan Berat Badan Bayi Lahir Besar berisiko berjumlah 4 (2.00%) sampel dan Berat Badan Lahir Besar yang tidak berisiko berjumlah 196 (98.00%) sampel. 4.1.1.7 Distribusi Subjek Berdasarkan Hamil Kembar Tabel 29. Distribusi Faktor Risiko Perdarahan Postpartum Berdasarkan Hamil Kembar Hamil Kembar

Frekuensi n

%

Ya

32

16.00

Tidak

168

84.00

Total

200

100,0

Tabel 29 menunjukkan data distribusi frekuensi faktor risiko

Perdarahan

Postpartum

pada

penelitian

ini.

Pengelompokan Hamil Kembar dibagi menjadi dua kategori meliputi Hamil Kembar yang berisiko yakni Ya, dan Hamil Kembar yang tidak berisiko yakni Tidak. Sampel dengan Hamil Kembar berisiko berjumlah 32 (16.00%) sampel dan Hamil Kembar yang tidak berisiko berjumlah 168 (84.00%) sampel. 4.1.1.8 Distribusi Subjek Berdasarkan Riwayat Perdarahan Postpartum Sebelumnya

55

Tabel 30. Distribusi Faktor Risiko Perdarahan Postpartum Berdasarkan Riwayat Perdarahan Postpartum Sebelumnya

Riwayat Perdarahan

Frekuensi

Postpartum

n

%

8

4.00

Tidak

192

96.00

Total

200

100,0

Sebelumnya Ya

Tabel 30 menunjukkan data distribusi frekuensi faktor risiko

Perdarahan

Postpartum

pada

penelitian

ini.

Pengelompokan Riwayat Perdarahan Postpartum dibagi menjadi dua kategori meliputi Riwayat Perdarahan Postpartum yang berisiko yakni Ya, dan Riwayat Perdarahan Postpartum tidak berisiko yakni Tidak. Sampel dengan Riwayat Perdarahan Postpartum berisiko berjumlah 8 (4.00%) sampel dan Riwayat Perdarahan Postpartum yang tidak berisiko berjumlah 192 (96.00%) sampel. 4.1.2 Analisis Bivariat 4.1.2.1 Hubungan Usia Ibu dengan Perdarahan Postpartum Tabel 31. Hubungan Usia Ibu dengan Perdarahan Postpartum Usia Ibu

<20 atau

Perdarahan

Perdarahan

Postpartum

Postpartum

(Ya)

(Tidak)

Total

n

%

n

%

n

%

11

20.75

42

79.25

53

100.0

≥35 tahun 20 - 35 tahun

p

OR

value

(95%CI)

0.232

0.633 (0.269–

43

29.25

104

70.75

147

100.0

1.403)

56

Total

54

27.00

146

73.00

200

100.0

Pada tabel 31 dilihat bahwa subjek usia ibu yang berusia <20 atau ≥35 tahun sebanyak 11 (20.75%) orang menderita perdarahan postpartum dan 42 (79.25%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Pada subjek dengan usia 20 - 35 tahun sebanyak 43 (29.25%) orang menderita perdarahan postpartum dan 104 (70.75%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Nilai p yang didapatkan berdasarkan hasil uji Chi-square sebesar 0.232 (p>0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan usia ibu dengan kejadian perdarahan postpartum tidak signifikan secara statistik. Nilai Odd ratio yang didapatkan 0.633 yang berarti usia ibu <20 atau ≥35 tahun memiliki risiko 0.633 kali untuk terkena perdarahan postpartum dibandingkan usia ibu 20 – 35 tahun, tetapi tidak signifikan pada interval kepercayaan 95%. 4.1.2.2 Hubungan IMT Ibu dengan Perdarahan Postpartum Tabel 32. Hubungan IMT Ibu dengan Perdarahan Postpartum IMT Ibu

Perdarahan

Perdarahan

Postpartum

Postpartum

(Ya)

(Tidak)

n Underweight, 42

%

n

%

25.00

110

75.50

Total

p

OR

value (95%CI)

n

%

152 100.0 0.720

1,145

Overweight,

(0.520–

atau Obese

2.654)

Normal

12

27.63

36

72.37

48

100.0

Total

54

27,00

146

73,0

200 100.0

Pada tabel 32 dilihat bahwa subjek imt ibu yang kategori underweight, overweight, atau obese sebanyak 42 (25.00%) orang menderita perdarahan postpartum dan 110 (75.50%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Pada subjek

57

dengan kategori normal sebanyak 12 (27.63%) orang menderita perdarahan postpartum dan 36 (72.37%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Nilai p yang didapatkan berdasarkan hasil uji Chi-square sebesar 0.720 (p>0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan usia ibu dengan kejadian perdarahan postpartum tidak signifikan secara statistik. Nilai Odd ratio yang didapatkan 1.145 yang berarti imt ibu dengan kategori underweight, overweight, atau obese memiliki risiko 1.145 kali untuk terkena perdarahan postpartum dibandingkan imt ibu dengan kategori normal, tetapi tidak signifikan pada interval kepercayaan 95%. 4.1.2.3 Hubungan Status Gravida Ibu dengan Perdarahan Postpartum Tabel 33. Hubungan Status Gravida Ibu dengan Perdarahan Postpartum Status

Perdarahan

Perdarahan

Gravida Ibu

Postpartum

Postpartum

(Ya)

(Tidak)

n Multigravida 44

Total

p

OR

value

(95%CI )

%

n

%

n

%

31.88

94

68.12

138

100.0

0.020

2.434

atau

(1.087–

Grandemulti

5.860)

gravida Primigravida 10

16.13

52

83.87

62

100.0

Total

27,00

146

73.00

200

100.0

54

Pada tabel 33 dilihat bahwa subjek status gravida ibu dengan

kategori

multigravida

dan

grandemultigravida

sebanyak 44 (31.88%) orang menderita perdarahan postpartum dan 94 (68.12%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Pada subjek dengan kategori normal sebanyak 10 (16.13%)

58

orang menderita perdarahan postpartum dan 52 (83.87%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Nilai p yang didapatkan berdasarkan hasil uji Chi-square sebesar 0.020 (p<0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan status gravida ibu dengan kejadian perdarahan postpartum signifikan secara statistik. Nilai Odd ratio yang didapatkan 2.434 yang berarti status gravida ibu kategori multigravida dan grandemultigravida memiliki risiko 2.434 kali untuk terkena perdarahan postpartum dibandingkan status gravida ibu kategori primigravida dan signifikan pada interval kepercayaan 95%. 4.1.2.4 Hubungan

Status

Paritas

Ibu

dengan

Perdarahan

Postpartum Tabel 34. Hubungan Status Paritas Ibu dengan Perdarahan Postpartum Status

Perdarahan

Perdarahan

Paritas Ibu

Postpartum

Postpartum

(Ya)

(Tidak)

Primipara

Total

n

%

n

%

n

%

27

29.67

64

70.33

91

100.0

p

OR

value

(95%CI)

0.437

1.281

atau

(0.652–

Grandemulti

2.512)

para Multipara

27

24.77

82

75.23

109 100.0

Total

54

27.00

146

73.00

200 100.0

Pada tabel 34 dilihat bahwa subjek status paritas ibu dengan kategori primipara dan grandemultipara sebanyak 27 (29.67%) orang menderita perdarahan postpartum dan 64 (70.33%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Pada subjek status paritas ibu dengan kategori multipara sebanyak 27 (24.77%)

59

orang menderita perdarahan postpartum dan 82 (75.23%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Nilai p yang didapatkan berdasarkan hasil uji Chi-square sebesar 0.437 (p>0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan status paritas ibu dengan kejadian perdarahan postpartum tidak signifikan secara statistik. Nilai Odd ratio yang didapatkan 1.281 yang berarti status paritas ibu dengan kategori primipara dan grandemultipara memiliki risiko 1.281 kali untuk terkena perdarahan postpartum dibandingkan status paritas ibu dengan kategori multipara, tetapi tidak signifikan pada interval kepercayaan 95%. 4.1.2.5 Hubungan Berat Badan Bayi Lahir Besar dengan Perdarahan Postpartum Tabel 35. Hubungan Berat Badan Bayi Lahir Besar dengan Perdarahan Postpartum Berat Badan

Perdarahan

Perdarahan

Bayi Lahir

Postpartum

Postpartum

Besar

(Ya)

(Tidak)

Total

n

%

n

%

n

%

Ya

3

75.00

1

25.00

4

100.0

Tidak

51

26.02

145

73.98

196 100.0

p

OR

value

(95%CI)

0.029

8.529 (0.659– 450.695)

Total

54

27.00

146

73.00

200 100.0

Pada tabel 35 dilihat bahwa subjek berat badan bayi lahir besar dengan kategori ya sebanyak 3 (75.00%) orang menderita perdarahan postpartum dan 1 (25.00%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Pada subjek berat badan bayi lahir besar dengan kategori tidak sebanyak 51 (26.02%) orang menderita perdarahan postpartum dan 145 (73.98%) orang tidak menderita perdarahan postpartum.

60

Nilai p yang didapatkan berdasarkan hasil uji Chi-square sebesar 0.029 (p<0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara berat badan bayi lahir besar dengan kejadian perdarahan postpartum signifikan statistik. Nilai Odd ratio didapatkan sebesar 8.529 ( yang berarti ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir besar memiliki risiko sebesar 8.529 kali untuk mengalami perdarahan postpartum dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi berat badan lahir normal. 4.1.2.6 Hubungan Hamil Kembar dengan Perdarahan Postpartum Tabel 36. Hubungan Hamil Kembar dengan Perdarahan Postpartum Hamil

Perdarahan

Perdarahan

Kembar

Postpartum

Postpartum

(Ya)

(Tidak)

Total

n

%

n

%

n

%

Ya

1

3.12

31

96.88

32

100.0

Tidak

53

31.55

115

68.45

168

100.0

p

OR

value

(95%CI)

0.001

0.069 (0.0016– 0.447)

Total

54

27.00

146

73.00

200

100.0

Pada tabel 36 dilihat bahwa subjek hamil kembar dengan kategori ya sebanyak 1 (3.12%) orang menderita perdarahan postpartum dan 53 (31.55%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Pada subjek hamil kembar dengan kategori tidak sebanyak 31 (96.88%) orang menderita perdarahan postpartum dan 115 (68.45%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Nilai p yang didapatkan berdasarkan hasil uji Chi-square sebesar 0.001 (p<0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan

hamil

kembar

dengan

kejadian

perdarahan

postpartum signifikan secara statistik. Nilai Odd ratio yang

61

didapatkan 0.069 yang berarti hamil kembar dengan kategori ya memiliki risiko 0.069 kali untuk terkena perdarahan postpartum dibandingkan hamil kembar dengan kategori tidak dan signifikan pada interval kepercayaan 95%.

4.1.2.7 Hubungan Riwayat Perdarahan Postpartum Sebelumnya dengan Perdarahan Postpartum Tabel

37.

Hubungan

Riwayat

Perdarahan

Postpartum

Sebelumnya dengan Perdarahan Postpartum Riwayat

Perdarahan

Perdarahan

Perdarahan

Postpartum

Postpartum

Postpartum

(Ya)

(Tidak)

Sebelumnya

Total

p

OR

value (95%CI)

n

%

n

%

n

%

Ya

8

100.0

0

0.00

8

100.0

Tidak

46

23.96

146

76.04

192 100.0

Total

54

27.00

146

73.00

200 100.0

0.000

Pada tabel 37 dilihat bahwa subjek riwayat perdarahan postpartum sebelumnya dengan kategori ya sebanyak 8 (100.0%) orang menderita perdarahan postpartum dan 46 (23.96%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Pada subjek riwayat perdarahan postpartum sebelumnya dengan kategori tidak sebanyak 0 (0.00%) orang menderita perdarahan postpartum dan 146 (76.04%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Nilai p yang didapatkan berdasarkan hasil uji Chi-square sebesar 0.000 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan riwayat perdarahan postpartum sebelumnya dengan kejadian perdarahan postpartum signifikan secara statistik. Nilai Odd ratio tidak didapatkan pada penelitian ini karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi.

62

4.1.3 Analisis Multivariat Tabel 38. Analisis Hubungan Variabel dengan Perdarahan Postpartum Variabel

B

Penelitian

Standard

P

Exp (B) CI 95%

Eror

Status Gravida Ibu

1.808

0.515

0.000

6.099 (2.221-16.746)

Status Paritas Ibu

1.190

0.443

0.007

3.287 (1.379-7.834)

Hamil Kembar

-2.434

1.036

0.019

0.087 (0.011-0.668)

Konstanta

-2.650

0.567

0.000

0.070 (0.0232-0.214)

Pada Tabel 38 terdapat variabel yang dianggap berpengaruh terhadap kejadian perdarahan postpartum di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 1 Januari 2015 – 31 Desember 2017 yaitu status gravida ibu, status paritas ibu, dan hamil kembar. Dari tabel 38 dapat dilihat Nilai p yang didapatkan 0.000 (p<0.05) untuk status gravida ibu, 0.007 (p<0.05) untuk status paritas ibu, dan 0.019 (p<0.05) untuk hamil kembar. Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan status gravida ibu, status paritas ibu, dan hamil kembar dengan kejadian perdarahan postpartum signifikan secara statistik. Nilai Odd ratio yang didapatkan adalah 6.099 untuk status gravida ibu, 3.287 untuk status paritas ibu, 0.087 untuk hamil kembar, memiliki hubungan dengan perdarahan postpartum dan signifikan pada interval kepercayaan 95%.

4.2 Pembahasan 4.2.1 Pembahasan Analisis Univariat dan Bivariat 4.2.1.1 Distribusi Frekuensi kejadian Perdarahan Postpartum

63

Menurut (Mukherjee & Arulkumaran, 2009) Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih dari 500 mL setelah kelahiran vagina dan kehilangan darah lebih dari 1000 mL selama operasi caesar. Perdarahan postpartum bukan suatu diagnosis akan tetapi suatu kejadian yang harus diketahui penyebabnya,

misalnya

perdarahan

postpartum

yang

disebabkan oleh atonia uteri, perdarahan postpartum yang disebabkan oleh robekan jalan lahir, perdarahan postpartum yang disebabkan oleh sisa plasenta, dan perdarahan postpartum yang

disebabkan

oleh

gangguan

pembekuan

darah

(Prawirohardjo, 2016). Pada penelitian ini menunjukkan data distribusi subjek penelitian berdasarkan kejadian Perdarahan Postpartum di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 1 Januari 2015 – 31 Desember 2017. Total subjek pada penelitian ini berjumlah 200 subjek yang terdiri dari 54 (27.0%) subjek yang menderita Perdarahan Postpartum dan 146 (73.0%) subjek yang tidak menderita Perdarahan Postpartum. Sebagian besar pasien perdarahan postpartum pada penelitian ini merupakan pasien rujukan dari fasilitas kesehatan lain, sehingga riwayat penyakit/data pengobatan sebelumnya tidak tercantum dalam rekam medik. Data yang tidak lengkap juga menyebabkan variabel lain yang dapat memengaruhi timbulnya perdarahan postpartum seperti partus lama tidak dapat diteliti. Data yang tidak lengkap juga menyebabkan adanya perbedaan pada variabel IMT Ibu, dimana pada pasien mengalami perdarahan postpartum IMT Ibu diukur setelah persalinan karena pasien perdarahan postpartum sebagian besar merupakan pasien rujukan dari fasilitas kesehatan lain dan pada

64

pasien yang tidak mengalami perdarahan postpartum IMT Ibu diukur sebelum persalinan. Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian dapat diketahui

bahwa

penyebab

terbanyak

dari

perdarahan

postpartum adalah atonia uteri. Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi

plasenta

setelah

bayi

dan

plasenta

lahir

(Prawirohardjo, 2016). Kegagalan uterus untuk berkontraksi secara adekuat setelah pelahiran merupakan penyebab tersering perdarahan obstetris (Cunningham, Leveno, Bloom, Spong, & Dashe, 2014). 4.2.1.2 Hubungan Usia Ibu dengan Perdarahan Postpartum Berdasarkan hasil penelitian ini, dari 53 ibu yang memiliki usia risiko tinggi (<20 tahun dan ≥35 tahun) didapatkan 11 (20.75%) orang menderita perdarahan postpartum dan 42 (79.25%) orang tidak menderita perdarahan postpartum. Setelah analisis diperoleh nilai p sebesar 0.232 yang berarti hubungan usia ibu dengan kejadian perdarahan postpartum tidak signifikan secara statistik. Secara statistik diperoleh nilai OR=0.633 yang berarti usia ibu <20 atau ≥35 tahun memiliki risiko 0.633 kali untuk terkena perdarahan postpartum dibandingkan usia ibu 20 – 35 tahun, tetapi tidak signifikan pada interval kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukakan (Putri, 2014) di RSUP Dr. Mohammad Hoesin bahwa usia ibu tidak signifikan mempengaruhi kejadian perdarahan postpartum dini dengan nilai p adalah 0,65. Tetapi tidak sesuai dengan hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian (Sari & Widaryati, 2015) bahwa ibu postpartum dengan umur berisiko yaitu <20 tahun atau >35 tahun

65

mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum 7,347 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu melahirkan dengan umur tidak berisiko yaitu 20-35 tahun. Usia

berkaitan

dengan

ketidaksiapan

ibu

dalam

reproduksi, wanita usia dibawah 20 tahun masih berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga kondisi hamil akan membuat dirinya harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Sebaliknya ibu yang berumur lebih dari 35 tahun mulai menunjukkan pengaruh poses penuaannya, seperti sering muncul penyakit seperti hipertensi dan diabetes melitus yang dapat meghambat masuknya makanan ke janin melalui plasenta (Proverawati & Asfuah, 2009). Pada usia kurang dari 20 tahun merupakan risiko tinggi kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayi, hal ini disebakan pada usia muda organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal dan secara psikologis belum tercapainya emosi dan kejiwaan yang cukup dewasa, sehingga akan berpengaruh terhadap penerimaan kehamilannya yang akhirnya akan berdampak pada proses kehamilan, persalinan, hingga masa nifas (Cunningham et al., 2014). Tingginya kasus perdarahan postpartum pada kelompok usia reproduksi normal (20-35 tahun) yaitu usia yang ideal untuk hamil dan melahirkan sehingga banyak ibu yang melahirkan pada rentang usia tersebut dan menyebabkan usia ibu menjadi tidak bermakna secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum pada penelitian ini. 4.2.1.3 Hubungan IMT Ibu dengan Perdarahan Postpartum Pada penelitian ini, didapatkan hasil hubungan yang tidak signifikan antara indeks massa tubuh ibu dan perdarahan postpartum. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang

66

dilakukan oleh (Scott‐Pillai, Spence, Cardwell, Hunter, & Holmes, 2013) yang dilakukan di Irlandia Utara dengan metode kohort pada 30.298 sampel didapatkan bahwa didapatkan hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dan perdarahan postpartum (p=0,001). Selain itu, penelitian (Mochhoury, Razine, Kasouati, Kabiri, & Barkat, 2013) di Maroko pada Oktober 2010 sampai Oktober 2011 pada 1.408 partisipan didapatkan hubungan yang signifikan p=0,03 (p<0,05). Penelitian (Crane, Murphy, Burrage, & Hutchens, 2013) dengan desain kohort pada kehamilan tunggal yang melahirkan pada 1 Januari 2002 sampai 31 Desember 2011 didapatkan hubungan IMT dan perdarahan postpartum 0,087 (p>0,05). Penelitian (Rahman et al., 2015) dengan desain kohort pada indeks massa tubuh ibu hamil dan risiko pada kelahiran dan kesehatan ibu hamil didapatkan hubungan yang tidak signifikan antara perdarahan postpartum dan berat badan kurang. Namun pada subjek dengan kelebihan berat badan dan obesitas didapatkan hubungan yang signifikan (p<0,001). Pada penelitian ini IMT ibu tidak bermakna secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum disebabkan karena beberapa kemungkinan. Pertama besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat menggambarkan pengaruh hamil kembar terhadap perdarahan postpartum. Kedua sampel yang diambil pada penelitian berbeda kategori dimana sampel yang mengalami perdarahan postpartum memiliki IMT ibu yang diukur setelah persalinan dan IMT ibu yang tidak mengalami perdarahan postpartum diukur sebelum persalinan. Yang terakhir sampel yang diambil tidak menggambarkan populasi secara keseluruhan.

67

4.2.1.4 Hubungan Status Gravida Ibu dengan Perdarahan Postpartum Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan nilai p sebesar 0.020 (p>0.05) yang menunjukkan bahwa hubungan status gravida ibu dengan kejadian perdarahan postpartum signifikan secara statistik. Nilai Odd ratio yang didapatkan 2.434 yang berarti

status

gravida

ibu

kategori

multigravida

dan

grandemultigravida memiliki risiko 2.434 kali untuk terkena perdarahan postpartum dibandingkan status gravida ibu kategori primigravida. Penelitian sejalan dengan teori (Supono, 2004) yang menunjukkan ada hubungan gravida ibu dengan kejadian perdarahan. Ibu dengan gravida tidak berisiko (2-3) tidak mengalami

perdarahan

dapat

dikarenakan

ibu

sudah

menyiapkan kejiwaannya. Ketenangan jiwa penting dalam persalinan karena itu dianjurkan kepada ibu hamil selain melakukan latihan fisik namun juga latihan kejiwaan untuk menghadapi persalinan. Sedangkan ibu dengan gravida berisiko (<2 atau >3) mengalami perdarahan dapat dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum (Supono, 2004). Dari faktor gravida diketahui bahwa ibu multigravida memiliki risiko mengalami Anemia 6,588 kali lebih besar dibandingkan ibu multigravida, dan ibu grandemultigravida juga memiliki risiko mengalami Anemia 5,789 lebih besar dibandingkan ibu multigravida. Anemia dipengaruhi oleh kehamilan dan persalinan yang sering, semakin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan persalinan akan semakin banyak kehilangan zat besi dan semakin anemis (Rizkah & Mahmudiono, 2017). Hal ini menunjukkan semakin sering ibu mengalami kehamilan maka semakin besar kemungkinan

68

mengalami kekurangan energi kronik. Kekurangan energi kronik dapat menyebabkan terjadinya anemia yang merupakan salah satu faktor risiko perdarahan postpartum (Rizkah & Mahmudiono, 2017). 4.2.1.5 Hubungan

Status

Paritas

Ibu

dengan

Perdarahan

Postpartum Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan nilai p sebesar 0.437 (p>0.05) yang menunjukkan bahwa hubungan status paritas ibu dengan kejadian perdarahan postpartum tidak signifikan secara statistik. Nilai Odd ratio yang didapatkan 1.281 yang berarti status paritas ibu dengan kategori primipara dan grandemultipara memiliki risiko 1.281 kali untuk terkena perdarahan postpartum dibandingkan status paritas ibu dengan kategori multipara, tetapi tidak signifikan pada interval kepercayaan 95%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukakan (Eriza, Defrin, & Lestari, 2015) didapatkan nilai p = 0,49 yaitu p > α (α =0.05), berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan paritas tidak signifikan mempengaruhi perdarahan postpartum. Sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan (Lubis, 2011) di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan yang menyatakan bahwa paritas tidak signifikan mempengaruhi perdarahan postpartum primer. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori (Manuaba, 2009) yang mengatakan bahwa paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan postpartum. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kejadian perdarahan postpartum lebih tinggi. Pada paritas yang rendah (paritas satu), ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor penyebab ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi selama

69

kehamilan, persalinan dan nifas. Sedangkan pada paritas tinggi (lebih dari 3), fungsi reproduksi mengalami penurunan sehingga kemungkinan terjadi perdarahan pascapersalinan menjadi lebih besar. Ibu dalam kategori primipara (wanita yang memiliki 1 anak) serta grandemultipara (seorang wanita yang telah memiliki 5 anak atau lebih) memiliki pengaruh besar pada proses persalinan dengan perdarahan postpartum (Kerr, Hauswald, Tamrakar, Wachter, & Baty, 2014). Menurut (Zubor et al., 2014) pada ibu grandemultipara, fungsi reproduksi menurun. Otot uterus sudah terlalu ketat dan kurang bisa berkontraksi dengan baik sehingga kemungkinan perdarahan postpartum menjadi lebih besar (Zubor et al., 2014). (Cunningham et al., 2014) mengatakan bahwa paritas tinggi merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya perdarahan postpartum. Paritas lebih dari 4 mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya perdarahan postpartum karena otot uterus lebih sering meregang sehingga dindingnya menipis dan kontraksinya menjadi lebih lemah. 4.2.1.6 Hubungan Berat Badan Bayi Lahir Besar dengan Perdarahan Postpartum Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa berat badan bayi lahir besar memiliki nilai p sebesar 0.029 (p>0.05) yang berarti berat badan bayi lahir besar memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian perdarahan postpartum. Nilai Odd ratio yang didapatkan 8.529 yang berarti berat badan bayi lahir besar memiliki risiko 8.529 kali untuk terkena perdarahan postpartum. Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Ristanti, Lutfiasari, Pradian, & Pujiastuti, 2017), yang menunjukkan hubungan positif antara berat badan bayi lahir besar dan perdarahan postpartum (p<0,001). Semakin tinggi berat lahir, semakin tinggi kejadian

70

perdarahan postpartum. Kelahiran makrosomia (≥4000 gram) dapat menyebabkan perdarahan postpartum karena overstretch uterus dan mengakibatkan kontraksi yang tidak efektif yang dapat terjadi perdarahan postpartum (Olmedo, Miranda, Cordon, Pettker, & Funai, 2014). Overstretch uterus menyebabkan bayi makrosomia yang membutuhkan lebih banyak ruang di uterus, sehingga kontraksi uterus tidak maksimal atau uterus tidak berkontraksi dengan baik. Jika uterus tidak dapat berkontraksi, uterus akan mengeluarkan darah dari biasanya, atau disebut pendarahan (Zubor et al., 2014). Menurut (Purwanti & Trisnawati, 2016) yang melakukan penelitian dan mendapatkan hasil yang serupa, bayi dengan berat lebih dari 4000 gram cenderung meningkatkan kejadian perdarahan postpartum dini. Hal ini disebabkan karena ukuran bayi yang besar dapat membuat regangan uterus terlalu besar sehingga lebih risiko untuk atonia uteri dan pada akhirnya terjadi perdarahan postpartum (Cunningham et al., 2014). Selain itu juga kemungkinan untuk terjadinya perlukaan jalan lahir juga akan semakin besar (Supono, 2004). Penelitian ini sejalan juga dengan teori (Cunningham et al., 2014) bahwa Bayi dengan berat lahir ≥4000 gram berhubungan dengan perdarahan postpartum, yaitu karena laserasi jalan lahir. Bayi berat lahir lebih juga mengakibatkan overdistensi uterus sehingga lebih berisiko menyebabkan atonia uteri dan pada akhirnya menyebabkan perdarahan postpartum. 4.2.1.7 Hubungan Hamil Kembar dengan Perdarahan Postpartum Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa subjek hamil kembar memiliki nilai p sebesar 0.001 (p>0,05) yang berarti menunjukkan bahwa hubungan hamil kembar dengan kejadian perdarahan postpartum signifikan secara statistik. Nilai Odd ratio yang didapatkan 0.069 yang berarti hamil kembar

71

memiliki risiko 0.069 kali untuk terkena perdarahan postpartum. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori (Varney, Kriebs, & Gegor, 2007) yang menyatakan penyebab peregangan uterus yang berlebihan antara lain kehamilan ganda, polihidramnion, makrosomia janin atau janin besar. Peregangan uterus yang berlebihan karena sebab-sebab tersebut akan mengakibatkan uterus tidak mampu berkontraksi segera setelah plasenta lahir sehingga sering menyebabkan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan. Pada kondisi ini miometrium renggang dengan hebat sehingga kontraksi setelah kelahiran bayi menjadi tidak efisien. 4.2.1.8 Hubungan Riwayat Perdarahan Postpartum Sebelumnya dengan Perdarahan Postpartum Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa riwayat perdarahan postpartum sebelumnya tidak memiliki nilai odd ratio karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi yang berarti riwayat perdarahan postpartum sebelumnya tidak memiliki hubungan dengan kejadian perdarahan postpartum. Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Krisnamurti, 2015) yang menyatakan tidak ada hubungan antara riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum pada ibu melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2013 karena nilai odd ratio tidak bisa didapatkan karena tidak terdapat sampel pada salah satu populasi. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi & Yamin, 2011) di RSUD dr. H. Abdul Moeloek

Lampung

yang

menyatakan

bahwa

riwayat

perdarahan postpartum memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian perdarahan postpartum dengan Odd Ratio 7,408 (95 %CI: 3,781-14,517).

72

Pada penelitian ini riwayat perdarahan postpartum sebelumnya tidak bermakna secara statistik memengaruhi perdarahan postpartum disebabkan karena tidak adanya sampel dengan riwayat perdarahan postpartum sebelumnya pada salah satu populasi kontrol, sehingga nilai hubungan antara adanya riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum tidak dapat dihitung dan juga besar sampel penelitian terlalu kecil sehingga tidak dapat menggambarkan pengaruh riwayat perdarahan postpatum sebelumnya terhadap perdarahan postpartum. Kemungkinan juga distribusi karakteristik sampel tidak merata pada populasi kasus maupun kontrol. 4.2.2 Pembahasan Analisis Multivariat Pada penelitian ini dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik didapatkan hasil nilai p 0.000 (p>0,05) untuk status gravida ibu, 0.007 (p>0,05) untuk status paritas ibu, dan 0.019 (p>0,05) untuk hamil kembar. Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan status gravida ibu, status paritas ibu, dan hamil kembar dengan kejadian perdarahan postpartum signifikan secara statistik. Nilai Odd ratio yang didapatkan adalah 6.099 untuk status gravida ibu, 3.287 untuk status paritas ibu, 0.087 untuk hamil kembar, memiliki hubungan dengan perdarahan postpartum dan signifikan pada interval kepercayaan 95%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa status gravida ibu, status paritas ibu, dan hamil kembar adalah faktor risiko yang paling besar berpengaruh terhadap perdarahan postpartum. Terdapat perbedaan antara hasil penelitian ini dan yang dilakukakan oleh (Putri, 2014) yang menyatakan bahwa faktor yang paling bermakna dan yang paling kuat pengaruhnya terhadap kejadian perdarahan postpartum dini yaitu berat bayi lahir >4000 gram (p=0,016; β=1,711; OR=5,53) dan paritas >3 (p=0,002; β=0,895; OR=2,45). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan berat

73

>4000 gram adalah faktor risiko yang paling besar berpengaruh terhadap perdarahan postpartum dini dengan kekuatan pengaruh sebesar 5,53 kali. Perbedaan hasil penelitian ini terjadi karena masing-masing penelitian tersebut memiliki perbedaan rancangan penelitian, jenis data yang dikumpulkan dan perbedaan faktor-faktor risiko yang diteliti.

4.3 Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini dijumpai beberapa kendala, diantaranya: 1. Tidak lengkapnya jumlah rekam medik yang diperlukan, dikarenakan rekam medik yang tidak bisa ditemukan di installasi rekam medik. 2. Tidak lengkapnya data yang tercantum dalam rekam medik. Sebagian besar disebabkan karena pasien merupakan rujukan dari fasilitas kesehatan lain, sehingga riwayat penyakit/data pengobatan sebelumnya tidak tercantum dalam rekam medik. Data yang tidak lengkap juga menyebabkan variabel lain yang dapat memengaruhi timbulnya perdarahan postpartum seperti partus lama tidak dapat diteliti. Data yang tidak lengkap juga menyebabkan adanya perbedaan pada variabel IMT Ibu, dimana pada pasien mengalami perdarahan postpartum IMT Ibu diukur setelah persalinan karena pasien perdarahan postpartum sebagian besar merupakan pasien rujukan dari fasilitas kesehatan lain dan pada pasien yang tidak mengalami perdarahan postpartum IMT Ibu diukur sebelum persalinan. 3. Proses pencatatan rekam medik yang kurang rapi, menyebabkan adanya rekam medik yang tidak dapat terbaca. Pencatatan rekam medik juga terkadang kurang akurat atau kurang teliti menyebabkan bias informasi. Sehingga menyebabkan perbedaan hasil data dibanding teori yang ada. 4. Keterbatasan waktu, sehingga jumlah sampel yang bisa digunakan juga terbatas.

Related Documents

Bab 4
May 2020 52
Bab 4
December 2019 75
Bab 4
November 2019 71
Bab 4
November 2019 71
Bab 4
June 2020 34
Bab 4
October 2019 65

More Documents from ""

Referat Ra.docx
April 2020 6
Bab 4 (penelitian).docx
April 2020 10
Tugas Kombis.docx
November 2019 29
The Mahasamatta Manifesto
December 2019 13
Honest Money
December 2019 20