9
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA A.
Pengertian Analisis Dampak Lalu Lintas Analisis Dampak Lalu Lintas atau Traffic Impact Analysis (TIA) menurut Stover dan Koepke (1998) dalam bukunya
yang
berjudul
“Transportation
and
Development”, adalah studi yang mempelajari secara khusus tentang dampak lalu lintas yang ditimbulkan oleh suatu bangunan yang mempengaruhi sistem transportasi. Dampak lalu lintas yang ditimbulkan tergantung dari ukuran
dan
jenis
bangunannya,
dalam
menganalisis
membutuhkan beberapa informasi berikut : a. Keadaan saat ini ; b. Bangkitan perjalanan dan volume ; c. Penyebaran dan pembebanan perjalanan ; d. Volume saat ini dan yang akan datang ; e. Analisis kapasitas ruas jalan. Dampak lalu lintas pembangunan suatu kawasan baru secara umum berorientasi kepada tinjauan terhadap aspek pengembangan tata guna lahan, dikaitkan dengan upaya
untuk
dibangkitkan
memprediksi dan
akan
besarnya ditarik
lalu
lahan
lintas
yang
yang
akan
direncanakan, serta upaya untuk memperkirakan besarnya tingkat dampak yang ditimbulkan terhadap jaringan jalan sekitarnya. Besarnya lalu lintas yang dibangkitkan atau ditarik
oleh
adanya
pembangunan
tersebut
sangat
tergantung kepada luas lahan, fungsi, klasifikasi, lokasi dan tata guna lahan dengan intensitas yang berbeda juga
10
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
akan mengakibatkan bangkitan, pembebanan, dan dampak yang berbeda pula. Tipe tata guna lahan yang berbeda mempunyai karakteristik yang berbeda pula dan jumlah aktivitas dan intensitas dari lahan tersebut semakin tinggi tingkat penggunaannya akan semakin besar pula lalu lintas yang dihasilkan. Pembangunan
Kawasan
perkantoran
pada
paket
pekerjaan ini merupakan suatu bangkitan dan tarikan lalu lintas yaitu membuat orang melakukan perjalanan menuju tempat kegiatan tersebut serta meninggalkan tempat kegiatan tersebut. Perjalanan yang dilakukan tidak hanya dengan menggunakan kendaraan pribadi saja tetapi juga yang menggunakan angkutan umum. Hal ini tentu saja membutuhkan penyiapan sarana dan prasarana lalu lintas yang memadai. Pembangunan
suatu
pusat
kegiatan
baru
akan
mempengaruhi unjuk kerja jaringan jalan yang ada. Untuk meminimumkan diperlukan
akibat
analisis
yang
dampak
ditimbulkan dengan
tersebut
memperhatikan
rekayasa lalu lintas. Untuk analisis tersebut diperlukan data sebagai berikut : 1. Unjuk kerja bangunan; a. Unjuk kerja jaringan jalan yang terkena dampak; b. Inventarisi ruas jalan (panjang dan lebar); c. Volume, kapasitas dan kecepatan; d. Parkir dan fasilitasnya. 2. Unjuk kerja persimpangan yang terkena dampak; a. Waktu siklus; b. Volume dan kapasitas; c. Tundaan dan antrian.
11
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
B.
Lingkup Pembangunan Kawasan Yang Membutuhkan Analisis Dampak Lalu Lintas Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) sangat dipengaruhi oleh lokasi pengembangan, oleh karena itu muatan dari dokumen Andalalin sangat bervariasi dan pada umumnya dapat dibedakan menjadi analisis yang sifatnya kompleks atau sederhana. Untuk analisis yang bersifat sederhana digunakan pada daerah-daerah atau lokasi
yang
mempunyai
aktifitas
terbatas
dan
membangkitkan perjalanan yang terbatas pula. Sedangkan untuk analisis yang bersifat kompleks digunakan pada daerah yang membangkitkan lalu lintas yang tinggi dan keadaaan lalu lintasnya yang sangat kompleks. Lokasi - lokasi yang membangkitkan perjalanan yang sedikit seperti pemukiman dengan densitas yang rendah dan dapat diabaikan. Akan tetapi daerah-daerah atau lokasi dengan kriteria yang mempunyai pola bangkitan perjalan yang cukup tinggi yang perlu dilakukan analisis dampak lalu lintas adalah : daerah pemukiman dengan densitas
yang
tinggi,
perkantoran,
pertokoan
dan
perdagangan, hotel, rumah sakit, sekolah, industri dan stadion olah raga (Juknis Ditjen Perhubungan Darat, 1995). Di Inggris standar prosedur analisis dampak lalu lintas
baru
dikembangkan
pada
tahun
1993
dengan
dikeluarkannya buku TIA (Traffic Impac Assesment). Salah satu bagian dari standar prosedur tersebut adalah merekomendasikan ambang batas suatu pembangunan kawasan yang mempunyai dampak terhadap lalu lintas sekaligus harus dilakukan studi analisis dampak lalu lintas (John Black, 1993). Rekomendasi pertama adalah bahwa
12
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
studi analisis dampak lalu lintas patut dilaksanakan apabila : a. Lalu
lintas
yang
dibangkitkan/ditarik
dari
suatu
pembangunan kawasan melebihi 10 % dari volume lalu lintas yang ada di jalan yang berdampingan; b. Kemacetan lalu lintas telah terjadi atau akan terjadi dan
lalu
lintas
yang
dibangkitkan
pembangunan
kawasan melebihi 5 % dari arus lalu lintas yang ada di jalan yang berdampingan. Beberapa
lokasi
pembangunan
daerah
dengan
kriteria tertentu walau tidak menyebabkan dampak seperti diuraikan pada rekomendasi pertama studi analisis dampak lalu lintas dan dianggap jenis pembangunan kawasan besar, dapat dilaksanakan andalalin (PM 75 Tahun 2015).
Lokasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 :
Tabel 2.1 Ukuran Minimal Peruntukan Lahan Yang Wajib Melakukan Andalalin Jenis Rencana Pembangunan Pusat Kegiatan Kegiatan Perdagangan/Pusat Perbelanjaan/Ritail Kegiatan Perkantoran Kegiatan Industri/Industri dan Pergudangan Sekolah/Universitas Lembaga Kursus Rumah Sakit Klinik Bersama Bank Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Hotel Gedung Pertemuan Restauran
Ukuran Minimal
500 m2 Luas Lantai Bangunan 1.000 m2 Luas Lantai Bangunan 2.500 m2 Luas Lantai Bangunan 500 Siswa Bangunan dengan 50 Siswa/Waktu 50 Tempat Tidur 10 Ruang Praktik Dokter 500 m2 Luas Lantai Bangunan 1 Dispenser 50 Kamar 500 m2 Luas Lantai Bangunan 100 Tempat Duduk
13
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
Fasilitas Olah Raga (Indoor atau Outdoor) Bengkel Kendaraan Bermotor Pencucian Mobil Permukiman Perumahan Sederhana Perumahan Menengah-Atas Rumah Susun Sederhana Apartemen Asrama
Kapasitas Penonton 100 Orang dan/atau Luas 10.000 m2 2.000 m2 Luas Lantai Bangunan 2.000 m2 Luas Lantai Bangunan 150 Unit 50 Unit 150 Unit 50 Unit 50 Kamar Luas Lantai Keseluruhan 2.000 m2
Ruko Infrastruktur Akses ke dan dari Jalan Tol Wajib Pelabuhan Wajib Bandar Udara Wajib Terminal Wajib Stasiun Kereta Api Wajib Pool Kendaraan Wajib Fasilitas Parkir untuk Umum Wajib Jalan Layang (flyover) Wajib Lintas Bawah (underpass) Wajib Terowongan (Tunnel) Wajib Bangunan/Permukiman/Infrastruktur Lainnya Wajib dilakukan studi analisis dampak lalu lintas apabila ternyata diperhitungkan telah menimbulkan 75 perjalanan (kendaraan) baru pada jam padat dan/atau menimbulkan ratarata 500 perjalanan (kendaraan) baru setiap harinya pada jalan yang dipengaruhi oleh adanya bangunan atau permukiman atau infrastruktur yang dibangun atau dikembangkan. Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 75 Tahun 2015 C.
Aspek Legalitas Beberapa peraturan perundang - undangan yang berlaku yang dapat dijadikan pendekatan hukum terhadap analisis dampak lalu lintas yaitu : a. Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
14
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
b. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2011 tentang Manajemen
Rekayasa,
Analisis
Dampak,
serta
Manajemen Kebutuhan Lalu lintas. c. Peraturan Menteri Perhubungan No 75 Tahun 2015 tentang Penyelenggaran Analisa Dampak Lalu Lintas. d. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan. D.
Pedoman Legalitas Secara teknis, penyelenggaraan kegiatan analisis dampak lalu lintas ini harus berdasarkan pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 75 Tahun 2015 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas. Hal-hal yang diatur dalam pedoman teknis dimaksud adalah antara lain : 1. Jenis pusat kegiatan, permukiman dan infrastruktur yang diwajibkan untuk membuat Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas ; 2. Kriteria ukuran minimal Analisis Dampak Lalu Lintas ; 3. Penyusunan Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas ; 4. Sertifikasi tenaga ahli ; 5. Penilaian dokumen hasil analisis dampak lalu lintas ; Jenis pusat kegiatan, permukiman dan infrastruktur yang diwajibkan untuk membuat Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas meliputi : 1. Kegiatan perdagangan ; 2. Kegiatan perkantoran ; 3. Kegiatan industri ; 4. Fasilitas pendidikan, seperti sekolah atau universitas serta lembaga kursus ;
15
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
5. Fasilitas pelayanan umum, seperti rumah sakit, klinik bersama dan bank ; 6. Stasiun pengisian bahan bakar umum 7. Hotel ; 8. Gedung pertemuan ; 9. Restoran ; 10. Fasilitas olah raga (indoor atau outdoor) ; 11. Bengkel kendaraan bermotor ; 12. Pencucian mobil ; dan/atau 13. Bangunan lainnya. Adapun untuk klasifikasi permukiman, yang diwajibkan untuk menyusun dokumen analisis dampak lalu lintas meliputi perumahan dan pemukiman, rumah susun dan apartemen, asrama, ruko, dan/atau permukiman lainnya. Untuk
jenis
infrastruktur
yang
diwajibkan
menyusun
dokumen analisis dampak lalu lintas adalah sebagai berikut : 1. Akses ke dan dari jalan tol ; 2. Pelabuhan ; 3. Bandar udara ; 4. Terminal ; 5. Stasiun kereta api ; 6. Pool kendaraan ; 7. Fasilitas parkir untuk umum ; 8. Jalan layang (fly over) ; 9. Lintas bawah (under pass) ; 10. Terowongan (tunnel), dan/atau 11. Inrastruktur lainnya. Dokumen analisis dampak lalu lintas yang disusun, paling sedikit harus memuat tentang hal-hal sebagai berikut :
16
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
1. Perencanaan
dan metodologi analisis dampak lalu
lintas, yang meliputi : a. Penjelasan
rencana
pembangunan
baru
atau
pengembangan ; b. Cakupan
wilayah
kajian
berdasarkan
rencana
pembangunan atau pengembangan ; c. Perkiraan
transportasi
yang
digunakan
seperti
bangkitan/tarikan lalu lintas, distribusi perjalanan pemilihan
moda,
pembebanan,
akses
dan/atau
kebutuhan parkir ; d. Penetapan tahun dasar yang digunakan sebagai dasar analisis ; e. Periode analisis paling sedikit 5 (lima) tahun ; f.
Kebutuhan pengumpulan data lalu lintas ;
g. Karakteristik
dan
intensitas
tata
guna
lahan
eksisting maupun kondisi yang akan datang ; h. Penggunaan dan pemilihan model transportasi, dan ; i.
Metodologi
penyusunan
dokumen
hasil
analisis
dampak lalu lintas ; 2. Analisis kondisi lalu lintas dan angkutan jalan saat ini, meliputi : a. Kondisi prasarana geometrik
jalan,
jalan paling sedikit perkerasan
jalan,
memuat dimensi
potongan melintang jalan, fungsi jalan, status jalan, kelas jalan dan perlengkapan jalan ; b. Kondisi lalu lintas eksisting paling sedikit memuat data historis volume lalu lintas, volume gerakan membelok, tundaan membelok, panjang antrian, kecepatan rata-rata kendaraan, waktu perjalanan,
17
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
okupansi jalan, data penumpang angkutan umum dan pejalan kaki, dan pesepeda ; dan c. Kondisi
angkutan
jalan
paling
sdikit
memuat
jaringan trayek, faktor muat, jenis kendaraan dan waktu tunggu. 3. Analisis bangkitan/tarikan lalu lintas dan angkutan jalan akibat
pembangunan
berdasarkan
kaidah
teknis
transportasi dengan menggunakan faktor trip rate yang ditetapkan secara nasional ; 4. Analisis distribusi perjalanan ; 5. Analisis pemilihan moda ; 6. Analisis pembebanan perjalanan ; 7. Simulasi kinerja lalu lintas yang dilakukan terhadap analisis dampak lalu lintas, meliputi : a. Simulasi kinerja lalu lintas sebelum pembangunan ; b. Simulasi kinerja lalu lintas pada saat pembangunan ; c. Simulasi kinerja lalu lintas setelah pembangunan ; d. Simulasi kinerja lalu lintas dalam jangka waktu paling sedikit 5 (lima) tahun ; 8. Rekomendasi dan rencana implementasi penanganan dampak, yang meliputi : a. Peningkatan kapasitas ruas dan/atau persimpangan jalan ; b. Penyediaan angkutan umum ; c. Manajemen dan rekayasa lalu lintas pada ruas jalan ; d. Manajemen kebutuhan lalu lintas ; e. Penyediaan fasilitas parkir berupa gedung parkir dan/atau taman parkir ;
18
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
f.
Penyediaan akses keluar dan akses masuk untuk orang, kendaraan pribadi dan kendaraan barang ;
g. Penyediaan fasilitas bongkar muat barang ; h. Penataan sirkulasi lalu lintas di dalam kawasan ; i.
Penyediaan
fasilitas
pejalan
kaki
dan
berkemampuan khusus ; j.
Penyediaan fasilitas perlengkapan jalan di dalam kawasan ;
k. Penyediaan sistem informasi lalu lintas ; l.
Penyediaan
fasilitas
tempat
menaikkan
dan
menurunkan penumpang untuk angkutan umum di dalam kawasan, dan/atau m. Penyediaan fasilitas penyeberangan. 9. Rincian tanggung jawab pemerintah dan pengembang atau pembangun dalam penanganan dampak berupaa kegiatan penanganan dampak lalu lintas ; 10. Rencana pemantauan dan evaluasi yang memuat : a. Pemantauan oleh pemerintah, meliputi : 1) Pemantauan
terhadap
implementasi
dari
rekomendasi penanganan dampak ; dan 2) Pemantauan sekitar
terhadap
wilayah
pengembangan keluar
kinerja
jalan
pembangunan
termasuk
kendaraan
ruas
di
akses
lokasi
atau
masuk
pusat
di dan
kegiatan,
permukiman dan infrastruktur ; b. Pemantauan oleh Pengembang atau Pembangun, meliputi : 1) Pemantauan dan evaluasi terhadap akses dan sirkulasi lalu lintas kendaraan di dalam lokasi pusat kegiatan, permukiman dan infrastruktur ; 2) Pemantauan terhadap fasilitas parkir ; dan
19
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
3) Pemantauan
terhadap
rambu,
marka,
dan
fasilitas lainnya di dalam lokasi pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur. 11. Gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan, meliputi : a. Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah ; b. Peta lokasi yang memuat tentang jenis bangunan, rencana pembangunan baru atau pengembangan ; c. Kondisi fisik sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan
di
sekitar
lokasi
rencana
pembangunan baru atau pengembangan d. Kondisi sosial ekonomi di sekitar lokasi rencana pembangunan baru atau pengembangan ; dan e. Kondisi lalu lintas dan pelayanan angkutan jalan yang ada di sekitar lokasi rencana pembangunan baru atau pengembangan. E.
Pedoman Kapasitas Jalan Pedoman dalam melakukan perhitungan kapasitas jalan pada kegiatan penyusunan dokumen analisis dampak lalu lintas ini, Konsultan akan mengunakan formulasi dan pendekatan
dalam
Manual
Kapasitas
Jalan
Indonesia
(MKJI, 1997,) atau dikenal dengan istilah Kapasitas Jalan Indonesia
(KAJI).
menghitung
Adapun
kapasitas
ruas
Persamaan jalan
umum
menurut
untuk manual
Kapasitas Jalan Indonesia (1997) untuk daerah perkotaan adalah sebagai berikut : C
= Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)
20
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
Dimana : C
= Kapasitas jalan sesungguhnya
Co
= Kapasitas dasar
FCw
= Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas
FCsp
= Faktor penyesuaian pemisahan arah (tidak berlaku untuk jalan satu arah)
FCsf
= Faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs
= Faktor penyesuaian ukuran kota
1. Kapasitas Dasar Kapasitas dasar jalan tergantung kepada tipe jalan, jumlah lajur dan apakah jalan dipisah dengan pemisah fisik atau tidak. Untuk lebih dapat menjelaskan tentang kapasitas dasar, menurut Kapasitas Jalan Indonesia (KAJI),
tahun
1997
tersebut,
selengkapnya
dapat
dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.2 :Kapasitas Dasar Tipe Jalan
Kapasitas Dasar (Smp/Jam)
Jalan 4 lajur berpembatas median atau jalan satu arah
1.650
Per lajur
Jalan 4 Lajur Pembatas Median
Tanpa
1.500
Per Lajur
Jalan 2 Lajur Pembatas Median
Tanpa
2.900
Total Arah
Keterangan
Dua
Sumber : Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 Kapasitas dasar untuk jalan yang lebih dari 4 lajur dapat diperkirakan dengan menggunakan kapasitas per lajur meskipun mempunyai lebar jalan yang tidak baku.
21
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
2. Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalu Lintas Faktor penyesuaian ditentukan berdasarkan lebar jalan efektif ruas jalan. Faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan
yang
mempunyai
lebih
dari
4
lajur
dapat
diperkirakan dengan menggunakan faktor penyesuaian untuk kelompok jalan 4 lajur, sesuai dengan apa yang telah dijelaskan pada tabel berikut ini. Tabel 2.3 : Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalu Lintas Tipe Jalan
Lebar Jalan Efektif (m)
Jalan 4 lajur berpembatas median atau jalan satu arah
Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00
0,92 0,96 1,00 1,04 1,08
Jalan 4 Lajur Pembatas Median
Tanpa
Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00
0,91 0,95 1,00 1,05 1,09
Jalan 2 Lajur Pembatas Median
Tanpa
Per lajur 5 6 7 8 9 10 11
0,56 0,87 1,00 1,14 1,25 1,29 1,34
FCw
Sumber : Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 3. Faktor Penyesuaian Pemisahan Arah Penentuan faktor penyesuaian untuk pemisahan arah didasarkan pada kondisi arus lalu lintas dari kedua arah.
Adapun
faktor
penyesuaiannya,
dalam
perhitungan kapasitas jalan sesungguhnya tersebut, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
22
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
Tabel 2.4 :Faktor Penyesuaian Pemisahan Arah Pembagian arah (%-%)
50-50
55-45
60-40
65-35
70-30
2 lajur 2 arah tanpa pembatas median (2/2 UD)
1,00
0,97
0,94
0,91
0,88
4 lajur 2 arah tanpa pembatas median (4/2 UD)
1,00
0,985
0,97
0,955
0,94
Sumber : Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 4. Faktor Penyesuaian Hambatan Samping Bahwa kapasitas jalan sangat dipengaruhi oleh adanya hambatan
samping.
Faktor
penyesuaian
hambatan
samping didasarkan pada tingkat gangguan samping yang dapat ditinjau berdasarkan klasifikasinya juga didasarkan pada kondisi geometrik jalan (memiliki bahu jalan
dan
kerbs).
Adapun
klasifikasi
mengenai
hambatan samping tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
23
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
Tabel 2.5 : Klasifikasi Hambatan Samping Kelas Hambatan Samping Sangat Rendah
Jumlah Hambatan Per 200 meter per jam (dua arah)
Kondis Tipikal
< 100
Permukiman
Rendah
100 – 299
Permukiman, beberapa transportasi umum
Sedang
300 – 499
Daerah Industri dengan beberapa toko di pinggir jalan
Tinggi
500 – 899
Derah Komresial, aktivitas pinggir jalan tinggi
> 900
Daerah komersial dengan aktivitas perbelanjaan pinggir jalan
Sangat Tinggi
Sumber : Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 Adapun faktor penyesuaian hambatan samping dapat dibagi pada jalan yang mempunyai bahu jalan dan untuk jalan yang mempunyai kereb. Untuk dapat menjelaskan tentang penyesuaian hambatan sampaing terhadap jalan yang mempunyai bahu jalan dan jalan yang mempunyai kereb tersebut, selengkapnya dapat dilihat dapat dilihat pada tabel – tabel berikut ini.
24
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
Tabel 2.6. : Faktor Penyesuaian Hambatan Samping Untuk Jalan Yang Memiliki Bahu Jalan
Tipe Jalan
Klasifikasi Hambatan Samping
Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping Dan Lebar Bahu Jalan Lebar Bahu Jalan Efektif ≤ 0,5
1,0
1,5
≥ 2,0
4 Lajur 2 Arah Berpembatas Median (4/2 D)
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0,96 0,94 0,92 0,88 0,84
0,98 0,97 0,95 0,92 0,88
1,01 1,00 0,98 0,95 0,92
1,03 1,02 1,00 0,98 0,96
4 lajur 2 arah tanpa pembatas median (4/2 UD)
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0,96 0,94 0,92 0,87 0,80
0,99 0,97 0,95 0,91 0,86
1,01 1,00 0,98 0,94 0,90
1,03 1,02 1,00 0,98 0,95
2 lajur 2 arah tanpa pembatas median (2/2 UD) atau jalan satu arah
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0,94 0,92 0,89 0,82 0,73
0,96 0,94 0,92 0,86 0,79
0,99 0,97 0,95 0,90 0,85
1,01 1,00 1,98 0,95 0,91
Sumber : Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
25
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
Tabel 2.7 : Faktor Penyesuaian Hambatan Samping Untuk Jalan Yang Memiliki Kereb
Tipe Jalan
Klasifikasi Hambatan Samping
Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping Dan Jarak Gangguan Pada Kereb Jarak : Kereb - Gangguan ≤ 0,5
1,0
1,5
≥ 2,0
4 Lajur 2 Arah Berpembatas Median (4/2 D)
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0,95 0,94 0,91 0,86 0,81
0,97 0,96 0,93 0,89 0,85
0,99 0,98 0,95 0,92 0,88
1,01 1,00 0,98 0,95 0,92
4 lajur 2 arah tanpa pembatas median (4/2 UD)
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0,95 0,93 0,90 0,84 0,77
0,97 0,95 0,92 0,87 0,81
0,99 0,97 0,95 0,90 0,85
1,01 1,00 0,97 0,93 0,9
2 lajur 2 arah tanpa pembatas median (2/2 UD) atau jalan satu arah
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
0,93 0,90 0,86 0,78 0,68
0,95 0,92 0,88 0,81 0,72
0,97 0,95 0,91 0,84 0,77
0,99 0,97 0,94 0,88 0,82
Sumber : Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 Faktor penyesuaian kapasitas jalan untuk 6 lajur dapat diperkirakan
dengan
menggunakan
faktor
koreksi
kapasitas untuk jalan 4 lajur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : FC6sf
= 1 – 0,8 x (1 – FC4sf)
26
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
FC6sf
: Faktor
penyesuaian
kapasitas
untuk
kapasitas
untuk
jalan 6 lajur; FC4sf
: Faktor
penyesuaian
jalan 4 lajur. 5. Faktor Penyesuaian Ukuran Kota Faktor penyesuaian kapasitas jalan merupakan fungsi dari jumlah penduduk kota. Oleh karena itu, penentuan faktor penyesuaian kapasitas jalan didasarkan pada ukuran. Tabel 2.8 :Faktor Penyesuian Kapasitas Akibat Ukuran Kota Ukuran Kota
Faktor
(Penduduk
Penyesuaian
dalam jutaan)
Untuk Ukuran Kota
< 0,1
0,86
0,1 – 0,5
0,90
0,5 – 1,0
0,94
1,0 -1,3
1,00
> 1,3
1,03
Sumber : KAJI, 1997 F.
PEDOMAN TINGKAT PELAYANAN JALAN Pedoman kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas dalam
penyusunan
analisis
dampak
lalu
lintas
ini
berdasarkan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 96 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas. Sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
tersebut,
pengertian
manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah serangkaian
27
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
usaha
dan
kegiatan
yang
meliputi
perencanaan,
pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung
dan
memelihara
keamanan,
keselamatan,
ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Untuk kepentingan identifikasi dampak lalu lintas terhadap ruas jalan dan persimpangan
yang
akan
terkena
dampak,
maka
diperlukan penilaian terhadap tingkat pelayanan jalan. Tingkat pelayanan jalan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk menampung lalu lintas pada keadaan tertentu. Berdasarkan
PM
96
Tahun
2015,
klasifikasi
tingkat
pelayanan jalan pada ruas jalan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Tingkat Pelayanan A, dengan kondisi : a. Arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan sekurang-kurangnya 80 km/jam ; b. Kepadatan lalu lintas sangat rendah; c. Pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanda atau dengan sedikit tundaan. 2. Tingkat Pelayanan B, dengan kondisi : a. Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan sekurang-kurangnya 70 km/jam ; b. Kepadatan lalu lintas rendah, hambatan internal lalu lintas belum mempengaruhi kecepatan ; c. Pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih
kecepatannya
dan
lajur
jalan
yang
digunakan. 3. Tingkat Pelayanan C, dengan kondisi : a. Arus stabil
tetapi
kecepatan
dan
pergerakan
kendaraan dikendalikan oleh volume lalu lintas yang
28
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
lebih tinggi, dengan kecepatan sekurang-kurangnya 60 km/jam ; b. Kepadatan
lalu lintas sedang, karena hambatan
internal lalu lintas meningkat ; c. Pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur atau mendahului. 4. Tingkat Pelayanan D, dengan kondisi : a. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan sekurang-kurangnya 50 km/jam ; b. Masih dapat ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi arus c. Kepadatan
lalu
lintas
sedang,
namun
fluktuasi
volume lalu lintas dan hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar ; d. Pengemudi
memiliki
terbatas
kebebasan
dalam
kenyamanan
yang
menjalankan
rendah,
tetapi
kondisi
sangat
kendaraan, ini
masih
ditolerir untuk waktu yang singkat. 5. Tingkat Pelayanan E, dengan kondisi : a. Arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D denagn volume lalu jalan
dan
lintas
kecepatan
mendekati kapasitas
sekurang-kurangnya
30
km/jam untuk jalan antar kota, dan sekurangkurangnya 10 km/jam pada jalan perkotaan ; b. Kepadatan
lalu
lintas
tinggi,
karena
hambatan
internal lalu lintas tinggi ; c. Pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek.
29
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
6. Tingkat Pelayanan F, dengan kondisi : a. Arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang dengan kecepatan kurang dari 30 km/jam ; b. Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi kemacetan untuk durasi yang cukup lama ; c. Dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0. Gambaran
karakteristik
pelayanan
jalan
sebagaimana
operasional
berdasarkan
ditetapkan
setiap
kecepatan
dalam
Peraturan
tingkat rata-rata Menteri
Perhubungan Nomor PM 96 Tahun 2015, dapat dijelaskan pada tabel berikut ini. Tabel 2.9: Karakteristik Operasional Tingkat Pelayanan Jalan Pada Ruas Jalan KECEPATA LOS
KETERANGAN
N (km/jam)
A
> 80
Arus bebas, kepadatan sangat rendah
B
70-80
Arus stabil, kepadatan lalu lintas rendah
C
60-70
Arus stabil, kepadatan lalu lintas sedang
D
50-60
Arus mendekati tidak stabil, kepadatan lalu lintas sedang, namun terdapat hambatan temporer
E
30-50 ; 10-
Arus tidak stabil, kepadatan lalu lintas tinggi
50
(kecepatan 30 km/jam luar kota, 10 km/jam perkotaan)
F
>30
Arus terhambat, kepadatan laliu lintas sangat tinggi
Sumber : PM 96 Tahun 2015
30
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
Adapun
klasifikasi
tingkat
pelayanan
jalan
pada
persimpangan sesuai dengan PM 96 Tahun 2016 tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Tingkat pelayanan A, dengan kondisi tundaan kurang dari 5 detik perkendaraan ; b. Tingkat pelayanan B, dengan kondisi tundaan kurang dari 5 detik sampai 15 detik perkendaraan ; c. Tingkat pelayanan C, dengan kondisi tundaan kurang dari 15 detik sampai 25 detik perkendaraan ; d. Tingkat pelayanan D, dengan kondisi tundaan kurang dari 25 detik sampai 40 detik perkendaraan ; e. Tingkat pelayanan E, dengan kondisi tundaan kurang dari 40 detik sampai 60 detik perkendaraan ; f.
Tingkat pelayanan F, dengan kondisi tundaan lebih dari 60 detik perkendaraan ; Tabel 2.10 : Karakteristik OperasionalTingkat Pelayananan Jalan Pada Persimpangan
LOS
TUNDAAN
KETERANGAN
(detik)
A
<5
Waktu tundaan sangat rendah
B
5-15
Waktu tundaan rendah
C
15-25
Waktu tundaan sedang
D
25-40
E
40-60
F
>60
Waktu tundaan sedang, sudah mulai terdapat antrian Waktu tundaan tinggi, terdapat antrian kendaraan Waktu tundaan sangat tinggi, terdapat antrian kendaraan lebih panjang
Sumber : PM 96 Tahun 2015
31
DOKUMEN ANALISA DAMPAK LALU LINTAS
Selanjutnya
untuk
menentukan
kriteria
jalan
dengan
tingkat pelayanan yang sesuai dengan fungsi jalan yang ditetapkan, maka perlu ditetapkan tingkat pelayanan yang diinginkan. Kriteria tingkat pelayanan jalan pada ruas jalan dan
persimpangan,
berdasarkan
PM
96
Tahun
2015
tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas tersebut, secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.11 : Kriteria Tingkat Pelayanan Jalan Sesuai Fungsi Jalan TINGKAT PELAYANAN NO 1
FUNGSI JALAN Sistem
jaringan
jalan
primer
B
a. Jalan Tol
B
b. Jalan Artei Primer
B
c. Jalan Kolektor Primer
C
d. Jalan Lokal Primer
2
Sistem jaringan jalan sekunder
C
a. Jalan Arteri
C
Sekunder
D
b. Jalan Kolektor Sekunder c. Jalan Lokal Sekunder d. Jalan Lingkungan Sumber : PM 96 Tahun 2015
D