BAB 2
Landasan Teori
2.1 Jasa
2.1.1 Pengertian Jasa
Ada beberapa definisi jasa yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Diantaranya ialah
menurut Philip Kotler seperti yang dikutip J. Supranto (2001, p227) yang mendefinisikan jasa
sebagai berikut:
“Jasa ialah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak
lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan suatu kegiatan yang tidak
berwujud dan cepat hilang serta tidak dapat dimiliki.
Secara umum jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh
suatu pihak kepada pihak lain dimana produk yang ditawarkan bisa berupa produk fisik maupun
tidak dimana jika produk itu berupa produk fisik yang didalam tahapannya akan melalui
beberapa perubahan sehingga nantinya akan memuaskan keinginan konsumen/ pelanggan
tersebut.
2.1.2
Karakteristik Jasa.
Menurut Kotler dan Amstrong (2001, p376-377), perusahaan harus mempertimbangkan
empat karakteristik jasa tertentu ketika merancang program pemasaran antara lain:
5
6
1. Tidak berwujud jasa (Intangibility)
Jasa tidak bisa dilihat, dicicipi, dirasakan, didengar atau dibaui sebelum dibeli. Untuk
mengurangi ketidakpastian, pembeli mencari “tanda” dari kualitas jasa pelayanan.
Mereka mengambil kesimpulan
mengenai kualitas dari tempat, orang, harga,
peralatan, dan konsumsi yang dapat mereka lihat. Oleh karena itu, tugas penyedia jasa
adalah membuat jasa dapat berwujud dalam satu atau beberapa cara
2. Ketidakterpisahan jasa (Inseparability)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya, apakah penyedia tadi adalah orang atau
mesin. Bila karyawan jasa menyediakan jasa, maka karyawan itu merupakan bagian
dari jasa. Karena pelanggan turut hadir saat jasa itu diproduksi sebagai Co-producer,
interaksi penyedia jasa maupun pelanggan akan mempengaruhi hasil jasa.
3. Keragaman Jasa ( Service Variability)
Kualitas jasa bergantung pada siapa yang menyediakan jasa, waktu, tempat, dan
bagaimana cara mereka disediakan. Menurut Bovee, Housten, dan Thill (Tjiptono,
1997, p17), ada tiga faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa, yaitu
kerjasama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa, moral atau motivasi
karyawan dalam melayani pelanggan, dan beban kerja perusahaan.
4. Tidak Tahan Lamanya Jasa ( Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan untuk penjualan atau pemakaian yang akan datang. Tidak
tahan lamanya jasa bukanlah masalah apabila permintaan selalu ada. Tapi ketika
permintaan berfluktuasi, perusahaan jasa sering kali mengalami masalah sulit. Oleh
karena itu perusahaan jasa sering kali merancang strategi agar lebih baik lagi
menyesuaikan permintaan dengan penawaran.
7
Gambar 2.1
Empat Karakteristik Jasa
2.1.3
Jenis-jenis Jasa
Suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan terhadap orang lain dikategorikan sebagai
jasa akan tetapi jasa dibagi menjadi beberapa jenis jasa, yaitu :
Menurut Lovelock Jasa pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 macam sebagaimana
dikemukakan (dalam Sudarminto, 2002, p25-26) yang membedakannya adalah sebagai berikut:
1.
2.
Rented Goods Service
Dalam jenis ini, konsumen menyewa dan menggunakan suatu produk berdasarkan
tariff yang telah ditetapkan selama jangka waktu tertentu.konsumen hanya dapat
menggunakan produk tersebut,sedangkan kepemilikannya tetap berada pada pihak
perusahaan atau perorangan yang menyewakannya.contoh: perusahaan penyeaan
mobil, penyewaan hotel, computer, apartemen dan sebagainya.
Owned Goods Service
Dalam jenis ini, produk-produk yang dimiliki konsumen dikembangkan atau
dirawat oleh perusahaan jasa. Jenis jasa ini juga mencakup perubahan bentuk
8
produk (barang) yang dimiliki konsumen. Contoh: jasa perbaikan mobil, AC,
salon kecantikan dan sebagainya.
Non Goods Service
3.
Dalam jenis ini adalah jasa personal bersifat intangible (tidak berbentuk produk
fisik) ditawarkan pada para pelanggan. Contoh: jasa bank, jasa asuransi, jasa
pendidikan, jasa ekspedisi dsb.
Simpulan yang didapat yaitu jasa dapat dirasakan, dikembangkan berdasarkan tarif yang
telah ditetapkan selama jangka waktu tertentu baik berwujud fisik maupun tidak.
2.1.4 Kualitas Jasa (Service Quality)
Beberapa peneliti dibidang jasa telah mengembangkan beberapa model kualitas jas dan
berdasarkan urutan atau kronologis dari penemunya ( Jasfar, Farida dalam Jurnal ilmiah
“Manajemen dan Pemasaran Jasa” Fakultas Ekonomi Trisakti Jakarta 2005, p5). Model tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
The disconfirmation of expectation model
Dikembangkan oleh oliver ( 1997 ,1980,1981 ). Model ini merupakan model
dasar dari semua model kualitas jasa yang ada saat ini. Model ini menerangkan
bahwa kualitas jasa ditentukan oleh seberapa besar ketidaksesuaian (
Disconfirmation ) harapan dalam mempengaruhi presepsi konsumen terhadap
produk atau jasa. Menurut model ini ada tiga elemen yang menyebabkan
kepuasan ( ketidakpuasan ) seseorang, yaitu : harapan, diskonfirmasi dan presepsi.
Apabila harapannya lebih tinggi dari presepsinya maka akan terjadi diskonfirmasi
negatif, dan akibatnya ia tidak puas. Apabila presepsinyanya yang lebih tinggi
9
dari harapannya, maka akan terjadi diskonfirmasi yang positif, dan outcomenya
adalah ia merasa sangat puas. 2.
3.
Nordic Model
Dikembangkan oleh Gronroos ( 1984 ) merupakan model kualitas jasa yang
pertama kali mengadopsi model disconfirmation. Model ini menyatakan bahwa
pengalaman terhadap penggunaan jasa tertentu didasarkan pada kualitas
fungsional ( functional element ) dan kualitas teknik ( Technical Element ). Yang
dimaksud dengan elemen fungsional adalah : the way the service is deliverd as
reflected through the customer’s preception of interactions that occur during the
service encounter. Technical quality refers to what the consumer receives from
the service, or the outcome of the service process. Model kualitas jasa dari
Gronroos ini merefleksikan model efek diskonfirmasi harapan ( model pertama )
dalam mengembangkan model kualitas jasa.
The Servqual / Gaps
Model dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml kesenjangan yang dapat
menyebabkan kegagalan jasa yang diterima pelanggan. Model kualitas jasa ini
merupakan suatu konsep yang sangat bermanfaat bagi manager untuk memahami
mengapa sampai terjadi kegagalan dalam kualitas pelayanan dengan
menggunakan pendekatan perbandingan ( Comparative Approach ) dalam
mengidentifikasikan dan mengukur dimensi- dimensi kunci dari konsep kualitas
jasa. Selanjutnya dalam model ini juga dijelaskan bahwa manager agar berhasil
memuaskan pelanggannya harus mengusahakan agar menghilangkan atau
mengurangi adanya gap atau kesenjangan pada setiap level.
10
Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas perusahaan
adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Salah
satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak digunakan ialah model SERVQUAL
(Service Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam
serangkaian penelitian mereka terhadap enam sektor jasa: reparasi, peralatan rumah
tangga, kartu kredit, asuransi, sambungan telepon jarak jauh, perbankan, dan pialang
sekuritas.
SERVQUAL menghasilkan suatu metode pengukuran kualitas jasa berdasarkan
perbandingan antara persepsi pelanggan atas layanan yang mereka terima (Perceived
Service) dengan layanan yang sesungguhnya diharapkan (Expected service).
Jadi jika layanan yang diterima konsumen lebih dari yang diharapkan, maka
layanan dapat dikatakan bermutu. Jika layanan yang diterima konsumen kurang dari yang
diharapkan, maka layanan dikatakan tidak bermutu. Tetapi apabila layanan sama dengan
harapan, maka layanan disebut memuaskan.
Dengan demikian, service quality menurut Parasuraman seperti yang dikutip
Rambat Lupiyoadi (2001, p148) adalah seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan
harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima atau peroleh.
Menurut Kotler dalam Lupiyoadi, Rambat (2001, p148-149), terdapat lima dimensi
kualitas jasa (SERVQUAL) yaitu:
11
1.
2.
3.
4.
Kehandalan (reliability)
Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang
dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan
pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua
pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.
Jaminan (assurance)
Yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan
untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari
beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibilitas
(credibility), keamanan (security), kompetensi (competence), dan sopan santun
(courtesy).
Bukti langsung (tangible)
Yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada
pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik
perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan
yang diberikan oleh pemberi jasa, yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang,
dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi),
serta penampilan pegawainya.
Empati (empathy)
Yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang
diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan
konsumen. Di mana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan
12
pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik,
serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
5.
Daya tanggap (responsiveness)
Yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat
kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan
konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi
yang negative dalam kualitas pelayanan.
Dalam buku kepuasan pelanggan (Aritonang, p30) empati memiliki 2 dimensi yaitu :
a.
b.
Accessibility
Hal ini mencakup kemudahaan untuk mendekati dan menghubungi untuk
mendekati dan menghubungi.
Understanding the customer
Hal ini mencakup perlunya usaha untuk mengetahui pelanggan dan kebutuhan
khusunya.
2.2 Definisi Kepuasan
Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, pada akhirnya akan
bermuara pada nilai yang diberikan oleh pelanggan mengenai kepuasan yang dirasakan.
Beberapa ahli ekonomi mendefinisikan arti kepuasan pelanggan,antara lain :
Menurut Supranto, dalam pengukuran tingkat kepuasan pelanggan untuk menaikan pangsa pasar
(2001, p233 ) .
13
“ Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja ( hasil ) yang
dirasakan dengan harapannya.”
Jadi tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan
dengan harapan apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja
sesuai dengan harapan maka pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan,
maka pelanggan akan sangat puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa
lalu, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. Pelangan yang
puas akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik
tentang perusahaan.
Sedangkan menurut Oliver melalui buku P. Kotler manajemen pemasaran, analisis
perencanaan , implementasi dan kontrol berpendapat :
“ Kepuasan digambarkan sebagai suatu evaluasi terhadap surprise yang melekat pada suatu
pengakusisian produk dan atau pengalaman mengkonsumsi. “
Menurut Kotler (2000, p42) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu
produk dan harapan-harapannya.
Dari definisi di atas, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan
harapan. Jika kinerja di bawah harapan maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan
harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat
puas. Kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas produk akan berpengaruh pada pola perilaku
selanjutnya. Apabila pelanggan merasa puas, maka ia akan setia atau dengan kata lain ia akan
membeli produk yang sama. Pelanggan yang puas juga cenderung akan memberikan referensi
14
yang baik terhadap produk kepada orang lain. Tidak demikian dengan seorang konsumen yang
tidak puas (dissatisfied). Konsumen yang tidak puas tidak akan kembali membeli produk yang
sama dan akan cenderung akan memberikan referensi yang buruk terhadap produk kepada orang
lain.
2.3 Pengertian Pelanggan
Menurut Bowles dan Hammod dalam buku P. Kottler, Manajemen Pemasaran, Analisis
Perencanaan, Implementasi dan kontrol (2002,p54), Berpendapat :
” Pelanggan adalah orang yang paling dalam perusahaan, pelanggan tidak tergantung kepada
perusahaan tetapi perusahaan tergantung kepada pelanggan. Pelanggan bukan menerima
pekerjaan tetapi pelanggan yang memberikan pekerjaan. Pelanggan bukan seseorang untuk
menilai atau menghitung tetapi pelanggan adalah seseorang yang mengungkapkan apa yang
diinginkan perusahaan adalah untuk memberikan kepuasan untuk pelanggan dan untuk
perusahaan sendiri.
Dan menurut Nasution ( Tjiptono, 2001, p124 ) pelanggan adalah semua orang yang
menuntut kita atau perusahaan untuk memenuhi suatu standar kualitas tertentu, dan karena itu
akan memberikan pengaruh pada performa kita atau perusahaan.
2.3.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih
sekurang- kurangnya memberikan hasil yang sama atau melampui harapan pelanggan. Jadi
sebenarnya ada 2 faktor yang sangat menentukan kepuasan yaitu harapan pelanggan dan kinerja
atau hasil yang mereka rasakan ( Tjiptono, 2001, p126 ).
15
Kepuasan pelanggan menurut Kotler (2002, p42) juga sangat berperan penting dalam
usaha menciptakan kesetiaan pelanggan yang potensial. Pelanggan yang puas dan senang akan
berprilaku positif, mereka akan membeli banyak dari perusahaan dan akan kembali untuk
kesekian kalinya untuk membeli produk perusahaan. Kepuasan pelanggan akan sangat
tergantung dengan pelayanan.
Menurut Sitompul (2004) pelanggan yang puas akan menyampaikan produk dan layanan
anda kepada temannya yang lain. Pelanggan yang tidak puas akan menyampaikan ketidakpuasan
terhadap produk dan layanan anda kepada semua orang. Ini mungkin akan sering terjadi dalam
kegiatan penjualan. Menyampaikan informasi secara berantai dari mulut ke mulut akan sering
terjadi. Informasi kepuasan yang disampaikan pelanggan kepada orang lain mengenai produk
dan layanan yang telah anda berikan, akan dapat mennyangkut image anda.
Seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang merasa mendapatkan nilai dari
pemasok, produsen, atau penyedia jasa. Nilai dapat berasal dari produk, pelayanan, sistem atau
sesuatu yang bersifat emosi. Jika pelanggan mendapatkan produk yang berkualitas kalau nilai
tersebut bagi konsumen adalah kenyamanan, maka kepuasan akan datang apabila pelayanan yang
diperoleh benar – benar nyaman. Kalau nilai dari pelanggan adalah harga yang murah, maka
pelanggan akan puas kepada produsen yang memberikan harga yang kompetitif.
Ada beberapa karakteristik perusahaan yang berfokus pada kepuasan pelanggan (
Tjiptono , 2001, p11) meliputi:
1. Adanya visi, komitmen dan suasana yang mendukung untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.
2. Menempatkan diri sejajar dengan pelanggan.
3. Memiliki kemauan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah pelanggan.
16
4. Selalu berusahan mengumpulkan dan memanfaatkan informasi dari pelanggan.
5. Dekat dengan pelanggan.
6. Memperlakukan karyawan sebagai orang yang memiliki kompetensi dan
kapabilitas serta memberdayakan mereka untuk mengambil keputusan dalam
rangka memuaskan pelanggan.
7. Melakukan aktifitas penyempurnaan produk atau jasa dan proses secara
berkesinambungan.
Menurut Juran (1993) dikutip dari www.digilib.ti.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbti-gdl-s2-
2000-shantikira-1003, kepuasan pelanggan akan tercapai jika produk dan pelayanan telah sesuai
dengan kebutuhan atau harapan konsumen, dengan kata lain, bebas dari kekurangan.
Simpulan yang diambil dari banyak pengertian diatas adalah kepuasan pelanggan akan
tercapai jika produk dan pelayanan telah sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen.
Kepuasan pelanggan adalah konsumen yang puas setelah merasakan jasa atau menggunakan
suatu produk dengan hasil yang diperoleh maupun dirasakan dari segi pelayanan.
Jadi kepuasan pelanggan dapat tercipta apabila terjadi loyalitas terhadap suatu produk atau jasa.
Adapun beberapa tingkat kepuasan yang umum yaitu :
1. Kalau kinerja di bawah harapan maka pelanggan akan kecewa.
2. Kalau kinerja sesuai dengan harapan maka pelanggan akan puas.
3. kalau kinerja melebihi harapan maka pelanggan sangat puas dan gembira.
17
2.3.2 Faktor – faktor pendorong kepuasan pelanggan
Menurut Irawan (2002,p37-40), faktor – faktor pendorong kepuasan pelanggan terbagi
atas lima bagian, yaitu :
1. Kualitas produk
Pelanggan merasa puas kalau setelah membeli dan menggunakan produk
ternyata kualitas produk tersebut baik sebagai contoh, pelanggan akan merasa
puas terhadap televisi yang dibeli apabila menghasilkan gambar dan suara
yang baik, awet atau tidak cepat rusak, memiliki banyak fasilitas, tidak ada
gangguan, dan disain yang menarik.
2. Harga
Untuk pelanggan yang sensitif, biasanya harga yang murah adalah sumber
kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan nilai uang yang
tinggi, komponen harga ini relatif tidak penting bagi mereka yang tidak
sensitif terhadap harga.
Bagi mereka yang tidak peduli dengan harga, mereka lebih menyukai harga
yang sedikit mahal namun kualitasnya baik daripada harga yang murah tetapi
kualitasnya tidak sesuai dengan keingginannya.
Jadi persaingan dalam harga akan mendapatkan perhatian pelanggan
sepanjang kualitas barang adalah sama. Kualitas produk dan harga seringkali
tidak mampu menciptakan keunggulan bersaing dalam hal kepuasan
konsumen.
Ketika aspek ini relatif mudah ditiru dengan teknologi yang hampir standar,
setiap perusahaan biasanya mempunyai kemampuan untuk menciptakan
18
kualitas produk yang hampir sama dengan para pesaing. Oleh karena itu
banyak perusahaan yang lebih mengandalkan aspek yang ketiga yaitu service
quality.
3. Service quality
Untuk memuaskan pelanggan, suatu perusahaan hendaknya terlebih dahulu
harus dapat memuaskan karyawan agar produk yang dihasilkan tidak rusak
kualitasnya dan pelayanan kepada pelanggan dapat diberikan lebih baik lagi,
jika karyawanya merasa puas akan lebih mudah bagi mereka untuk
menerapkan kepada pelanggan bagaimana rasa puas itu.
4. Emotional factor
Faktor ini relatif penting karena kepuasan pelanggan timbul pada saat ia
menggunakan produk tertentu, hal ini disebabkan karena merek produk
tersebut sudah tercipta dengan baik dari segi kualitasnya, harga yang tidak
murah karena harga yang mahal identik dengan kualitas produk yang tinggi
dan sebaliknya, serta pelayanan yang diberikan.
5. Kemudahan
pelanggan akan semakin puas apabila tempat mudah dicapai dan juga nyaman.
Dengan mengetahui kelima faktor ini, tentulah tidak cukup bagi perusahaan
untuk merancang strategi dan program peningkatan kepuasan pelanggan.
Kontribusi faktor ini juga dapat berubah dari waktu ke waktu untuk suatu
industri. Besarnya bobot relatif mudah diketahui dengan melakukan survei.
Dalam survei, konsumen dapat ditanyakan secara langsung mengenai
kepuasan mereka dan tingkat kepentingan dari masing – masing faktor
19
tersebut dalam mempengaruhi kepuasan mereka setelah menggunakan produk
atau jasa.
2.3.3 Tingkat Kepentingan Pelanggan
Tingkat kepentingan pelanggan didefinisikan sebagai keyakinan pelanggan – sebelum
mencoba atau membeli produk jasa – yang akan dijadikannya standar acuan dalam menilai
kinerja produk jasa tersebut.
Valarie A Zeithaml, A Pasuraman dan Leonard l. Berry, membuat satu model konseptual
mengenai tingkat kepentingan pelanggan, seperti tampak pada diagram di bawah ini:
Gambar 2.2
Diagram Model Konseptual dari Tingkat Kepentingan Pelanggan
20
2.3.4 Membangun Kepercayaan Pelanggan
( Jasfar, Farida dalam Jurnal ilmiah “Manajemen dan Pemasaran Jasa” Fakultas Ekonomi
Trisakti Jakarta 2005, p7).
Kepercayaan timbul dari suatu proses pembinaan yang cukup lama sampai kedua belah
pihak saling mempercayai. Apabila kepercayaan sudah terjalin di antara pelanggan dan
perusahaan, maka usaha untuk mempertahankannya tidaklah terlalu sulit. Seperti yang pernah
disampaikan oleh Peter Drucker, bahwa mencari pelanggan baru jauh lebih mahal ( Cost
maupun efforts ) dibandingkan dengan mempertahankan pelanggan yang ada. Dalam proses
terbentuknya kepercayaan, Donney dan Connon ( 1997 ,p38 ) menjelaskan secara rinci faktor-
faktor yang berpengaruh seperi : reputasi perusahaan, besar/ kecilnya perusahaan, saling
menyenangi, baik antara pelanggan dengan perusahaan maupun antara pelanggan dengan
pegawai perusahaan, termasuk kualitas jasa.
Morgan dan Hunt ( 1994 ,p22 ) menjelaskan ” confidence ” dalam pengertian
kepercayaan ini timbul karena adanya suatu kepercayaan bahwa pihak yang mendapat
kepercayaan memang mempunyai sesuatu kualitas yang dapat mengikat dirinya, seperti
tindakannya yang konsisten, kompeten, jujur, adil, bertanggung jawab, suka membantu dan
rendah hati ( benevolent ).
Anderson dan Narus ( 1990 ,p45 ) menekankan pada ” perceived outcome ” sebagai hasil
yang diharapkan dari suatu hubungan yang disebut confidence. Ia mengartikan perceived
outcome as the firm belief that another person / company will perform action that nice result in
positive outcome form a partner on whose intergrity one can rely confidently.
Menurut Garbarino dan Jhonson ( 1995 ), membangun atau membina kepercayaan
sebaiknya lebih ditekankan pada kepercayaan individual dengan mengacu kepada keyakinan
21
konsumen atas kualitas dan keterandalan jasa yang diberikan. Untuk definisi operasional
kepercayaan mereka berdua mengacu kepada pendapat Gwinner, Gremier, dan Bitner ( 1998 )
yang mengemukakan bahwa dalam industri jasa, manfaat psikologis atas kepercayaan adalah
lebih penting daripada perlakuan istimewa terhadap pelanggan atau yang disebut sebagai
manfaat sosial dalam membina hubungan pelanggan.
2.4
Konsep GAP (Kesenjangan) kepuasan konsumen
Menurut Rangkuti (2003 : p40) Kepuasan pelanggan terhadap suatu jasa ditentukan oleh
tingkat kepentingan pelanggan sebelum menggunakan jasa dibandingkan dengan hasil persepsi
pelanggan terhadap jasa tersebut setelah pelanggan merasakan kinerja jasa tersebut.
Menurut Handi Irawan (2004, p131) Untuk melihat hasil secara menyeluruh, dilakukan
penjumlahan rata-rata dari GAP (selisih kenyataan dan harapan) yang dikalikan bobot dimensi
yang ada. Hasil >-1 misalnya -0,40 berarti baik dan < -1 misalnya -1.20 berarti kurang baik.
Dengan demikian, semakin besar nilainay maka tingkat kepuasan semakin baik. Namun Hsil ini
tidah pernah 1 (+) atau lebih. Apabila GAP positif, hal ini menggambrakan bahwa
masyarakat/pelanggan dianggap sangat puas, namun kemungkinan terjadinya gap positif sangat
kecil. Hal ini karena secara keseluruhan apa yang dialami (persepsi) jarang lebih baik dari apa
yang diharapkan.
22
Gambar 2.3 Diagram Proses Kepuasan Pelanggan
Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah kualitas pelayanan yang
terdiri dari 5 dimensi pelayanan. Kesenjangan merupakan ketidaksesuaian antara pelayanan yang
dipersepsikan (perceived service) dan pelayanan yang diharapkan (expected service).
Gambar 2.4 Diagram Kesenjangan yang Dirasakan oleh pelanggan
23
Kesenjangan terjadi apabila pelanggan mempersiapkan pelayanan yang diterimanya lenih
tinggi daripada desired service atau lebih rendah daripada adequate service kepentingan
pelanggan tersebut. Dengan demikian, pelanggan dapat merasakan sangat puas atau, sebaliknya,
sangat kecewa.
Secara umum, kesenjangan pelayanan dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu :
1. Kesenjangan yang mucul dari dalam perusahaan (company gaps)
Kesenjangan ini dapat menghambat kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan berkualitas. Kesenjangan yang muncul dari dalam perusahaan dapat
dibedakan ke dalam empat jenis kesenjngan, yaitu :
a. Kesenjangan 1 : Tidak mengetahui harapan konsumen akan pelayanan
b. Kesenjangan 2 : Tidak memiliki desain dan standar pelayanan yang tepat
c. Kesenjangan 3 : Tidak memberikan pelayanan berdasar standar pelayanan
d. Kesenjangan 4 : Tidak memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan
2. Kesenjangan yang muncul dari luar perusahaan
Kesenjangan yang muncul dari luar perusahaan yang disebut kesenjangan 5 terjadi
karena ada perbedaan persepsi pelanggan dengan harapan pelanggan terhadap
pelayanan.
Adapun model gap sebagai berikut :
24
Gambar 2.5 Model GAP kualitas konsumen
Keterangan gambar
Kesenjangan 1 : Tidak mengetahui yang diharapkan konsumen
Tidak mengetahui apa yang diharapkan konsumen merupakan salah satu akar kegagalan
perusahaan dalam memenuhi harapan konsumen. Kesenjangan 1 merupakan perbedaan
antara harapan konsumen dengan persepsi perusahaan terhadap harapan konsumen. Pihak
yang terlibat di dalam perusahaan adalah setiap orang atau pihak yang memiliki tanggung
jawab dan otoritas untuk membuat atau mengubah kebijakan, prosedur, dan standar
pelayanan. Pihak tersebut termasuk eksekutif puncak, manajer menengah, dan supervisor.
25
Sebab munculnya kesenjangan 1 :
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab munculnya kesenjangan 1 tersebut, yaitu :
a. Tidak ada interaksi langsung dengan konsumen
b. Tidak ada atau kurang upaya untuk menanyakan harapan konsumen
c. Kurang siap memberi perhatian kepada konsumen.
Ketika pihak yang memiliki tanggung jawab dan otoritas untuk menentukan prioritas,
tidak dengan sungguh-sungguh memahami harapan pelayanan konsumen, ia akan memicu
timbulnya serangkaian keputusan yang salah atau buruk dan alokasi sumber-sumber secara
tidak optimal yang menimbulkan persepsi kualitas pelayanan yang rendah.
Tindakan yang perlu dilakukan
Langkah pertama dan mendasar yang perlu dilakukan oleh pihak perusahaan adalah
memperoleh informasi yang akurat mengenai harapan konsumen. Metode formal dan
informal untuk mendapatkan informasi mengenai harapan konsumen dapat dikembangkan
melalui riset pasar. Beberapa metode tredisional dapat digunakan, seperti : menemui
konsumen, survey, sistem inovatif, seperti : QFD (Quality Function Deployment), Structured
brainstroming, analisis kesenjangan kualitas pelayanan.
Kesenjangan 2 : Tidak memiliki desain dan standar pelayanan yang tepat
Persepsi yang akurat mengenai harapan konsumen merupakan hal yang perlu, namun
tidak cukup untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Perusahaan harus mewujudkan
persepsi yang akurat mengenai harapan konsumen ke dalam desain dan standar kinerja
pelayanan. Desain dan standar pelayanan dikembangkan atas dasar persyaratan konsumen
dan prioritasnya. Sebab munculnya kesenjangan kedua ini dapat dikatakan bahwa persepsi
harapan konsumen yang tidak di identifikasi secara akurat.
26
Tindakan yang perlu dilakukan
Upaya atau tidakan yang harus dilakukan untuk mewujudkan persepsi yang akurat
terhadap harapan konsumen ke dalam desain dan standar pelayanan, akan efektif hanya bila
pihak manajemen memiliki filosofi menajemen, yaitu komitmen dan ketulusan kehendak
untuk memberikan layanan yang berkualitas.
Filosofi manajemen tersebut merupakan kekuatan dasar untuk mewujudkan desain dan
standar pelayanan yang berkualitas. Filosofi manajemen tersebut mencakup hal-hal sebagai
berikut :
a. Menyadari bahwa pelayanan konsumen merupakan kunci sukses
b. Menciptakan desain layanan untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan
c. Menyediakan ”one-stop-shopping”
d. Customize
e. “Membalik” struktur organisasi sehingga konsumen berada di atas dan pihak menejemen
berada di bawah
f. Memberdayakan staf
g. Pemimpin bertindak sebagi pelayan
h. Menyadari bahwa konsumen selalu benar.
Kepuasan konsumen menjadi fokus strategi, sehingga perusahaan harus memiliki
sistem pengukuran strategik. Sistem pengukuran tersebut harus diintegrasikan dengan
barometer kepuasan dan persepsi kualitas pelayanan konsumen.
27
Kesenjangan 3 : Tidak memberikan pelayanan sesuai standar pelayanan
Kesenjangan ketiga merupakan perbedaan antara standar yang diciptakan berdasar
kebutuhan konsumen dengan tindakan nyata perusahaan dalam memberikan pelayanan
kepada konsumen.
Meskipun perusahaan memiliki standar pelayanan (pedoman dan prosedur) yang baik,
pelayanan yang berkualitas tidak selalu bisa diwujudkan. Standar yang baik harus dilengkapi
dengan sumberdaya yang mencukupi (orang, sistem, dan teknologi) dan harus didukung agar
menjadi efektif, yaitu : kinerja karyawan harus diukur dan karyawan diberi kompensasi
berdasar standar tersebut.
Sebab munculnya kesenjangan 3
Penyebab timbulnya kesenjangan ketiga atau hambatan yang mungkin timbul untuk
mengurangi kesenjangan ketiga tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut
a. Karyawan tidak memahami peran yang harus mereka jalani dalam perusahaan
b. Karyawan merasa berada dalam konflik antara konsumen dan pihak manajemen
c. Salah memilih karyawan
d. Teknologi yang tidak memadai
e. Kompensasi dan pengakuan yang kurang baik
f. Kurangnya pemberdayaan serta team work.
Tindakan yang perlu dilakukan
Berdasarkan penyebab timbulnya kesenjangan ketiga, tindakan yang perlu dilakukan
oleh pihak manajemen selain memberikan perhatian pada konsumen eksternal, harus pula
memberikan perhatian pada konsumen internalnya (karyawan) melalui kegiatan internal
marketing dan menciptakan system yang didukung oleh teknologi yang memadai.
28
Kesenjangan 4 : Tidak memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan
Kesenjangan keempat merupakan perbedaan antara pelayanan yang diberikan dan
komunikasi perusahaan dengan pihak eksternal. Janji yang di buat oleh pemberi
pelayanan/perusahaan melalui iklan dan kegiatan komunikasi lainnya akan menciptakan
harapan konsumen yang akan dijadikan standar bagi penilaian konsumen terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan oleh perusahaan.
Sebab munculnya kesenjangan 4
Kesenjangan antara janji dengan kenyataan dapat muncul karena beberapa hal, yaitu :
a. Janji yang terlalu tinggi
b. Kurangnya koordinasi antara bagian operasi dengan bagian pemasaran
c. Perbedaan (tidak konsistensi) kebijakan dan prosedur di antara service outlets
Karena pada dasarnya pelayanan (service) merupakan hal yang intangibe, konsumen
akan cenderung melihat aspek fisik dan harga untuk memperoleh informasi mengenai
kualitas pelayanan yang akan mereka terima dari perusahaan. Aspek fisik (bangunan, kantor,
penampilan karyawan, penataan fasilitas fisik) dan harga mengandung janji dari pihak
perusahaan pada konsumennya. Harga yang terlalu tinggi akan menimbulkan harapan yang
tinggi, sehingga jika pihak perusahaan tidak mampu memenuhinya akan menimbulkan
ketidakpastian yang tinggi pula.
Tindakan yang perlu dilakukan
Perusahaan perlu melancarkan arus komunikasi antar bagian dalam perusahaan,
misalnya bagian iklan, bagian operasi, bagian penjualan, bagian personalia semua harus
memiliki komunikasi sehingga pelayanan yang diberikan tetap konsisten sesuai dengan pesan
29
dan janji yang disampaikan kepada pihak eksternal. Pesan dan janji yang diberikan tidak
membentuk harapan pelanggan yang melebihi kemampuan perusahaan untuk memenuhinya.
Kesenjangan 5 : Perbedaan persepsi konsumen dengan harapan konsumen terhadap
pelayanan.
Seperti dikatakan bahwa kesenjangan kelima berada diluar perusahaan, yang terjadi
karena konsumen memiliki persepsi yang berbeda dengan harapannya. Kesenjangan kelima
ini tidak mudah untuk dihilangkan, karena perusahaan harus menghilangkan kesenjangan
kesatu hingga kesenjangan keempat, agar kesenjangan kelima dapat dihilangkan.
Model lain yang dapat digunakan untuk menghilangkan kesenjangan satu hingga
kesenjangan empat adalah suatu model yang terdiri dari empat langkah. Langkah-langkah
tersebut dianggap lebih komprehensif dalam menghilangkan kesenjangan,
yaitu :
Langkah 1 : Menumbuhkan kepemimpinan yang efektif
Langkah 2 : Mambangun sistem informasi pelayanan
Langkah 3 : Merumuskan strategi pelayanan
Langkah 4 : Menerapkan strategi pelayanan
Kepemimpinan yang efektif perlu diikuti oleh semua sistem informasi pelayanan yang
menyediakan segala macam data dan informasi pelayanan yang baik saja belumlah cukup,
perusahaan perlu merumuskan strategi pelayanan yang menjadikan semua orang yang terlibat
denga pelayanan baik langsung maupun tidak langsung mengarah pada tujuan yang sama,
yaitu memberikan pelayanan dengan kualitas prima kepada pelanggan.
30
Rumuskan strategi pelayanan yang baik belum menjadi jaminan untuk memberikan
pelayanan berkualitas. Strategi pelayanan tersebut perlu diimplementasikan secara efektif,
sehingga tidak menjadi selogan belaka.
2.5 Metode Analisis Porter
Gambar 2.6
Analisis 5 Kekuatan Porter
Menurut Porter ( 2002, P60 ) Salah seorang ilmuwan ekonomi, mengungkapkan bahwa
perlunya memperhatikan 5 kekuatan persaingan untuk mengetahui jelas posisi kekuatan
perusahaan. Hal tersebut berguna terutama untuk kepentingan jangka panjang dari
31
perusahaan. Semakin kuat forces ( kekuatan ) dari kelima Kekuatan yang dikatakan
Forces, maka perusahaan akan semakin terbatas dalam kemampuannya memperoleh
profit lebih. Masing-masing dari kelima kekuatan tersebut yang berupa Potential entrants
( Pemasuk Potensial ), Suppliers ( Pemasok ), Substitute ( Barang Pengganti / substitusi ),
Buyers ( Pembeli ), Industry Competitors ( Pesaing Industri ) memiliki kekuatan yang
kita sebut Threat ( Ancaman ) maupun Bargaining Power ( Daya tawar ) serta persaingan
antar perusahaan dalam satu industri yang telah exist.
Berdasarkan pendapat Porter ( 2002, P61 ) beberapa persyaratan masuk yang dapat pula
menjadi halangan masuknya pendatang baru adalah sebagai berikut :
Economics Of Scale
Product Differentiation
Capital Requirements
Switching Cost
Access to Distribution Channel
Cost Disadvantages Independent of Size
Government Policy
Porter ( 2002, P62 ) menuliskan tentang faktor- faktor yang memepengaruhi intensitas
persaingan:
Number of Competitor
Rate of Industry Growth
Product or Service Characteristics
Amount of Fixed cost
Capacity
32
Height of Exit Barriers
Diversity of Rivals
Porter ( 2002, P63 ) Pembeli sebenarnya mempengaruhi pula Industri melalui banyak hal,
yang bisa membuat perusahaan menentukan kebijakan harga yang lebih murah dengan
kualitas yang lebih baik. Pembeli atau kelompok dari pembeli akan menjadi kuat dalam
Bargaining Power ( Daya tawar ) bila:
Pembeli membeli proporsi besar dari produk atau jasa penjual
Pembeli punya potensial untuk memproduksi produk yang ditawarkan
Pembeli memiliki alternatif penjual lainnya karena produk yang ditawarkan
adalah produk yang standar ( tidak terdifferensiasi )
Biaya mengganti Penjual sangatlah kecil atau mungkin tidak ada
Pembeli merasakan keuntungan yang sangat sedikit dan sangat sensitif terhadap
biaya yang dikeluarkan.
Pembelian akan produk tidak penting pengaruhnya terhadap kualitas akhir atau
harga dari produk bisa dengan mudah tersubstitusi.
Porter ( 2002, P64 ) Pemasok bisa mempengaruhi sebuah industri melalui kemampuan
mereka untuk menaikkan harga atau mengurangi kualitas dari barang dan jasa yang
dibeli. Pemasok atau kelompok pemasok akan kuat apabila terdapat beberapa faktor
berikut :
Industri pemasok didominasi beberapa perusahaan, tetapi penjualannya terhadap
banyak pembeli
Barang atau jasa yang ditawarkan sifatnya unik dan telah menimbulkan switcing
cost
33
Substitusi belum mungkin untuk terjadi
Pemasok memiliki kemampuan untuk berintegrasi masuk dan berkompetisi
langsung merebut pangsa pasar konsumen akhir
Pembelian terhadap Pemasok hanya sebagian kecil sehingga tampak tidak penting
bagi pemasok
Mengutip pendapat Porter ( 2002, P65 ) Secara umum, ancaman produk pengganti adalah
besar apabila sejumlah pelanggan menghadapi sedikit, bila ada, biaya peralihan dan
apabila harga produk pengganti tersebut lebih rendah dan atau mutu dan kemampuan
kinerjanya sama atau lebih besar daripada produk yang ada.