Gambaran Umum Flotim.pdf

  • Uploaded by: Aria Gunawan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gambaran Umum Flotim.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 19,187
  • Pages: 70
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Aspek Geografi a. Letak, Luas, Batas Wilayah Administrasi dan Kondisi Geografi Kabupaten Flores Timur terletak antara 08004’-08040’LS dan 122038’-123057’BT. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores, Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sikka dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lembata. Luas Wilayah Kabupaten Flores Timur adalah 5.983,38 km2 terdiri dari Luas daratan 1.812,85 km2 dan luas perairan sekitar 4.170,53 yang

km2 tersebar

pada tiga pulau besar yakni pulau Flores,

pulau

Adonara

dan

pulau Solor serta 24 pulau kecil. KEC. SOLOR SELATAN

Kabupaten Flores Timur terdiri dari 19

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kab. Flores Timur (sumber : RTRW Kab. Flores Timur 2007-2027)

kecamatan

terbagi ke dalam 229 desa dan 21 kelurahan. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Tanjung Bunga yakni sebesar 14,21% dari total luas Kabupaten Flores Timur, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Solor Selatan yakni sebesar 1,74%. Rincian luas wilayah Kabupaten Flores Timur menurut kecamatan sebagaimana pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Flores Timur Jumlah Luas Daerah No. Kecamatan Jumlah Desa Kelurahan Area (Km²) 1 Wulanggitang 11 225.85

Luas (%) 12.46

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

8.54 14.21 4.01 2.7 4.71 6.53 5.12 7.07 3.67 1.74

Titehena Tanjung Bunga Ile Mandiri Larantuka Demon Pagong Ile Bura Lewolema Solor Barat Solor Timur Solor Selatan

14 16 8 2 7 7 7 14 17 7 RPJMD|II-1

18 -

1 -

154.84 257.57 72.76 48.91 85.4 118.32 92.84 128.2 66.56 31.58

No.

Kecamatan

Jumlah Desa

12 13 14 15 16 17 18

Adonara Barat Wotan Ulumado Adonara Timur Ile Boleng Witihama Klubagolit Adonara Tengah

18 12 19 21 16 12 13

Jumlah Kelurahan 2 -

19 Adonara 8 Sumber: Flotim Dalam Angka, 2017

Luas Daerah Area (Km²) 79.71 86.31 91.06 49.3 79.43 44.41 42.73

-

56.8

Luas (%) 4.4 4.76 5.02 2.72 4.38 2.45 2.36 3.13

b. Topografi Secara topografi bentangan alam Kabupaten Flores Timur merupakan wilayah yang berbukit dan bergunung. Kondisi alam tersebut ditandai dengan tingkat kemiringan, ketinggian dan tekstur tanah sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2. Topografi Kabupaten Flores Timur Kemiringan/Ketinggian/Tekstur Tanah Luas (Km2) Kemiringan : 0 – 12% 417, 20 12 – 40% 799,86 > 40% 615,79 2 Ketinggian : 0 – 12 m 568,81 100 – 500 m 934,63 > 500m 291,41 3 Tekstur Tanah : Kasar 934,63 Sedang 856,17 Halus 38,56 Sumber: RTRW Kabupaten Flores Timur, Tahun 2007-2027 No 1

Tabel 2.3 Luas Daerah Menurut Klasifikasi Kemiringan Luas Daerah Menurut Klasifikasi Kemiringan Kabupaten Flores Timur Klasifikasi Menurut Kemiringan (Ha) Lokasi 16-25% >40% 0-8% 9-15% 26-40% (Agak (sangat (Datar) (Landai) (Curam) Curam) Curam) [1] [2] [3] [4] [5] [6] Adonara 4.444 2.978 718 3.849 39.975 Solor 621 1.121 4.544 2.686 13.662 Flores Bagian Timur 3.318 15.767 5.332 20.421 61.846 Total 8.383 19.866 10.594 26.956 115.483 Sumber : RTRW Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2027

RPJMD|II-2

Total

[7] 51.964 22.634 106.684 181.282

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Flores Timur memiliki tingkat kemiringan di atas 12%; daerah perbukitan dengan ketinggian ratarata di atas 100 m, dan memiliki tekstur tanah antara kasar dan sedang. Kondisi wilayah geografis Flores Timur yang demikian dibarengi dengan keadaan iklim yang kering mengakibatkan wilayah Flores Timur rawan bencana longsor dan banjir. c. Klimatologi Letak geografis Flores Timur tersebut berdampak pada klimatologi yaitu hanya mengalami 2 (dua) musim, sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juni-September angin bertiup dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya, pada bulan Desember-Maret angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setiap enam bulan setelah masa peralihan pada bulan April-Mei dan OktoberNovember. Konsekuensinya Flores Timur menjadi wilayah yang tergolong kering dan selalu terancam bencana kekeringan setiap tahun, karena hanya 4 (empat) bulan (Januari, Februari, Maret dan Desember) yang keadaannya relatif basah, sedangkan 8 (delapan) bulan sisanya relatif kering. Berikut ini disajikan data tentang Tekanan Udara, Kelembaban Relatif dan Temperatur Udara tahun 2016. Tabel 2. 4 Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016 Kelembaban Udara Max Min Max Min 1 Januari 31.6 25 91 76 2 Pebruari 31.4 25 96 73 3 Maret 61.8 25 91 74 4 April 33 24.8 85 65 5 Mei 32.9 25.3 87 72 6 Juni 32.5 24 88 63 7 Juli 31.5 23.6 87 60 8 Agustus 31.1 22.9 83 63 9 September 32.5 23.8 87 62 10 Oktober 32.3 24.5 86 68 11 Nopember 33.7 24.4 85 67 12 Desember 32.4 25.1 90 71 Sumber : Flotim Dalam Angka Tahun 2016 No.

Bulan

Suhu Udara

RPJMD|II-3

Tabel 2. 5 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Kecamatan di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016 Curah Hujan No. Kecamatan (mm) 1 Wulanggitang 1.569.0 2 Titehena 3 Ile Bura 4 Tanjung Bunga 5 Lewolema 6 Larantuka 7 Ile Mandiri 26.4 8 Demon Pagong 9 Solor Barat 10 Solor Selatan 11 Solor Timur 12 Adonara Barat 13 Wotan Ulumado 14 Adonara Tengah 15 Adonara Timur 1.074 16 Ile Boleng 17 Witihama 18 Kelubagolit 19 Adonara Sumber : Flotim Dalam Angka 2016

Hari Hujan 87 92 77 -

d. Kondisi Geomorfologi Di wilayah Flores Timur terdapat empat buah gunung api yang masih aktif yaitu Gunung Lewotobi Laki-laki dengan tinggi 1.584 m dari permukaan laut, Gunung Lewotobi Perempuan dengan tinggi 1.703 m dari permukaan laut, gunung Leraboleng dengan tinggi 1.117 m dari permukaan laut, dan gunung Ile Boleng dengan tinggi 1.659 m dari permukaan laut. Masing-masing tersebar di pulau Flores (bagian timur) dan pulau Adonara. Tabel 2.6 Nama, Tinggi, Luas Daerah Bahaya dan Tahun Terakhir Letusan Gunung Berapi di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016

Nama Gunung Api

Tinggi

Daerah Daerah Berbahaya Waspada

Lewotobi Laki-Laki 1584 69,2 Lewotobi Perempuan 1703 68,0 Leraboleng 1117 32,7 Ile Boleng 1659 87,8 Sumber: Flotim Dalam Angka Tahun 2016

150,6 136,1 45,7 71,1

Tahun Letusan terakhir 1971 1938 1881 1986

Kondisi daerah tersebut, banyak memberikan kontribusi terhadap tingkat kesuburan tanah, dan pada sisi yang lain menjadi sumber bencana khususnya gempa bumi dan letusan gunung berapi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di atas. RPJMD|II-4

Tabel.2.7 Bentuk Lahan Penyusun Kabupaten Flores Timur Luas

Bentuk lahan

2

Danau kawah tidak aktif Dataran Aluvial Dataran aluvial kars Dataran aluvial pantai Dataran antar gunung api Dataran fluvio gunung api Dataran gunung api Dataran kaki gunung api aktif Dataran kaki gunung api tidak aktif Gunung api bocca Gunung api strato aktif Gunung api strato tidak aktif Kaki gunung api aktif Kawah aktif Kawah tidak aktif Kerucut gunung api piroklastik Kipas fluvio gunung api Lagun Lereng gunung api aktif Lereng gunung api tidak aktif Medan lava muda Perbukitan kars tidak berkembang Perbukitan sisa Permukaan planasi Rawa air tawar Teras sungai erosional Medan lava tua Sumber: Buku data dan informasi

Km 0,46 6,06 296,87 2,16 39,62 25,85 13,08 27,45 132,86 31,83 75,1 116,76 289,69 0,43 6,89 4,17 4,86 0,14 140,23 488,92 18 8,22 5,41 6,33 0,23 1,17 29,59

Ha 46 606 29.687 216 3.962 2.585 1.308 2.745 13.286 3.183 7.51 11.676 28.969 43 689 417 486 14 14.023 48.892 1.8 822 541 633 23 117 2959

% Luas 0,03 0,34 16,75 0,12 2,24 1,46 0,74 1,55 7,5 1,8 4,24 6,59 16,35 0,02 0,39 0,24 0,27 0,01 7,91 27,59 1,02 0,46 0,31 0,36 0,01 0,07 1,67

Pola pemanfaatan lahan pada suatu daerah secara umum dapat menggambarkan pola keruangan pada suatu wilayah tertentu yang menjadi salah satu pertimbangan dalam proses perencanaan pembangunan di suatu daerah/wilayah. Jenis-jenis pemanfaatan lahan dan pola pemanfaatannya dapat memberikan gambaran bagi aktivitas penduduk dan perekonomiannya pada suatu wilayah. Jenis-jenis pemanfaatan lahan/tanah di Kabupaten Flores Timur meliputi tanah sawah, tanah pekarangan, tanah tegalan, hutan, perkebunan, perikanan, peternakan sebagai berikut: ▪ Kawasan Pertanian Lahan Basah atau sawah yaitu: Kecamatan Wulanggitang Desa Hewa, Kecamatan Titehena Desa Konga, Kecamatan Tanjung Bunga Desa Sinar Hadigala, Kecamatan Demon Pagong Desa Bama, Kecamatan Adonara Barat Desa Wureh dan Desa Waiwadan, Kecamatan Wotan Ulumado Desa Watanpao, Kecamatan Adonara: Desa Sagu, Kecamatan Witihama Desa Waigoa. ▪ Kawasan Perikanan dan Kelautan yaitu: Kecamatan Witihama, Kecamatan Solor RPJMD|II-5

Timur, Kecamatan Solor Barat, Kecamatan Titehena, Kecamatan Ile Bura, Kecamatan Larantuka, Kecamatan Tanjung Bunga. ▪ Kawasan Peternakan yaitu: Kawasan unggulan untuk peternakan babi yaitu : Kecamatan Tanjung Bunga, Kecamatan Ile Mandiri, Kecamatan Larantuka, Kecamatan Adonara Barat, Kecamatan Wotan Ulumado. ▪ Kawasan pengembangan ternak kecil yaitu kambing, domba berada pada Kecamatan Wulanggitang. e.

Kondisi Hidrologi Dari segi hidrologi, Kabupaten Flores Timur memiliki 290 mata air yang tersebar di seluruh kecamatan dengan debit antara 0,5–20 liter perdetik. Sumber mata air tersebut umumnya berada pada kawasan hutan. Potensi kawasan hutan lindung yang perlu dijaga terdapat di kecamatan Ile Mandiri, Adonara Tengah, Ile Boleng, Wotan Ulumado, Adonara Timur, Demon Pagong, Ile Bura, Larantuka, Lewolema, Tanjung Bunga, Titehena dan Wulanggitang yang berfungsi melindungi kawasan yang ada di bawahnya dengan luas 27.996,56 ha.

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah Wilayah Kabupaten Flores Timur merupakan wilayah kepulauan. Dengan demikian, potensi untuk pengembangan wilayah meliputi pengembangan kawasan darat dan kawasan laut. Kabupaten Flores Timur mempunyai potensi yang beranekaragam dalam berbagai aspek, seperti kondisi fisik, penggunaan tanah, sistem transportasi dan juga memiliki komoditi-komoditi unggulan yang potensial. Untuk menunjang pertumbuhan wilayah, potensi yang dapat dikembangkan serta dikelola lebih lanjut adalah bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan, industri, pertambangan dan pariwisata. a. Arahan Pengembangan Wilayah Konsep dan strategi Pengembangan Wilayah berdasarkan sistem Tata Ruang Wilayah Kabupaten Flores Timur dibagi dalam 5 Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP). Masing-masing mempunyai fungsi dan peran sesuai dengan potensi yang dimilikinya, serta arahan kegiatan utama berdasarkan kegiatan dominan dan potensial yang mungkin dikembangkan di wilayah pengembangan masing-masing. 1. SSWP I Sub Satuan Wilayah Pengembangan I meliputi Kecamatan Larantuka, Kecamatan Ile Mandiri, Kecamatan Lewolema, Kecamatan Demong Pagong, Kecamatan Tanjung Bunga dan Kecamatan Adonara Barat. Kecamatan yang terdapat di wilayah pengembangan SSWP I sebagian besar memiliki pusat pelayanan sendiri tetapi masih terpengaruh kuat oleh Kota Larantuka sehingga cenderung berorientasi ke Kota Larantuka. Pusat pengembangan SSWP I adalah Kota Larantuka.

RPJMD|II-6

Fungsi dan peranan Kota Larantuka sebagai pusat SSWP I adalah sebagai berikut: -

Pusat pemerintahan skala kabupaten.

-

Pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan skala kabupaten.

-

Pusat perdagangan dan distribusi barang dan jasa skala regional.

-

Pusat witasa religi.

-

Pusat pengembangan pelabuhan skala regional.

Kegiatan utama pada SSWP I diarahkan pada : -

Pusat pemerintahan skala kabupaten.

-

Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa.

-

Pengembangan

kegiatan

pertanian

(tanaman

pangan,

hortikultura,

perkebunan). -

Pengembangan kawasan peternakan.

-

Pengembangan perikanan dan kelautan.

-

Pengembangan kegiatan industri yang berorientasi pasar baik itu industri kecil, industri sedang, atau industri besar (pengolahan hasil pertanian, kerajinan rakyat, industri pengelolaan ikan).

-

Pengembangan kegiatan pariwisata dan sarana/prasarana penunjangnya (seperti hotel, penginapan dan restoran).

-

Pengembangan pertambangan.

2. SSWP II Sub Satuan Wilayah Pengembangan II terdiri dari Kecamatan Wulanggitang, Kecamatan Ile Bura dan Kecamatan Titehena, dengan pusat pelayanan di Kecamatan Wulanggitang. Fungsi dan peranan pusat SSWP II adalah: -

Pusat pelayanan pendidikan SLTP skala regional.

-

Pusat pelayanan Perdagangan dan Jasa skala Lokal.

-

Pusat pengembangan pertahanan dan keamanan.

-

Sebagai wilayah perbatasan dengan Kabupaten Sikka.

Kegiatan utama pada SSWP II diarahkan pada : -

Pengembangan pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan).

-

Pengembangan peternakan.

-

Pengembangan industri kecil atau home industry (pengolahan hasil pertanian, kerajinan rakyat).

-

Pengembangan pariwisata alam.

-

Pengembangan pertambangan.

RPJMD|II-7

3. SSWP III Sub Satuan Wilayah Pengembangan III meliputi Kecamatan Adonara Timur, Kecamatan Ile Boleng, Kecamatan Adonara Tengah dan Kecamatan Wotan Ulumado, dengan pusat pelayanan di Kecamatan Adonara Timur. Fungsi dan peranan untuk pusat wilayah SSWP III dan sekitarnya adalah: -

Pusat pendidikan (SLTA/sederajat).

-

Pusat perdagangan skala lokal.

-

Jasa perhubungan laut skala regional.

-

Pariwisata pantai dan budaya.

Kegiatan utama pada SSWP III diarahkan untuk: -

Pengembangan kegiatan wisata.

-

Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal.

-

Pengembangan kegiatan pertanian (tanaman pangan, sayuran, hortikultura dan perkebunan).

-

Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil ternak susu sapi, home industri pengolahan hasil pertanian).

-

Pengembangan perikanan dan kelautan.

-

Pengembangan peternakan.

-

Pengembangan pertambangan.

4. SSWP IV Sub Satuan Wilayah Pengembangan IV meliputi Kecamatan Witihama Kecamatan Klubagolit dan Kecamatan Adonara dengan pusat pelayanan di Kecamatan Witihama. Fungsi dan peranan pusat SSWP IV adalah: -

Sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal.

-

Sebagai pusat pelayanan kesehatan skala lokal.

-

Sebagai pusat pengembangan pelabuhan skala regional.

Kegiatan utama pada SSWP IV diarahkan sebagai: -

Pengembangan kegiatan wisata.

-

Pengembangan kegiatan pertanian (tanaman pangan, sayuran, hortikultura, dan perkebunan).

-

Pengembangan peternakan.

-

Pengembangan kegiatan industri (kerajinan rakyat, industri pengolahan hasil ternak, industri pengolahan hasil pertanian).

-

Pengembangan kegiatan perikanan dan kelautan.

-

Pengembangan pertambangan.

RPJMD|II-8

5. SSWP V Wilayah pengembangan V meliputi Kecamatan Solor Timur, Solor Selatan dan Solor Barat, dengan pusat pelayanan di Kecamatan Solor Timur. Fungsi dan peranan pusat SSWP V sebagai berikut: -

Sebagai pusat perdagangan skala lokal.

-

Sebagai pusat pendidikan skala lokal.

-

Jasa perhubungan laut skala lokal.

Kegiatan utama pada SSWP V diarahkan pada: -

Pengembangan pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan).

-

Pengembangan kawasan peternakan.

-

Pengembangan pusat perikanan tangkap.

-

Pengembangan kegiatan industri (home industry pengolahan hasil pertanian, perikanan hasil laut, hasil perkebunan, kerajinan rakyat).

-

Pengembangan pariwisata.

-

Pengembangan kehutanan.

b. Kawasan Rawan Bencana 1. Kawasan Rawan Tsunami Kawasan rawan tsunami di kabupaten Flores Timur adalah daerah yang dikategorikan rawan tsunami terletak pada wilayah pesisir meliputi 17 kecamatan di kabupaten Flores Timur, sedangkan yang diperkirakan bebas dari tsunami adalah di kecamatan Adonara Tengah dan kecamatan Klubagolit. 2. Kawasan Rawan Banjir. Daerah yang termasuk rawan banjir meliputi Kecamatan Adonara, Kecamatan Demong Pagong, Kecamatan

Ile

Gambar 2.1 : Peta Zona Rawan Tanah Longsor, Banjir dan Tsunami (sumber: RTRW Kab. Flotim Thn 2007-2027)

Mandiri, Kecamatan Klubagolit, Kecamatan Larantuka, Kecamatan Lewolema, Kecamatan Solor Barat, Kecamatan Solor Timur, Kecamatan Tanjung Bunga, Kecamatan Titehena, Kecamatan Witihama, dan Kecamatan Wulanggitang. Kecamatan ini merupakan Kecamatan yang secara RPJMD|II-9

morfologi sebagian besar wilayahnya berupa kawasan yang mempunyai kelerengan relatif tinggi yaitu di atas 40%. Selain itu kawasan tersebut juga menunjukkan adanya pergeseran perubahan penggunaan lahan yang kurang sesuai yaitu perubahan kawasan hutan menjadi semak atau kawasan budidaya. Daerah rawan banjir diidentifikasi akan terjadi pada daerah yang dilalui sungai, khususnya pada belokan yang tajam dan atau pada perubahan kemiringan dasar sungai dari curam ke datar. 3. Kawasan Daerah Rawan Longsor Daerah-daerah yang rawan terhadap bencana longsor akibat penggundulan hutan atau lainnya jumlahnya cukup besar. Daerah yang dikategorikan rawan longsor berada pada Kecamatan Larantuka yang terletak di Kelurahan Postoh, Kelurahan Amagarapati, Kelurahan Lokea, Kelurahan Balela, Kelurahan Pohon Siri, dan Kelurahan Lohayong. Dan Kecamatan Ile Mandiri yang terletak di Desa Lewoloba dan Desa Wailolong. 4. Kawasan Rawan Letusan Gunung Api Daerah-daerah yang rawan terhadap letusan gunung api berada pada Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ilebura. Di Kecamatan Wulanggitang yang termasuk daerah rawan adalah Desa Ojan Detun, Desa Hewa, Desa Pantai Oa, Desa Waiula, Desa Nawokote, Desa Boru Kedang, Desa Boru, Desa Hokeng Jaya, Desa Pululera, dan Desa Nileknoheng, sedangkan Kecamatan Ilebura adalah Desa Nobo Konga, Desa Nuri, Desa Birawan, Desa Lewoawang, dan Desa Riangbura. 5. Kawasan Rawan Pencemaran Daerah rawan pencemaran di Kabupaten Flores Timur antara lain: a. Daerah dengan pemukiman padat Daerah dengan pemukiman padat berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan disekitarnya karena banyak melakukan aktivitas pembuangan limbah ke sungai dan laut, baik limbah padat maupun limbah cair. Kondisi eksisting berdasarkan kajian kepadatan penduduk terdapat beberapa wilayah yang padat hunian penduduk yaitu Kecamatan Larantuka, Adonara Timur, Ile Boleng, Adonara Tengah dan Witihama. b. Aktivitas industry Kondisi eksisting menunjukan bahwa terdapat beberapa industri besar dan industri kecil di wilayah Kabupaten Flores Timur belum dilengkapi dengan adanya Instalasi Pengolahan Limbah. Kondisi ini berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap air sungai maupun air tanah. Industri yang membuang limbahnya ke pantai tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu berpotensi besar terhadap terjadinya pencemaran laut. c. Aktivitas pertambangan RPJMD|II-10

Terdapat beberapa tambang khususnya sirtu, batu dan pasir di Desa Mudakaputu, Lebao, Wailolong, Kawaliwu, Lewoloba, Konga, Beligi, Waiwadan, Baniona, Waidun, Riangkoli, Waisingaraja, Mae, Nobo, Got Hitam, Tua Wolo, Hinga, Witihama dan Adonara. Aktivitas pertambangan tersebut berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan, kerusakan sungai dan bahaya longsor. 6. Kawasan Rawan Kekeringan. Wilayah Kabupaten Flores Timur terdapat beberapa daerah atau desa yang rawan terhadap kekeringan karena sumber daya air yang digunakan untuk keperluan pertanian dan air bersih untuk keperluan sehari-hari relatif terbatas. Daerah yang mengalami kekeringan terdapat pada Kecamatan Solor Barat dan Solor Timur. 2.1.3 Aspek Demografi a. Kepadatan dan Pesebaran Penduduk Perkembangan penduduk di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2016 berdasarkan jumlah dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.8. Tabel 2.8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Flores Timur Tahun 2016 Jumlah Luas Kepadatan Penduduk Wilayah 1 Wulang Gitang 13.513 225,85 60 2 Titehena 11.685 154,84 75 3 Ilebura 6.295 118,32 53 4 Tanjung Bunga 12.695 257,57 49 5 Lewolema 8.277 92,84 89 6 Larantuka 42.815 48,91 875 7 Ile Mandiri 9.531 72,76 131 8 Demon Pagong 4.416 85,4 52 9 Solor Barat 9.596 128,2 75 10 Solor Selatan 5.057 31,58 160 11 Solor Timur 13.219 66,56 199 12 Adonara Barat 14.166 79,71 178 13 Wotanulumado 8.09 86,31 94 14 Adonara Tengah 11.339 42,73 265 15 Adonara Timur 27.9 91,06 306 16 Ile Boleng 15.047 49,3 305 17 Witihama 14.51 79,43 183 18 Kelubagolit 10.515 44,41 237 19 Adonara 10.223 56,8 180 Total 248.889 1812,58 137 Sumber: Kabupaten Flores Timur Dalam Angka Tahun 2017, BPS No

Kecamatan

Tabel di atas menunjukan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Larantuka yaitu 42.815 jiwa dengan kepadatan penduduk 875 jiwa/Km2 dan yang terendah di Kecamatan Demon Pagong yaitu 4.416 jiwa dengan kepadatan penduduk 52 jiwa/Km2. RPJMD|II-11

b.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 2.9 Persentase Penduduk Usia di Atas 10 Tahun Menurut Jenis Kelamin dan Ijazah yang Dimiliki Tahun 2016 Laki-laki Perempuan (%) (%) 1 Tidak Punya Ijazah 34,36 34,58 2 SD/MI 33,97 39,31 3 SMTP/MTS 10,73 9,2 4 SMU/Madrasah Aliyah 13,35 10,6 5 SMA/Setingkat SMU 3,05 2,08 6 Diploma I dan II 0,26 0,42 7 Diploma III 0,75 0,42 8 Diploma IV, S1, S2, S3 3,52 3,39 Jumlah 100,00 100,00 Sumber: Kabupaten Flores Timur Dalam Angka Tahun 2017, BPS No

c.

Pendidikan Tertinggi

Jumlah (%) 34,48 36,81 9,92 11,89 2,58 0,34 0,57 3,45 100,00

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel. 2.10. Jumlah Penduduk Kabupaten Flores Timur Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016 Jenis Kelamin No

Kecamatan

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1

Wulanggitang

6.64

6.873

13.513

2

Titehena

5.715

5.97

11.685

3

Larantuka

21.165

21.65

42.815

4

Ile Mandiri

4.68

4.851

9.531

5

Tanjung Bunga

6.29

6.405

12.695

6

Solor Barat

4.402

5.194

9.596

7

Solor Timur

6.12

7.099

13.219

8

Adonara Barat

6.974

7.192

14.166

9

Wotan Ulumado

3.905

4.185

8.09

10

Adonara Timur

13.136

14.764

27.9

11

Kelubagolit

4.819

5.696

10.515

12

Witihama

6.597

7.913

14.51

13

Ile Boleng

6.777

8.27

15.047

14

Demon Pagong

2.102

2.314

4.416

15

Lewolema

4.029

4.248

8.277

16

Ile Bura

3.017

3.278

6.295

17

Adonara

4.721

5.502

10.223

18

Adonara Tengah

5.483

5.857

11.339

19

Solor Selatan

2.208

2.849

5.057

Total 118.779 130.11 248.889 Sumber: Kabupaten Flores Timur Dalam Angka Tahun 2017, BPS

d.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Komposisi penduduk menurut umur dapat memberikan suatu ciri terhadap penduduk yang tergolong sebagai penduduk usia produktif atau usia tidak produktif. Penduduk RPJMD|II-12

yang berumur 0–14 tahun dan yang berumur lebih dari 64 tahun dikategorikan sebagai penduduk yang tidak produktif. Komposisi penduduk menurut umur di Flores Timur dapat disajikan pada Tabel berikut ini. Tabel. 2.11 Persentase Penduduk Kabupaten Flores Timur Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2016 laki-Laki Perempuan Jumlah (%) (%) (%) 1 00-04 11.9 9.65 10.38 2 05-10 11.64 10.41 11.01 3 11-14 12.81 10.72 11.72 4 15-19 10.94 8.85 9.84 5 20-24 7.34 6.18 6.75 6 25-29 6.28 5.67 5.96 7 30-34 6.02 6.19 6.11 8 35-39 5.78 6.54 6.18 9 40-44 5.27 6.24 5.77 10 45-49 4.95 5.93 5.46 11 50-54 4.44 5.7 5.1 12 55-59 4.05 5.23 4.67 13 60-64 3.07 4.04 3.57 14 65-69 2.27 3.1 2.71 15 70-74 1.81 2.53 2.19 16 75+ 2.08 3.01 2.57 ∑ 100 100 100 Sumber: Kabupaten Flores Timur Dalam Angka Tahun 2017, BPS No

Kelompok Umur

Gambar 2.2 Piramida Penduduk Tahun 2016

Sumber: Kabupaten Flores Timur Dalam Angka Tahun 2017, BPS

Gambar 2.2 menunjukan piramida berbentuk expansive (melebar pada kelompok umur muda). Jika dilihat dari kelompok umur produktif, persentase penduduk perempuan usia 15–64 tahun terhadap total penduduk perempuan sebesar 60,57 persen. Selain itu RPJMD|II-13

proporsi penduduk terbesar terhadap total penduduk baik penduduk laki-laki maupun perempuan menumpuk pada usia 15–64 tahun yakni sebesar 59,41 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Flores Timur termasuk dalam kategori kabupaten yang memperoleh Bonus Demografi. Bonus Demografi adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Bonus demografi menjadi sebuah keuntungan, jika penduduk usia produktif berkualitas. Tetapi sebaliknya akan menjadi bencana ketika penduduk usia produktif dalam kondisi pendidikan rendah, keahlian rendah, serta kondisi kesehatan buruk, yang membuat tidak dapat berproduksi secara optimum. 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Perkembangan PDRB PDRB merupakan salah satu indikator perkembangan makro ekonomi di suatu wilayah pada tahun tertentu. Dari

data

PDRB

dapat

diketahui

beberapa

parameter

perekonomian seperti struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan PDRB perkapita. PDRB Kabupaten Flores Timur adalah total produk/nilai tambah seluruh sektor ekonomi di wilayah Kabupaten Flores Timur. Dalam implementasi, dikenal adanya PDRB Atas Harga Berlaku dan PDRB Atas Harga Konstan. PDRB Atas Harga Berlaku adalah total produk/nilai tambah dari semua kegiatan ekonomi pada satu tahun yang dinilai dengan satuan perkomoditi pada tahun tersebut, sedangkan PDRB Atas Harga Konstan adalah total produk nilai/tambah dari semua kegiatan ekonomi pada satu tahun tertentu yang digunakan sebagai tahun dasar (dalam publikasi ini, tahun 2010 dijadikan sebagai tahun dasar). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Flores Timur Tahun 2015 menurut harga berlaku tercatat relatif besar; yakni Rp 3.884 milyar untuk tahun 2015. Nilai ini meningkat 10,46 persen dari tahun 2014 dan meningkat 50,80 persen jika dibandingkan dengan Tahun 2011. Demikian pula perkembangan PDRB atas dasar harga konstan, dengan tahun dasar 2010, yakni pada tahun 2015 sebesar Rp. 2.926,28 milyar, bertumbuh 4,70 persen pada tahun sebelumnya dan 20,46 persen jika dibandingkan tahun 2011. Tabel 2.12. Perkembangan PDRB Kabupaten Flores Timur PDRB – ADHB Perubahan PDRB ADHK 2010 Tahun (Juta Rp) (%) (Juta Rp) 2011 2.576.066,4 10,82 2.429.252,8 2012 2.877.969,4 11,71 2.536.430,3 2013 3.186.786,6 11,96 2.658.761,4 2014 3.516.772,3 10,35 2.788.611,0 2015 3.884.714,1 10,46 2.926.285,4 Sumber : BPS, 2017

RPJMD|II-14

Perubahan (%) 4,51 4,41 4,60 4,65 4,70

b. Struktur Ekonomi Kontribusi terbesar PDRB Kabupaten Flores Timur pada tahun 2016 masih didominasi sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, yaitu sebesar 26.98 persen dari nilai total PDRB. Data yang ada menunjukan bahwa sumbangsih sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terhadap nilai total PDRB di Kabupaten Flores Timur cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan memberikan sumbangsih sebesar 29,29 persen dari total nilai PDRB dan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 28.53 persen. Tabel 2.13 Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen) Tahun 2011─2016 Kate gori A B C D E

F G

H I

K L

M,N O

P Q R,S,T, U V

Thn 2011 Pertanian, Kehutanan, 29.29 dan Perikanan Pertambangan dan 0.8 Penggalian Industri Pengolahan 0.95 Pengadaan Listrik 0.05 dan Gas Pengadaan Air, 0.03 Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi 5.57 Perdagangan Besar 8.15 dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan 5.62 Pergudangan Penyediaan 0.09 Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan 4.99 Komunikasi Jasa Keuangan dan 4.09 Asuransi Real Estate 3.31 Jasa Perusahaan 0.13 Administrasi 15.71 Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan 14.03 Jasa Keseha an dan 2.45 Kegiatan Sosial Jasa lainnya 4.74 Uraian

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO * Angka sementara ** Angka sangat sementara

100

Thn 2012 28.53

Thn 2013 28.44

Thn 2014* 27.86

Thn 2015** 27.61

0.82

0.85

0.92

0.94

0.97

0.92 0.05

0.9 0.05

0.88 0.06

0.87 0.06

0.85 0.07

0.03

0.03

0.03

0.03

0.03

5 33 8.04

5.08 8.11

4.91 8.33

4.76 8.49

4.73 8.62

5.71

5.66

5.76

5.69

5.63

0.09

0.09

0.09

0.09

0.1

5.09

4.95

4.82

4.62

4.45

4.12

4.05

3.95

3.79

3.74

3.28 0.14 15.85

3.3 0.14 15.6

3.35 0.15 15.58

3.4 0.15 15.44

3.44 0.16 15.67

14.68 2.45

15.52 2.34

16.09 2.35

16.78 2.35

17.24 2.35

4.89

4.9

4.9

4.92

4.99

100

100

100

100

100

RPJMD|II-15

Thn 2016*** 26.98

Selain sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, sektor lain yang memberikan sumbangsih signifikan terhadap nilai total PDRB di Kabupaten Flores Timur adalah sektor Jasa Pendidikan dan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial. Kedua sektor tersebut pada tahun 2016 masing-masing memberikan sumbangsih sebesar 17,24 persen dan 15,67 persen terhadap nilai total PDRB di Kabupaten Flores Timur. Sedangkan sektor yang memberikan sumbangsih terkecil adalah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang dengan sumbangsih sebesar 0,03 persen terhadap nilai total PDRB di Kabupaten Flores Timur. c. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2016 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2015. Laju pertumbuhan PDRB Flores Timur tahun 2016 mencapai 4,76 persen, mengalami sedikit perlambatan jika dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2014 sebesar 4,84 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Pengadaan Listrik, Gas sebesar 12,75 persen. Sementara untuk sektor dengan pertumbuhan terendah adalah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 1.24 persen. Secara umum seluruh lapangan usaha ekonomi di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2016 mengalami pertumbuhan yang positif. Tabel. 2. 14. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2011-2016 Kate gori A B C D E

F G

H I J K L M,N

Thn 2011 1,92

Thn 2012 3,65

Thn 2013 2,88

Thn 2014* 2,35

Thn 2015** 3,23

Thn 2016** 3,35

6,14

8,62

9,09

8,18

7,46

6,55

7,23

7,24

5,32

5,11

5,98

5,55

Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi

9,11

5,07

8,09

21,36

15,15

12,75

9,07

1,82

7,8

2,99

3,73

1,24

7,66

4,27

4,17

4,71

4,38

6,21

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan

6,68

4,98

5,35

3,71

4,7

4,87

4,59

4,79

4,41

5,98

3,86

4,16

3,11

4,65

5,2

3,78

4,55

4,03

1,54

5,57

5,67

4,92

5,39

5,71

9,81

9,3

7,44

5,4

1,93

5,8

5,52 7,87

5,34 8,71

6,83 5,09

7,66 5,7

5,6 6,5

4,16 5,76

Uraian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan

RPJMD|II-16

Kate gori O

P Q R,S,T ,U

Uraian Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Sumber: BPS, 2017

Thn 2011 7,37

Thn 2012 4,82

Thn 2013 6,78

Thn 2014* 7,69

Thn 2015** 6,43

Thn 2016** 6,37

3,55 3,78

3,27 4,37

6,64 1,88

6,14 3,23

5,87 3,16

4,06 4,31

4,45

2,31

1,02

3,91

4,28

5,91

4,51

4,41

4,82

4,84

4,62

4,76

*Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara

d. Pertumbuhan PDRB Per Kapita PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut, maka akan dihasilkan PDRB Per kapita. PDRB Per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. PDRB Perkapita Masyarakat Flores Timur terus mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2016. Pada tahun 2011 PDRB per kapita Kabupaten Flores Timur sebesar 10,89 Juta rupiah, di tahun 2012 sebesar 12,02 Juta rupiah, tahun 2013 sebesar 13.31 Juta Rupiah, Tahun 2014 sebesar 14,25 Juta rupiah, Tahun 2015 sebesar 15,43 dan tahun 2016 PDRB Perkapita Kabupaten Flores Timur mencapai 16,86 Juta Rupiah dengan pertumbuhan sebesar 8,2 persen. Secara rata-rata setiap bulan, satu orang penduduk Flores Timur menghasilkan nilai tambah bagi perekonomian sebesar 1.405.391 Rupiah. Tabel 2.15 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun

PDRB Perkapita (Rp)

2011 2012 2013 2014 2015 2016

10,892,228 12,025,913 13,316,340 14,258,471 15,431,954 16,864,702

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara

e. Persentase Penduduk di Atas Garis Kemiskinan Jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan pada 2016 untuk Kabupaten Flores Timur sebanyak 9,66% (BPS 2016). Berdasarkan Data Terpadu Program Penanganan

RPJMD|II-17

Fakir Miskin (PPFM) sesuai Keputusan Menteri Sosial Nomor 32/HUK/2016 tentang Penetapan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin. Basis Data Terpadu merupakan data mikro yang diperoleh melalui sensus untuk memperoleh data berdasarkan nama dan alamat dari 40% penduduk dengan status kesejahteraan terendah. Jumlah penduduk dengan status kesejahteraan terendah berdasarkan sebaran per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.16. Tabel 2.16 Jumlah Rumah Tangga dan Individu Dengan Status Kesejahteraan Terendah di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016 No

Nama Kecamatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Wulanggitang Ilebura Demonpagong Larantuka Ilemandiri Tanjung Bunga Lewolema Adonara Barat Adonara Tengah Adonara Timur Ile Boleng Witihama Klubagolit Adonara Solor Timur Solor Barat Solor Selatan Wotan Ulumado Titehena Total Sumber : PBDT TNP2K 2016

Jumlah Rumah Tangga 5.996 2.19 2.311 835 3.45 7.161 2.816 5.714 5.274 5.91 1.49 6.185 3.888 3.718 532 3.251 1.567 4.554 4.42 71.262

Individu 6.144 3.194 2.317 5.249 5.213 8.797 3.48 5.77 5.39 10.494 7.431 6.418 3.953 4.59 7.072 4.891 3.597 4.846 5.087 103.933

Tabel di atas menunjukkan bahwa rumah tangga dengan status kesejahteraan terendah sebanyak 71.262 rumah tangga atau sebanyak 103.933 orang. Jumlah ini menggambarkan rumah tangga dan individu yang rentan terhadap kemiskinan dan miskin atau sangat miskin. Angka kemiskinan Kabupaten Flores Timur 9,66% jika di konversikan ke dalam status kesejahteraan terendah berdasarkan Basis Data Terpadu maka akan setara dengan 10% status kesejahteraan terendah atau penduduk miskin/sangat miskin kabupaten Flores Timur yaitu 1703 Rumah tangga dan 12.831 individu (Basis Data Terpadu 2016 TNP2K) Garis kemiskinan diukur dari belanja per kapita per bulan. Belanja ditentukan oleh pendapatan, sehingga perlakuan yang diperlukan haruslah memiliki keterkaitan dengan berbagai sektor yang memberikan dampak langsung terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan demikian, sektor ekonomi seperti pertanian, pertambangan,

RPJMD|II-18

industri, perdagangan, koperasi dan UKM memainkan peranan yang sangat penting dalam pengentasan kemiskinan. 2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM adalah indeks komposit dari gabungan 3 (tiga) indikator, yaitu usia harapan hidup, angka melek huruf serta rata-rata lama sekolah dan pengeluaran per kapita. IPM mengukur secara spesifik pencapaian masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi, untuk mencapai dan mempertahankan standar kehidupan yang layak. Tabel. 2.17 Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010-2016

Wilayah

Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota (Tahun)

2010 2011 Sumba Barat 65 65.38 Sumba Timur 61.94 62.13 Kupang 65.45 65.69 Timor Tengah Selatan 66.9 67.08 Timor Tengah Utara 68.32 68.75 Belu 66 66.35 Alor 66.92 67.25 Lembata 66.58 66.73 Flores Timur 68.12 68.43 Sikka 69.01 69.32 Ende 64.82 65.05 Ngada 67.16 67.31 Manggarai 67.29 67.51 Rote Ndao 67.91 68.32 Manggarai Barat 66.38 66.61 Sumba Tengah 63.63 63.89 Sumba Barat Daya 62.74 62.93 Nagekeo 63.53 63.7 Manggarai Timur 67.57 67.84 Sabu Raijua 67.22 67.57 Malaka Kota Kupang 72.63 73.04 Nusa Tenggara Timur 67.5 67.76 Sumber : BPS Provinsi NTT Tahun 2017

2012 65.75 62.33 65.94 67.26 69.19 66.7 67.58 66.88 68.73 69.63 65.29 67.46 67.74 68.74 66.84 64.16 63.13 63.86 68.12 67.92 73.46 68.04

2013 65.75 62.33 65.94 67.26 69.19 66.75 67.67 66.88 68.79 69.66 65.31 67.46 67.74 68.74 66.84 64.2 63.14 63.89 68.19 68.01 66.87 73.46 68.05

[Metode Baru] Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota (Tahun) 2014 2015 2016 66.11 66.11 66.15 63.48 63.88 64 62.97 63.17 63.33 65.45 65.55 65.6 65.89 66.09 66.14 62.31 63.01 63.21 59.73 60.23 60.35 65.35 65.85 66.02 63.88 64.28 64.36 65.7 66.1 66.2 64.27 64.37 64.42 67.32 67.32 67.34 64.78 65.48 65.66 62.86 62.86 63.13 65.98 65.98 66.19 67.65 67.65 67.73 67.08 67.08 67.71 66.05 66.25 66.31 67.27 67.27 67.39 57.98 58.38 58.69 64.15 64.15 64.27 68.14 68.34 68.46 65.91 65.96 66.04

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk RPJMD|II-19

mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak. Sampai dengan tahun 2016, IPM Flores Timur mencapai 64,36. Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di NTT maka perkembangan IPM Flores Timur berada di bawah rata-rata Provinsi NTT sebesar 66,04.

b. Angka Melek Huruf Angka melek huruf dalam kurun waktu tahun 2012-2016 mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan 1,96 persen per tahun, sebaliknya angka buta huruf terus menurun dalam kurun waktu tersebut. Tabel 2.18 menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2016, angka melek huruf mencapai 96,98 persen atau angka buta huruf menurun hingga 3,02 persen. Tabel. 2.18 Angka Melek Huruf Kabupaten Flores Timur Tahun 2012 – 2016 Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 AMH 90,18 90,29 86,70 95,26 96,98 Sumber : Dinas PKO Kabupaten Flores Timur, 2016 Uraian

c. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Flores Timur meningkat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir sebagaimana pada Tabel 2.19. Tabel 2.19 Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Flores Timur Tahun Rata-rata Lama Sekolah 2014 6,86 2015 6,98 2016 6,99 Sumber: NTT Dalam Angka Tahun 2017, BPS

Tabel di atas menunjukan bahwa pada tahun 2016 rata-rata jenjang pendidikan yang diselesaikan oleh penduduk di Kabupaten Flores Timur adalah setara Kelas VII. d. Angka Umur Harapan Hidup Angka Umur Harapan Hidup (UHH) dapat digunakan untuk menilai status derajat kesehatan. Selain itu, menjadi salah satu indikator yang diperhitungkan dalam menilai indeks Pembangunan Manusia (IPM). Gambaran UHH di Provinsi NTT cenderung meningkat setiap tahun meskipun tidak signifikan. Hal ini sejalan dengan kondisi di RPJMD|II-20

Kabupaten Flores Timur, UHH mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS Tahun 2016, UHH Kabupaten Flores Timur sebesar 64,28 yang berarti bahwa anak-anak yang lahir pada Tahun 2015 diperkirakan akan hidup sampai usia 64 atau 65 tahun. e. Status Gizi Balita Status gizi balita merupakan salah satu indikator kesehatan yang dinilai pencapaiannya dalam SDGs. Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Perkembangan status gizi balita sebagaimana tergambar pada Grafik 2.1 di bawah ini. Grafik 2.1 Trend Perkembangan Jumlah Balita Gizi Kurang dan Balita Gizi Buruk di Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2016

Grafik di atas menunjukan bahwa jumlah balita gizi kurang mengalami penurunan tiga tahun terakhir dan meningkat pada tahun 2016. Jumlah balita gizi buruk selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan yang berarti. Berdasarkan hasil penimbangan balita di Posyandu tahun 2016 ditemukan sebanyak 111 balita gizi buruk (0,6%) secara kabupaten, penentuan kasus gizi buruk berdasarkan indikator BB/TB balita Z score <3 SD (balita sangat kurus) yang dihitung dari sasaran balita (S) yang terdaftar 20144 balita dan yang ditimbang sebanyak 18.651 balita. f. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja (penduduk usia kerja 15 tahun dan lebih ) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi. Tabel 2.20 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Laki-Laki Perempuan Jumlah No Jenis Kegiatan Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Angkatan Kerja 64.046 84,49 58.945 66,21 122.991 74,62 a. Bekerja 6.161.643 81,32 56.556 63,53 118.119 71,71 b. Mencari Pekerjaan 2.403 2.389 4.792 3,9 2 Bukan Angkatan Kerja 11.76 15,51 30.08 33,79 41.83 25,38 a. Sekolah 5.722 7,55 6.263 7,04 11.99 7,27 b. Mengurus Rumah Tangga 749 0,99 21.28 23,9 22.03 13,36 RPJMD|II-21

No

Laki-Laki Perempuan Jumlah % Jumlah % 5.284 6,97 5.284 2,85 100,00 100,00 74,62

Jenis Kegiatan

c. Lainnya Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Sumber: Flores Timur Dalam Angka 2017, BPS

Jumlah Jumlah % 2.537 4,75 100,00

3,9

Tabel di atas menggambarkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2015 adalah 74,62% dan tingkat pengangguran terbuka 3,9%. g. Pola Pangan Harapan (PPH) Pola pangan harapan adalah susunan keragaman pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama. Persentase pencapaian skor NBM dan PPH dapat dilihat pada Tabel 2.21. Tabel 2.21 Presentase Neraca Bahan Makanan dan Pola Pangan Harapan Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 Tahun Uraian Standar Ketersediaan 2012 2013 2014 2015 2016 Nasional 1 Energi 3.73 3896,44 3.466 3.273 2.89 2.2 (Kkal/Kap/hari) 2 Protein 80.46 94,44 87,25 85,41 76,84 57,00 (gram/kap/hari) 3 Lemak 116,99 90,92 86,15 84,37 55,18 56 (Gram/kap/hari) 4 Skor PPH (%) 64,5 70,3 73,6 78,8 79,2 95 Sumber: Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Flores Timur, 2017 No

Dari aspek konsumsi pangan, presentase Pola Pangan Harapan (PPH) menunjukkan trend kenaikan presentase PPH dalam lima tahun terakhir yaitu dari 64,5% pada tahun 2012 menjadi 79,2 % pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan diversifikasi konsumsi pangan dari waktu ke waktu, walaupun

kontribusi setiap

kelompok pangan terhadap peningkatan skor PPH belum proposional. h. Cakupan Desa Siaga Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri. Perkembangan desa siaga di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada Tabel 2.22. Tabel 2.22 Jumlah Desa Siaga Aktif di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012 2013 2014 2015 2016

Jumlah Desa Siaga yang Dibentuk 12 5 13 5 5 RPJMD|II-22

Jumlah Desa Siaga Aktif 12 5 13 5 5

Jumlah Desa Siaga Jumlah yang Dibentuk Desa Siaga Aktif Total 40 40 Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Flores Timur, 2017 Tahun

2.3. Aspek Pelayanan Umum 2.3.1 Fokus Layanan Urusan Pemerintah Wajib a. Urusan Pendidikan 1. Angka Partisipasi Murni APM merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat partisipasi murni penduduk usia sekolah. Keberhasilan program wajib belajar sembilan tahun dapat dilihat dari indikator angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni. APM menunjukkan perbandingan antara jumlah siswa dengan jumlah penduduk Kabupaten Flores Timur pada usia sekolah. Tabel 2.23 Perkembangan APM Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 Tahun 2012 2103 2104 2015 2016 1 APM SD/MI/Paket B 97,75 98,61 98 96 91,02 2 APM SLTP/MTs/Paket C 100 89,09 95 67,75 71,62 3 APM SMA/SMK 87 95,23 98 77,26 102,84 Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Flores Timur, 2016 No.

APM

Grafik 2.2 Perkembangan Angka Partisipasi Murni Kabupaten Flores Timur Tahun 2012 – 2016 120 100 80 60 40 20 0 2012 97,75

2103 98,61

2104 98

2015 96

2016 91,02

APM SLTP/MTs/Paket C

100

89,09

95

67,75

68,04

APM SMA/SMK

87

95,23

98

77,26

102,84

APM SD/Mi/Paket B

APM SD/MI pada tahun 2016 sebesar 91,02%, menurun dari tahun 2015 yakni sebesar 96%. Walaupun demikian, perkembangan APM SD/MI di Kabupaten Flores Timur dalam kurun waktu lima tahun terakhir cukup baik. Pada jenjang SLTP, APM SMP/MTs tahun 2015 mencapai 67,75%. Sedangkan tahun 2016 RPJMD|II-23

mencapai 68,04%. Capaian APM seperti di atas bukan berarti bahwa anak usia 712 tahun dan anak usia 13-15 tahun tidak bersekolah, akan tetapi dimungkinkan dari kelompok umur tersebut ada yang sudah memasuki jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan untuk SMA/MA/SMK selalu mengalami peningkatan. Tahun 2012 mencapai 87%, kemudian meningkat menjadi 95,23% pada tahun 2013, kemudiaan meningkat menjadi 98% pada tahun 2014, turun di tahun 2015 menjadi 77,26 % dan kembali meningkat menjadi 102,84% di tahun 2016. 2. Angka Partisipasi Kasar APK

adalah

perbandingan

jumlah

siswa

pada

tingkat

pendidikan

PAUD/SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa (tanpa memperhatikan faktor usia) yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK pada setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Flores Timur pada Tahun 2012–2016 disajikan pada Grafik 2.3 terlihat bahwa nilai APK baik SD, SMP maupun SMA dari Tahun 2012–2016 berfluktuasi. Hal ini disebabkan oleh jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan, baik SD/MI, SMP/MTS, maupun SMA/ MA/SMK. Grafik. 2.3. Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016

Tabel 2.24 Perkembangan APK Kab. Flores Timur Tahun 2012-2016 Tahun 2012 2013 2014 1 APK SD/MI/Paket B 121.4 106.8 97 2 APK SLTP/MTs/Paket C 128.5 104.4 100 3 APK SMA/SMK 117 98.28 105 Sumber: Dinas PKO Kabupaten Flores Timur, 2016 No.

Perkembangan APK

2015 113.7 94.21 77.87

2016 108 97.16 95.23

3. Rasio Ketersediaan Sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia sekolah dasar. Peningkatan jumlah sarana sekolah RPJMD|II-24

dari tahun 2012–2016 menunjukkan bahwa sarana pendidikan dasar dan menengah secara kuantitas telah cukup memadai. Tabel 2.25 Ketersediaan Sekolah di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 Jenjang Pendidikan 2012 2013 SD/MI 272 292 SMP/MTs 58 71 SMA/MA/SMK 29 29 Sumber: Dinas PPO Kabupaten Flores Timur

2014 296 72 40

2015 296 72 40

2016 299 74 42

4. Rasio Guru/Murid Rasio

guru

terhadap

murid

adalah

jumlah

guru

tingkat

pendidikan

dasar/menengah per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar/menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Selain itu, untuk mengukur jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai mutu pengajaran. Tabel 2.26. Rasio Guru/Murid di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 No

Indikator

1

SD

2 3

2012

2013

2014

2015

2016

18

22,67

57

39,2

85,88

SMP

14,79

26,86

128

43

85,88

SMA

10,09

22,64

108

40,13

81,18

Sumber: Dinas PPO Kabupaten Flores Timur

Tabel 2.26 menunjukan pada tahun 2016, terdapat 85 atau 86 guru mendampingi 1.000 murid di tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 5. Urusan Kesehatan 1) Angka Kematian Bayi Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator yang berkaitan langsung dengan tingkat kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya. Grafik 2.4 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Flores Timur Periode Tahun 2010-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

RPJMD|II-25

Angka kematian bayi mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun yang terlihat pada Grafik 2.4. Pada tahun 2016 sebesar 21 per 1.000 kelahiran hidup (KLH), mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 2010 sebesar 14,9 per 1.000 KLH namun masih di bawah target MDG’s yaitu sebesar 23 per 1.000 KLH. 2) Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan proses kehamilan, persalinan dan nifas. Kabupaten Flores Timur telah berhasil melakukan implementasi revolusi KIA dengan pelaksanaan Pekan Keselamatan Ibu dan Anak serta gerakan 2H2 Center. Angka kematian ibu di Kabupaten Flores Timur telah mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan telah mendapat penghargaan dari MDG’s Award. Perkembangan angka kematian Ibu di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada Grafik 2.5. Grafik 2.5. Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Flores Timur Periode Tahun 2010-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

Grafik 2.5 menunjukan bahwa terjadi penurunan AKI dari tahun 2012-2015, sedangkan pada tahun 2016 AKI mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh adanya penyebab langsung dan tidak langsung, diantaranya ibu hamil yang juga mengalami penyakit penyerta seperti gagal ginjal, hipertensi, penyakit jantung, juga faktor gizi. 3) Cakupan Komplikasi Kebidanan Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan, baik langsung, termasuk penyakit menular dan penyakit tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang disebabkan oleh trauma/kecelakaan.

RPJMD|II-26

Grafik 2.6 Cakupan Komplikasi Kebidanan dan Neonatal yang Ditangani di Kabupaten Flores Timur Periode Tahun 2007-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

Berdasarkan Grafik 2.6 pada tahun 2016 Kabupaten Flores Timur cakupan penanganan komplikasi kebidanan yang ditangani mencapai 100 %, berarti setiap ibu hamil di Kabupaten Flores Timur yang memiliki komplikasi kebidanan yang terdeteksi oleh petugas kesehatan dan semuanya dapat ditangani. 4) Angka Kesakitan Morbiditas adalah keadaan sakit, terjadinya penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup. Morbiditas dapat diukur dengan 3 (tiga) cara yaitu insidensi, prevalensi dan indeks kesehatan dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Gambaran pola 15 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dan rawat inap di Puskesmas Kabupaten Flores Timur tahun 2016 disajikan pada Tabel 2.27 berikut. Tabel 2.27. Pola Penyakit Terbanyak di Puskesmas Pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016 NO

Diagnosis

ICD X

1 Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut J069 2 Hipertensi esenssial I10 3 Myalgia M791 4 Gastritis acut K291 5 Observasi febris R501 6 Rheumatic arthritis acut M069 7 Penyakit Kulit Infeksi L303 8 Penyakit Kulit alergi L239 9 Dispepsia K30 10 Diare (termasuk tersangka kolera) A09 11 Influenza 12 Vulnus Lacerasi T148 13 Abses L209 14 Cephalgia R42 15 Pharangitis Acuta Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

TOTAL 37.17 7.88 7.77 7.105 6.398 4.443 4.083 3.481 2.947 2.792 1.981 1.876 1.485 1.11 825

Dari Tabel 2.27 terlihat bahwa penyakit infeksi masih merupakan penyakit terbanyak yang ditemukan pada pasien rawat jalan dan rawat inap di RPJMD|II-27

Puskesmas. Tingginya angka kejadian ISPA ini disebabkan kondisi cuaca yang tidak menentu dan penerapan perilaku hidup bersih sehat belum optimal. Selain itu, penyakit tidak menular seperti hipertensi esensial karena lingkungan dan gaya hidup masyarakat. 5) Rasio Pelayanan Terpadu (Posyandu) per Satuan Penduduk. Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Rasio Posyandu per satuan Balita di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada Tabel 2.28 Tabel 2.28 Rasio Posyandu per Satuan Balita Kabupaten Flores Timur Tahun 2012–2016 Uraian 2012 2013 2014 Jumlah Posyandu 540 568 548 Jumlah Balita 20.887 17.498 20.139 Rasio (per 1000 Balita) 26,62 32,40 36,75 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur

2015 550 36.2 15,19

2016 555 40.486 13,71

6) Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Perkembangan pelayanan kesehatan dapat diketahui dari ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan. Gambaran kondisi ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan dapat dilihat pada Tabel 2.29 dan Tabel 2.30 di bawah ini. Tabel 2.29 Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Flores Timur Tahun 2015-2016 Tahun 2015 Pemilikan/Pengelola Fasilitas Kesehatan Pem. Swa Jumlah Kab sta Rumah sakit umum 1 Puskesmas perawatan 8 Puskesmas non perawatan 12 Puskesmas pembantu 41 Rumah bersalin 1 1 Balai pengobatan/klinik 5 5 Praktik dokter perorangan 31 31 Poskesdes 39 39 Posyandu 5.55 550 Apotek 13 13 Toko obat 1 1 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur

Tahun 2016 Pemilikan/Pengelola Pem. Swas Jumlah Kab ta 1 8 8 8 12 12 41 41 1 1 5 5 31 31 39 39 555 555 13 13 1 1

Sarana kesehatan milik Pemerintah di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016 meliputi Puskesmas sebanyak 20 unit yang terdiri dari Puskesmas Perawatan 8 unit dan Puskesmas Non Perawatan 12 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 41 unit, Poskesdes 39 unit, Apotek 13 unit dan 1 Rumah Sakit Umum Daerah, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hendrikus Fernandez Larantuka. RPJMD|II-28

Tabel 2.30 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 Jenis 2012 2013 Dokter Spesialis 1 1 Dokter Umum 22 22 Dokter Gigi 4 4 Perawat 251 554 Bidan 284 316 Perawat Gigi 27 28 Apoteker 6 10 Asisten Apoteker 16 28 Sarjana Kesehatan Masyarakat 51 59 Sanitarian 50 53 Gizi 12 23 Keterapian Fisik 9 10 Keteknisan Medis 3 24 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur

2014 1 29 4 410 309 31 10 44 57 53 26 12 13

2015 8 36 3 569 343 23 15 39 69 56 30 12 4

2016 2 25 1 394 212 32 14 35 59 54 21 10 3

7) Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Proses persalinan dapat menentukan keselamatan ibu dan bayinya sehingga mempengaruhi angka kematian bayi maupun angka kematian ibu saat melahirkan.

Pemerintah

Provinsi

NTT

melalui

Peraturan

Gubernur

(PERGUB) NTT No. 42 Tahun 2009 telah membuat kebijakan tentang Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (Revolusi KIA). Grafik 2.7 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Kompeten di Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2016

Sumber Dinas Kesehatan 2017

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa cakupan pelayanan persalinan yang ditangani persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompetensi meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2011 cakupan pertolongan persalinan sebesar 88% meningkat menjadi 99% pada tahun 2016. Hal ini berdampak RPJMD|II-29

pada penurunan angka kematian ibu dan bayi. Kondisi ini merupakan dampak dari program unggulan 2H2 Centre. 8) Imunisasi Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proporsi terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga menggambarkan besarnya tingkat perlindungan terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Suatu desa/kelurahan telah mencaai target UCI apabila ≥ 80 % bayi (0-11 bulan) di desa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi dasar lengkap. Pencapaian UCI di Kabupaten Flores Timur tahun 2016 sebesar 85,6% (214 desa dari 250 Desa yang ada). Perkembangan desa UCI di Kabupaten Flores Timur pada periode tahun 2012-2014 dapat dilihat pada grafik berikut. Grafik 2.8. Trend Perkembangan Desa UCI di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

9) Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Penanganan Berdasarkan hasil penimbangan Balita di Posyandu tahun 2016 ditemukan sebanyak 111 balita gizi buruk (0,6%). Grafik 2.9 Trend Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk Kabupaten Flores Timur Tahun 2014-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017 RPJMD|II-30

10) Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC Pada tahun 2016 jumlah kasus baru TB BTA+ (Tuberculosis Bakteri Tahan Asam) sebesar 154 orang, dengan Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR) kasus baru TB BTA+ sebesar 54,36 per 100.000 penduduk dan CNR terhadap seluruh kasus TB sebesar 67,74 per 100.000 penduduk. Grafik 2.10 memperlihatkan trend CNR selama 3 tahun terakhir, dimana angka ini menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat. Grafik 2.10. Trend Angka Notifikasi kasus TB per 100.000 Penduduk di Kabupaten Flores Timur Tahun 2014-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

11) Cakupan Penemuan dan Penanganan Demam Berdarah Dengue Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes Aegepty atau Aedes Albopictus. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Pada tahun 2016 jumlah penderita DBD sebanyak 9 orang dan angka kesakitan (IR) 3,2 per 100.000. Jumlah penderita DBD ini mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya. Cakupan penderita DBD tahun 2016 semuanya tertangani oleh petugas kesehatan yang berada di wilayah tersebut.

RPJMD|II-31

Grafik 11. Trend Angka Kesakitan (IR) DBD Per 100.000 Penduduk dan Jumlah Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, 2017

12) Perkembangan Penyakit Tidak Menular Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan 63 % penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO, 2010). Pada tahun 2016 jumlah penderita hypertensi tercatat sebesar 7.880 penderita dan ini termasuk penyakit kedua tertinggi dari 15 pola penyakit yang tercatat di Kabupaten Flores Timur. Salah satu upaya pemerintah dalam menekan trend penyakit menular adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu lansia atau Pos Bisa Terpadu (Posbindu).

13) Cakupan Kunjungan Bayi Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai 28 hari. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Pencapaian kunjungan neonatus di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2016 KN 1 sebesar 3.985 (100%) dan KN lengkap sebesar 3.953 (99,2). Tabel. 2.31 Cakupan Kunjungan Bayi Ke Puskesmas di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016 Jumlah Bayi No . 1 2

Kecamat an Wulanggi tang Ile Bura

Puske smas

Kunjungan Neonatal 1 x (KH 1) L

L

P

L+P

Boru

131

104

Ile Bura

63

39

235

Jml h 131

102

63

P

100

Jml h 104

100

39

%

Kunjungan Neonatal 3 x (KH Lengkap)

100

L+P Jml % h 235 100

L Jml h 131

100

102

63

%

RPJMD|II-32

100

P

L+P

L

%

Jmlh

%

100

104

100

100

38

97, 4

P Jm lh 23 5 10 1

L+P % 100, 0 99,0

Jumlah Bayi No . 3 4 5 6 7 8 9 10 11

12 13 14 15 16 17 18 19

Kecamat an Demon Pagong Larantuk a Ile Mandiri Tanjung Bunga Lewolem a Adonara Barat Adonara Tengah Adonara Timur Ile Boleng Witiham a Kelubago lit Adonara Solor Timur Solor Barat Solor Selatan Wotanul umado Titehena

Puske smas

Kunjungan Neonatal 1 x (KH 1) L

100

Jml h 26

100

L+P Jml % h 60 100

334

100

307

100

641

100

332

99,4

304

126

64

100

62

100

126

100

63

98,4

61

92

203

111

100

92

100

203

100

110

99,1

92

64

66

130

64

100

66

100

130

100

64

100

65

125

111

236

125

100

111

100

236

100

124

99,2

111

70

91

161

70

100

91

100

161

100

69

98,6

90

Waiw erang Ile Bolen g Witih ama Lamb unga Sagu

240

242

482

240

100

242

100

482

100

240

100

242

122

123

245

122

100

123

100

245

100

121

99,2

122

99, 2

113

135

248

113

100

135

100

248

100

112

99,1

135

100

96

80

176

96

100

80

100

176

100

95

99,0

78

73

65

138

73

100

65

100

138

100

72

98,6

63

Mena ngga Ritae bang Kalike

143

143

286

143

100

143

100

286

100

143

100

142

56

58

114

56

100

58

100

114

100

55

98,2

57

40

40

80

40

100

40

100

80

100

40

100

39

Banio na Lewol aga Lato

76

71

147

76

100

71

100

147

100

76

100

70

49

45

94

49

100

45

100

94

100

47

45

41

40

81

41

100

40

100

81

100

39

95,9 2 95,1 2

97, 5 96, 9 99, 3 98, 3 97, 5 98, 6 100

40

2.04 5

1.9 40

3.98 5

2.0 45

100

1.9 40

100

3.9 85

100

2.0 30

1.92 3

L

P

Depo g Oka

34

26

334

Waim ana Waikli bang Lewol ema Waiw adan Lite

JUMLAH KAB/KOTA

L+P 60

Jml h 34

307

641

64

62

111

P

Kunjungan Neonatal 3 x (KH Lengkap)

%

%

L Jml h 34

P

L+P

L

%

Jmlh

%

100

25

99,3

96, 2 99, 0 98, 4 100

P Jm lh 59

24 7 17 3 13 5 28 5 11 2 79

99,6

14 6 92

99,3

100

79

97,5

99, 1

3. 95 3

99,2

98, 5 100 98, 9 100

Penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan dipergunakan sebagai batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Pada tahun 2016, total kunjungan masyarakat miskin Kabupaten Flores Timur yang mendapat bantuan Jaminan Pelayanan Kesehatan sebanyak 86.800 orang dari total masyarakat miskin seluruhnya

RPJMD|II-33

98,3 99,2

Cakupan Kunjungan Masyarakat Miskin dan Rujukan Masyarakat Miskin

sebanyak 160.854 (53,96%).

%

63 6 12 4 20 2 12 9 23 5 15 9 48 2 24 3

Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Flotiim, 2017

14)

L+P

98,4 99,5 99,2 99,6 98,8 100 99,2

98,3 97,8 99,7 98,2 98,8

97,9

15)

Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

1. Jalan dan Jembatan Kondisi jalan di Kabupaten Flores Timur sampai dengan tahun 2016 adalah 1084,76 km terdiri dari jaringan jalan Nasional sepanjang 190,69 km, jalan Provinsi sepanjang 175,89 km dan jalan kabupaten sepanjang 718,18 km. Panjang jalan Kabupaten di Kabupaten Flores Timur tahun 2016 mengalami pertumbuhan sebesar 23,79 % dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2012 panjang jalan Kabupaten 580,18 km dan pada tahun 2016 bertambah menjadi 718,18 km. Penambahan panjang ruas jalan Kabupaten ini dikarenakan adanya perubahan status ruas jalan dari yang semula non status menjadi jalan kabupaten berdasarkan Surat Keputusan Bupati Flores Timur nomor 266 tahun 2016. Berdasarkan jenis permukaan jalan, kondisi jalan beraspal lebih panjang dibandingkan dengan jenis permukaan jalan lainnya. Panjang jalan beraspal

334,55 km (46,58%), Rabat beton 47,53 km (6,62%),

Telford/kerikil 153,31 km (21,35 %) dan permukaan tanah/belum tembus 182,80 km (25,45%). Klasifikasi jalan berdasarkan jenis permukaan disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.32 Panjang Jalan Kabupaten Berdasarkan Jenis Permukaan Keadaan Tahun 2016 No 1 2 3 4

Jenis Permukaan Jalan Panjang Jalan Persentase Aspal/Penetrasi Macadam 334,54 46,58 Rabat Beton 47,53 6,62 Telford/Kerikil 153,31 21,35 Tanah/belum tembus 182,80 25,45 Jumlah 718,18 100 Sumber: Dinas PU dan Penataan Ruang Kabupaten Flores Timur, 2017

Berdasarkan kondisi jalan, panjang jalan dalam kondisi baik cendrung meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2012 panjang jalan dalam kondisi baik 198,85 km (34,27%), maka di tahun 2016 menjadi 393,45 km (54,78%). Dengan demikian masih terdapat 45,22% (324,73 km) jalan kabupaten dalam kondisi rusak. Dari total panjang jalan dalam kondisi rusak terdapat sepanjang 174,5 km (53,74%) tidak dapat dilalui kendaraan roda 4. Jalan dalam kondisi baik dan rusak tahun 2012 – 2016 disajikan pada tabel berikut.

RPJMD|II-34

Tabel 2.33 Kondisi Jaringan Jalan Kabupaten Tahun 2012-2016 No

Kondisi Jalan

Thn 2012

Thn 2013

Thn 2014

Km % Km % Km % Baik 198,85 34,27 217,28 37,45 256,92 44,28 Rusak 381,33 65,73 362,90 62,55 323,26 55,72 Jumlah 580,18 100 580,18 100 580,18 100 Sumber: Dinas PU dan Penataan Ruang Kabupaten Flores Timur, 2017 1 2

Thn 2015 Km 287,86 292,32 580,18

Thn 2016

% 49,62 50,38 100

Km 393,45 324,73 718,18

% 54,78 45,22 100

Jembatan di Kabupaten Flores Timur sampai dengan tahun 2016 sebanyak 228 unit dengan panjang 2114,85 m. Sesuai jenisnya, jembatan terbagi atas jembatan Nasional, jembatan Provinsi dan jembatan Kabupaten. Sebagian besar (96,05%) jembatan di Kabupaten Flores Timur dalam kondisi baik. Panjang dan kondisi jembatan di Kabupaten Flores Timur keadaan sampai dengan tahun 2016 terlihat pada Tabel 2.34 berikut. Tabel 2.34 Jumlah dan Kondisi Jembatan di Kabupaten Flores Timur Keadaan Per 31 Desember 2016 Kondisi No

Status Jembatan

Panjang (m)

Baik (unit)

Sedang (unit)

Rusak (unit)

1 Jembatan Negara 192,2 17 2 Jembatan Provinsi 612,35 56 3 3 Jembatan Kabupaten 1310,30 146 3 Jumlah 2114,85 219 0 6 Sumber: Dinas PU dan Penataan Ruang Kab. Flores Timur, 2017

Rusak Berat (unit) 1 2 3

2. Irigasi Jaringan irigasi terdiri jaringan primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi. Rasio jaringan irigasi adalah perbandingan panjang jaringan irigasi terhadap luas lahan budidaya yang menunjukan ketersediaan jaringan irigasi untuk kebutuhan budidaya pertanian. Panjang jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 2.35 berikut. Tabel 2.35 Panjang Jaringan Irigasi Tahun 2012 – 2016 No

Jaringan Irigasi

1 Jaringan Primer 2 Jaringan Sekunder 3 Jaringan Tersier Total

2.012 1.714 5.216 8.305 15.24

RPJMD|II-35

Panjang Jaringan (m) 2013 2014 2015 1839 1869 1869 5971 6271 6796 8305 14.31 21.81 16.12 22.45 30.47

2016 2098 9240 21.81 33.14

Total 17 60 151 228

No

Panjang Jaringan (m) 2013 2014 2015 567 648 846

Jaringan Irigasi

2.012 2016 4 Luas lahan budidaya 652 977 ( Lahan Fungsional) (ha) 5 Luas Lahan Potensial 4.794 4.794 4.794 4.794 4.794 (ha) 6 Rasio 0,23 0,28 0,35 0,36 0,34 Sumber: Dinas PU dan Penataan Ruang, Dinas Pertanian dan BPS Kabupaten Flores Timur, 2017

Tabel di atas menunjukan bahwa rasio jaringan irigasi meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2012 rasio jaringan irigasi 23,37% meningkat menjadi 33,92% di tahun 2016. Jika dibandingkan dengan tahun 2015, rasio jaringan irigasi di tahun 2016 lebih kecil. Hal ini menggambarkan bahwa pada tahun 2016 terdapat penambahan lahan budidaya namun tidak ada pembangunan saluran irigasi. 3. Penataan Ruang Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja tata ruang yaitu dengan menghitung

kesesuaian

pemanfatannya. Flores Timur

pemanfaatan

ruang

dengan

rencana

Pelaksanaan pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Flores Timur Tahun 2007-2027. Sedangkan pelaksanaan Ruang Kota diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2012 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Larantuka Tahun 2012-2032 dan Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2012 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Waiwerang Tahun 2012-2032. Kondisi Topografis Kota Larantuka yang menjadi Ibu Kota Kabupaten Flores Timur berada di sepanjang kaki Gunung Ile Mandiri membentuk pertumbuhan perkembangan fisik kota di pesisir Pulau Flores Bagian Timur. Pertumbuhan permukiman penduduk dan aktifitas sosial ekonomi masyarakat berkembang di sepanjang pesisir pantai kota Larantuka sehingga sulit dihindari alih fungsi pemanfatan lahan yang terjadi yang tidak sesuai prosedur. Seiring dengan berkembangnya kondisi fisik kota Larantuka tersebut tentunya mempengaruhi berubahnya fungsi dan peran ruang kota. Untuk Kondisi Kota Waiwerang sebagai Ibu Kota Kecamatan yang mulai berkembang sebagai pusat pengembangan di wilayah Pulau Adonara tentunya membutuhkan pengawasan pengendalian pemanfaatan ruang kota yang lebih efektif agar perkembangan fisik kota Waiwerang sesusai dengan rencana pemanfaatannya.

RPJMD|II-36

4. Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Proporsi 20 % luasan

ruang terbuka hijau kota merupakan ukuran minimal yang

disyaratkan

untuk

keseimbangan

mencapai

sistem

keseimbangan

hidrologi

ekosistem

dan keseimbangan

kota

baik

mikroklimat,

maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat. Selain itu ruang terbuka hijau diperlukan bagi aktivitas publik sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Ruang terbuka hijau di Kabupaten Flores Timur meliputi Hutan Kota, Lapangan Kota, Jalur Hijau jalanan, Taman Lingkungan, Resapan air dan RTH Makam. Luas kawasan ruang terbuka hijau Kabupaten Flores Timur adalah 159.90 Ha atau 2.06 % dari total luas kota Larantuka dan kota Waiwerang (7744 ha). Luas ruang terbuka hijau Kota Larantuka seluas 125.49 Ha (1.25%) dari luas wilayah kota Larantuka 9.981,71 Ha. Dengan demikian masih ada kebutuhan RTH Kota Larantuka seluas 286.974,2 atau 28.75%. Untuk Kota Waiwerang memiliki luas ruang terbuka hijau 34.41 Ha (1.64%) dengan demikian kebutuhan RTH di Kota Waiwerang adalah seluas 59.411.65 atau 28.36% dari luas wilayah kota Waiwerang.

16) Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman 1. Perumahan Pada tahun 2016 sebagian besar (93,6%) rumah tangga di Kabupaten Flores Timur telah menghuni rumah dengan status milik sendiri sedangkan sisanya (6,4%) masih menghuni rumah dengan status kontrak, sewa, rumah dinas, bebas sewa dan lainnya. Dilihat dari luas lantai, 53% rumah tangga sudah menghuni rumah dengan luas lantai di atas 50 m2. Jenis atap yang paling dominan adalah seng (91,4%) sedangkan 2 % masih menghuni rumah dengan atap ijuk/rumbia. Rumah tangga yang menempati rumah dengan dinding tembok sebanyak 57,8%, berdinding bambu 36.2%, sisanya berdinding kayu dan lainnya. Luas lantai terluas sudah sebagian besar adalah bukan tanah (78.1 %) dan sisanya (21,9%) masih menggunakan lantai tanah. Berdasarkan

data

Dinas

Perumahan,

Kawasan

Permukiman

dan

Pertanahan Kabupaten Flores Timur, sampai dengan tahun 2016 terdapat 7.465 unit rumah tidak layak huni dan backlog sebanyak 4.750 unit.Pada umumnya rumah tangga sudah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan utama sebanyak 91,6% dengan rincian 87.5 % menggunakan RPJMD|II-37

listrik yang bersumber dari PLN, 4.1 % menggunakan listrik non PLN dan sisanya 8,3 % belum menggunakan listrik. 2. Prasarana Dasar Permukiman Air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi keberlangsungan kehidupan manusia yang menentukan tingkat kesejahteraan manusia sebagai individu dan masyarakat sebagai suatu kelompok. Dalam Tujuan Pembangunan Millennium, definisi operasional akses air minum layak adalah kondisi ketersediaan air yang mencukupi yang meliputi air minum perpipaan dan air minum non-perpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas dan berjarak sama dengan atau lebih dari 10 (sepuluh) meter dari tempat pembuangan kotoran dan/atau terlindung dari kontaminasi lainnya. Sumber air minum layak meliputi air leding, keran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung serta air hujan. Data BPS menunjukan bahwa sebagian besar (66%) rumah tangga menggunakan air minum yang bersumber dari mata air terlindung, diikuti oleh ledeng (13,3 %) dan sumur terlindung (10,7 %). Capaian akses air minum mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Capaian Akses air minum di tahun 2014 sebesar 61% meningkat menjadi 75,3% pada tahun 2015 dan terus meningkat menjadi 80% pada tahun 2016 (sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur). Akses sanitasi mencakup pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan dan drainase. Akses sanitasi sektor limbah domestik pada tahun 2016 sebesar 95, 09 % yang terdiri dari akses dasar sebesar 26,35 %, akses layak sebesar 68,74 %. Sedangkan rumah tangga yang masih menerapkan praktik buang air besar sembarang (BABS) sebesar 4,91 % yang tersebar di 141 desa/kelurahan. Akses pada sektor persampahan baru mencapai 13 % yang mencakup wilayah kota Larantuka. Tabel 2.36 Perkembangan Akses Limbah Domestik No

Jenis Akses

2013 1 Dasar 28.06 2 Layak 65.99 3 BABS 5.95 Sumber: stbm-indonesia.org/monev/

Tahun 2014 2015 27.67 27.58 65.54 65.89 6.79 6.52

2016 26.35 68.74 4.91

Perkembangan kinerja pelayanan umum pada urusan perumahan dan kawasan permukiman sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 sebagaimana Tabel 2.37 berikut.

RPJMD|II-38

Tabel 2.37 Perkembangan Indikator Layanan Urusan Perumahan Tahun 2013-2016 No Indikator 2013 1 Rumah tangga pengguna air bersih 46,7 (%) 2 Rumah tangga pengguna listrik (%) 80,12 3 Rumah tangga ber-Sanitasi (%) 94,05 4 Rumah tidak layak huni (unit) Na 5 Lingkungan Permukiman Kumuh Na (Ha) Sumber: BPPPPD Kabupaten Flores Timur, 2017

2014

2015

2016

61

75,31

80

88,29 93,21 Na Na

94,2 91,6 93,48 95,09 Na 7.465 50,6

50,6

17) Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat Rasio jumlah polisi pamong praja menggambarkan kapasitas pemda dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. Ketersediaan polisi pamong praja yang dimiliki pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.38 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Tahun 2013–2016 No

Tahun 2014 53

Uraian

2013 2015 Jumlah Polisi Pamong Praja 56 54 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja 1,882 11,009 1,640 per 10.000 Penduduk Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Flores Timur, 2017 1 2

Petugas perlindungan masyarakat (Linmas) merupakan satuan yang memiliki tugas umum pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat. Rasio jumlah Linmas menggambarkan kapasitas pemda untuk memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat adalah upaya mengkondisikan lingkungan yang kondusif dan demokratif sehingga tercipta kehidupan strata sosial yang interaktif. Ketersediaan kapasitas pemda dalam memberdayakan masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta keamanan lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.39. Jumlah Linmas per 10.000 Penduduk Tahun 2013 – 2016 No 1 2 3

Jumlah Linmas 2013 2014 2015

TPS

Desa/Kel.

Kecamatan

Kabupaten

Jumlah

-

2.5 -

285 1.109 1.109

-

2.785 1.109 1.109

RPJMD|II-39

Jumlah TPS Desa/Kel. Kecamatan Kabupaten Jumlah Linmas 4 2016 1.109 1.109 Sumber: Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Flores Timur, 2017 No

18) Urusan Sosial Ketersediaan sarana sosial bagi kelompok masyarakat yang membutuhkan merupakan salah satu pelayanan yang wajib disediakan oleh pemerintah daerah. Jumlah sarana sosial seperti panti asuhan hingga tahun 2016 di Kabupaten Flores Timur berjumlah 7 buah terdiri dari Panti Asuhan Anak sebanyak 4 panti dan Panti Asuhan Anak cacat sebanyak 3 panti. Ke tujuh panti yang ada ini adalah panti swasta yang diusahakan oleh masyarakat atau lembaga dan yayasan sosial. Berdasarkan data terkini pada tahun 2016 jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kabupaten Flores Timur sebanyak 34.237 orang. Rincian jenis dan jumlah PMKS dapat dilihat pada Tabel 2.40: Tabel 2.40 Masalah Kesejahteraan Sosial Di kabupaten Flores Timur Tahun 2016 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Jenis Masalah PMKS

Satuan

Anak Balita Terlantar orang Anak Terlantar orang Anak Yang Berhadapan dengan hukum orang Anak Jalanan orang Anak Dengan Kedisabilitasan orang Anak Yang menjadi korban tindak kekerasan orang /diperlakukan salah Anak yang memerlukan perlindungan khusus orang Lanjut Usia terlantar orang Penyandang Disabilitas orang Tuna Susila orang Gelandangan orang Pengemis orang Pemulung orang Kelompok Minoritas (eks kusta dan waria) orang Bekas warga binaan Lembaga Pemasyarakatan orang Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) orang Korban Penyalagunaan Napsa orang Korban Trafiking orang Korban Tindak Kekerasan orang Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS) orang Korban Bencana Alam orang Korban Bencana Sosial orang Perempuan Rawan Sosial Ekonomi orang Fakir Miskin (FM) orang Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis (MSP) orang Komunitas Adat Terpencil orang Jumlah orang Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Flores Timur, 2017

RPJMD|II-40

Jumlah 1349 3248 55 93 536 14 18 3602 1928 0 0 0 0 198 168 140 0 0 9 995 467 197 5200 15690 304 26 34182

19) Urusan Tenaga Kerja Pembangunan ketenagakerjaan di kabupaten Flores Timur dilaksanakan melalui upaya peningkatan kompetensi, produktivitas tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja, perlindungan tenaga kerja serta Peningkatan terhadap kualitas kesejahteraan dan jaminan sosial bagi masyarakat. Dalam jangka pendek peningkatan peluasan kesempatan kerja dilaksanakan melalui program-program pemberdayaan masyarakat seperti padat karya serta peningkatan kemampuan tenaga kerja

khusus tenaga kerja disabilitas.

Sementara itu, upaya penyelesaiaan perselisihan hubungan industrial ditahun 2016 ada 9 kasus yang terdiri dari peselisihan hak 2 kasus yakni upah kerja yang tidak di bayar dan perselisihan PHK (pemutusan Hubungan kerja) 7 kasus dan 8 kasus sudah diselesaikan. Pada aspek hubungan industrial dan jaminan sosial tenaga kerja dapat digambarkan bahwa terdapat 155 perusahaan dengan 2294 tenaga kerja (laki-laki 1198 dan perempuan 478). Peserta BPJS 47 perusahan dengan jumlah tenaga kerja 1.444 (86,16%) sebagai peserta Jamsostek. 20) Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kinerja pemerintah daerah pada urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dapat dilihat melalui beberapa indikator yang antara lainnya; prosentase perempuan yang berpartisipasi pada lembaga pemerintah tahun 2015 sejumlah 49,22%, sedangkan partisipasi perempuan pada lembaga swasta sejumlah 47,84%. Namun demikian partisipasi perempuan pada lembaga legislatif dinilai sangat rendah, yakni 0%. Hal ini menunjukan bahwa partisipasi dan peranan perempuan belum maksimal di bidang politik. Kasus kekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Flores Timur dengan kecenderungan tertinggi pada tahun 2013 sebanyak 76 kasus, sedangkan pada tahun 2016 menurun menjadi 35 kasus. Tabel. 2.41 Data Kekerasan Terhadap Perempuan di Kabupaten Flores Timur No

Jenis Kekerasan

2011

2012

Tahun 2013 2014

2015

2016

9 16 47 13 6 9 Fisik 34 21 14 11 10 16 Seksual 0 0 0 2 5 5 Penelantaran 7 7 15 6 8 5 Lain - Lain Total 50 44 76 32 39 35 Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk, KB, PPPA Kabupaten Flores Timur, 2017 1 2 3 4

RPJMD|II-41

Gambaran

usaha

perempuan

di

Kabupaten

Flores

Timur

dalam

program/kegiatan pemberdayaan ekonomi, dapat dilihat pada Tabel 2.42 berikut: Tabel 2.42 Kelompok Pemberdayaan Perempuan Bidang Ekonomi

No.

Nama Kelompok

Jumlah Kelompok

Jumlah Anggota

1

Jumlah Lokasi (Kecamatan) 12

Ket.

Kepala Keluarga 46 600 Perempuan (KKP) 2 Perempuan Buta 10 500 5 Aksara 3 Perempuan 71 1206 10 Daratan Kepala Flores Timur + Adonara Keluarga (PEKKA) Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk, KB, PPPA Kabupaten Flores Timur, 2017

Tabel di atas menunjukkan partisipasi perempuan dalam pekerjaan di luar pekerjaan

domestik/rumah

tangga,

sedangkan

gambaran

partisipasi

perempuan di lembaga pemerintah dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.53 Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Tahun 2013–2016 No

Uraian

1

2013 2

Tahun 2014 2015 2 2

Perempuan yang menempati Jabatan Eselon II 2 Prempuan yang menempati Jabatan 30 30 Eselon III 3 Prempuan yang menempati Jabatan 178 194 Eselon IV 4 Pekerja Perempuan di 2.843 2.803 Pemerintahan 6 Presentase Pekerjaan Perempuan di 94,67 48,153 Lembaga Pemerintah Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Flores Timur

2016 2

30

29

202

199

2.714

2881

48,49

49,48

Undang–Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menegaskan bahwa hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua, masyarakat, pemerintah dan negara. Di Kabupaten Flores Timur telah dibentuk 1 (satu) Forum Anak Kabupaten dan 17 (tujuh belas) Forum Anak Desa sebagai langkah alternatif dalam mengatasi tindak kekerasan terhadap anak. Gambaran kasus kekerasan anak di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada tabel berikut:

RPJMD|II-42

Tabel. 2.44 Kasus Kekerasan Anak Kabupaten Flores Timur No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Jenis Kasus 2014 2015 2016 Pelecehan 4 5 6 Pencabulan 5 5 6 Pemerkosaan 1 1 1 Persetubuhan 10 4 4 Membawa lari 2 Penganiayaan 10 11 7 Pengeroyokan 10 Pornografi 2 Pencurian 4 Total 34 30 34 Sumber : Dinas Pengendalian Penduduk, KB, PPPA Kabupaten Flores Timur, 2017, (data yang ditampilkan berdasarkan kasus yang dilaporkan ke kepolisian)

21) Urusan Pangan Kinerja layanan urusan pangan diukur melalui 3 (tiga) indikator yang mencakup aspek ketersediaan, distribusi dan konsumsi Pangan. Dari aspek Ketersediaan Pangan, hasil analisa Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukkan peningkatan ketersediaan Energi, protein dan lemak pada setiap tahun. Ketersediaan pangan utama (pangan sumber karbohidrat), dari aspek produksi dalam 2 (dua) tahun terakhir menunjukkan surplus pangan yaitu pada tahun 2015 sebanyak 6.268, 65 ton EB (Equivalen Beras) dan tahun 2016 sebesar 7.572,97 ton EB, walaupun produksi padi (beras) hanya mampu mencukupi kebutuhan konsumsi selama 5-6 bulan. Dari aspek distribusi pangan,

harga pangan pokok

tidak menunjukkan fluktuasi yang berarti

dalam lima tahun terakhir, kecuali hari-hari besar keagamaan. Sistem distribusi pangan perlu dikelola secara optimal agar tercapai efisiensi dalam proses pemerataan akses pangan bagi seluruh penduduk. Analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) pada setiap tahun menunjukkan indikasi kerawanan pangan walaupun dari aspek ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan

menunjukkan kondisi yang lebih baik.

Indikasi rawan pangan yang sering terjadi adalah rawan pangan transient (sementara) dengan penyebab utama adalah; berkurangnya luas tanam, luas panen akibat bencana kekeringan, angin, banjir dan serangan hama serta adanya kasus gizi kurang pada balita 22) Urusan Lingkungan Hidup Konservasi adalah upaya-upaya pelestarian lingkungan dengan tetap memperhatikan manfaat yang bisa diperoleh pada saat itu dengan cara mempertahankan

keberadaan

setiap

komponen

lingkungan

untuk

pemanfaatan di masa yang akan datang. Konservasi di Kabupaten Flores RPJMD|II-43

Timur dilaksanakan pada kawasan sekitar mata air dan kawasan perairan. Terdapat 290 kawasan konservasi disekitar mata air yang harus dilakukan upaya pelestariannya. Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Flores Timur seluas 150.000 ha resmi dicadangkan, yakni Suaka Alam Perairan (SAP) Flores Timur, melalui SK Bupati Flores Timur No. 4 Tahun 2013 Tentang pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Daerah. Pengembangan kawasan konservasi perairan laut Flores Timur mencakup area sekitar 150 ribu hektar. Kawasan konsevasi perairan daerah mencakup 4 zona yang terdiri dari: a. Zona inti seluas 4,212,08 hektar yang berada di perairan Solor Selatan dan di pantai Utara Flores di Kecamatan Tanjung Bunga. Lokasi ini diketahui merupakan kawasan penting pemijahan ikan, dimana ikan yang telah bertelur akan bergerak di kawasan lingkar Teluk Solor, Adonara dan Larantuka. b. Zona perikanan berkelanjutan seluas 126.167,50 hektar terbagi dalam 2 sub zona yakni sub zona pemanfaatan dengan luas 10.914,13 hektar dan sub zona perikanan tangkap seluas 115.223,37 hektar). c. Zona pemanfaatan seluas 5.685,080 hektar untuk sarana dan prasarana penunjang pariwisata. d. Zona lainnya yang terdiri atas zona hak kelola adat dan zona rehabilitasi seluas 12.926,348 hektar. Permasalahan sampah di Kabupaten Flores Timur terdapat di kota Larantuka dan kota Waiwerang yang semakin hari semakin

kompleks dan perlu

mendapat penanganan. Pengumpulan sampah dari sumber sampah sampai ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dilakukan oleh masyarakat sedangkan dari TPS ke TPA dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup yang masih terbatas di wilayah kota Larantuka. Data lima tahun terakhir menunjukan bahwa kinerja penanganan sampah di kota Larantuka mengalami penurunan. Menurunnya kinerja penanganan sampah dimaksud, berkaitan dengan rasio perbandingan Tempat Pembuangan Sampah Sementara

(TPS) dengan jumlah penduduk, yang menunjukan

bahwa masih dibutuhkan sarana dan prasarana persampahan. Capaian kinerja persampahan disajikan pada Tabel 2.45.

Tabel 2.45 Capaian Kinerja Persampahan Kota Larantuka Tahun 2012 2013

Volume sampah yang dihasilkan 19176.02 m3 28910.59 m3 RPJMD|II-44

Volume sampah yang ditangani 13697.52 m3 21339.83 m3

Capaian Kinerja (%) 71.43 73.81

Volume sampah yang Volume sampah yang dihasilkan ditangani 2014 29560.25 m3 19215.5 m3 2015 26618.387 m3 20392.121 m3 2016 32734.84 m3 20354.62 m3 Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, 2017 Tahun

Capaian Kinerja (%) 65 76.61 62.18

Rasio tempat pembuangan sampah terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Flores Timur Tahun 2013-2016 disajikan pada Tabel 2.46 berikut ini: Tabel 2.46 Rasio tempat pembuangan sampah No 1 2

Uraian 2013 2014 2015 2016 Jumlah TPS 63 54 51 57 Jumlah Daya Tampung TPS 318,92 283,9 294,56 323,11 (m3) 3 Jumlah Penduduk (jiwa) 200.000 200.000 300.000 300.000 4 Rasio daya tampung TPS 0,15 0,13 0,10 0,11 terhadap jumlah penduduk Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, 2017

23) Urusan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Penyelenggaran pelayanan kependudukan dan catatan sipil menjadi sangat penting karena berkaitan langsung dengan hak-hak dasar dari setiap warga negara. Perkembangan kinerja pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.47 Kinerja Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 Aspek/Fokus/Bidang Capaian Kinerja No Urusan/Indikator Kinerja 2012 2013 2014 2015 Pembangunan Daerah 1 Rasio Penduduk ber KTP 31,70% 65,71% 33,23% 2 Rasio Penduduk berakte 6,72% 7,66% Kelahiran 3 Rasio Penduduk ber KK 100% 81,99% 5,89% 4 Penerapan KTP Nasional Sudah Sudah Sudah Sudah berbasis NIK Sumber: Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Flores Timur, 2017

2016 90% 80,65% 90% Sudah

24) Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 1. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra pemerintah desa atau kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi

dan

kebutuhan RPJMD|II-45

masyarakat

di

bidang

pembangunan.

Perkembangan LPM dan kelompok binaan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.48 Kelompok Binaan LPM Kabupaten Flores Timur Tahun 2015-2016 Tahun 2015 Tahun 2016 Jumlah Jumlah No Kecamatan Jumlah Jumlah Kelompok Kelompok LPM LPM Binaan Binaan 1 Larantuka 80 80 80 80 2 Lewolema 14 14 14 14 3 Titehena 28 28 28 28 4 Demon Pagong 14 14 14 14 5 Ile Bura 14 14 14 14 6 Wulanggitang 44 44 44 44 7 Tanjung Bunga 32 32 32 32 8 Ile Mandiri 16 16 16 16 9 Adonara Timur 42 42 42 42 10 Ile Boleng 42 42 42 42 11 Kelubagolit 24 24 24 24 12 Adonara Barat 36 36 36 36 13 Adonara 16 16 16 16 14 Witihama 32 32 32 32 15 Adonara Tengah 26 26 26 26 16 Wotan Ulumado 24 24 24 24 17 Solor Timur 68 68 68 68 18 Solor Barat 60 60 60 60 19 Solor Selatan 14 14 14 14 Jumlah 626 626 626 626 Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Flores Timur, 2017

2. Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan PKK Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolanya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesejahteraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan. Jumlah kelompok binaan PKK dari tahun 2012–2014 dapat dilihat pada Tabel 2.49 berikut: Tabel 2.49 Kelompok Binaan PKK Kabupaten Flores Timur Tahun 2012 dan 2014

No 1 2

Kecamatan Larantuka Lewolema

Tahun 2012 Jumlah Jumlah Kelompok LPM Binaan 20 20 7 7

RPJMD|II-46

Tahun 2014 Jumlah Jumlah Kelompok LPM Binaan 20 20 7 7

Tahun 2012 Tahun 2014 Jumlah Jumlah No Kecamatan Jumlah Jumlah Kelompok Kelompok LPM LPM Binaan Binaan 3 Titehena 14 14 14 14 4 Demon Pagong 7 7 7 7 5 Ile Bura 7 7 7 7 6 Wulanggitang 11 11 11 11 7 Tanjung Bunga 16 16 16 16 8 Ile Mandiri 8 8 8 8 9 Adonara Timur 21 21 21 21 10 Ile Boleng 21 21 21 21 11 Kelubagolit 12 12 12 12 12 Adonara Barat 18 18 18 18 13 Adonara 8 8 8 8 14 Witihama 16 16 16 16 15 Adonara Tengah 13 13 13 13 16 Wotan Ulumado 12 12 12 12 17 Solor Timur 17 17 17 17 18 Solor Barat 15 15 15 15 19 Solor Selatan 7 7 7 7 Jumlah 250 250 250 250 Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Flores Timur, 2017

25) Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana a. Rasio akseptor KB Tujuan Program Keluarga berencana adalah mengendalikan jumlah kelahiran sehingga laju pertumbuhan penduduk dapat terkendali dengan tujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan keluarga. Pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Kabupaten Flores Timur meliputi; penyediaan pelayanan KB dan alat kontrasepsi bagi keluarga miskin, pelayanan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), peningkatan perlindungan

hak

reproduksi

individu,

Promosi

Pelayanan

Kelangsungan Hidup Ibu Bayi dan Anak (KHIBA), pembinaan Keluarga Berencana dan pengadaan sarana mobilitas tim KB keliling. Gambaran jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), peserta KB Aktif (PA) dan perbandingan PA/PUS dapat dilihat pada Tabel 2.50 berikut: Tabel 2. 50 Rasio Akseptor KB Kabupaten Flores Timur Tahun 2014 - 2016 No Tahun Uraian 2012 2014 2015 2016 1 Jumlah Akseptor KB (PA) 18.365 13.344 16.005 15,375 2 Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) 28.7 27.595 30.007 30,007 3 Rasio Akseptor KB (PA/PUS) 0,639 0,483 0,533 51,24 Sumber: Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Flores Timur, 2017

RPJMD|II-47

26) Urusan Perhubungan Beberapa indikator yang sering digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan umum pada urusan perhubungan antara lain jumlah arus penumpang angkutan umum, rasio ijin trayek, jumlah pelabuhan (laut, udara dan terminal) serta beberapa indikator pelayanan seperti pemasangan rambu-rambu. Jumlah arus penumpang angkutan umum dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam empat tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 6,15%. Peningkatan yang paling signifikan terjadi pada angkutan udara. Pada tahun 2015 penumpang angkutan udara tumbuh sebesar 188,64% dan masih terus tumbuh pada tahun 2016 sebesar 9%. Tabel 2.51 Perkembangan Jumlah Penumpang di Kabupaten Flores Timur No

Tahun

Uraian

2013 1,792,683 281,049

2014 1,853,280 402,524

2015 1,920,110 354,962

2016 2,054,517 408,240

5,824

6,690

19,310

21,047

Total 2,079,556 Sumber: Dinas Perhubungan tahun 2017

2,262,494

2,294,382

2,483,804

1 2 3

Jumlah penumpang bus Jumlah penumpang kapal laut Jumlah Penumpang Pesawat Udara

Pelayanan transportasi darat meliputi pelayanan antar kota, dalam kota dan antar desa. Untuk pelayanan transportasi antar kota terdapat 61 armada yang melayani 19 trayek. Pelayanan transportasi perkotaan Larantuka dilayani 117 armada dengan 3 trayek. Sedangkan Pelayan angkutan perdesaan di wilayah Pulau Flores dilayani 86 armada pada 7 trayek, untuk wilayah pulau Adonara dilayani angkutan pedesaan sebanyak 79 armada dengan 35 trayek. Sampai dengan tahun 2016, di Kabupaten

Flores Timur terdapat

9

(sembilan) buah pelabuhan laut yang terdiri dari Pelabuhan Nusantara, Pelabuhan Regional, Pelabuhan Lokal dan Pelabuhan Penyeberangan. Khusus pelabuhan Larantuka yang terletak di pusat kota Larantuka sebagai pelabuhan Nusantara juga memiliki fungsi sebagai pelabuhan rakyat dan bahkan juga sebagai pelabuhan peti kemas. Dengan meningkatnya fungsi dan peran pelabuhan Larantuka berdampak terhadap daya dukung lingkungan dan ruang kota Larantuka yang semakin padat. Gambaran tentang nama dan jenis pelabuhan laut dapat dilihat pada Tabel 2.52 berikut. Tabel 2.52 Jenis Pelabuhan di Kabupaten Flores Timur No. 1 2

Nama Pelabuhan Pelabuhan Larantuka Pelabuhan Waibalun

Jenis Pelabuhan Nusantara Penyeberangan

RPJMD|II-48

Pengelola Kanpel Larantuka PT ASDP

No.

Nama Pelabuhan

Jenis Pelabuhan

3 Pelabuhan Terong Nusantara 4 Pelabuhan Waiwerang Lokal 5 Pelabuhan Menanga Regional 7 Pelabuhan Tobilota Lokal 8 Pelabuhan Adonara (Deri) Penyeberangan 9 Pelabuhan Lohayong Penyeberangan Sumber: Dinas Perhubungan tahun 2017

Pengelola Kanpel Larantuka Pemda Flotim Kanpel Larantuka Kanpel Larantuka Pemda Flotim Pemda Flotim

Untuk kepentingan dan kemudahan transportasi laut, selain pelabuhan di atas terdapat juga Jembatan Tambatan Perahu (JTP) yang tersebar di beberapa lokasi kecamatan antara lain; di Kecamatan Larantuka, Tanjung Bunga, Titehena, Ilebura, Adonara Barat, Wotanulumado, Ile Boleng, Solor Barat, Solor Timur dan Titehena. Sektor pelayanan tranportsi udara, terdapat satu buah bandar udara (Bandara) “Gewayan Tanah” terletak di Watowiti (Desa Tiwatobi) Kecamatan Ile Mandiri yang berjarak 10 km dari pusat kota Larantuka. Bandara ini memiliki panjang landasan pacu 1.400 m. Layanan penerbangan oleh pesawat jenis ATR dengan kapasitas 72 orang penumpang. Frekuensi penerbangan setiap hari sebanyak dua kali dengan rute Kupang – Larantuka PP.

27) Urusan Komunikasi dan Informatika Sasaran kinerja komunikasi dan informatika adalah untuk meningkatnya aksesibilitas masyarakat dalam memperoleh informasi pembangunan. Kondisi penerapan

teknologi informasi kabupaten Flores Timur masih sebatas

pemanfaatan Radio Siaran Pemerintah Daerah serta pengembangan dan pemberdayaan kelompok informasi masyarakat pada 19 kecamatan. Cakupan layanan telekomunikasi dapat dinikmati oleh masyarakat pada 19 kecamatan meskipun kenyataanya masih terdapat wilayah yang belum menikmati layanan telekomunikasi karena keterbatasan jaringan. Gambaran layanan telekomunikasi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.53 Jumlah Pelanggan Telepon, Lalu Lintas Telepon dan Kata Telegrap Dirinci Per Triwulan Tahun 2016

Triwulan I II III IV

Pelanggan Pemerintah 187 189 188 191

Total 191 Sumber: Flores Timur Dalam Angka 2017

RPJMD|II-49

Swasta 1625 1627 1630 1637 167

28) Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kinerja layanan urusan Koperasi dan UKM diukur melalui beberapa indikator diantaranya jumlah koperasi aktif dan jumlah UKM. Koperasi aktif sebanyak 77,32 % (150) koperasi, dan tidak aktif sebanyak 22,68 % (44) koperasi. Perkembangan koperasi selama kurun waktu tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 menunjukan peningkatan jumlah koperasi, anggota, omzet serta asset. Jumlah koperasi pada tahun 2012 sebanyak 157 koperasi dengan tahun 2016 bertambah sebanyak

sampai

37 koperasi. Jumlah anggota

tahun 2013 sebanyak 28.819 orang bertambah sebanyak 21,750 orang pada tahun 2016.

Jumlah omzet tahun 2013 sebesar Rp. 65.765.425.768 sampai

dengan tahun 2016 meningkat sebesar Rp. 85,533,742,782. Jumlah asset tahun

2013

sebesar

Rp.

68.345.753.415

meningkat

sebesar

Rp.

280,501,352,081 pada tahun 2016. Perkembangan koperasi selama kurun waktu tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.54 Data Perkembangan Koperasi di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 Uraian

TAHUN 2012 2013 2014 Jumlah Koperasi 157 175 178 - Aktif 115 124 138 - Tidak aktif 42 51 40 Jumlah Anggota 28.819 47.583 Jumlah Pengurus 500 602 Jumlah Omsset 65.765.425.768 200.888.002.880 Jumlah Asset 68.345.753.415 314.265.153.875 Jumlah SHU 3.779.915.800 4.304.162.795 Sumber: Dinas Koperasi Dan UKM Kabupaten Flores Timur, 2017

2015

2016

181 140 41 47.407 598 130.383.945.749 327.389.024.368 3.455.226.263

194 150 44 50569 655 151.299.168.550 348.847.105.496 4.285.931.337

Perkembangn UKM di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012 sebanyak 654 UKM dan pada Tahun 2016 bertambah sebanyak 1,858 UKM sehingga menjadi 2,512 UKM. Jumlah UKM yang difasilitasi tahun 2012 sebanyak 433 dan pada Tahun 2016 bertambah sebanyak 122 menjadi 555 UKM. Jumlah tenaga kerja tahun 2012 sebanyak 790 orang dan pada tahun 2016 bertambah sebanyak 1,298 orang sehingga menjadi 2,088 orang. Jumlah dana yang difasilitasi tahun 2012 sebesar Rp. 3,800,000,000 dan pada Tahun 2016 bertambah sebesar Rp 1,445,000,000 sehingga menjadi Rp. 5,245,000,000. Gambaran perkembangan UMKM tahun 2012-2016 dapat dilihat pada 2.25 berikut.

RPJMD|II-50

Tabel 2.55 Perkembangan Jumlah UMKM di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 Uraian

2012

Tahun 2014 1,085

2013

2015 2.,030

2016 2,512

Jumlah MKM 654 870 yang difasilitasi Difasilitasi 20 48 30 21 23 Jumlah dana 3,800,000,000 400,000,000 500,000,000 200,000,000 345,000,000 Jumlah 790 1,260 1,365 1419 2,878 tenaga kerja Jumlah 8.516.185.045 1.233.793.5000 12.452.533.900 19.157.383.900 38.119.642.900 modal Jumlah 5.702.580.048 8.170.120.000 8.984.264.000 11.056.212.000 11.056.214.000 omsset Jumlah asset 13.756.211.551 25.373.688.200 2.798.087.2498 29.600.197.498 52.562.456.498 Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kab. Flores Timur, 2017

29) Urusan Penanaman Modal Kinerja layanan urusan Penanaman Modal diukur melalui indikator Jumlah Investor berskala Nasional dan Realisasi Investasi. Selama kurun waktu tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 selain investasi pemerintah berupa belanja pembangunan, terdapat juga investasi swasta yang bergerak di bidang perikanan, perkebunan dan perhotelan yakni 7 (tujuh) penanaman modal asing (PMA) dan 6 (enam) penanaman modal dalam negeri (PMDN) dengan total investasi sampai tahun 2016 sebesar Rp. 206.465.482.775.- yang menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 348 orang. Perkembangan layanan penanaman modal dapat dilihat pada Tabel 2.25 berikut: Tabel 2.56 Perkembangan Indikator Layanan Penanaman Modal Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 N o 1

Indikator

2012

2013

Jumlah investor 12 12 berskala nasional (PMDN/PMA) 2 Penyerapan Tenaga * 535 Kerja (orang) 3 Jumlah nilai investasi 86.831.367. 91.200.950.3 berskala nasional 000 70 (PMDN/PMA) Sumber: DPMPTSP Kabupaten Flores Timur, 2017

2014

2015

2016

12

12

13

157

484

348

85.030.633.72 5

132.148.657.57 0

206.465.482.7 75

Nilai investasi dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 mengalami peningkatan. Tahun 2012 sebesar Rp. 86.831.367.000, meningkat sebesar Rp. 206,378,651,408, pada tahun 2016. RPJMD|II-51

30) Urusan Kepemudaan dan Olahraga Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berahklak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggung jawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam kerangka NKRI. (UU RI No 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan). Organisasi pemuda di kabupaten Flores Timur Dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.57 Data Organisasi Pemuda di Kabupaten Flores Timur Organisasi Pemuda Orang Muda Kecamatan Karang Remaja Katolik Taruna Mesjid (OMK) Wulanggitang 10 2 1 Ilebura 5 2 Demonpagong 5 1 Larantuka 16 4 4 Ile Mandiri 8 1 1 Tanjung Bunga 13 1 3 Lewolema 7 2 0 Adonara Barat 16 1 2 Adonara Tengah 12 1 1 Adonara Timur 20 2 5 Ile Boleng 19 2 1 Witihama 13 1 5 Klubagolit 12 2 5 Adonara 7 1 4 Solor Timur 17 1 10 Solor Barat 13 3 Solor Selatan 7 1 Wotan Ulumado 12 1 2 Titehena 12 2 1 Jumlah 224 31 45 Sumber: Profil Daerah Kabupaten Flores Timur 2016

Palang Merah Remaja 5 1 1 13 5 6 5 5 3 4 5 5 3 5 2 4 1 1 5 79

Dari aspek prasarana dan sarana olahraga, secara umum belum banyak ruang, tempat, fasilitas prasarana dan sarana olahraga yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat untuk melaksanakan aktifitas berolahraga; Jumlah fasilitas olahraga dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.58 Fasilitas Olahraga di Kabupaten Flores Timur Nama Sarana Olah Raga 2011 2012 2013 Sepak Bola 18 18 18 Bola Voli 52 55 60 Bulu Tangkis 55 60 60 Basket 20 24 24 Sumber: Profil daerah kabupaten Flores Timur, 2016

RPJMD|II-52

2014 18 62 60 24

Sementara itu perkembangan aspek pengelolaan keolahragaan, kompetensi tenaga keolahragaan baik olahraga pendidikan, olahraga prestasi maupun olah raga rekreasi, belum menjawabi kebutuhan untuk menunjang pembinaan dan pengembangan olahraga di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada tabel berikut ini; Tabel 2.59 Organisasi Keolahragaan dan Tenaga Keolahragaan No Jenis Keolahragaan Satuan 1 Organisasi Keolahragaan Komite Olahraga Kabupaten Organisasi Induk Organisasi Cabang Olagraga Organisasi 2 Tenaga Keolahragaan Pelatih Bola kaki Orang Guru/Dosen Orang Wasit Bola kaki Orang Juri Orang Sumber: Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

Jumlah 1 13 3 320 10 1

31) Urusan Statistik Kinerja urusan statistik di Kabupaten Flores Timur masih terbatas pada aspek ketersediaan data dan dokumen statistik. Pemerintah Kabupaten Flores Timur setiap tahun menerbitkan Buku Profil Kabupaten serta berkoordinasi dengan Badan Pusat Statistik dalam penyediaan data statistik daerah.

32) Urusan Kebudayaan Potensi seni budaya di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat dari beberapa aspek yakni: keberadaan situs dan benda cagar budaya serta sanggar seni budaya. Pada tahun 2016 terdapat 58 jenis cagar budaya dan 62 sanggar yang tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Flores Timur. Rincian data sanggar seni budaya di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada Tabel 2.60 berikut: Tabel 2.60 Data Sanggar Seni di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016

No

Kecamatan

1

Larantuka

2

Ile Mandiri

Nama Sanggar

Desa/Kelurahan

Orkestra Vincentia Saraswati Cahaya Mandiri Besi Pare Orkes Lokananta Orkes Fanfare Santa Citra Abadi Watowele Pati Golo Sora Pana Uluwai Es Ge

Sarotari Paguyuban Bali Lokea Lokea Lokea Keuskupan Larantuka Waibalun Waibalun Waibalun Lamawalang Mudakeputuk Riangkemie

RPJMD|II-53

No

Kecamatan

Nama Sanggar

Selo Hala Lolon Burak 3 Wulanggitang Seni Tawan Sonata Gong Bitong 4 Tanjung Bunga Mekar Waibelen Saso Bajo Saso Lure-Todo Tawa Ma Pati 5 Demong Pagong Seni Pati Beda Depog 6 Lewolema Rian Nara 7 Titehena Soliwunyo Patibala Remayu Sowa Nawokote Tobi Tawa 8 Ile Bura Riangbele Nubun Tawa 9 Adonara Timur Mura Lewo Nara Laga Bunga Kemolu Wao Puken Lawe Kowa Maun 10 Witihama Nulu Saren Sirigokok Timu Tawan Seni Tawan Seni Goran Tawan Gawi Au 11 Ile Boleng Bungalawan Wera Botok Helen Lamaleda Gemohin Pito 12 Adonara Barat Pupu Ribu Pupu Lema Sonaletas Lamadike 13 Adonara Nusa Tadon Tana Tawan 14 Klubagolit Pupu Ribu Tawa Gere Nuba Nubun Nara Baran 15 Wotan Ulumado Lamadike Pehan Beda Soliwuyo Pati Bala 16 Solor Timur Baran Tawa Kaihali Lebakan 17 Solor Barat Geleda Watonering Bunga Lolon Goka Nara Gere Watoreka Sumber: Profil Kabupaten Flores Timur, 2015

Desa/Kelurahan Wailolong Lewohala Boru Boru Hewa Waiklibang (Ratu Lodong) Waibao Waibao Bahinga Belogili Lewokluok Lewokluok Riangkotek Tanahtukan Kobasoma Nawokote Leworok Lewoawang Birawan Karing Lamalouk Kwaelaga-Lamawato Tapobali Lewobunga Watoone Werang Gere Oringbelen Sandosi Sandosi Sandosi Bungalawan Bunga Bali Helen Langowuyo Helen Langowuyo Waiwadan Bukit Seburi Watobaya Tikatukan Horowura Hinga Horinara Watobaya Botung Tana Tukan Wulublolong Lohayong II Bubu Atagamu Balaweling Tanalein Pamakayo Ongaleren

33) Urusan Perpustakaan Pelayanan Perpustakaan pada Kantor Arsip dan Perpustakaan Kabupaten RPJMD|II-54

Flores Timur dilaksanakan langsung pada unit Perpustakaan dan didukung dengan perpustakaan keliling yang berjumlah 4 armada mobil pintar. Koleksi buku sampai pada saat ini sebanyak 28.976 buku dengan judul buku sebanyak 12.199 judul. Pada tahun 2014, jumlah pengunjung perpustakaan daerah sebanyak 2.177 pengunjung yang terdiri dari pelajar/mahasiswa, pegawai negeri sipil/karyawan, maupun masyarakat umum. Tabel 2.61 Jumlah Perpustakaan di Kabupaten Flores Timur Tahun 2013-2016 No

Uraian

2013

Tahun 2014 2015

1

Jumlah Perpustakaan Milik 1 1 1 Pemerintah Daerah 2 Jumlah Perpustakaan Milik Non Pemda 3 Total Perpustakaan 1 1 1 Sumber: Kantor Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Flores Timur

2016 1 1

Tabel 2.62 Jumlah Pengunjung Perpustakaan di Kabupaten Flores Timur Tahun 2013-2016 Tahun 2013 2014 2015 4.212 2.177 2.236

No

Uraian Jumlah Pengunjung Perpustakaan 1 Milik Pemda Jumlah Pengunjung Perpustakaan 2 Milik Non Pemda 3 Total Pengunjung Perpustakaan 4.212 2.177 2.177 Sumber: Kantor Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Flores Timur

2016 12.2 12.2

34) Urusan Kearsipan Pengelolaan arsip yang baik dapat menjamin ketersediaan arsip yang memberikan

kepuasan

bagi

pengguna/pengunjung,

serta

menjamin

keselamatan arsip itu sendiri. Perkembangan penerapan pengelolaan arsip secara baku terhadap jumlah SKPD dan indikator peningkatan sumber daya manusia pengelola kearsipan melalui kegiatan pelatihan dan sebagainya.

2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pemerintah Pilihan a) Urusan Kelautan dan Perikanan Kinerja pelaksanaan urusan kelautan dan perikanan oleh pemerintah daerah dapat diketahui dari berbagai indikator antara lain produksi perikanan, persentase pengrusakan sumber daya laut, dan cakupan binaan kelompok nelayan. Produksi perikanan meliputi produksi yang dihasilkan melalui sub sektor perikanan laut dan sub sektor perikanan darat.

RPJMD|II-55

Perkembangan dari indikator-indikator tersebut seperti dapat dilihat pada Tabel 2.63 berikut. Tabel 2.63 Perkembangan Indikator Layanan Urusan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 No 1

Indikator

2012

2013

2014

Produksi 1.1. Perikanan Laut (Ton) 13.715 13.766 13.293 1.2. Perikanan Darat (Ton) Prsentase Pengrusakan 2 sumber daya laut 2.1. Persentase penanganan illegal fishing a. Jumlah illegal fishing (Kasus) b. Yang ditangani (Kasus) 2.2. Persentase penanganan Destructive fishing a. Jumlah Destructive fishing (kasus) b. Yang ditangani 2.3. Persentase penanganan Kerusakan terumbu karang a. Luas area kerusakan (Ha) b. Luas area yang ditangani (Ha) 3 Jumlah kelompok binaan 103 89 136 3.1`Penangkapan ( 500 klpk ) 80 17 96 3.2. Budidaya (250 klpk) 13 15 3 3.3. Pengolahan ( 500 Klpk) 53 34 3.4. Pokmaswas ( 17 Klpk) 10 4 3 35. Konservasi Penyu(17 Klpk) Sumber Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Flores Timur

2015

2016

Jumlah

14.273 -

14.953 -

70.000 -

-

40

40

-

50

50

-

20

20

-

7.69

7.69

--

26

26

-

2

2 -

-

2,595.00

2,595.00

-

-

-

79 79 -

201 97 25 77 -

678 131 194 336 15

-

2

2

b) Urusan Pariwisata Kabupaten Flores Timur memiliki obyek wisata yang cukup potensial dan beragam. Jumlah obyek wisata yang terdata sebanyak 144 obyek yang terdiri dari 60 obyek wisata budaya, 54 obyek wisata alam, 12 wisata religi dan 18 wisata agro. Sedangkan jumlah sarana pendukung pariwisata masih sangat terbatas. Sampai dengan tahun 2016, jumlah Hotel/Penginapan sebanyak 17 unit, rumah makan 41 unit, Biro/Perjalanan Wisata 4 unit. Kinerja layanan urusan pariwisata diukur melalui beberapa indikator antara lain kunjungan wisata dan kontribusi kategori pariwisata terhadap pembentukan PDRB. Perkembangan kunjungan wisatawan baik mancanegera maupun wisatawan domestik dapat dilihat pada Tabel 2.64 berikut:

RPJMD|II-56

Tabel 2.64 Jumlah Wisatawan yang berkunjung dan obyek wisata di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 Wisatawan Asing (Manca Negara) Domestik (Nasional) Jumlah Sumber: Dinas Pariwisata

2012 169 15.89 16.06

Tahun 2014 271 23.83 24.1

2013 326 17.65 17.98

2015 146 13.11 13.26

2016 696 14.15 14.85

c) Urusan Pertanian Potensi lahan pertanian di Flores Timur seluas 161,141 Ha yang terdiri dari lahan sawah seluas 2,98 % (4,794 Ha) dan lahan bukan sawah seluas 97,02 % (156,347 Ha). Dari potensi luas lahan tersebut yang telah dimanfaatkan untuk lahan persawahan sebesar 20,94 % (1,004 Ha) dan belum dimanfaatkan 79,06 % (3,790 Ha ). Lahan non sawah yang telah dimanfaatkan sebesar 35,84 % (56,037.05 Ha) dan belum dimanfaatkan sebesar 64,16 % ( 100,309.95 Ha) . Dari luasan lahan yang telah di maanfatkan tersebut produksi yang telah dihasilkan sub sektor tanaman pangan sebesar 77,830 ton pada tahun 2012, turun menjadi 75,545 ton pada tahun 2013, kembali meningkat menjadi 76,138 ton pada tahun 2014, selanjutnya kembali turun hingga mencapai 75,913 ton pada tahun 2015 dan 64,240 ton pada tahun 2016. Produktivitas tanaman pangan pada tahun 2012 sebesar 29,97 kw/ha menurun menjadi 26,66 kw/ha pada tahun 2013 dan mencapai angka terendah pada tahun 2014 yaitu 22.61 kw/ha dan selanjutnya kembali meningkat pada tahun 2015 sebesar 27.77 kw/ha dan tahun 2016 mencapai 28, 84 kw/ha . Sub sektor tanaman perkebunan pada tahun 2012 sebesar 738 kg/ha, meningkat menjadi 798 kg/ha pada tahun 2015 dan 2016. Kinerja layanan urusan pertanian oleh pemerintah daerah meliputi sub kategori Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan, dapat diketahui dari berbagai indikator antara lain seperti pada tabel berikut. Tabel 2.65 Perkembangan Indikator Produksi dan Produktivitas Pertanian Tahun 2012-2016

No 1 2

Jenis Tanaman Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan

2012 Produk Produk tivitas si

2013 Produk Produk tivitas si

2014 Produk Produk tivitas si

2015 Produk Produk tivitas si

2016 Produk tivitas

Produksi

29.87

77,830

26.66

75,545

22.61

76,138

27.77

75,913

28.84

64,240.0

738.00

81,912

-

-

-

-

798.00

92,243

798.00

93,493.0

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Flores Timur

RPJMD|II-57

1. Sub Kategori Tanaman Pangan Tanaman pangan yang diusahakan di Kabupaten Flores Timur pada tahun 2016 meliputi enam jenis tanaman yang utama yaitu: padi (padi sawah dan padi ladang), jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu,dan ubi jalar. Produksi terbesar disumbangkan komoditi ubi kayu sebesar 22.374,3 ton (34,75%) diikuti jagung sebesar 21.008,8 ton (32,63%). Capaian produksi tanaman padi masih rendah dibandingkan dengan tanaman pangan utama lainnya. Produksi padi sawah sebesar 2.990 ton (4.65%) sedangkan padi ladang 16,126 ton (25.10%). Perkembangan Produksi Tanaman Pangan Tahun 2012-2016 tertera pada Tabel 2.66. Tabel 2.66 Perkembangan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 No

Produksi (Ton )

Jenis Tanaman

2012

2013

2014

2015

2016

1

Padi Sawah

960

3.922

3.820

648

2.990

2

Padi Ladang

21.818

18.924

18.559

13.799

16.126

3

Jagung

23.049

26.324

26.328

20.619

21.008,8

4

Ubi Kayu

29.295

22.976

22.949

4.104

22.374,3

5

Ubi Jalar

239

1.166

1.139

40

321,2

6

Kacang Tanah

1.850

1.669

1.856

807

970,4

7

Kacang Hijau

584

542

531

624

350,9

8

Sorgum

35

23

23

-

86,9

Sumber: Dinas Pertanian 2017

2. Sub Kategori Perkebunan Tanaman Perkebunan di Kabupaten Flores Timur memiliki Potensi lahan seluas 156,347 Ha dan yang telah dimanfaatkan seluas 56,037.50 Ha dengan 13 jenis tanaman perkebunan yang diusahakan. Produksi tahun 2016 sebesar 25,923.05 ton dengan luas areal yang sudah menghasilkan sebanyak 57.97%, yang belum menghasilkan 39.66% dan tidak menghasilkan 2.38%. Pertumbuhan produksi Perkebunan yang terbanyak pada komoditi Jambu Mente sebanyak 11,439.20 (ton) dengan luas lahan yang sudah menghasilkan 53.63 %, belum menghasilkan 45.48 % dan tidak menghasilkan 0.89 %. Produksi terendah komoditi Jarak 10.99 (ton) dengan luas lahan 490.00 (haLuas area dan produksi perkebunan tahun 2016 tertera pada Tabel 2.67

RPJMD|II-58

Tabel 2.67 Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Flores Timur Tahun 2016

No

Jenis Tanaman

1

Kelapa

2

Blm Meng hasilkan

Luas Area (Ha) Sudah Tidak Meng Meng hasilkan hasilkan

Jumlah

Jumlah Produksi (Ton)

2,885.00

8,961.00

133

11,979.00

9,382.17

Kopi

303

1,836.00

788

2,927.00

1,437.59

3

Cengkeh

184

337

5

526

163.11

4

Kakao

2,395.00

2,871.00

44

5,310.00

2,273.83

5

Jambu Mete

13,399.00

15,800.00

262

29,461.00

11,439.20

6

Kemiri

1,550.00

1,572.00

31

3,153.00

786

7

Pinang

205

269

7

481

89

8

Kapuk

37

268

13

318

49.4

9

Pala

507.5

148

1

656.5

43.07

10

Lada

45

21

3

69

11

Vanili

78

85

14

177

32.97

12

Jarak

390

70

30

490

10.99

13

Tembakau

245

245

-

490

207.03

Jumlah 22,223.50 32,483.00 1331 Sumber : Dinas Pertanian Kab. Flotim, Tahun 2017

56,037.05

25,914.36

3. Sub Kategori Peternakan Populasi ternak yang terdapat di Kabupaten Flores Timur meliputi 8 jenis ternak. Perkembangan populasi ternak dipengaruhi oleh dinamika populasi yang meliputi tingkat kelahiran, tingkat kematian, pemasukan ternak, pengeluaran ternak dan tingkat pemotongan. Perkembangan jumlah populasi ternak di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada Tabel 2.68 berikut. Tabel 2.68 Perkembangan Jumlah Populasi Ternak Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2016 Populasi Ternak (ekor) No Jenis Ternak 2012 2013 2014 2015 1 Sapi * * 1,980 2,003 2 Kerbau * * 11 13 3 Kuda * * 1,128 1,173 4 Kambing * * 56,038 60,053 5 Domba * * 785 812 6 Babi * * 73,188 80,767 7 Ayam Buras * * 270,184 276,762 8 Itik * * 100 103 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Flores Timur, 2017

RPJMD|II-59

2016 2,459 13 1,172 64,404 818 80,829 102

d) Urusan Perdagangan Pelayanan urusan perdagangan diarahkan dalam rangka meningkatkan kapasitas kelembagaan ekonomi masyarakat dan penyediaan akses masyarakat terhadap informasi

perdagangan.

Pembinaan

kelompok

Pedagang/Usaha

Informal

dilakukan melalui kegiatan peningkatan kapasitas kelompok usaha masyarakat di bidang perdagangan melalui pelatihan dan bimbingan teknis serta pemberian bantuan untuk mendukung pengembangan usahanya. Cakupan bina kelompok Pedagang/ Usaha Informal pada tahun 2016 sebesar 23,6% (43 kelompok dari 520 kelompok). e) Urusan Perindustrian Kontribusi kategori Industri Pengolahan relatif rendah pada tahun 2016 yakni sebesar 0,85 % terhadap total PDRB di Kabupaten Flores Timur. Selama 5 tahun terakhir, kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total PDRB di Kabupaten Flores Timur. Pada tahun 2012 kontribusi kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 8,04 % meningkat menjadi 8,62 % pada tahun 2016. f) Urusan Transmigrasi Pelayanan bidang transmigrasi tidak terlepas dari upaya penyelenggaraan pemerintah daerah dalam mengurangi tingkat kemiskinan, pengangguran, melalui pemberdayaan warga masyarakat transmigran serta penyediaaan sarana prasarana di wilayah transmigrasi, dan penyediaan lokasi transmigrasi baru di Kabupaten Flores Timur. Sampai dengan tahun 2016 jumlah Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) di Kabupaten Flores Timur tercatat sebanyak 4 UPT yakni: 1). UPT Libu dengan jumlah KK 76 KK dan 132 jiwa; 2). UPT Purinara Kecamatan Adonara Timur dengan 98 KK dan 365 jiwa; 3) UPT Watanpao di Kecamatan Adonara Timur dengan 57 KK dan 130 jiwa; 4). UPT Tanameang-Adabang Kecamatan Titehena denaga 78 KK dan 342 jiwa. Pada tahun 2017 sedang dilakukan studi teknis untuk pembukaan UPT Waibao di Kecamatan Tanjung Bunga.

2.3.3 Fokus Layanan Penunjang Urusan a. Perencanaan Pembangunan Kinerja urusan perencanaan pembangunan dapat dilihat melalui ketersediaan dokumen perencanaan. Kinerja urusan perencanaan pembangunan di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada Tabel 2.69 berikut:

RPJMD|II-60

Tabel 2.69 Hasil Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur Periode 2012-2016 Aspek/Fokus/Bidang Urusan/ Indikator Kinerja Pembangunan Daerah 1 Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan Perda 2 Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan Perda 3 Tersedianya Dokumen Perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan PERBUB 4 Penjabaran Program RPJMD Kedalam RKPD Sumber: BPPPPD Kabupaten Flores Timur No

2012

Capaian Kinerja 2013 2014 2015

2016

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

Ada

b. Keuangan Kinerja keuangan daerah Kabupaten Flores Timur sampai dengan tahun 2016 berdasarkan opini BPK masih berada pada level Wajar Dengan Pengecualian (WDP) (Nomor Laporan BPK RI: LHP No.25a/LHP/XIX.KUP/05/2017 Tanggal 26 Mei 2017).

Tabel 2.70 Opini BPK atas pengeolaan Keuangan Daerah Tahun 2012-2016

Tahun

2012

Opini BPK

WDP

2012 WDP

2013 WDP

2014 WDP

2015 WDP

2016 WDP

c. Kepegawaian serta Pendidikan dan Pelatihan Jumlah ASN di Kabupaten Flores Timur pada akhir tahun 2016 tercatat sebanyak 5.822 orang, yang rinciannya berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Tabel. 2.71 Data ASN menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin Keadaan Tahun 2016 Pendidikan

Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan SD 57 5 62 SLTP 84 10 94 SLTA 1194 1008 2202 DI 39 128 167 DII 347 334 681 DIII 245 534 779 S1 927 851 1778 S2 48 11 59 S3 Jumlah 2941 2881 5822 Sumber: Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah

Terkait dengan upaya peningkatan kapasitas dan profesionalisme dalam pelayanan publik maka diperlukan pendidikan dan pelatihan bagi PNS. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RPJMD|II-61

No. 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil maka salah satu jenis diklat adalah diklat prajabatan (golongan I, II atau III) yang merupakan syarat pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Diklat prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika Pegawai Negeri Sipil (PNS), pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas dan peran sebagai pelayan masyarakat. Persentase ASN yang mengikuti pendidikan dan pelatihan formal melalui kegiatan prajabatan sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.72 Diklat Prajabatan bagi CPNSD Periode 2012-2016 No 1

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 Diklat Prajabatan 112 0 8 39 90 Gol III 2 Diklat Prajabatan 0 0 80 239 0 Gol II 3 Diklat Prajabatan 0 0 0 0 0 Gol I Total 112 0 88 278 90 Sumber: Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah, 2017

Total 249 319 0 568

Sementara Diklat Kepemimpinan (DIKLATPIM) dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan kompentensi kepemimpinan aparatur pemerintah, sesuai dengan jenjang jabatan struktural. Gambaran pendidikan dan

Diklat kepemimpinan bagi ASN di

Kabupaten Flores Timur disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.73 Diklat Kepemimpinan Tingkat II, III dan IV Periode 2012-2016 No 1 2 3

Jenis Diklat Pim 2012 2013 2014 2015 Diklat Pim Tk.II 5 1 4 0 Diklat Pim Tk.III 5 4 4 4 Diklat Pim Tk.IV 40 33 0 4 Total 50 38 8 8 Sumber: Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah, 2017

2016 4 4 4 12

Total 14 21 81 116

d. Pengawasan Indikator kinerja pengawasan tergambar dari tindak lanjut hasil temuan. Data tindak lanjut hasi temuan di Kabupaten Flores Timur dari tahun 2005-2016 dapat dilihat pada Tabel 2.74 berikut. Tabel 2.74 Data Temuan dan Tindak Lanjut Tahun 2005-2016 Temuan Realisasi Tindak Lanjut Lembaga Pengawas Dan Pemeriksa Jumlah Nilai Nilai BPK BPKP

256 26

86.659.480.714,42 11.634.625.388,82 RPJMD|II-62

64.556.508.675 11.018.847.280

Ket

Lembaga Pengawas Dan Pemeriksa

Jumlah

Temuan Nilai

Realisasi Tindak Lanjut Nilai

Inspektorat Propinsi 48 1.197.234.110,42 Inspektorat Kabupaten 11.620.586.810,29 Jumlah 111.111.927.023,95 Sumber: Inspektorat Kabupaten Flores Timur, 2017

Ket

883.324.391 2.583.920.586 79.042.600.932

Kinerja pengawasan juga digambarkan melalui upaya penanganan terhadap pelanggaran aturan disiplin yang dilakukan oleh ASN. Persentase data pelanggaran ASN di Kabupaten Flores Timur dari tahun 2012-2016 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.75 Data Pelanggaran Pegawai Tahun Jumlah Pelanggaran (%) 2012 0,14% 2013 0,14% 2014 0,10% 2015 0,03% 2016 0,14% Sumber: Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah, 2017

2.4.

Aspek Daya Saing Daerah

2.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Tabel 2.76 Perkembangan Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Menurut Kelompok Makanan (Rp) 2013 241,943 2014 277,835 2015 300,447 2016 280,617 Sumber: Olahan Data BPS Tahun

Persentase (%) 60.19 59.8 59.84 55.96

Total (Rp) 401,991 464,570 502,076 501,419

2. Nilai Tukar Petani Nilai tukar petani merupakan indikator kesejahteraan petani yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani. Nilai tukar petani lebih besar dari 100 maka petani mengalami surplus dan sebaliknya. Tabel 2.77. Nilai Tukar Petani Tahun 2014-2016 No. Tahun Nilai Tukar Petani 1 2014 101,66 2 2015 102,66 3 2016 101,69 Sumber: BPS Olahan RPJMD|II-63

3. Pengeluaran Konsumsi Non-Pangan Per Kapita Tabel 2.78. Pengeluaran Konsumsi Non-Pangan Per Kapita Non makanan (Rp) 1 2013 160,048 2 2014 186,735 3 2015 201,629 4 2016 220,802 Sumber: Olahan data BPS No.

Persentase (%) 39.81 40.2 40.16 44.04

Tahun

Total (Rp) 401,991 464,570 502,076 501,419

2.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur 1. Aksesibilitas Daerah a. Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan Panjang jalan di Kabupaten Flores Timur sepanjang 1.068,78 km yang terdiri dari Jalan Nasional 190,69 km; Jalan Provinsi sepanjang 175,89 km; dan Jalan Kabupaten sepanjang 718,18 KM. Jumlah kendaraan di Kabupaten Flores Timur sebanyak 741 unit. Rasio Panjang jalan per jumlah kendaraan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.79 Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan No. Uraian 1 Panjang Jalan (Km) 1,068.78 2 Jumlah Kendaraan (unit) 741 3 Rasio 1.44 Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Flores Timur, 2017

b.

Jumlah Orang/Barang Terangkut Angkutan Umum Jumlah orang yang terangkut oleh angkutan umum meningkat dari tahun 2013, 2014, 2015 dan tahun 2016. Demikian juga dengan jumlah barang yang terangkut dengan angkutan umum di Kabupaten Fkores Timur dari tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 terus meningkat. Perkembangan peningkatan jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.80 Jumlah Orang/Barang Terangkut Angkutan Umum No.

Uraian

Satuan

Tahun

2013 2014 1 Jumlah Orang Jiwa 2,357,238 2,642,143 2 Jumlah Barang Ton 27,884 34,766 Sumber: Dinas Perhubungan Kab. Flores Timur, 2017

RPJMD|II-64

2015 2,294,382 49,851

2016 2,483,804 53,839

c.

Jumlah Orang/Barang Melalui Dermaga/Bandara/Terminal Pertahun Pelayanan transportasi di Kabupaten Flores timur meliputi pelayanan trasportasi darat, laut dan udara. Jumlah arus penumpang baik yang menggunakan trasportasi darat berupa kendaraan umum, melalui transportasi laut dengan kapal laut maupun menggunakan trasportasi udara dengan pesawat terbang dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Tabel 2.81 Jumlah Orang/Barang Melalui Dermaga/Bandara/Terminal Pertahun No.

Tahun

Uraian

2013 2014 2015 2016 Jumlah Penumpang Angkutan Darat 1,792,683 1,853,280 1,920,110 2,054,517 Jumlah Penumpang Kapal Laut 281,049 402,524 354,962 408,240 Jumlah Penumpang Pesawat Udara 5,824 6,690 19,310 21,047 Total Jumlah Penumpang 2,079,556 2,262,494 2,294,382 2,483,804 Sumber: Dinas Perhubungan Kab. Flores Timur, 2017 1 2 3

d.

Penataan Wilayah 1. Luas Wilayah Produktif Luas wilayah produktif di Kabupaten Flores Timur dilihat dari luas Lahan Pertanian Produktif dan luas Lahan Perkebunan Produktif. Untuk mengetahui presentase luas wilayah produktif diperoleh dengan membandingan luas lahan produktif dengan luas kawasan bududaya. Presentase luas wilayah produktif Kabuapten Flores Timur dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.82 Persentase Luas Wilayah Produktif Kabupaten Flores Timur No. Uraian Luas Ha 1 Luas Wilayah Produktif 57.041,05 2 Luas Seluruh Wilayah Budidaya 161.141 3 Rasio (1/2) 0.35 Sumber: Data Olahan dari RTRW Kabupaten Flores Timur, 2007-2027

2. Luas Wilayah Kebanjiran Kabupaten Flores Timur memiliki topografi yang bergunung-gunung dan berbukut bukit. Kondisi fisik alam Flores Timur ini mengakibatkan wilayah ini rawan terhadap bancana banjir. Luas wilayah rawan banjir di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.83 Prosentase Kawasan Rawan Banjir No. Uraian Luas (Ha) 1 Luas Wilayah Rawan Banjir 1,402.34 2 Luas Wilayah Kabupaten Flores Timur 181,285.00 3 Rasio 0.01 Sumber: Data Olahan dari RTRW Kabupaten Flores Timur, 2007-2027 RPJMD|II-65

3. Luas Wilayah Kekekeringan Letak geografis Kabupaten Flores Timur berdampak klimatologi yaitu hanya mengalami 2 musim yaitu musim kemarau dan musin hujan dengan lama musim kemarau lebih lama yakni selama 8 bulan dan musim hujan selama 4 bulan. Konsekuensinya Flores Timur menjadi wilayah yang tergolong kering dan selalu megalami bencana kekeringan. Kondisi wilayah yang juga mempengaruhi kekeringan adalah jenis tanah. Umumnya jenis tanah di Kabupaten Flores Timur terdiri dari jenis tanah alivial, greysol, kambisol, andosol, meditern, gromosol, rezina, padzolik dan yermosol. Presentase wilayah kekeringan di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.84 Prosentase Luas Wilayah Kekeringan No. Uraian Luas (Ha) 1 Luas Wilayah Kekeringan 16,641.24 2 Luas Wilayah Kabupaten Flores Timur 181,285.00 Rasio 0.09 Sumber: Data Olahan dari RTRW Kabupaten Flores Timur, 2007-2027

4. Luas wilayah Perkotaan Ada 2 wilayah perkotaan di Kabupeten Flore Timur. Wilayah perkotaan Larantuka seluas 9.981,71 Ha dan Wilayah perkotaan Waiwerang seluas 2.094,94 Ha. Presentase luas wilayah perkotaan di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.85 Prosentase Luas Wilayah Perkotaan No. Uraian Luas (Ha) 1 Luas Wilayah Perkotaan Larantuka 9,981.71 2 Luas Wilayah Perkotaan Waiwerang 2,094.91 Total 12,076.62 3 Luas Wilayah Kabupaten Flores Timur 181,285.00 Rasio 0.07 Sumber: Data Olahan dari RTRW Kabupaten Flores Timur, 2007-2027

5. Fasilitas Bank dan Non Bank a) Jenis dan jumlah bank dan cabang Bank Pemerintah yang beroperasi di Kabupaten Flores Timur sebanyak 5 (lima) jenis yakni BRI, BNI, BPD NTT, BPR, dan Bank Mandiri.

RPJMD|II-66

Tabel 2.86 Perkembangan Pinjaman dan Simpanan perbankan di Kabupaten Flores Timur Tahun Pinjaman 2013 616,487,000,000 2014 356,593,554,200 2015 Na 2016 837,310,000,000 Sumber: Olahan Data BPS

Simpanan 633,904,000,000 567,517,000,000 Na 856,504,000,000

Rasio 0.97 0.63 Na 0.98

b) Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang Lembaga keuangan non-bank di Kabupaten Flores Timur sebanyak 2 (dua) jenis yakni Asuransi Bumi Putera dan Asuransi Jasa Raharja. 6.

Ketersediaan Restoran a) Jenis, Kelas dan Jumlah Restoran Tabel. 2.87 Jumlah Restoran di Kabupaten Flores Timur Tahun 2013-2016 Tahun 2013 2014 2015 2016 Sumber: BPS Olahan

Jumlah Restoran/ Rumah Makan 41 44 65

b) Ketersediaan Penginapan 1) Jenis, Kelas dan Jumlah Penginapan/Hotel Tabel 2.88 Kelas dan Jumlah Hotel di Kabupaten Flores Timur Tahun 2013-2015 Jumlah Hotel/Penginapan 2013 15 2014 16 2015 18 2016 19 Sumber: BPS Olahan Tahun

Kelas Non Bintang Non Bintang Non Bintang Non Bintang

2.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi 1. Keamanan dan Ketertiban Untuk mencapai efektifitas keamanan baik dari kriminalitas, maupun gangguan bencana alam, diperlukan partisipasi dan peran masyarakat untuk ikut serta menjaga diri dan lingkungannya misalnya dengan menghidupkan kembali sistem keamanan lingkungan (Siskamling). Data dari Polres Flores Timur, pada tahun 2012 angka RPJMD|II-67

kriminalitas mencapai 3 , 4 9 % terjadi peningkatan angka kriminalitas di tahun 2015 yaitu 6,16%. Hal ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun angka kriminalitas semakin meningkat, pada tahun 2012 kasus yang tertangani sebanyak 106 kasus dan tahun 2015 meningkat menjadi 187 kasus, dengan proporsi tertinggi pada kasus Penganiayaan berat 123 kasus dan penganiayaan biasa sebanyak 28 kasus. Hal tersebut disebabkan karena faktor ekonomi seperti adanya penurunan tingkat pendapatan masyarakat, serta faktor lain seperti terdapatnya sebagian masyarakat yang belum memegang teguh nilai dan norma agama yang dianutnya, penyebab lainnya adalah pengaruh negatif media elektronik seperti televisi, internet dsb. Perkembangan angka kriminalitas di Kabupaten Flores Timur secara umum dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel. 2.89 Perkembangan Angka Kriminalitas di Kabupaten Flores Timur Tahun 2012-2015

No 1 2

Jenis Kasus

2012 Jumlah Kasus 5

Pembunuhan Penganiayaan 93 Biasa 3 Penganiayaan 2 Berat 4 Penculikan 0 5 Pencurian 36 Biasa 6 Pencurian dengan 0 Kekerasan 7 Pencurian dengan 2 Pemberatan 8 Pencurian Ranmor (Roda 0 2 dan Roda 4) 9 Pemerkosaan 3 10 Senpi /Handak 0 11 Kejahatan 21 Seksual 12 Penipuan 15 Total Jumlah Tindak 177 Kriminal 1 Tahun Sumber : Polres Flores Timur 2017

2013

5

Jumlah Kasus 4

88

2014

4

Jumlah Kasus 1

90

80

2

2

0

2015

1

Jumlah Kasus 0

70

70

37

28

1

7

7

127

123

0

0

0

0

1

1

32

30

13

29

29

0

0

0

1

1

0

0

0

0

2

0

0

1

0

5

1

0

0

0

3

3

1

1

3 0

4 1

1 1

3 5

1 1

0 0

0 0

14

14

10

22

16

25

20

15

10

8

7

13

13

106

156

119

135

209

187

Tertangani

Tertangani

7 148

Tertangani

Tertangani 0

2. Kemudahan Perizinan Lama Proses Perizinan berkisar antara 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) hari, jika dokumen pendukungnya memenuhi syarat. 3. Pengenaan Pajak Daerah a. Jumlah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

RPJMD|II-68

Tabel. 2.90 Jumlah Pajak Daerah dan Retribusi Daerah No. Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah 1 2011 2.538.295.943 10.265.219.506 2 2012 3.711.659.215 13.717.966.507 3 2013 4.793.618.472 15.079.066.049 4 2014 6.972.503.846 18.216.370.562,56 5 2015 7.966.719.690 19.816.732.991 6 2016 9.617.825.831 20.339.276.353 Sumber: Badan Keuangan Daerah Kabupaten Flores Timur

4. Peraturan Daerah a. Jumlah Perda yang Mendukung Iklim Usaha 1) Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Flores Timur 2007 - 2027; 2) Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2012 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Larantuka 2012 - 2032; 3) Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2012 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Waiwerang 2012 - 2032; 4) Peraturan Daerah No. 16 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum; 5) Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu; 6) Paraturan Daerah No. 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Flores Timur. 5. Status Desa a. Persentase Desa Berstatus Swasembada Terhadap Total Desa. Tabel 2.91 Persentase Desa Berstatus Swasembada Terhadap Total Desa (Berdasarkan Indikator Desa Membangun) No. 1 2 3 4 5

Status Desa Jumlah Persentase Desa Sangat Tertinggal 9 3.93 Desa Tertinggal 189 82.53 Desa Berkembang 24 10.48 Desa Maju 7 3.06 Desa Mandiri 0 0 Jumlah 229 100 Sumber: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia 1. Tingkat Ketergantungan a. Rasio Ketergantungan Rasio ketergantungan (dependency ratio) atau angka beban ketergantungan adalah suatu angka yang menunjukkan besar beban tanggungan kelompok usia produktif atas penduduk usia non produktif. Gambaran rasio ketergantungan dari tahun 20122016 dapat dilihat pada Tabel 2.92 berikut. RPJMD|II-69

Tabel. 2.92 Rasio ketergantungan Tahun 2012-2016 No

Tahun Rasio 1 2012 73,97 2 2013 71,56 3 2014 70,66 4 2015 69,03 5 2016 43,86 Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Flores Timur

Trend rasio ketergantungan di Kabupaten Flores Timur cendrung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 rasio ketergantungan sebesar 73,97 artinya bahwa setiap 100 orang penduduk produktif harus menanggung 73,97 orang penduduk yang tidak produktif. Rasio ketergantungan mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2016 yakni mencapai angka 43,86 meski demikian rasio ini masih berada dalam kategori tinggi.

RPJMD|II-70

Related Documents


More Documents from "Puskesmas Limbangan"

Gambaran Umum Flotim.pdf
November 2019 23
Introduction.docx
December 2019 29
Doc..docx
December 2019 28
Dust-control-2010.pdf
December 2019 24
Articles In Newspapers.docx
December 2019 34
Leadership Reflection.docx
December 2019 27