Bab 2.docx

  • Uploaded by: desi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,034
  • Pages: 24
BAB II TINJAUAN TEORI

1. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita a. Genetalia Eksterna (vulva) terdiri dari: 1) Tundun (Mons veneris) Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis. 2) Labia Mayora Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa à panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak dan nullipara à kedua labia mayora sangat berdekatan. 3) Labia Minora Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette 4) Klitoris Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada lakilaki. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang ratarata tidak melebihi 2 cm.

1

5) Vestibulum (serambi) Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar

paraurethral.

Kelenjar

bartholini

berfungsi

untuk

mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen 6) Himen (selaput dara) Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian posterior 7) Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian posterior 8) Perineum (kerampang) Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani.

2

b. Genetalia Interna 1. Vagina Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm. Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi:  Forniks anterior -Forniks dekstra  Forniks posterior -Forniks sisistra Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina: a.Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi. b. Alat hubungan seks (koitus). c. Jalan lahir pada waktu persalinan (partus). 2. Uterus Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang

merupakan

cabang

utama

dari

arteri

illiaka

interna

(arterihipogastrika interna). Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng. a. Korpus uteri : berbentuk segitiga b. Serviks uteri : berbentuk silinder c. Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.

3

Untuk

mempertahankan

posisinya,

uterus

disangga

beberapa

ligamentum, jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan : a) Peritonium Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen. b) Lapisan otot Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian pendarahan dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan. c) Endometrium Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan menjadi

desidua,

sehingga

memungkinkan

terjadi

implantasi

(nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat

4

mengeluarakan

cairan

secara

terus-menerus,

sehingga

dapat

membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah: a) Ligamentum latum ; Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii. b) Ligamentum rotundum (teres uteri) • Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat. • Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi. c) Ligamentum infundibulopelvikum • Menggantung dinding uterus ke dinding panggul. d) Ligamentum kardinale Machenrod • Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri. • Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus. e) Ligamentum sacro-uterinum • Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod menuju os.sacrum. f) Ligamentum vesiko-uterinum • Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan. 3. Tuba Fallopii Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi. 4. Ovarium Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan

5

sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis menopause. Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi: a. Memproduksi ovum b. Memproduksi hormone estrogen c. Memproduksi progesterone Memasuki pubertas

yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai

pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan hormone terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarche. Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan tandatanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.

6

2. Hiperemesis Gravidarum A. Definisi Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil. Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sicknes normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan. (Varney, 2007). Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil, sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, sebagai akibatnya terjadilah dehidrasi (Ratna Hidayati, 2009). Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga menggganggu kesehatan dan pekerjaan sehari – hari (Arief. B., 2009). B. Etiologi Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga

tidak

ditemukan

kelainan

biokimia.

Beberapa

faktor

predisposisi dan faktor lain yang menjadi penyebab Hiperemesis Gravidarum adalah: 1. Faktor konsentrasi human chorionic gonadothropin (HCG) yang tinggi

:

sering

terjadi

pada

kehamilan

primigravida,

Molahidatidosa, kehamilan ganda, dan hidramnion. 2. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales ke dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik. 3. Faktor Psikologis: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut pada kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan sebagainya (Ratna Hidayati, 2009). 4. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dsb.

7

5. Faktor gizi / anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum. (Manuaba,dkk: 2007). C. Manifestasi klinis Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut Hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu : 1. Tingkatan I (ringan) • Mual muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita • Ibu merasa lemah • Nafsu makan tidak ada • Berat badan menurun • Merasa nyeri pada epigastrium • Nadi meningkat sekitar 100 per menit • Tekanan darah menurun • Turgor kulit berkurang • Lidah mengering • Mata cekung 2. Tingkatan II (sendang) • Penderita tampak lebih lemah dan apatis • Turgor kulit mulai jelek • Lidah mengering dan tampak kotor • Nadi kecil dan cepat • Suhu badan naik (dehidrasi) •

Mata mulai ikterik

• Berat badan turun dan mata cekung • Tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi • Aseton tercium dari hawa pernafasan dan terjadi acetonuria

8

3. Tingkatan III (berat) • Keadaan umum lebih parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma) •

Dehidrasi hebat

• Nadi kecil, cepat dan halus • Suhu badan meningkat dan tensi turun • Terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan penurunan mental • Timbul ikterus yang menunjukkan adanya payah hati. D. Faktor Resiko Ada 2 faktor risiko hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut yaitu : 1) Maternal Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis korsakoff

(amnesia,

menurunnya

kemampuan

untuk

beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untu hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit, natrium, kalium, dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga makin berkurang kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat terjadinya muntah. Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung dan esophagus , sehingga muntah bercampur darah (Manuaba, 2010).

9

2) Fetal Wanita yang memiliki kadar HCG di bawah rentang normal lebih sering mengalami hasil kehamilan yang buruk, termasuk keguguran, pelahiran prematur, atau retardasi pertumbuhan intrauterus (IUGR )". Selain itu, penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR) (Prawirohardjo, 2010). Muntah yang berlebihan menyebabkan dapat menyebabkan cairan tubuh makin berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat memperlambat peredaran darah yang berarti konsumsi O2

dan makanan ke jaringan

berkurang. Kekurangan makanan dan O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil (Manuaba, 2010). E. Patofisiologi Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga caira ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium klorida

darah

turun.

Selain

itu

dehidrasai

dan

menyebabkan

hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.

10

F.

PATHWAY

Sumber : Tiran (2008)

11

G. Komplikasi

H.

1)

Dehidrasi berat

2)

Takikardi

3)

Ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus

4)

diplopia dan perubahan mental

5)

Alkalosis

6)

Ikterik

7)

payah hati dengan gejala timbulnya ikterus (Arif, 2000).

Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan antara lain: 1)

Hospitalisasi Menurut Runiari (2010), Manifestasi klinik yang ditimbulkan dari kasus hiperemesis gravidarum menjadikan klien harus dirawat di rumah sakit, indikasinya adalah sebagai berikut: • Memuntahkan semua yang dimakan dan yang diminum, apalagi bila telah berlangsung lama • Berat badan turun lebih dari 10% dari berat badan normal • Dehidrasi yang ditandai dengan turgor yang kurang dan lidah kering • Adanya aseton dalam urin. Tujuan

penatalaksanaan

hiperemesis

gravidarum,

saat

ibu

dihospitalisasi, adalah merehidrasi ibu, memperbaiki gangguan elektrolit dan hematologis lain, mencegah komplikasi dan memindahkan ibu ke rumah sakit dengan segera, meskipun banyak wanita memiliki angka yang tinggi untuk masuk kembali ke rumah sakit. Penyebab muntah yang terjadi secara berlebihan harus diidentifikasi, bukan semata-mata untuk membuat diagnosis banding, tetapi juga untuk mempertimbangkan faktor lain seperti masalah psikologis, yang dapat menambah keparahan ibu (Tiran,2008).

12

3) Obat-obatan Sedativa : Phenobarbital, Vitamin : Vitamin C, B1 dan B6 atau B kompleks, Anti histamine : dramamin, avomin, Anti emetik (pada keadaan lebih berat): Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit 4) Cairan parenteral: cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2–3 liter/hari), dapat ditambah kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala–gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik (Wiknjosastro, 2005). I.

Penatalaksanaan Keperawatan Penatalaksanaan keperawatan sebagai berikut : 1)

Isolasi dan Terapi Psikologis • Isolasi di ruangan yang dilakukan dengan baik dapat meringankan gravidarum karena perubahan suasana rumah tangga. • Konseling dan edukasi (KIE) tentang kehamilan yang dilakukan untuk menghilangkan factor psikis rasa takut. • Memberikan informasi tentang diet ibu hamil dengan makan tidak sekaligus banyak, tetapi dalam porsi yang sedikit namun sering. • Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, karena akan membuat ibu hamil mengalami pusing, mual, dan muntah (Ratna Hidayati, 2009).

13

2)

Terapi psikologik Perlu diyakinkan kepeda penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.

3)

Terapi Alternatif Ada beberapa macam pengobatan alternatif bagi hiperemesis gravidarum, antara lain: a. Vitamin B6 Vitamin B6 merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid, karbohidrat dan asam amino. Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis masih kontroversi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5 - 25 mg per hari tiap 8 jam. Vitamin B6 merupakan ko-enzim berbagai jalur metabolisme protein dimana peningkatan kebutuhan protein pada trimester I diikuti peningkatan asupan vitamin B6. Vitamin B6 diperlukan untuk sintesa serotonin dari tryptophan. Defisiensi vitamin B6 akan menyebabkan kadar serotonin rendah sehingga saraf panca indera akan semakin sensitif yang menyebabkan ibu mudah mual dan muntah. Pada wanita hamil terjadi peningkatan kynurenic dan xanturenic acid di urin.

Kedua asam ini diekskresi

apabila jalur

perubahan tryptophan menjadi niacin terhambat. Hal ini dapat juga terjadi karena defisiensi vitamin B6. Kadar hormon estrogen yang tinggi pada ibu hamil juga menghambat kerja enzim kynureninase yang merupakan katalisator perubahan tryptophan menjadi niacin, yang mana kekurangan niacin juga dapat mencetuskan mual dan muntah (Ary Widayana, dkk: 2013). b.

Jahe (zingiber officinale) Pemberian dosis harian 250 mg sebanyak 4 kali perhari lebih baik hasilnya dibandingkan plasebo pada wanita dengan hiperemesis

gravidarum.

14

Salah

satu

studi

di

Eropa

menunjukan bubuk jahe (1 gram per hari) lebih efektif dibandingkan plasebo dalam menurunkan gejala hiperemesis gravidarum.

Belum

ada

penelitian

yang

menunjukan

hubungan kejadian abnormalitas pada fetus dengan jahe. Namun, harus diperhatikan bahwa akar jahe diperkirakan mengandung tromboksan sintetase inhibitor dan

dapat

mempengaruhi peningkatan reseptor testoteron fetus (Ary Widayana,dkk :2012). c.

Aromaterapi Aromaterapi adalah salah satu pengobatan alternatif yang dapat diterapkan dengan menggunakan minyak esensial tumbuhan dan herbal. Penggunaan minyak esensial sejak zaman dahulu telah digunakan di Mesir, italia, india, dan cina. Kimiawan Prancis, Rene Maurice Gattefosse menyebutnya dengan istilah aromaterapi pada tahun 1937, ketika ia menyaksikan kekuatan penyembuhan minyak lavender pada kulit dengan luka bakar. Setiap minyak esensial memiliki efek farmakologis yang unik, seperti anti

bakteri, antivirus,

diuretik, vasodilator, penenang dan merangsang adrenal. Minyak atsiri dapat digunakan dirumah dalam bentuk uap yang dapat dihirup atau pernafasan topikal. Penghirupan uap sering digunakan untuk kondisi pernafasan dan mengurangi mual. inhalasi uap dilakukan dengan cara menambahkan 2-3 tetes minyak esensial eucalyptus, rosemary, pohon teh, atau minyak kedalam air panas. Beberapa tetes minyak esensial juga dapat ditambahkan untuk mandi, kompres atau pijat ( Runiari, 2010).

15

J.

Pemeriksaan Penunjang 1)

USG (dengan menggunakan waktu yang tepat)

2)

Pemeriksaan darah lengkap

3)

Kadar gula darah

4)

Analisis gas darah

5)

Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN (Blood Urea Nitrogen)

6)

Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH (Hazlynpotc, 2013).

16

Asuhan Keperawatan Hyperemesis Gravidarum

A. Pengkajian 1) Pengkajian Nama

:

Jeniskelamin

:

Umur

:

Alamat

:

Agama

:

Suku

:

Bangsa

:

Pendidikan

:

Pekerjaan

:

Tanggal MRS

:

Diagnosemedis

:

No.MR

:

1) Riwayat Kesehatan a) Keluhan Utama 

Muntah yang hebat menganggu aktivitas sehari-hari



Mual, muntah pada pagi hari dan setelah makan



Nyeri epigastrik



Merasa haus



Tidak nafsu makan



Muntah makanan/cairan asam

b) Riwayat Kesehatan Sekarang meliputi keluhan yang tengah dirasakan pasien seperti rasa mual muntah yang berlebihan dan mengganggu aktivitas klien sehari-hari yang terjadi selama masa kehamilan c) Riwayat kesehatan dahulu : meliputi penyakit yang pernah diderita sebelumnya dan mungkin mempunyai pengaruh pada hyperemesis gravidarum atau yang memperparah.

17

d) Riwayat kehamilan : meliputi pengkajian berapa umur kehamilan ibu saat ini, dan hal-hal yang berhubungan dengan kehamilan. e) Faktor predisposisi • Umur ibu < 20 tahun • Multiple gestasi • Obesitas • Trofoblastik desease Pemeriksaan fisik • Asidosis metabolik yang ditandai dengan sakit kepala, disorientasi • Takikardi, hypotensi, vertigo • Konjungtiva ikterik • Gangguan kesadaran, delirium Tanda-tanda dehidrasi : • Kulit kering, membran mukosa bibir kering • Turgor kulit kembali lambat • Kelopak mata cekung • Penurunan BB • Peningkatan suhu tubuh • Oliguria, ketonuria • Data laboratorium: Proteinuria, Ketonuria, Urobilinogen, Penurunan kadar potasium, sodium, klorida, dan protein, Kadar vitamin menurun, Peningkatan Hb dan Ht 2) Pola kehidupan sehari hari 1. Pola Fungsional Gordon a)

Pola persepsi dan manajemen kesehatan : •

Kaji tentang pandangan ibu mengenai kesehatan terutama kesehatan

dalam

kehamilan,

bagaimana

ibu

mempersepsikan proses kehamilan itu sendiri, bagaimana manajemen

kesehatan

kehamilan.

18

yang

dilakukan

ibu

selama



Biasanya ibu akan berusaha mencari informasi seputar kesehatan kehamilan dengan rajin konsultasi pada tim kesehatan dan terkadang ibu akan mempunyai keraguan mengenai penyakit-penyakit yang berhubungan dengan proses kehamilan.

f) Pola nutrisi-metabolik •

Kaji intake output nutrisi dan cairan pada klien sehari hari.



Klien akan mengalami mual muntah yang berlebihan, terjadi penurunan berat badan(5 – 10 Kg), intake output tidak

seimbang,

ketidakseimbangan

cairan

dan

elektrolit dalam tubuh, rasa haus yang berlebihan, dehidrasi, dan tidak nafsu makan, nyeri epigastrium, membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering. g) Pola eliminasi •

Kaji pola eliminasi klien, frekuensi,konsistensi BAB dan BAK klien.



Klien akan mengalami perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.

h) Pola aktivitas latihan •

Kaji aktivitas klien sehari-hari. Apakah ada gangguan atau tidak. Kaji bagaimana klien menjalankan aktivitas sehari-hari. Apakah klien memerlukan bantuan atau tidak dalam beraktivitas.



Klien mengalami Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit). Frekuensi pernapasan meningkat. Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam kom

19

i) Pola istirahat tidur •

Kaji bagaimana kualitas dan kuantitas tidur klien sehari-hari. Berapa lama klien tidur dan istirahat, adakah penggunaaan obat tidur atau tidak



Klien akan mengalami gangguan dengan pola tidurnya akibat ketidaknyamanan karena mual dan muntah yang berlebihan.

j) Pola persepsi-kognitif •

Kaji fungsi penginderaan dan kognitif klien. Adakah gangguan atau tidak dan apakah ada penggunaan alat bantu atau tidak.



Klien tidak mengalami gangguan dengan pola persepsi kognitif.

k) Pola Persepsi-konsep diri •

Kaji bagaimana klien memandang dirinya sendiri. Bagaimana persepsi klien terhadap dirinya sendiri.



Klien akan merasa terbebani dengan penyakit yang dideritanya.

Klien

akan

merasa

dirinya

hanya

merepotkan orang lain serta sangat menggangggu aktivitasnya sehari-hari. Juga terjadi perubahan persepsi tentang kondisinya. l) Pola peran hubungan •

Kaji bagaimana klien menjalani peran dan berhubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.



Klien akan mengalami gangguan dalam berinteraksi dengan sesama. Klien merasa tidak mau membebani orang lain, sehingga klien lebih memilih untuk menjalankan aktivitas dan berinteraksi dengan dirinya sendiri. Terjadi konflik interpersonal keluarga,

20

m) Pola coping-toleransi stres •

Kaji bagaimana klien mengenal dan menangani stres sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.



Klien

akan

cemas

dan

takut

yang

berlebihan

berhubungan dengan kesehatannya sendiri dan janin yang dikandungnya serta efek yang berakibat buruk terhadap kehamilannya. Namun, klien akan berusaha untuk

bertanya

dan

mencari

informasi

tentang

bagaimana menangani stres yang dideritanya. n) Pola reproduksi seksualitas •

Kaji bagaimana pola reproduksi dan seksualitas klien. Kaji

pola

berhubungan

menstruasi proses

klien

dan

reproduksi.

hal-hal Kaji

yang

penyakit

reproduksi klien. •

Klien akan mengalami penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik

o) Pola nilai keyakinan •

Kaji bagaimana klien menjalankan aktivitas sehari-hari. Apakah ada gangguan dalam menjalankan aktivitas atau tidak.



Biasanya klien akan terganggu dalam menjalankan ibadah sehari-hari akibat ketidaknyamanan yang tengah dialaminy.

2) Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nutrisi dan cairan yang berlebihan dan intake yang kurang. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. 3. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.

21

4. Gangguan rasa nyaman : nyeri ulu hati berhubungan dengan frekuensi muntah yang sering. 5. Koping tidak efektif berhubungan dengan perubahan psikologi kehamilan. 6. Takut berhubungan dengan pengaruh hyperemesis terhadap kesehatan janin 7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat.

3) Intervensi keperawatan No.

Diagnosa

NOC

1.

Gangguan

Setelah

NIC dilakukan

nutrisi kurang asuhan keperawatan dari kebutuhan selama 3x24 jam tubuh

diharapkan

berhubungan

gangguan

dengan

kurang

kehilangan

kebutuhan

nutrisi cairan

berlebihan.

output. b. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi

nutrisi dari tubuh

dan teratasi, dg KH : yang

a. Catat intake dan

a. Intake

sering c. Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak d. anjurkan untuk makan

nutrisi

makanan selingan

adekuat

seperti biskuit, roti

b. Mual,munta h berkurang

dan teh (panas)hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan

i

sebelum tidur. e. Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode tertentu. f. Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.

22

g. Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih mulut sesering mungkin. h. Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit i. Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa. 2.

Defisit volume Setelah

dilakukan

a. Tentukan frekuensi

cairan

asuhan keperawatan

atau beratnya

berhubungan

selama 3x24 jam

mual/muntah.

dengan

diharapkan

kehilangan

Keseimbangan

cairan

b. Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah

yang cairan adekuat dg

berlebihan.

medis lain (misalnya

KH :

Ulkus

Kriteria hasil:

c. Kaji suhu badan dan

a. Keseimbang

b.

turgor kulit, membran

an

intake

mukosa, TD,

dan

output

input/output dan berat

24 jam

jenis urine. Timbang

Berat badan

BB klien setiap hari.

stabil

d.

c. Tidak rasa

ada haus

Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat,

yang

makan sesering

berlebihan

mungkin dengan

·

jumlah sedikit.

23

Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur. 3.

Gangguan rasa

Setelah

dilakukan

nyaman : nyeri

asuhan keperawatan

karakteristik, kualitas,

(perih)

selama 3x24 jam

frekuensi dan lokasi

berhubungan

diharapkan

nyeri.

nyeri

dengan muntah dapat berkurang dg yangberlebiha n, peningkatan asam lambung

KH :

a. kaji skala nyeri,

b. Anjurkan penggunaan tekhnik relaksasi dan

a. Klien

distraksi

mengungkap

c. Yakinkan pada klien

kan secara

bahwa perawat

verbal.

mengetahui nyeri

b. Nyeri hilang

yang dirasakannya

atau

dan akan berusaha

berkurang

membantu untuk

c. pasien dapat

mengurangi nyeri

beristirahat dengan tenang

tersebut. d. Berikan kembali skala pengkajian nyeri e. Catat keparahan nyeri pasien dengan bagan. f. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.

24

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87
Bab I - Bab Ii.docx
April 2020 72

More Documents from "Putri Putry"