Bab 3 Skema Fraud Fix.docx

  • Uploaded by: Digo Costa
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 3 Skema Fraud Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,391
  • Pages: 17
AKUNTANSI FORENSIK RESUME CHAPTER III

OLEH

BRAMASTYA DATUM ALWI

(12030118420049)

DIRGANTARA DAHANA MOKOGINTA

(12030118420068)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2019

Bab 3 Skema Fraud

Pengantar Cara terbaik untuk memahami skema fraud adalah dengan menggunakan skema fraud yang sudah di klasifikasikan oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). Alasannya adalah berikut ini: 1. ACFE adalah satu-satunya organisasi yang bergerak dalam bidang profesi anti fraud. Berbeda dengan organisasi profesi seperti AICPA, IIA, dan ISACA yang tidak satu pun dari mereka mempunyai tujuan untuk memerangi fraud, meskipun mempunyai tujuan yang hamir sama. 2. Klasifikasi atau taksonomi yang telah dipaparkan ACFE telah terbukti selama bertahun-tahun efektif. Ada 49 skema fraud yang telah dipaparkan dan telah bertahuntahun jumlah ini tidak mengalami perubahan. Walaupun para pelaku fraud menemukan cara fraud yang baru (termasuk fraud yang berhubungan dengan teknologi modern), namun sebenarnya secara garis cara tersebut masih tidak lepas dari cakupan 49 skema fraud milik ACFE. 3. Dari 49 skema fraud milik ACFE, ada sebanyak 20 skema yang mampu mewakili 80 persen kasus fraud yang telah terjadi dan diketahui. Dengan demikian, hanya dengan mempelajari 20 skema yang itu, maka kita dapat mendeteksi atau mencegah jenisjenis fraud yang lain secara lebih mudah. 4. Skema milik ACFE relatif terbeda-bedakan, karena dapat mengklasifikasikan fraud mulai yang dilakukan oleh pelanggan, vendor, karyawan, dan konsumen. Walaupun tidka menutup kemungkikan bahwa dalam fraud seringkali terjadi kongkalikong antara pihak-pihak tersebut. 5. Model atau skema milik ACFE sangat mudah dipahami dan diterapkan.

Pohon Fraud ACFE Deskripsi

Korupsi

Penyalah

Gunaan Kecurangan Laporan

Aset

Keuangan

Pelaku Fraud

Dua belah pihak

Karyawan

Manajer eksekutif

Ukuran Fraud

Sedang: $ 250.000

Kecil: $93.000

Besar: $ 1 juta $ 258 juta

Frekuensi Fraud

Sedang

Cukup sering

Sangat Jarang

Motivasi

Tantangan, bisnis

Tekanan pribadi

Bonus, harga saham

Materialitas

Tergantung

Mungkin tidak

Mungkin iya

Penerima

Pelaku fraud

Pelaku

Keuntungan

fraud Perusahaan

(merugikan

dan

pelaku fraud

perusahaan) Yang dirugikan

Tergantung

Kecil

Besar

Tabel di atas adalah skema pohon fraud milik ACFE. Tiga kategoti utama dari hal tersebut adalah: (1) korupsi, (2) penyalah gunaan aset, (3) kecurangan pada laporan keuangan. Mengapa ketiga hal tersebut disebut sebagai kategori utama? 

Karena dalam korupsi terdapat: pencucian uang, benturan kepentingan, dll.



Sedangkan dalam penyalah gunaan aset terdapat: pencurian aset atau uang, dll.



Sementara di dalam kecurangan laporan keuangan terdapat: overstatement atau understatement pada aset dan pendapatan, pemalsuan dokumen, dll.

Pemahaman secara teliti akan pohon Fraud ACFE, dapat memberikan kemudahan dalam melakukan audit atas fraud baik dari sisi pencegahan dan pendeteksian. Ketiga kategori utama dari pohon fraud ACFE mempunyai karakteristik masing-masing yang unik. Ketiga kategori tersebut akan dilihat dari beberapa sisi seperti berikut ini: 1. Pelaku fraud Pelaku kecurangan laporan keuangan umumnya dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai jabatan tinggi, minimal selevel kepala organisasi (direktur/manager). Pelaku penyalah gunaan aset umumnya dilakukan oleh karyawan yang mempunyai posisi kunci dan dinilai dapat dipercaya. Pelaku korupsi bisa siapa saja yang saling bekerja sama (minimal dua orang atau lebih).

2. Ukuran atau besarnya fraud Ukuran besarnya fraud dinilai dari besarnya nominal kerugian yang ditimbulkan oleh para pelaku fraud. Kecurangan laporan keuangan mempunyai nilai kerugian antara $ 1 juta hingga $ 257,9 juta. Nilai tersebut bisa bervariasi tergantung tahun dimana survei dilakukan. Sedangkan untuk penyalah gunaan aset, rata-rata nilai kerugian yang ditimbulkan adalah $ 150.000. Sementara itu nilai kerugian rata-rata yang ditimbulkan olehkorupsi adalah $ 250.000.

3. Frekuensi fraud Frekuensi terbesar dari tindakan fraud dipegang oleh penyalah gunaan aset, kedua adalah korupsi dan ketiga yang paling jarang adalah kecurangan laporan keuangan. Terkadang para pelaku fraud yang berani dan melakukan tindak kejahatannya dengan melakukan lebih dari satu jenis fraud yang saling tumpang tindih.

4. Motivasi Di bab 2 telah dijelaskan daftar motif para pelaku fraud untuk melakukan fraud. Beberapa motifdapat mengarah pada beberapa jenis fraud. Contohnya seperti berikut ini: kecurangan laporan keuangan umumnya dilandasi oleh motif egosentris yang ingin segera menaikkan harga saham suatu perusahaan. Dan juga motif egosentris untuk mendapatkan bonus performa tanpa memperdulikan keadaan orang lain yang dirugikan oleh aktifitas tersebut. Sementara penyalah gunaan aset umumnya disebabkan oleh adanya tekanan dalam hal keuangan sehingga memotivasi para pelaku untuk melakukan fraud. Selain itu faktor motif emosional juga menjadi landasan para pelaku fraud untuk bertindak, yaitu adanya rasa puas saat bisa mengalahkan perusahaan dengan melakukan fraud. Fraud dalam bentuk korupsi umumnya dilakukan dengan motif yang sama dengan penyalah gunaan aset, namun korupsi juga bisa didasari oleh motif politik.

5. Materialitas Jika dilihat berdasarkan ukuran (nominal kerugiannya) maka kecurangan keuangan mempunyai dampak yang paling material terhadap laporan keuangan. Sedangkan penyalah gunaan aset atau korupsi bisa bersifat material ataupun tidak material. Acuan utama material atau tidak secara umum dilihat dari besaran kerugian yang ditimbulkan.

6. Penerima keuntungan atas fraud Kecurangan keuangan secara otomatis dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan seiring dengan keuntungan yang didapatkan oleh pelaku fraud. Oleh karena itu fraud tersebut disebut sebagai fraud yang berpihak pada paerusahaan. Sedangkan fraud dalam bentuk penyalah gunaan aset dan korupsi dapat menguntungkan para pelaku fraud, namun sangat merugikan bagi perusahaan. Oleh karena itu kedua fraud ini disebut sebagai fraud yang melawan perusahaan.

7. Ukuran pihak yang dirugikan Dalam kasus kecurangan keuangan yang umumnya berlandaskan motif peningkatan harga saham, maka pihak yang paling dirugikan adalah para pengguna laporan keuangan dan bisa merambah ke pihak yang lebih luas yaitu publik. Penyalah gunaan aset umumnya hanya akan berdampak pada peruahaan itu saja. Sementara dalam kasus korupsi bisa bersifat kecil hingga besar karena jika dilakukan dalam suatu perusahaan umumnya hanya berdampak bagi perusahaan itu saja, namun jika dilakukan dalam cakupan yang lebih luas, maka bisa berdampak pada publik.

Uniknya kasus kecurangan keuangan memang bisa menimpa perusahaan besar ataupun kecil. Sementara kasus penyalah gunaan aset umumnya lebih sering menimpa perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan kecil umumnya mempunyai sumber daya pengendalian dan pembagian tugas yang lemah. Pernyataaan ini sesuai dengan Exibit 3.3 halaman 77.



Tentang Pohon Audit dan Siapa Mengaudit Siapa Terkait kategori kecurangan dalam pohon audit, maka sangat penting untuk menentukan auditor mana yang paling cocok untuk melakukan audit terkait kategori fraud yang dilakukan. 1. Kecurangan laporan keuangan Untuk mengaudit kecurangan laporan keuangan, maka pihak auditor yang paling cocok untuk diandalkan adalah auditor eksternal. Hal ini dikarenakan auditor eksternal memang bertujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan suatu perusahaan memang disajikan secara wajar dan bebas dari salah saji yang bersifat

material. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh eksternal auditor juga bisa dilakukan oleh internal auditor untuk mendeteksi kecurangan yang ada pada laporan keuangan. Namun sayangnya tindakan kecurangan laporan keuangan umumnya melibatkan direktur keuangan ataupun para manajemen tingkat atas lainnya. Sehingga bukti-bukti audit yang dapat digunakan untuk membutikan kesalahan tersebut tidak bisa diakses oleh para auditor internal. Usaha para internal auditor ini dapat dengan mudah dipatahkan oleh para manajemen tingkat atas dan bahkan mereka cenderung akan dibodohi agar tidak dapat membutkikan kecurangan mereka.

2. Penyalah gunaan aset Dalam kasus fraud penyalah gunaan aset, maka auditor yang paling cocok untuk diandalkan adalah auditor internal. Hal ini dikarenakan kecurangan terkait penyalah gunaan aset nilainya cenderung tidak material sehingga tidak begitu diperhatikan dan sulit ditemukan oleh para auditor eksternal. Internal auditor dapat menyusun prosedur audit untuk mencegah dan mendeteksi penyalah gunaan aset lalu melaporkannya pada pihak komite audit atau manajemen tingkat atas.

3. Korupsi Tindakan korupsi mempunyai tingkat kerugian yang bisa lebih besar dari pada penyalah gunaan aset. Oleh karena itu fraud terkait korupsi mempunyai tingkat materialitas yang cenderung tinggi, namun kadang juga tidak material walaupun tingkat kerugian yang ditimbulkan cukup tinggi. Jika memang tindakan korupsi yang dilakukan memang bernilai material tinggi, maka itu dapat menjadi tugas auditor eksternal. Tindakan fraud berupa korupsi juga merupakan tanggung jawab dari auditor internal dan auditor eksternal. Namun dalam melaksanakan tugas mereka, para auditor ini juga dibantu oleh fraud auditor yang memang mempunyai tujuan dan tugas utama untuk melakukan audit atas terjadinya tindakan korupsi. Akan tetapi jika nilai korupsi tersebut tidak material, maka sepenuhnya itu menjadi tugas dan tanggung jawab dari fraud auditor. Tentunya khusus untuk kasus korupsi yang nilainya tidak material ini, umumnya perlu menunggu inisiasi dari komite audit perusahaan.

Skema kecurangan laporan keuangan Kecurangan laporan keuangan terdiri dari dua jenis subkategori, yaitu yang menyangkut keuangan dan yang tidak menyangkut keuangan. Namun yang umumnya mempunyai efek paling signifikan adalah yang menyangkut keuangan. Ada lima macam skema dalam kategori fraud tree ini. 1. Beda waktu (penerapan penjualan yang tidak tepat) Salah satu cara untuk melebihkan penjualan untuk periode berjalan adalah dengan cara mentransfer kelebihan persediaan kepada para salesman atau dititipkan sebagai barang konsinyasi dan diakui sebagai penjualan. Dalam beberapa waktu, barang tersebut akan dikembalikan sepenuhnya. Salah satu cara lainnya adalah dengan cara mengakui perjanjian kontrak yang misalnya seharusnya untuk jangka waktu tiga tahun, dan harusnya diakui sebagai penjualan secara bertahap, namun oleh pihak yang melakukan fraud, hal ini diakui langsung sekaligus dalam satu periode yang sama. Umumnya cara untuk melakukan fraud dalam hal penjualan adalah mengakui penjualan lebih dulu padahal belum terjadi penjualan yang sebenarnya atau mempermainkan periode cut-off terkait penjualan.

2. Pendapatan fiktif Pendapatan fiktif adalah pencatatan penjualan sudah dilakukan, namun sebenarnya penjualan yang dicatat adalah penjualan yang direkayasa. Tindakan ini dapat melibatkan konsumen yang asli dan konsumen yang fiktif. Efeknya adalah dapat meningkatkan pendapatan, laba, dan aset. Contohnya adalah yang pernah terjadi pada salah satu perusahaan reasuransi. CEO perusahaan tersebut membuat polis asuransi palsu, dan setelah tujuh tahun baru terbongkar bahwa nilai piutang senilai $ 2 juta adalah palsu.

3. Liabilitas yang disembunyikan Cara untuk melakukan fraud jenis ini adalah menunda pencatatan liabilitas yang terjadi pada bulan ke dua belas, dan baru akan dicatat pada bulan pertama periode akuntansi yang sesudahnya. Hal ini dapat mengakibatkan nilai beban dan liabilitas yang lebih rendah. Cara lainnya adalah dengan cara memindahkan liabilitas dari satu induk perusahaan ke anak perusahaannya. Dampak dari hal ini adalah peningkatan Earning Per Share (EPS), dan penurunan Debt to Equit Ratio (DER). Cara ini akan

sangat efektif jika anak perusahaan diaudit oleh auditor yang berbeda. Contohnya adalah Perusahaan Parmalat yang memindahkan liabilitas perusahaan induknya ke anak perusahaannya yang terletak jauh dari kantor utama perusahaan, dan diaudit oleh auditor yang berbeda.

4. Pengungkapan yang tidak tepat Fraud yang satu ini dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Umumnya pelaku tindakan ini adalah tidak melakukan pengungkapan terhadap liabilitas perusahaan yang sebenarnya, tidak mengungkapkan kejadian-kejadian yang berpengaruh besar pada laporan keuangan, dan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.

5. Valuasi aset yang tidak tepat Cara untuk melakukan fraud ini adalah dengan cara menaikan nilai aset seperti piutang, persediaan, dan aset jangka panjang. Cara lainnya adalah dengan cara mengurangi akun-akun yang bersifat kontra yaitu beban penyusutan, dan cadangan kerugian agar aset tidak mengalami pengurangan nilai yang signifikan. Dampak dari tindakan ini adalah menaikkan nilai aset, laba, dan ekuitas. Contoh yang pernah terjadi adalah CEO WorldCom mengakui biaya sewa saluran telepon sebagai aset, dan berhasil membuat nilai aset yang meningkat tajam, dan membuat laba menjadi lebih besar.

SKEMA KORUPSI Korupsi mencakup distorsi ekonomi, persenan ilegal, konflik kepentingan, dan penyuapan. Suap mencakup tiga kategori mikro: suap, kecurangan tawaran, dan lainnya. Kickback adalah pembayaran yang dirahasiakan yang dilakukan oleh vendor kepada karyawan perusahaan pembelian untuk meminta pengaruh mereka dalam mendapatkan bisnis dengan entitas, atau dalam memungkinkan vendor untuk membayar terlalu banyak. Kecurangan penawaran terjadi ketika karyawan yang curang membantu vendor dalam memenangkan kontak yang melibatkan proses penawaran kompetitif. Skema korupsi dicirikan oleh seseorang di dalam (yaitu, karyawan perusahaan korban) yang bekerja dengan seseorang di luar. Aktivitas pihak terkait ini biasanya disembunyikan dari manajemen dan auditor. Atau jika persetujuan dicari dan diperoleh, penipu awalnya akan menjalankan bisnis secara etis tetapi seiring berjalannya waktu dan persetujuan tidak ditinjau atau diperbarui, penipu akan mulai terlibat dengan suap atau skema korupsi lainnya. Jadi kunci untuk mendeteksi skema korupsi adalah mencari transaksi pihak terkait yang tidak diungkapkan atau tidak diketahui, khususnya hubungan

yang tidak diungkapkan antara karyawan di dalam entitas dan seseorang atau beberapa entitas di luar entitas, yang melakukan bisnis dengan entitas objek. 1. Konflik Kepentingan Konflik kepentingan terjadi ketika seorang karyawan, manajer, atau eksekutif memiliki kepentingan pribadi yang tidak diungkapkan dalam transaksi yang berdampak buruk bagi perusahaan. Konflik kepentingan mencakup tiga kategori mikro: skema pembelian, skema penjualan, dan skema lainnya. Perbedaan antara konflik kepentingan dan penipuan korupsi lainnya adalah fakta bahwa penipu menggunakan pengaruhnya (mis., Menyetujui faktur atau tagihan) karena kepentingan pribadi mereka alih-alih karena suap atau sogokan. 2. Penyuapan Suap dapat didefinisikan sebagai penawaran, pemberian, penerimaan, atau permintaan sesuatu yang bernilai untuk memengaruhi tindakan resmi atau keputusan bisnis. Suap telah ada selama berabad-abad. Ini mungkin paling sering dikaitkan dengan politik. 3. Gratifikasi Ilegal Gratifikasi ilegal mirip dengan suap, tetapi dengan gratifikasi ilegal tidak selalu ada niat untuk mempengaruhi keputusan bisnis. Misalnya, seseorang yang berpengaruh dapat diberi hadiah mahal, liburan gratis, dan sebagainya untuk pengaruhnya dalam negosiasi atau kesepakatan bisnis, tetapi hadiah tersebut diberikan setelah kesepakatan selesai. 4. Pemerasan Ekonomi Pada dasarnya, pemerasan ekonomi adalah kebalikan dari penipuan penyuapan. Alih-alih vendor menawarkan suap, karyawan menuntut pembayaran dari vendor untuk mendukung vendor.

SKEMA MISAPPROPRIASI ASET Pada dasarnya, penyalahgunaan aset mengubah kepemilikan atau pengaruh aset yang sah menjadi keuntungan pribadi yang tidak sah. Kamus Hukum Black mendefinisikan:

Tindakan menyalahgunakan atau beralih ke tujuan yang salah; apropriasi yang salah, sebuah istilah yang tidak selalu berarti penghamburan, meskipun itu bisa berarti itu. Istilah ini juga dapat mencakup pengambilan dan penggunaan properti orang lain untuk tujuan semata-mata memanfaatkan dengan niat baik dan reputasi pemilik properti.

Definisi dalam Kamus Webster:

penyalahgunaan (seperti pencurian atau penggelapan).

Joe Wells mendefinisikan penyelewengan dengan cara ini:

[Penyalahgunaan] mencakup lebih dari sekadar pencurian atau penggelapan. Ini melibatkan penyalahgunaan aset perusahaan untuk keuntungan pribadi.

Dalam skema penyalahgunaan aset ada dua subkategori (Kas dan Inventaris dan Semua Aset LainLain).

Kas Skema uang tunai melibatkan pengambilan uang tunai dari majikan seseorang. Skema tunai mendominasi kasus-kasus penyalahgunaan aset. 1. Pencurian Joe Wells mendefinisikan pencurian uang sebagai pengambilan uang tunai yang disengaja (mata uang dan cek) tanpa persetujuan dan bertentangan dengan kehendak perusahaan. Dengan kata lain, pencurian uang adalah pencurian uang tunai. Karena uang tunai yang dicuri oleh seorang karyawan dalam skema pencurian tunai telah dicatat dalam sistem akuntansi, tidak adanya uang tunai seharusnya lebih mudah dideteksi daripada skema skimming, yang '' tidak tercatat ''. 2. Penipuan Pencairan Skema pencairan penipuan adalah skema di mana penyaluran dana dilakukan dari beberapa akun perusahaan dengan cara yang tampak normal tetapi sebenarnya curang. Metode untuk memperoleh dana dapat berupa penempaan cek, pengajuan faktur palsu, pembuatan kartu waktu, dan sebagainya. Perbedaan utama antara skema pencairan penipuan dan skema pencurian uang adalah pada skema sebelumnya, uang tersebut dipindahkan dari perusahaan dalam apa yang tampaknya merupakan pencairan dana yang sah. Skema pencairan yang curang termasuk dalam lima kelompok: penagihan, penggajian, penggantian biaya, pengecekan kerusakan, dan pencatatan pencairan. a. Billing Scheme Skema penagihan menggunakan sistem akuntansi perusahaan untuk mencuri dana dengan mengirimkan klaim palsu dalam satu bentuk atau lainnya. Jika vendor ada dalam daftar vendor resmi, dan jika faktur telah disetujui oleh orang yang tepat, sistem akan menangani sisanya. b. Shell Company Scheme Skema perusahaan shell melibatkan penggunaan perusahaan fiktif, yang dibuat untuk tujuan penipuan, untuk menghasilkan cek dari sumber daya perusahaan yang akan diarahkan ke pelakunya, demi keuntungannya. Biasanya perusahaan fiktif memiliki nama palsu, dan seringkali alamatnya adalah kotak pos. Deskripsi proses perusahaan shell

berikut. Vendor fiktif harus ditambahkan ke daftar vendor yang berwenang, faktur harus disetujui, cek harus ditulis ke vendor shell, dan cek tersebut harus dicegat oleh penipu atau kaki tangan. Seringkali pelaku berada dalam posisi kontrol dengan wewenang untuk menambah vendor. Juga, seringkali pelaku berada dalam posisi untuk menyetujui faktur palsu. Atau pelaku bisa bergantung pada ‘stamping stempel karet’ atau tidak memperhatikan ulasan persetujuan. Pelaku sering juga membuat rekening bank atas nama vendor fiktif, yang cukup mudah dilakukan. c. Skema Pass-Through Skema ini adalah versi dari skema vendor shell di mana pelaku mendirikan perusahaan, tetapi dalam skema ini, ia sebenarnya membeli produk melalui vendor pass-through. Pelaku menjual barang ke majikannya, tetapi dengan harga yang melambung. Membayar harga yang berlebihan untuk barang dimungkinkan karena pelaku berada dalam posisi untuk menyetujui faktur atau vendor untuk pembelian. d. Skema Vendor yang tidak sesuai Berbeda dengan dua skema vendor sebelumnya, skema vendor nonaccomplice melibatkan vendor yang sah. Namun, vendor tersebut bukanlah kaki tangan melainkan pihak yang tidak bersalah yang digunakan oleh pelaku. Pelaku dapat menagih atau menagih lebih lanjut perusahaan menggunakan faktur vendor, dan mencegat cek untuk faktur atau mengirim cek ke vendor dan meminta pengembalian uang dari vendor dan mencegat cek itu. Versi lain dari skema melibatkan pelaku yang secara sengaja memesan barang yang tidak diperlukan, mengembalikan barang itu untuk kredit ke vendor yang sah, dan memotong cek pengembalian dana dari vendor. e. Skema Pembelian Pribadi Skema pembelian pribadi hanya membeli barang-barang pribadi dengan uang perusahaan. Dengan kemajuan teknologi internet dan metode pembelian, jauh lebih mudah untuk melakukan skema semacam ini.

3. Skema Payroll Skema penggajian mirip dengan skema penagihan kecuali alih-alih membayar vendor, perusahaan membayar karyawan. Skema ini dapat dilakukan dengan beberapa cara: karyawan hantu, komisi, kompensasi pekerja palsu, atau upah palsu. a. Skema Ghost Employee Dalam ghost employee, seseorang menerima gaji tetapi sebenarnya tidak bekerja untuk perusahaan. Karyawan itu bisa fiktif atau orang sungguhan berkolusi dengan pelaku. Proses skema ini mirip dengan proses vendor shell: Karyawan hantu harus ditambahkan ke file master karyawan untuk penggajian, kartu waktu atau gaji harus disetujui, cek harus ditulis ke karyawan tersebut, dan cek harus dicegat oleh penipu atau kaki tangan.

b.

Skema Komisi Dalam skema komisi, penipu menggunakan beberapa metode: menghasilkan penjualan palsu, melebih-lebihkan penjualan, meningkatkan tingkat komisi, atau menggunakan cara lain untuk mendapatkan lebih banyak komisi daripada yang diperoleh secara sah.

c. Skema Kompensasi Kesalahan Pekerja Skema kompensasi pekerja palsu melibatkan pekerja dan memalsukan cedera/kecelakaan dan memungut pembayaran dari perusahaan asuransi. d. Skema Upah yang dipalsukan Penipu kadang menggunakan jam yang dipalsukan dan skema gaji untuk membayar karyawan lembur luar biasa atau tingkat upah yang berlebihan.

4. Skema Penggantian Biaya Skema penggantian biaya adalah skema sederhana: Kirim biaya bisnis yang dipalsukan dan dapatkan cek reimbursement palsu dari perusahaan korban. a. Skema Check Tampering Skema pencairan penipuan karena merupakan skema di mana pelaku secara fisik menyiapkan cek kecurangan. Dalam kasus lain, penipu menyebabkan perusahaan membuat cek dengan mengirimkan beberapa bentuk dokumen palsu kepada perusahaan korban (mis., Faktur, kartu waktu). b. Forged Maker Schemes Skema ini melibatkan penandatanganan nama orang lain ke cek dengan niat curang dan perubahan curang atas instrumen asli. Skema pembuat palsu biasanya dimulai dengan cek kosong. c. Forged Endorsement Schemes Skema ini melibatkan pelakunya yang mencegat cek perusahaan yang ditujukan untuk beberapa pihak lain yang sah dan mengonversi cek tersebut dengan memalsukan nama pihak lain pada persetujuan cek tersebut. d. Skema Penerima Pembayaran diubah Skema ini melibatkan pencegatan cek yang ditulis ke pihak lain, tetapi dalam skema ini pelakunya mengubah penunjukan penerima pembayaran sehingga cek tersebut dapat dikonversi ke dirinya sendiri atau kaki tangan. e. Skema Cek Tersembunyi Skema ini adalah upaya berani untuk mengambil keuntungan dari stempel karet ’atau tidak memperhatikan kontrol. Pelaku menyiapkan cek palsu dan menyerahkannya bersama dengan cek yang sah kepada penandatangan resmi, yang diharapkan pelaku akan menandatanganinya tanpa peninjauan yang tepat. f.

Authorized Maker Schemes

Skema ini melibatkan pelaku yang memiliki otoritas penandatanganan cek dan membuat penipuan cek untuk dirinya sendiri untuk kepentingan pribadi. Skema semacam ini lebih sulit dideteksi karena orang tersebut memiliki otoritas penandatanganan cek. Jelas, skema ini hanya berhasil jika kontrol tidak ada, dielakkan, atau terlalu lemah untuk menjadi efektif. Skema Daftar Pencairan Skema pencairan register melibatkan penghapusan uang dari register, di mana penghapusan dicatat pada sistem register (pita, file komputer, dll.). Penipuan ini termasuk yang paling murah dan paling jarang terjadi. 5. Skimming Skimming kadang-kadang disebut penipuan front-end, karena dana dicuri sebelum entri pemesanan dibuat. Dengan demikian mungkin sangat sulit untuk mendeteksi skema skimming atau bahkan memperhatikan bahwa uang itu dicuri. Skimming adalah praktik umum dalam bisnis tunai seperti bar, restoran, mesin penjual otomatis, kontrak modernisasi rumah, pompa bensin, dan toko ritel. a.

Skimming sebagai Skema Penjualan Skimming pendapatan terjadi pada titik penjualan. Misalnya, kasir dapat mengatakan tidak ada penjualan dan mengantongi uang tunai.

b.

Piutang: Skema Lapping Lapping adalah bentuk merampok pembayaran satu pelanggan untuk membayar yang lain, karena pembayaran yang terakhir dicuri oleh pelaku. Misalnya, penipu mengambil pembayaran pelanggan A, mencurinya, dan membayarnya kembali pada hari berikutnya dengan pembayaran pelanggan B.

c.

Skimming sebagai Skema Pengembalian Biasanya, pelaku ada di tempat untuk melihat pembayaran lebih oleh perusahaan, dan dengan demikian pengembalian harus dibayar. Ketika pengembalian uang dibayarkan kembali ke perusahaan, pelaku mencegat pengembalian uang dan mengkonversi cek menjadi uang tunai untuk keuntungannya sendiri. Jika entitas tidak memesan pengembalian uang yang jatuh tempo, skema ini cukup mudah disembunyikan

Persediaan dan Aset Non Kas Lainnya Seorang karyawan dapat menyalahgunakan persediaan dan aset lainnya (tidak termasuk uang tunai) pada dasarnya dalam dua cara. Aset dapat disalahgunakan (mis., dipinjam), atau dapat dicuri. 1. Misuse Penyalahgunaan biasanya melibatkan peralatan, terutama peralatan besar dan / atau mahal, seperti backhoe, kendaraan, dan komputer. Beberapa survei memperkirakan bahwa lebih dari

50 persen karyawan menggunakan komputer perusahaan dan waktu perusahaan untuk bisnis pribadi (mis., Membuat dan mengelola akun eBay untuk menjual barang daring secara online). 2. Larceny Larceny of inventory adalah pencurian persediaan/aset dari milik majikan. Dalam beberapa kasus, seorang karyawan mungkin hanya mencuri inventaris dan tidak berusaha untuk menyembunyikan pencurian dalam catatan akuntansi. Atau seorang karyawan dapat membuat dokumentasi palsu untuk membenarkan pencurian, seolah-olah inventaris telah dijual, dikirim, atau dipindahkan secara internal.

Diskusi kasus Enron 

Profil Perusahaan Enron Enron adalah sebuah perusahaan energi pada tahun 1985. Enron adalah sebuah perusahaan hasil dari merger dua perusahaan, yaitu antara Houston Natural Gas yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang gas alam dengan InterNorth yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perpipaan. Pada tahun 1992, Enron merupakan perusahaan gas alam terbesar dengan nilai kontrak yang bisa memberikan laba hingga $ 122 juta. Enron juga mengembangkan bisnisnya dalam bidang elektrik, kertas, dan lain-lain. Perkembangan Enron sangatlah pesat, hal ini dapat dilihat dari harga sahamnya yang melambung hingga 300 persen. Oleh karena itu Enron dinobatkan sebagai Most Admired Company oleh majalah Fortune. Enron juga merupakan perusahaan terbaik nomor 7 di Amerika Serikat dari total sekitar 500 perusahaan terdaftar.



Profil KAP Arthur Andersen KAP Andersen adalah akuntan publik yang mengaudit perusahaan Enron hingga tahun 2001. KAP ini sudah berdiri sejak tahun 1913 dan termasuk dalam 5 besar akuntan publik terbaik selain EY, KPMG, Deloitte, dan PWC. Bayaran yang diterima oleh KAP Anderson dari Enron adalah $ 50 juta untuk jasa audit, dan sebesar $ 5 juta untuk jasa konsultasi.



Kasus Enron Salah satu pemicu awal dari kasus fraud Enron adalah strategi bisnisnya yang memutuskan untuk mengaplikasikan sistem perdagangan kontrak untuk semua

kliennya. Hal ini dilakukan untuk semua lini bisnisnya mulai dari bisnis energi hingga bisnis kertas, listrik, dll. Awalnya hal ini nampak baik, namun masalah mulai muncul akibat dari keputusan bisnis tersebut yang membutuhkan banyak kucuran dana untuk membangun infrastruktur dan hal-hal pendukung lainnya.

Enron memutuskan untuk membiayai strategi bisnisnya tersebut dengan cara berhutang. Namun jika hal itu dilakukan, maka secara otomatis nilai hutang Enron akan tinggi dan dapat mengakibatkan bank tidak mau meminjamkan uang karena risiko bisnis akan tinggi. Selain itu nilai hutang yang tinggi dapat membuat saham Enron tidak akan menarik di mata investor. Oleh karena itu Enron memutuskan untuk tidak melaporkan hutang-hutangnya dalam laporan keuangan.

Enron juga melaporkan nilai kelebihan kontrak sebagai pendapatan. Selain itu Enron juga mendirikan special purpose entities (SPE) yaitu anak perusahaan yang didirikan dengan maksud khusus. Enron mengajukan pinjaman melalui SPE-nya dengan jaminan berupa saham Enron. Parahnya pinjaman tersebut malah dicatat sebagai pendapatan perusahaan.

Kasus Enron ini mulai terdeteksi pada saat harga sahamnya turun dari sekitar $ 80 per lembar menjadi $ 47 per lembar. Enron akhirnya melaporkan ulang seluruh kondisi keuangannya yang berdampak turunnya nilai ekuitas pemegang saham sebesar $ 2,1 milyar, dan meningkatkan hutang sebesar $ 2,6 juta. Ujungnya pada saat Enron menyatakan bangkrut, Enron telah membuat para pelaku pasar modal kehilangan uang sebesar $ 32 milyar, dan juga membuat para karyawannya kehilangan dana pensiun sebesar $ 1 milyar. Enron juga ditemukan telah berhasil melakukan mark up pendapatan sebesar $ 600 juta. 

Pemain kunci dalam fraud Enron Para pemain kunci yang dapat membuat fraud Enron nampak sukses pada awalnya adalah para eksekutifnya yang sengaja memutuskan untuk menutup-nutupi kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kunci keberhasilan tersebut juga tidak lepas dari bantuan KAP Arthur Andersen yang mendukung setiap kegiatan fraud ini dengan tidak mengungkapkan temuan-temuan yang bersifat material, salah satunya adalah SPE Enron. KAP Arthur Andersen juga terbukti telah membantu Enron untuk

menghancurkan semua bukti-bukti audit, dan koalisi untuk melakukan fraud tersebut semakin dipermudah dengan ditempatinya posisi-posisi pegawai KAP Arthur Andersen di sebagian besar staf akuntan Enron. Direktur perusahaan Enron juga merupakan pegawai dari KAP Arthur Andersen. Kepala internal audit dari Enron juga merupakan mantan partner KAP Arthur Andersen. Temuan paling akhir juga mengindikasikan bahwa kasus fraud Enron tidak lepas dari bantuan orang-orang pemerintahan yang memberikan perlakuan istimewa untuk Enron. Hal ini dilihat dari posisi Enron sebagai salah satu penyumbang dana kampanye terbesar bagi anggota pemerintahan yang sedang memimpin. 

Fraud Enron terkait skema fraud yang ada di dalam materi Kasus Enron jelas merupakan kecurangan laporan keuangan, karena dilakukan oleh jajaran eksekutif Enron dan KAP Arthur Andersen. Kerugian yang ditimbulkan sangat besar yait mencapai $ 32 Milyar, dan dimotivasi oleh adanya keinginan untuk meningkatkan harga saham serta menguntungkan bagi perusahaan dan para pelaku fraud. Cakupan korban yang terkena dampak akan fraud tersebut adalah publik yang artinya sangat luas. Pada saat itu publik (khususnya investor) kehilangan kepercayaan terhadap perusahaan publik dan KAP. Dampaknya adalah penurunan saham secara massal dan drastis di benua Amerika, Eropa, hingga Asia.

Skema kecurangan yang dilakukan Enron adalah dengan cara menerapkan skema beda waktu yaitu dengan langsung diakui nilai kelebihan kontrak di tahun yang sama. Selanjutnya adalah skema pendapatan fiktif, yaitu dengan cara melakukan mark up pendapatan sebanyak $ 600 juta. Skema berikutnya adalah liabilitas yang disembunyikan melalui pendiran SPE-SPE. Skema yang dilakukan Enron selanjutnya adalah pengungkapan yang tidak tepat, yaitu tidak diungkapkannya SPE-SPE yang mempunyai dampak cukup besar terhadap kegiatan operasional perusahaan. Padahal aturan akuntansi yang berlaku pada saat itu mewajibkan diungkapnya SPE. Skema yang terakhir adalah valuasi aset yang tidak tepat, yaitu dengan dilakukannya mark up pendapatan yang akhirnya mengakibatkan nilai kas atau piutang meningkat tajam.

Dalam kasus pembentukan SPE dapat dikatakan bahwa Enron telah melakukan Shell Company Scheme yaitu dengan mengaburkan transaksi yang sebenarnya adalah hutang menjadi seolah-olah pendapatan dari hutang yang diajukan oleh SPE-nya.

Enron diketahui menyumbang dana kampanye untuk tim sukses pemenangan pemerintahan George W. Bush. Hal ini patut dijadikan sebuah dugaan bahwa Enron telah melakukan praktek korupsi dengan memberikan suap (berupa dana kampanye). Setelah George W. Bush diangkat menjadi presiden, besar kemungkinan skandal yang dilakukan oleh Enron dapat dilindungi sebelum akhirnya terungkap oleh publik.

Kontribusi anggota kelompok: BRAMASTYA DATU MALWI DIRGANTARA DAHANA MOKOGINTA

50% 50%

Related Documents

Bab 2 Fraud Principles.docx
December 2019 8
Fraud
December 2019 51
Fraud Case 3
November 2019 26
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113

More Documents from ""

October 2019 20
Tugas Kelompok.doc
June 2020 12