Bab 4 Gambaran Umum Tanggap Bencana.docx

  • Uploaded by: Abdurrohmansyah
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 4 Gambaran Umum Tanggap Bencana.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,440
  • Pages: 27
54

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

BAB 4 GAMBARAN UMUM Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten yaitu pada titik koordinat 106'38' - 106'47’ Bujur Timur dan

06'13'30'

-

06'22'30'

Lintang

Selatan

dan

secara

administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 49 (empat puluh sembilan) kelurahan dan 5 (lima) desa dengan luas wilayah 147,19 Km2 atau 14.719 Ha. Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut : a. Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang; b. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok; c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota Depok; d. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. Wilayah Kota Tangerang Selatan diantaranya dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pesanggrahan dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan Tangerang

Selatan

timur memberikan peluang pada Kota

sebagai

salah

satu

daerah

penyangga

provinsi DKI Jakarata, selain itu juga sebagai daerah menghubungkan Jakarta.

Provinsi

Banten

dengan

Provinsi

yang DKI

Selain itu, Kota Tangerang Selatan juga menjadi salah

satu daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat.

55

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Adapun peta administratif Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. : Peta administrasi Kota Tangerang Selatan A.

Rencana

Tata

Ruang

Wilayah

Kota

Tangerang

Selatan Penataan Ruang Kota Tangerang Selatan adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah kota di wilayah yang menjadi kewenangan Kota,

dalam

pemanfaatan

rangka

optimalisasi

sumberdaya

daerah

dan untuk

mensinergikan mewujudkan

kesejahteraan masyarakat di Kota Tangerang Selatan. Dalam

rencana

pengembangan

sistem

jaringan

prasarana wilayah kota terdapat rencana sistem prasarana utama dan rencana sistem prasarana lainnya. Untuk rencana pengembangan sistem prasarana utama di bidang transportasi meliputi :

56

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

1. Jaringan Jalan 2. Jaringan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 3. Jaringan Pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Sistem

pengembangan

jaringan

yang

dimaksud

meliputi jaringan jalan tol, jaringan jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder, jaringan jalan lokal, dan jaringan jalan lingkungan sekunder. Selain

pengembangan

pengembangan,

jaringan

optimalisasi

jalan

jaringan

terdapat jalan

juga

dan

juga

pembangunan jalan yang meliputi : 1. Pengembangan Jalan Strategis meliputi : Jalan Otista – Jalan

Pajajaran



Jalan

Pamulang

Raya



Jalan

Siliwangi – Jalan Puspiptek – Jalan Raya Serpong – Jalan Tekno Widya – Jalan Buaran – Rawa Buntu – Jalan Kapten Subianto – Jalan Raya Serpong; 2. Rencana Pembangunan Jalan 3. Pengembangan Rencana Simpang Tak Sebidang 4. Penataan

Perempatan

Persimpangan

Jalan

Dalam

Wilayah Kota 5. Sistem jaringan jalan arteri dan kolektor didesain dan dapat difungsikan sebagai jalur angkutan umum massal 6. Persilangan dengan jalur kereta api diarahkan menjadi persilangan tak sebidang Pengembangan jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan meliputi: 1. Pengembangan

terminal

tipe

A

Pondok

Cabe

di

Kecamatan Pamulang 2. Pengembangan terminal tipe C di BSD dan Muncul Pengembangan

jaringan

angkutan jalan meliputi:

pelayanan

lalu

lintas

dan

57

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

1. Pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan dalam kota yang diarahkan sebagai moda angkutan umum pada jalan – jalan utama yang memiliki nilai strategis. 2. Pengembangan system angkutan massal berbasis jalan yang terintegrasi dengan system angkutan umum massal Jabodetabek B.

Kondisi Sosial Ekonomi Di Sekitar Lokasi Wilayah Studi 1. Demografi Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan, dengan ratarata

pertumbuhan

Walaupun namun

secara

sebesar absolut

pertumbuhannya

3,72%

pertahunnya.

mengalami mengalami

peningkatan,

kecenderungan

penurunan. Pada tahun 2011, pertumbuhan penduduk mencapai 3,63%, kemudian turun pada level 3,36% pada tahun 2015. Secara absolut jumlah penduduk di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2011 sebanyak 1.355.926 jiwa, hingga tahun 2015 mencapai angka 1.543.209 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk tersebut menyebabkan kepadatan penduduk semakin meningkat pula, pada tahun 2011 sebanyak 9.212 jiwa/km2 menjadi 10.484 jiwa/km2 pada tahun 2015. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.2. berikut ini:

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

1,600,000

11,000

1,550,000

10,48410,500

1,500,000

10,143

1,450,000

1,492,999

1,543,209

1,300,000

9,212

9,547

1,443,403

1,350,000

1,405,170

1,400,000

10,000

9,806

1,355,926

58

2013

2014

2015

1,250,000

9,500 9,000

8,500 2011

2012

Jumlah Pendudukn (jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2)

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2015 Gambar 4.2 : Jumlah Penduduk dari Kepadatan Penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2011-2014 4.00% 3.50% 3.00%

3.63%

3.63%

2.50%

3.44%

3.36%

2014

2015

2.72%

2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% 2011

2012

2013

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2015 Gambar 4.3 : Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2011-2014 Jika dilihat menurut jenis kelamin yang dilihat dari jumlah

penduduk

tahun

2015,

penduduk

berjenis

kelamin laki-laki lebih banyak ketimbang perempuan. Pada Tahun 2015, dari total penduduk 1.543.209 jiwa, sebanyak 777.713 jiwa adalah laki-laki, dan perempuan sebanyak 765.496 jiwa, dengan rasio jenis kelamin sebesar 101,60.

59

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015 Penduduk No

Kecamatan

Lakilaki

Perempuan

1

Setu

41.303

2

Serpong

84.653

86.078

170.731

3

Pamulang

168.053

164.932

332.984

4

Ciputat

114.860

111.114

225.974

5

Ciputat Timur

101.889

100.497

202.386

6

Pondok Aren

185.430

181.138

366.568

7

Serpong Utara

81.526

82.229

163.755

Tangerang Selatan

39.508

Total

777.713 765.496

80.811

1.543.209

Sex Ratio 10 4,54 98, 34 10 1,98 10 3,37 10 1,39 10 2,37 99, 15 10 1,60

Sumber: Kota Tangerang Selatan dalam Angka, 2016 Selanjutnya jika dilihat dari kepadatan penduduk per kecamatan,

pada

tahun

2015

kepadatan

tertinggi

terdapat di Kecamatan Ciputat Timur, yaitu 13.116 jiwa/km2 sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Setu, yaitu 5.460 jiwa/km2. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.4. berikut ini:

60

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Tabel 4.2 : Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2015

No Kecamatan

Luas

Jumlah

Kepadatan

(Km2)

Penduduk (Jiwa/Km2)

Laju Pertumbuhan Penduduk

1

Setu

14,80

80.811

5.460

4,06

2

Serpong

24,04

170.731

7.102

4,47

3

Pamulang

26,82

332.984

12.416

3,07

4

Ciputat

18,38

225.974

12.295

3,29

Ciputat

15,43

202.386

13.116

2,51

366.568

12.268

3,88

163.755

9.179

5,30

5

6

7

Timur Pondok

29,88

Aren Serpong

17,84

Utara

Tangerang Selatan

147,19 1.543.209 10.484

3,64

Sumber: Kota Tangerang Selatan dalam Angka, 2016 2. Product Domestic Regional Bruto (PDRB) Sebagai salah satu indikator makro ekonomi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan besaran nilai tambah bruto yang dihasilkan dalam memproduksi barang

dan

jasa

oleh

sektor

produktif

dalam

perekonomian suatu daerah (region) tanpa melihat pelaku ekonominya. PDRB dapat dilihat dari 3 sisi pendekatan,

yaitu

produksi,

pengeluaran

dan

pendapatan. Ketiganya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sektor ekonomi, komponen penggunaan dan sumber pendapatan. Pelaku ekonomi bisa berasal dari daerah tersebut dan atau dari luar daerah tersebut.

61

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

PDRB disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu atas dasar “harga berlaku” dan atas dasar “harga konstan”. PDRB atas dasar harga berlaku menggunakan harga tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menggunakan data harga tahun tertentu (saat ini menggunakan dasar harga tahun 2010). PDRB

atas

dasar

harga

konstan

memperlihatkan

perkembangan produksi riil dari masing-masing sektor ekonomi yang tidak dipengaruhi inflasi. Sementara PDRB

atas

dasar

harga

berlaku

menunjukkan

perkembangan produksi masing-masing sektor yang masih dipengaruhi oleh harga. Berdasarkan

data

yang

dilansir

oleh

BPS

Kota

Tangerang Selatan menunjukkan nilai PDRB setiap tahunnya mengalami peningkatan, baik untuk PDRB atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada tahun 2012, atas dasar harga berlaku sebesar

Rp.39.071,49

milyar;

meningkat

menjadi

Rp.44.611,13 milyar pada tahun 2013; dan pada tahun 2014

kembali

mengalami

peningkatan

menjadi

Rp.51.230,27 milyar. Sama halnya dngan PDRB atas dasar

harga

konstan,

pada

tahun

2012

sebesar

Rp.36.091,81 milyar, menjadi Rp.39.290,71 milyar pada tahun 2013; dan mengalami peningkatan menjadi Rp.42.823,77 milyar pada tahun 2014. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.4. berikut ini.

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

2012

2013

42,823.77

51,230.27

39,290.71

PDRB adhk (Miliar Rp.)

44,611.13

36,091.81

PDRB adhb (Miliar Rp.)

39,071.49

62

2014

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2015 Gambar 4.4 : Nilai PDRB Kota Tangerang Selatan ADHB dan ADHK Jika dilihat struktur PDRB-nya, Perdagangan Besar dan Eceran,

dan

Reparasi

Mobil

dan

Sepeda

Motor

merupakan sektor yang berkontribusi terbesar dalam pembentuk PDRB di Kota Tangerang Selatan selama ini, yaitu 17,64% pada tahun 2010 dan 17,56% pada tahun 2014. Selanjutnya adalah Real Estate, yaitu 17,04% pada tahun 2010 dan 16,21% pada tahun 2014. Kemudian untuk terbesar ketiga mengalami pergeseran,

pada

tahun

2010

adalah

industri

pengolahan sebesar 13,04%, namun pada tahun 2014 menjadi 11,45%, sehingga menempatkan sektor ini turun pada posisi 4. Sedangkan sektor kontruksi memiliki perkembangan yang cukup signifikan, pada tahun 2010 masih berada pada posisi 5, dengan kontribusi

sebesar

12,28%.

Kemudian

mengalami

peningkatan pada tahun 2014 menjadi 15,01%, dan menempatkan

sektor

kontruksi

berada

posisi

3.

Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel IV.3. berikut ini.

63

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Tabel 4.3 : Struktur PDRB Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dan Tahun 2014 LAPANGAN USAHA 1

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

2010

RANK 2014 RANK

0,34

14

0,32

14

2

Pertambangan dan Penggalian

0,00

17

0,00

17

3

Industri Pengolahan

13,04

3

11,45

4

4

Pengadaan Listrik, Gas

0,10

15

0,12

15

5

Pengadaan Air

0,06

16

0,04

16

6

Konstruksi

12,28

5

15,01

3

17,64

1

17,56

1

2,52

11

3,07

11

3,09

9

3,36

9

Perdagangan Besar dan Eceran, 7

dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

8 9

Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi & Makan Minum

10

Informasi dan Komunikasi

12,33

4

10,86

5

11

Jasa Keuangan

1,21

12

1,21

13

12

Real Estate

17,04

2

16,21

2

13

Jasa Perusahaan

3,01

10

3,42

8

1,12

13

1,25

12

8,11

6

8,96

6

4,96

7

4,05

7

3,14

8

3,14

10

Administrasi Pemerintahan, 14 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15 16 17

Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB

100,00

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2015

100,00

64

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Selanjutnya jika dilihat dari pertumbuhannya, setiap tahunnya

(2011-2014)

pertumbuhan

semua

positif

kecuali

sektor

mengalami

sektor

pertanian,

kehutanan, dan perikanan yang pada tahun 2012-2013 mengalami

pertumbuhan

negatif.

Secara

rata-rata

pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor informasi dan

komunikasi,

yaitu

14,41%;

disusul

sektor

transportasi dan pergudangan sebesar 12,02%; dan sektor konstruksi sebesar 10,90%. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel IV.4. berikut ini. Tabel 4.4 : Pertumbuhan PDRB ADHK Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2014 LAPANGAN USAHA 1

Pertanian,

Kehutanan,

2011 2012 2013 2014

RataRata

dan 5,95 (2,59) (1,65) 3,06 1,19

Perikanan 2

Pertambangan dan Penggalian -

3

Industri Pengolahan

3,81 0,72

4

Pengadaan Listrik, Gas

9,77 12,00 10,37 1,83 8,49

5

Pengadaan Air

5,92 0,85

6

Konstruksi

9,26 12,66 12,52 9,14 10,90

7

Perdagangan

Besar

-

dan 13,38 9,50

-

-

8,38

7,66 5,14

5,59

6,35

5,97 4,58

5,52 8,69

Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8

Transportasi dan Pergudangan 15,74 9,42

11,32 11,61 12,02

9

Penyediaan

6,13

Akomodasi

& 10,88 5,10

8,80 7,73

Makan Minum 10

Informasi dan Komunikasi

12,04 18,26 10,98 16,34 14,41

11

Jasa Keuangan

6,90 6,74

7,81

8,55 7,50

65

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Rata-

LAPANGAN USAHA

2011 2012 2013 2014

12

Real Estate

8,60 9,41

12,00 9,76 9,94

13

Jasa Perusahaan

9,01 9,03

9,83

12,62 10,12

14

Administrasi

Pemerintahan, 3,15 4,57

2,57

11,86 5,54

Rata

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15

Jasa Pendidikan

4,19 3,54

4,79

6,21 4,68

16

Jasa Kesehatan dan Kegiatan 3,80 4,18

1,81

1,89 2,92

6,77

6,08 5,08

Sosial 17

Jasa lainnya

5,73 1,75

PDRB

8,81 8,66 8,86 8,99 8,83

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2015 Berdasarkan Tabel IV.4 di atas, pertumbuhan PDRB (ekonomi) mengalami kecenderungan peningkatan, dari 8,81% pada tahun 2011 meningkat menjadi 8,99%, atau rata-rata tumbuh sebesar 8,83% selama tahun 2011-2014.

Angka

tersebut

menempatkan

Kota

Tangerang Selatan sebagai posisi teratas (tertinggi) dibandingkan

dengan

Provinsi Banten.

Kabupaten/

Kota

lainnya

di

66

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2015 Gambar 4.5 : Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota diProvinsi Banten C.

Wilayah Studi  Kawasan Perkantoran Tanggap Bencana 1. Lokasi Secara administratif Rencana Pembangunan Kawasan Perkantoran Selatan

Tanggap

Bencana

terletak

di

Kota

Tangerang koordinat

-6.327826, 106.682434 di Jalan Tekno Widya Kota Tangerang Selatan. Gambar 4.6 menunjukkan lokasi pembangunan Kawasan Perkantoran Tanggap Bencana Kota Tangerang Selatan tersebut disekitar lokasi ini memiliki tata guna lahan berupa kawasan pemukiman. Berikut ini digambarkan lokasi pembangunan tersebut dan pola tata guna lahan disekitar lokasi yang potensial akan mempengaruhi pola lalu lintas yang akan terjadi.

67

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Gambar 4.6 : Lokasi Studi Kawasan Perkantoran Tanggap Bencana Kota Tangerang Selatan

68

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Site Plan

Gambar 4.7 : Site Plan Kawasan Perkantoran Tanggap Bencana Kota Tangerang Selata

69

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

D.

Kondisi Fisik Sarana Dan Prasarana LLAJ Di Sekitar Lokasi Kawasan Perkantoran Tanggap Bencana Kota Tangerang Selatan 1. Prasarana a. Ruas Jalan Pembangunan Kawasan Perkantoran Tanggap Bencana Kota

Tangerang

Selatan

ini

akan

mempengaruhi

kinerja ruas jalan disekitar lokasi pembangunan. Ruas jalan yang terkena pengaruh akibat pembangunan tersebut

adalah

Jalan

Tekno

Widya.

Berikut

ini

merupakan visualisasi dan penampang melintang ruas yang berpengaruh dapat dilihat pada gambar serta perhitungan kapasitas jalan di bawah ini.

Lokasi Pembangunan

Sumber : Google Earth Gambar 4.8 : Peta Ruas Jalan Berpengaruh Pembangunan Kawasan Perkantoran Tanggap Bencana Kota Tangerang Selatan

70

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

1) Ruas Jalan Tekno Widya Ruas jalan yang dianggap berpengaruh terhadap rencana

pembangunan

Kawasan

Perkantoran

Tanggap Bencana Kota Tangerang Selatan adalah ruas Jalan Tekno Widya berdasarkan hasil survei diperoleh data sebagai berikut. Fungsi Jalan

: Jalan Lokal

Status Jalan

: Jalan Perkotaan

Tipe Jalan

: 4/2 D

Lebar Jalan

: 20 meter

Median

: 2 meter

Jumlah Lajur

:4

Jumlah Jalur

:2

Trotoar Kiri/kanan

: Ada

Kondisi Jalan

: Baik

Jenis Perkerasan

: Beton

Hambatan Samping

: Rendah

Visualisasi dari ruas tersebut adalah sebagai berikut.

71

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Sumber : google Street Gambar 4.9 : Visualisasi Jalan Tekno Widya Sedangkan inventarisasi terhadap geometrik jalan diketahui

bahwa

kapasitas

jalan

yang

dihitung

berdasarkan MKJI pada ruas Jalan Tekno Widya sebagai berikut. Tabel 4.5 : Inventarisasi Jalan Tekno Widya Nama jalan

Ukuran kota (Juta)

Tipe

Lebar

Split

Hambatan

lajur

jalan

arah

samping

4/2 D

20m

50-50

L

Lebar Median

bahu jalan

Jarak kerb

Jalan tekno

1

widya

Sumber : Survei Lapangan

1,5m

2m

0

72

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Tabel 4.6 : Kapasitas Jalan Tekno Widya Kapasitas per Nama jalan

Lebar jalan

Tipe jalan

arah (smp/jam)

Jalan Tekno

20m

Widya

4/2 D

3635

Sumber : Analisis Konsultan 2) Ruas Jalan Cendekia Ruas jalan yang dianggap berpengaruh terhadap rencana

pembangunan

Kawasan

Perkantoran

Tanggap Bencana Kota Tangerang Selatan adalah ruas

Jalan

Cendekia

berdasarkan

hasil

survei

diperoleh data sebagai berikut. Fungsi Jalan

: Jalan Lokal

Status Jalan

: Jalan Perkotaan

Tipe Jalan

: 2/2 UD

Lebar Jalan

: 6 meter

Median

:-

Jumlah Lajur

:2

Jumlah Jalur

:2

Trotoar Kiri/kanan

: Tidak Ada

Kondisi Jalan

: Baik

Jenis Perkerasan

: Beton

Hambatan Samping

: Rendah

Visualisasi dari ruas tersebut adalah sebagai berikut.

73

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Sumber : google Street Gambar 4.12 : Visualisasi Jalan Cendekia Sedangkan inventarisasi terhadap geometrik jalan diketahui

bahwa

kapasitas

jalan

yang

dihitung

berdasarkan MKJI pada ruas Jalan Cendekia sebagai berikut. Tabel 4.7 : Inventarisasi Jalan Cendekia Ukuran

Nama

kota

jalan

(Juta)

Jalan Cendekia

1

Tipe

Lebar

Split

Hambatan

lajur

jalan

arah

samping

6m

50-50

L

2/2 UD

Lebar Median

bahu jalan

-

1m

Sumber : Survei Lapangan Tabel 4.8 : Kapasitas Jalan Cendekia Kapasitas per Nama jalan

Lebar jalan

Tipe jalan

arah (smp/jam)

Jalan Cendekia

6

Sumber : Analisis Konsultan

2/2 UD

2447

Jarak kerb 0

74

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

E.

Kondisi Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Yang Ada Disekitar Lokasi Wilayah Studi 1. Kinerja Lalu Lintas Eksisting Mobilitas ruas merupakan gambaran tingkat kemudahan perjalanan dari suatu tempat asal ke lokasi tujuan yang melewati ruas jalan. Kemudahan perjalanan merupakan unjuk kerja dari lalu lintas pada ruas tersebut, yang digunakan dalam studi ini menggunakan ukuran V/C Rasio kemudian dikelompokkan dalam tingkat pelayanan (Level of Service/LOS). Dari hasil survei dan analisis diperoleh volume lalu lintas dan nilai V/C rasio ruas jalan yang

ada

di

sekitar

lokasi

rencana

pembangunan

Kawasan Perkantoran Tanggap Bencana yaitu pada jam sibuk pagi dan jam sibuk sore. Berikut ini merupakan kinerja lalu lintas pada ruas jalan tersebut: a. Ruas Jalan 1) Jalan Tekno Widya Untuk mengetahui kondisi lalu lintas ruas jalan terdampak dilakukan survei pencacahan lalu lintas terklasifikasi dan survei inventarisasi ruas jalan untuk mengetahui volume lalu lintas, kapasitas ruas jalan,

dan

selanjutnya

dilakukan

perbandingan

antara volume dan kapasitas yaitu V/C rasio. Volume lalu lintas yang digunakan untuk analisis kinerja ruas Jalan Tekno Widya adalah volume tertinggi dari 1 (satu) jam tersibuk di masing – masing

jam

sibuk

pagi,siang

dan

sore

yang

diperoleh dari hasil survei. Data yang dimaksud dijelaskan pada tabel berikut ini.

75

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Tabel 4.9 Volume dan V/C Ratio Jalan Tekno Widya nama jalan Jl. Tekno Widya

arah

kapasitas

rawa buntu

3635

1657.7

serpong

3635

1958.5

pagi

volume siang

sore

pagi

V/C Ratio siang

1387

1566.75

0.46

0.38

0.43

1426.35

1866.3

0.54

0.39

0.51

Sumber : Hasil Analisa Dari hasil pengamatan dilapangan dapat diketahui volume lalu lintas ruas Jalan Tekno Widya pada peak pagi, siang dan sore masih dalam kondisi yang bagus. Untuk peak pagi yang ke arah Serpong memiliki volume paling besar yaitu 1958 smp/jam dengan V/C rasio sebesar 0,48. Pada peak siang yang ke arah serpong memiliki volume sebesar 1426 smp/jam dengan V/C rasio sebesar 0,41. Pada peak sore yang kearah Serpong

memiliki volume sebesar 1866

smp/jam dengan V/C rasio sebesar 0,54. Berikut ini merupakan fluktuasi lalu lintas pada ruas Jalan Tekno Widya.

sore

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Arah 1 (smp/jam)

Arah 2 (smp/jam)

21.00 - 22.00

20.00 - 21.00

19.00 - 20.00

18.00 - 19.00

17.00 - 18.00

16.00 - 17.00

15.00 - 16.00

14.00 - 15.00

13.00 - 14.00

12.00 - 13.00

11.00 - 12.00

10.00 - 11.00

09.00 - 10.00

08.00 - 09.00

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0

07.00 - 08.00

FLUKTIASI KENDARAAN (SMP/JAM)

06.00 - 07.00

76

Total (smp/jam)

Sumber : Hasil Analisa Gambar 4.13 : Fluktuasi Volume Lalu Lintas di Jalan Tekno widya Dari fluktuasi diatas diketahui volume lalu lintas tertinggi pada peak pagi yaitu pada jam 07.00 – 08.00 WIB. Untuk prosentase kendaraan yang melalui ruas Jalan Tekno widya secara keseluruhan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

77

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Proporsi Kendaraan Motorcycle 25% Light Vehicle 67%

Heavy Vehicle 8%

Gambar 4.14 : Proporsi Kendaraan Jalan Tekno widya Arah rawa buntu Adapun proporsi kendaraan yang melewati ruas Jalan Tekno Widya arah rawa buntu masih didominasi oleh mobil pribadi 67%, sepeda motor sebanyak 25%, Kendaraan besar 8%

Proporsi Kendaraan Motorcycle 26% Light Vehicle 69%

Heavy Vehicle 5%

Gambar 4.15 : Proporsi Kendaraan Jalan Tekno widya Arah Serpong Adapun proporsi kendaraan yang melewati ruas Jalan Tekno Widya arah serpong masih didominasi oleh mobil pribadi 69%, sepeda motor sebanyak 26%, Kendaraan besar 5%

78

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

2) Jalan Cendekia Untuk mengetahui kondisi lalu lintas ruas jalan terdampak dilakukan survei pencacahan lalu lintas terklasifikasi dan survei inventarisasi ruas jalan untuk mengetahui volume lalu lintas, kapasitas ruas jalan,

dan

selanjutnya

dilakukan

perbandingan

antara volume dan kapasitas yaitu V/C rasio. Volume lalu lintas yang digunakan untuk analisis kinerja ruas Jalan Cendekia adalah volume tertinggi dari 1 (satu) jam tersibuk di masing – masing jam sibuk pagi,siang dan sore yang diperoleh dari hasil survei. Data yang dimaksud dijelaskan pada tabel berikut ini. Tabel 4.10 Volume dan V/C Ratio Jalan Cendekia nama jalan

jl. Cendekia

kapasitas

pagi

volume siang

sore

98

87

51

2447 83

75

pagi

V/C Ratio siang

sore

0.074

0.066

0.045

59

Sumber : Hasil Analisa Dari hasil pengamatan dilapangan dapat diketahui volume lalu lintas ruas Jalan Cendikia pada peak pagi, siang dan sore masih dalam kondisi yang bagus. Untuk peak pagi memiliki volume yaitu 181 smp/jam dengan V/C rasio sebesar 0,074. Pada peak siang memiliki volume sebesar 162 smp/jam dengan V/C rasio sebesar 0,066. Pada peak sore memiliki volume sebesar 110 smp/jam dengan V/C rasio sebesar 0,045. Berikut ini merupakan fluktuasi lalu lintas pada ruas Jalan Cendekia.

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

FLUKTIASI KENDARAAN (SMP/JAM) 200 150

100

21.00 - 22.00

20.00 - 21.00

19.00 - 20.00

18.00 - 19.00

17.00 - 18.00

16.00 - 17.00

15.00 - 16.00

14.00 - 15.00

13.00 - 14.00

12.00 - 13.00

11.00 - 12.00

10.00 - 11.00

09.00 - 10.00

08.00 - 09.00

0

07.00 - 08.00

50

06.00 - 07.00

79

Total (smp/jam)

Sumber : Hasil Analisa Gambar 4.16 : Fluktuasi Volume Lalu Lintas di Jalan Cendekia Dari fluktuasi diatas diketahui volume lalu lintas tertinggi pada peak pagi yaitu pada jam 06.00 – 07.00 WIB dimana pada periode tersebut terjadi aktivitas sekolah Untuk prosentase kendaraan yang melalui ruas Jalan Cendekia secara keseluruhan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

80

DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS

Proporsi Kendaraan

Motorcycle 46%

Light Vehicle 54%

Heavy Vehicle 0%

Gambar 4.17 : Proporsi Kendaraan Jalan Cendekia Adapun proporsi kendaraan yang melewati ruas Jalan Cendekia masih didominasi oleh mobil pribadi 54%, sepeda motor sebanyak 46%, Kendaraan besar 0%

Related Documents


More Documents from ""