Bab 2 Pemetaan.docx

  • Uploaded by: Fakhmi Imanuddin
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 2 Pemetaan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,050
  • Pages: 26
KONDISI FISIOGRAFI DAN GEOLOGI REGIONAL JAWA BARAT Bentuk permukaan bumi yang kita lihat sekarang merupakan hasil dari suatu proses geologi sebagai tenaga endogen dan pengaruh faktor cuaca sebagai tenaga eksogen yang menyebabkan batuan mengalami proses pelapukan . Dengan demikian daerah yang telah terangkat akan mengalami proses denudasi sehingga terbentuk bukit – bukit dan dataran (peneplain) , proses pengankatan dan patahan akan menimbulkan zona – zona lemah sehingga akan terbentuk lembah-lembah sungai dan penerobosan magma ke permukaan dalam bentuk kegiatan vulkanisme yang menghasillkan batuan vulkanik. Seperti yang membentuk fisiogarfi Jawa Barat yang memiliki karakteristik geologi terdiri dari pedataran alluvial, perbukitan lipatan dan gunungapi. Secara fisiografi terbagi menjadi 4 bagian (van Bemmelen 1949), yaitu :

Pembagian Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmlen, 1949)

1.

Zona Jakarta (Pantai Utara)

Daerah ini terletak di tepi laut Jawa dengan lebar lebih kurang 40 Km terbentang mulai dari Serang sampai ke Cirebon. Sebagian besar tertutupi oleh endapan alluvial yang terangkut

oleh sungai – sungai yang bermuara di laut Jawa seperti Ci Tarum, Ci Manuk, Ci Asem, Ci Punagara. Ci Keruh dan Ci Sanggarung . Selain itu endapan lahar dari Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Gede dan Gunung Pangranggo menutupi sebagai zona ini dalam bentuk vulkanik alluvial fan (endapan kipas alluvial) khususnya yang berbatsan dengan zona bandung.

2.

Zona Bogor

Zona ini membentang mulai dari Rangkasbitung melalui Bogor, Purwakarta, Subang, Sumedang, Kuningan dan Manjalengka. Daerah ini merupakan perbukitan lipatan yang terbentuk dari batuan sedimen tersier laut dalam membentuk suatu Antiklonorium, di beberapa tempat mengalami patahan yang diperkirakan pada zaman Pliosen-Plistosen sezaman dengan terbentuknya patahan Lembang dan pengankatan Pegunungan Selatan. Zona Bogor sekarang terlihat sebagai daerah yang berbukit-bukit rendah di sebagian tempat secara sporadis terdapat-bukit-bukit dengan batuan keras yang dinamakan vulkanik neck atau sebagai batuan intrusi seperti Gunung Parang dan Gunung Sanggabuwana di Plered Purwakarta, Gunung Kromong dan Gunung Buligir sekitar Majalengka. Batas antara zona Bogor dengan zona Bandung adalah Gunung Ciremai (3.078 meter) di Kuningan dan Gunung Tampomas (1.684 meter) di Sumedang .

3.

Zona Bandung

Zona Bandung merupakan daerah gunung api, zone ini merupakan suatu depresi jika dibanding dengan zona Bogor dan Zona Pegenungan Selatan yang mengapitnya yang terlipat pada zaman tersier . Zona Bandung sebagain besar terisi oleh endapan vulkanik muda produk dari gunung api disekitarnya . Gunung - gunung berapi terletak pada dataran rendah antara kedua zone itu dan merupakan dua barisan di pinggir Zone Bandung pada perbatasan Zone Bogcr dan Zone Pegunungan Selatan. Walaupun Zone Bandung merupakan suatu depresi,

ketinggiannya masih cukup besar, misalnya depresi Bandung dengan ketinggian 650 – 700 m dpl. Zone Bandung sebagian terisi oleh endapan-endapan alluvial dan vukanik muda (kwarter), tetapi di beberapa tempat merupakan campuran endapan tertier dan kwarter. Pegunungan tertier itu adalah :

A.

Pegunungan Bayah (Eosen) yang terjadi atas bagian Selatan yang terlipat kuat, bagian

tengah terdiri atas batuan andesit tua (old Andesit)dan bagian Utara yang merupakan daerah peralihan dengan zone Bogor. B.

Bukit di lembah Ci Mandiri dekat Sukubumi, yang terletak pada ketinggian 570 - 610

m merupakan kelanjutan dari pegunungan Bayah. Antara Cibadak dan Sukabumi terdapat punggung-punggung yang merupakan horst, yang menjulang di atas endapan vulkanik daerah itu. Di sebelah Timur Sukabumi terdapat dataran Lampegan pada ketinggian 700 - 750 m, yang mungkin seumur dengan plateau Lengkong di Pegunungan Selatan. C.

Bukit-bukit Rajamandala (Oligosen) dan plateau Rongga termasuk ke dataran

Jampang (Pliosen) di Pegunungan Selatan. Dibandingkan dengan plateau Rongga, keadaan Raja- mandala lebih tertoreh-toreh oleh lembah. Plateau Rongga merupakan peralihan antara zone Bandung dan Pegunungan Selatan terletak pada ±1.000 m serta merupakan bukit - bukit dewasa dan tua. Daerah ini melandai ke dataran Batujajar (650 m) di zone Bandung. D.

Bukit-bukit Kabanaran yang terletak di Timur Banjar zone Bandung itu Iebarnya 20-

40 km, terdiri atas dataran-dataran dan lembah-tembah. Bagian Barat Banten merupakan kekecualian, karena di sana tak terdapat depresi dandaerahnya terdiri atas komplek pegunungan yang melandai dengan bukit-bukit rendah. E.

Pegunungan itu telah tertoreh-toreh dan tererosikan dengan kuat, sehingga merupakan

permukaan yang agak datar (peneplain). Peneplain itu terus melandai ke Barat ke Selat Sunda. Di beberapa tempat di Selatan pantai lautnya curam Zone Bandung, terdiri atas: depresi Cianjur Sukabumi, depresi Bandung, depresi Garut dan depresi Ci Tanduy para ahli geologi menyebutnya sebagai cekungan antar pegunungan (cekungan intra montana).

Depresi Cianjur letaknya agak rendah (459 m) dibandingkan dengan depresi Bandung. Tempat terendah terletak 70 m di atas permukaan taut. Di sebelah Bara, dekat zone Bogor terdapat kelompok gunung api, dengan Gunung Salak (2.21 1 m) sebagai gunung berapi termuda, sedangkan di beberapa tempat seperti di Sukabumi, permukaannya tertutup oleh bahan vulcanic dar( Gunung Gede (2.958 m) dan Gunung Pangrango (3.019 m), yang menjulang di tengah-tengah dataran. Bahan-bahan vulkanik tersebut bahkan tersebar di Iembah-lembah zone Bogor. Depresi Bandung pada ketinggian 650 — 675 m dengan lebar ±25 Km. merupakan dataran alluvial yang subur, yang dialiri oleh sungai Ci Tarum. Dataran itu terletak antara dua deretan gunung berapi. Di sebelah Utara pada perbatasan zone Bogor tertetak Gunung Burangrang yang tua (2.064 m), Gunung Bukittunggul (2.209 m) dan Gunung Tangkubanperahu yang muda (2.076 m); dan pada perbatasan zone Pegunungan Selatan terletak Gunung Malabar (2.321 m) dengan beberapa gunung berapi tua seperti Gunung Patuha (2.429 m) dan Gunung Kendeng (1.852 m).

Sesar Lem bang

Bandung

Gambar 2 : Foto Citra Satelit Kawasan bandung

Zona Bandung memiliki karakteristik banyak memiliki gunungapi baik yang sudah tidak aktif (gunungapi tipe B dan C) yang ditandai dengan fumarol dan solfatara dan gunungapi yang masih aktif (gunungapi tipe A). Gunungapi tersebut dapat berperan sebagai penangkap hujan yang baik karena material – material gunungapi bersifat porous sehingga dapat menjadi daerah penyimpan air yang baik sumber yang potensial untuk sungai-sungai disekitarnya . Di dataran Bandung terdapat endapan rawa yaitu batuan lempung yang kemudian tertutupi oleh endapan danau yang berumur resen, yaitu danau pra historis yang terbentuk karena pengaliran air di Barat Laut, terbendung oleh bahan vukcanik (pada kebudayaan Neotithikum), dan selanjutnya kering lagi karena Ci Tarum mendapat pengaliran baru pada suatu celah sempit yang dinakamakan Sanghyang Tikoro di daerah bukit Rajamandala. Depresi Garut pada ketinggian 717 m merupakan daerah yang lebarnya ±50 km dan dikelilingi gunung berapi. Di sebelah Selatan terletak Gunung Kracak (1.838 m) yang tua dan Gunung Ci Kuray (2.821 m) yang muda. Di Gunung Papandayan (2.622 m) terdapat solfatara dan di Gunung Guntur (2.249 m) terdapat aliran Iava yang telah membeku menyebar di lereng Gunung Calancang (1.667 m) di Utara merupakan batas dengan zone Bogor. Depresi Lembah Ci Tanduy tertutupi oleh endapan alluvial, dan sporadis terdapat bukit- bukit dari-batuan yang terlipat. Gunung Sawal (1.733 m) endapannya tersebar ke sebelah Barat yang menutupi plateau Rancah, yang melandai ke Selatan. Agak ke Barat terletak dataran Tasikmalaya yang mempunyai komplek gunung berapi tua, dengan gunung berapi muda Gunung Galunggung (2.241 m) yang meletus terakhir tahun 1982. Di sekitar Kota Tasikmalaya terdapat bukit-bukit kecil yang sebagai pruduk letusan Gunung Galunggung purba yang membentuk morfologi Hillloc atau disebut juga Bukit Sepuluh Ribu (Ten Thausand Hill). Di sebelah Timur Banjar, lembah Ci Tanduy itu terbagi dua oleh bukit Kabanaran. di bagian Selatant sepanjang lembah Ci Tanduy dan menerus di bagian Utara melalui Majenang bersambung dengan depresi Serayu di Jawa Tengah.

Gambar 3 : Foto citra satelit kawasan Gunung Galunggung

4.

Zone Pegunungan Selatan.

Pegunungan Selatan (menurut Pennekoek; Zone Selatan) terbentang mulai dari tetuk Pelabuhanratu sampai Pulau Nusakambangan. Zone ini mempunyai lebar ±50 km, tetapi di bagian Timur menjadi sempit dengan lebar hanya beberapa km. Pegunungan Selatan telah mengalami pelipatan dan pengangkatan pada zaman Miosen. dengan kemiringan lemah ke arah Samudera lndonesia. Pegunungan Selatan dapat dikatakan suatu plateau dengan permukaan batuan endapan Miosen Atas, tetapi pada beberapa tempat permukaannya tertoreh-toreh dengan kuat sehingga tidak merupakan plateau lagi. Sebagian besar dari pegunungan Selatan mempunyai dataran erosi yang letaknya lebih rendah, disebut dataran Lengkong yang terletak di bagian Baratnya dan sepanjang hulu sungai Ci Kaso. Pada waktu pengangkatan Pegunungan Selatan (Pleistosen Tengah) dataran Lengkong ikut terangkat pula, sehingga batas Utara mencapai ketinggian ± 800 m dan bukit-bukit pesisir mencapai ± 400 m. Di pegunungan Selatan terdapat bagian-bagian Plateau Jampang, Plateau Pangalengan dan Plateau Karangnunggal.

A.

Plateau Jampang bentuknya khas sekali bagi Pegunungan Selatan karena dibatas

Utara mempunyai escarpment, dan pegunungan itu melandai ke Selatan. Plateau Pesawahan (menurut Pannekoek; Pegunungan Hanjuang) merupakan permukaan Pliosen, yang telah terangkat. Di sebelah Selatan Plateau Pesawahan terdapat suatu dataran yang lebih rendah B.

dan rata sekali yang disebut plateau Jampang Selatan yang mungkin dahulu dibentuk

oleh abrasi waktu daerah tersebut tergenang air laut. Dataran Lengkong letaknya 200 m lebih rendah dari permukaan plateau Pesawahan. Di beberapa tempat dataran Lengkong terangkat lebih tinggi. Puncak tertinggi adalan Gunung Malang (909 m). C.

Plateau Pangalengan (1.400 m) telah terangkat lebih tinggi daripada plateau Jampang

dan plateau Karangnunggal. Sungai Ci Laki di plateau Pangalengan mengalir ke Selatan ke Samudera lndonesia. Di sebelah Barat Laut terdapat plateau Ciwidey - Gununghalu dengan sebuah danau Telaga Patenggang, yang mempunyai morfologi gunung longsor (depresi). Sedangkan di bagian Utara tertutupi oleh gunung berapi muda, misalnya Gunung Ma-labar. D.

Plateau KarangnunggaL Plateau inipun melandai ke Selatan dan di beberapa tempat

mempunyai topografi karst. Sungai Ci Wulan berhulu di zone Bandung kemudian mengalir melintasi Pegunungan Selatan ke Samudera lndonesia. Sepanjang sungai itu terdapat terasteras lahar vulkanis. E.

Di Tenggara Sukaraja terdapat bukit Pasirkoja setinggi 587 m. di daerah ini

perbatasan antara zone Bandung dan pegunungan Selatan (yang berupa flexure) tertimbun oleh endapan muda alluvial dan vulkanis. Di sebelah Timur Gunung Bongkok (1.114 m), suatu bukit intrusi terdapat pula escarpment sebagai batas plateau itu dengan lembah Ci Tanduy di zone Bandung. pegunungan Selatan itu di Timur tertimbun dataran alluvial yang sempit, karena sebagian masuk ke laut dan berakhir di dekat Pulau Nusakambangan

Kondisi Geologi Jawa Barat

Jawa Barat sebagai bagian dari Pulau Jawa merupakan pulau terluar dari busur selatan Asia, disamping itu dengan adanya penunjaman ini maka Pulau Jawa memiliki kondisi geologi yang unik dan rumit. Pada jaman pra tersier Jawa Barat merupakan kompleks melange yaitu zone percampuran antara batuan kerak samudra dengan batuan kerak benua. Terdiri dari batuan metamorf, vulkanik dan batuan beku, yang diketahui hanya dari data pemboran dibagian utara laut Jawa barat (Martodjojo,1984) Pada Tersier awal (peleosen) terbentuk kompleks melange pada barat daya Jawa barat (Teluk Cileutuh) yang diduga sebagai bagian zona penunjaman ke arah Jawa Tengah. Di sebelah utara Jawa Barat mulai diendapkan produk hasil letusan gunung api yang terendapkan sebagai formasi Jatibarang sementara. Pada kala Eosen, Jawa Barat berada pada kondisi benua, yang ditandai oleh ketidakselarasan, tetapi Rajamandala-Sukabumi merupakan area terestial fluvial dimana hadir formasi Gunung Walat yang mengisi depresi interarc basin. Pada kala Oligosen Awal ditandai oleh ketidaklarasan pada puncak Gunung Walat berupa konglomerat batupasir kwarsa, yang menunjukan suatu tektonik uplift diseluruh daerah. Pada kala oligosen akhir diawali dari transgesi marin, yang terbentuk dari selatan-timur (SE) ke arah utara-timur (NE). Bogor Through berkembang ditengah Jawa barat yang memisahkan off-shelf platform di selatan dari Sunda shelf di utara. Pada tepi utara platform ini reef formasi Rajamandala terbentuk yang didahului oleh pengendapan serpih karbonatan formasi Batuasih. Kala ini juga diendapkan formasi Gantar pada bagian utara yang berupa terumbu karbonat dan berlangsung selama siklus erosi dan trangesi yang berulangkali, pada waktu yang sama terjadi pengangkatan sampai Meosen Awal bersamaan dengan aktivitas vulkanik yang menghasilkan struktur lipatan dan sesar dengan arah barat daya timur laut. Pada kala Meosen yaitu setelah formasi Rajamandala terbentuk maka pada cekungan Bogor diisi oleh endapan turbidit dan volcanic debris. Sementara pada bagian selatan diendapkan formasi Jampang dan Cimandiri. Di sebelah utara diendapkan formasi Parigi dan formasi Subang. Pengangkatan kala Meosin tengah diikuti oleh perlipatan dan pensesaran berarah barat-timur. Pliosen Akhir mengalami pengangkatan yang diikuti oleh pelipatan lemah,

zona Cimandiri mengalami pensesaran mendatar. Sementara itu berlangsung pengendapan formasi Bentang Pada zaman kuarter peristiwa geologi banyak diwarnai oleh aktivitas vulkanisme sehingga pada seluruh permukaan tertutupi oleh satuan produk gunung api. Daerah Bandung mengalami penyumbatan sungai Citarum oleh lava erupsi Tangkuban Perahu sehingga tergenang oleh air dan terbentuk Danau Bandung. Selama tergenang maka daerah Bandung dan sekitarnya seperti Padalarang dan Cimahi banyak terbentuk endapan-endapan danau. Sampai akhirnya Danau Bandung bocor di daerah gamping Sang Hyang Tikoro dan selama itu terendapkan lagi produk-produk gunung api dari Tangkuban Perahu. Struktur regional Jawa Barat memiliki empat pola struktur akibat adanya empat aktifitas tektonik yaitu : Struktur perlipatan dan pensesaran yang mempunyai arah barat ke timur. Diakibatkan oleh pengangkatan yang berlangsung selama Miosen tengah Struktur perlipatan dan pensesaran yang mempunyai arah sekitar N45oE. Struktur ini diakibatkan oleh pengangkatan yang disertai oleh volkanisme pada Oligosen akhir sampai Miosen awal Struktur di sebelah timur Jawa Barat mempunyai arah sekitar N315oE, membentang ke barat di utara Bandung berarah timur-barat, semakin ke barat maka struktur berarah umum barat daya. Struktur ini diakibatkan oleh aktivitas tektonik yang berlangsung selama Kuarter. Sementara itu di dataran Jakarta mempunyai struktur dengan arah utara-selatan. Di Jawa barat daerah tengah arah struktur sekitar N75oE yang di tunjukkaan oleh Tinggian Rajamandala Pengangkatan pada Pliosen akhir yang diikuti oleh perlipatan lemah. Pada formasi Bentang sehingga batuan pada formasi ini relatif memeliki kemiringan lapisan yang landai, selanjutnya diikuti dengan kegiatan tektonik sehinnga Zone Cimandiri mengalami pensesaran mendatar yang mempunyai arah sekitar N45oE memotong struktur terdahulu.

7

Gambar 4. Peta Geologi Regional Jawa Barat ( Sampurno, 1976)

8

Global Positioning System (GPS)

Global Positioning System (GPS) merupakan sebuah alat atau sistem yang dapat digunakan untuk menginformasikan penggunanya dimana dia berada (secara global) dipermukaan bumi yang berbasis satelit. Data dikirim dari satelit berupa sinyal radio dengan data digital. GPS (Global Positioning System) adalah sistem navigasi yang berbasiskan satelit yang saling berhubungan yang berada di orbitnya. Satelit-satelit itu milik Departemen Pertahanan (Departemen of Defense) Amerika Serikat yang pertama kali diperkenalkan mulai tahun 1978 dan pada tahun 1994 sudah memakai 24 satelit. Untuk dapat mengetahui posisi seseorang maka diperlukan alat yang diberi nama GPS reciever yang berfungsi untuk menerima sinyal yang dikirim dari satelit GPS. Posisi diubah menjadi titik yang dikenal dengan nama Way-point nantinya akan berupa titik-titik koordinat lintang dan bujur dari posisi seseorang atau suatu lokasi kemudian di layar pada peta elektronik. GPS adalah satu-satunya sistem satelit navigasi global untuk penentuan lokasi, kecepatan, arah, dan waktu yang telah beroprasi secara penuh didunia saat ini (undergraduate thesis Wildan Habibi, ITS, Surabaya Januari : 2011). GPS menggunakan konstelasi 27 buah satelit yang mengorbit bumi, dimana sebuah GPS receiver menerima informasi dari tiga atau lebih satelit tersebut seperti terlihat dalam Gambar 2.1 dibawah, untuk menentukan posisi. GPS receiver harus berada dalam line-of sight (LoS) terhadap ketiga satelit tersebut untuk diguakan

menentukan posisi, sehingga GPS hanya ideal untuk

dalam

outdoor

positioning.

9

Trilaterasi Dalam Global Positioning System (GPS)

Aplikasi yang berada disisi target (client) setelah mendapatkan request dari pelacak (server) maka client akan meminta koordinat posisinya pada GPS (Global Positioning System), yang kemudian akan dikirimkan ke pelacak (server). Sejak tahun 1980, layanan GPS yang dulunya hanya untuk leperluan militer mulai terbuka untuk publik. Meskipun satelit-satelit tersebut berharga ratusan juta dolar, namun setiap orang dapat menggunakannya dengan gratis. Satelit-satelit ini mengorbit pada ketinggian sekitar 12.000 mil dari permukaan bumi. Posisi ini sangat ideal karena satelit dapat menjangkau area coverage yang lebih luas. Satelit-satelit ini akan selalu berada posisi yang bisa menjangkau semua area di atas permukaan bumi sehingga dapat meminimalkan terjadinya blank spot (area yang tidak terjangkau oleh satelit). Setiap satelit mampu mengelilingi bumi hanya dalam waktu 12 jam. Sangat cepat, sehingga mereka selalu bisa menjangkau dimana pun posisi Anda di atas permukaan bumi. GPS reciever sendiri berisi beberapa integrated circuit (IC) sehingga murah dan teknologinya mudah untuk di gunakan oleh semua orang. GPS dapat digunakan untuk berbagai

10

kepentingan, misalnya mobil, kapal, pesawat terbang, pertanian dan di integrasikan dengan komputer

maupun

laptop.

Berikut beberapa contoh perangkat GPS reciever:

Macam-Macam Perangkat GPS

Cara Kerja Global Positioning System (GPS) Setiap daerah di atas permukaan bumi ini minimal terjangkau oleh 3-4 satelit. Pada prakteknya, setiap GPS terbaru bisa menerima sampai dengan 12 chanel satelit sekaligus. Kondisi langit yang cerah dan bebas dari halangan membuat GPS dapat dengan mudah menangkap sinyal yang dikirimkan oleh satelit. Semakin banyak satelit yang diterima oleh GPS, maka akurasi yang diberikan juga akan semakin tinggi. Cara kerja GPS secara sederhana ada 5 langkah, yaitu : 1.

Memakai perhitungan “triangulation” dari satelit.

11

2.

Untuk perhitungan “triangulation”, GPS mengukur jarak menggunakan travel time

sinyal radio. 3.

Untuk mengukur travel time, GPS memerlukan memerlukan akurasi waktu yang

tinggi. 4.

Untuk perhitungan jarak, kita harus tahu dengan pasti posisi satelit dan ketingian pada

orbitnya. 5.

Terakhir harus menggoreksi delay sinyal waktu perjalanan di atmosfer sampai

diterima reciever.

Cara Satelit menentukan Posisi

Satelit GPS berputar mengelilingi bumi selama 12 jam di dalam orbit yang akurat dia dan mengirimkan sinyal informasi ke bumi. GPS reciever mengambil informasi itu dan dengan menggunakan perhitungan “triangulation” menghitung lokasi user dengan tepat. GPS reciever membandingkan waktu sinyal di kirim dengan waktu sinyal tersebut di terima. Dari informasi itu didapat diketahui berapa jarak satelit. Dengan perhitungan jarak GPS reciever dapat melakukan perhitungan dan menentukan posisi user dan menampilkan dalam peta elektronik.

12

Tampilan GPS Reciever Sebuah GPS reciever harus mengunci sinyal minimal tiga satelit untuk memenghitung posisi 2D (latitude dan longitude) dan track pergerakan. Jika GPS receiver dapat menerima empat atau lebih satelit, maka dapat menghitung posisi 3D (latitude, longitude dan altitude). Jika sudah dapat menentukan posisi user, selanjutnya GPS dapat menghitung informasi lain, seperti kecepatan, arah yang dituju, jalur, tujuan perjalanan, jarak tujuan, matahari terbit dan matahari terbenam dan masih banyak lagi. Satelit GPS dalam mengirim informasi waktu sangat presesi karena Satelit tersebut memakai jam atom. Jam atom yang ada pada satelit jalam dengan partikel atom yang di isolasi, sehingga dapat menghasilkan jam yang akurat dibandingkan dengan jam bisaa. Perhitungan waktu yang akurat sangat menentukan akurasi perhitungan untuk menentukan informasi lokasi kita. Selain itu semakin banyak sinyal satelit yang dapat diterima maka akan semakin presesi data yang diterima karena ketiga satelit mengirim pseudo-random code dan waktu yang sama. Ketinggian itu menimbulkan keuntungan dalam mendukung proses kerja GPS, bagi kita karena semakin tinggi maka semakin bersih atmosfer, sehingga gangguan semakin sedikit dan orbit yang cocok dan perhitungan matematika yang cocok. Satelit harus teptap pada posisi yang tepat sehingga stasiun di bumi harus terus memonitor setiap pergerakan satelit, dengan bantuan radar yang presesi salalu di cek tentang altitude, posision dan kecepatannya.

13

KOMPAS GEOLOGI Pengertian Kompas geologi Kompas geologi adalah alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk

magnetis

yang

bebas

menyelaraskan

dirinya

dengan

medan

magnet bumi secara akurat. kompas geologi, selain dapatdipakai untuk mengukur komponen arah, juga komponen besar sudut.

Kompas geologi ada dua macam, yaitu kompas tipe

kuadran dan kompas tipe azimuth. Lokasi magnet di Kutub Utara selalu bergeser dari masa ke masa. Penelitianterakhir yang dilakukan oleh The Geological Survey of Canada melaporkan bahwa posisi magnet ini bergerak kira-kira 40km per tahun ke arah barat laut. Kompas Geologi dengan bagian-bagiannya

14

Pembagian derajat pada Kompas Geologi

. Klinometer

Membaca Klinometer Kemiringan : 10o30’ atau 19%

Bagian-bagian Kompas Brunton

1. Folding sight : Digunakan dalam pengukuran bearing dan inclination sighting, digunakan juga sebagai bagian penutup kompas. 2. Lid : Penutup kompas dan merupakan tempat cermin, axial line, dan sighting window yang berguna ketika membidik suatu sasaran.

15

3. Mirror : Cermin yang terletak pada lid, berfungsi sebagai alat yang membantu untuk melihat sasaran, terutama ketika mengukur arah dengan kompas sejajar pinggang. 4. Axial line : Berfungsi sebagai indikator kesejajaran kompas dengan sasaran yang dibidik. 5. Sighting window : Lubang yang terletak pada lid, ditengahnya dilewati oleh axial line, berfungsi untuk membidik suatu sasaran di hadapan pengamat dengan tepat. 6. Bull’s eye level: Terletak di bagian utama kompas, berfungsi sebagai indikator horizontal dari kedudukan kompas geologi. 7. Clinometer level : Terletak di bagian utama kompas dan dapat diputar melalui bagian bawah kompas geologi, berfungsi sebagai indikator horizontal ketika mengukur kemiringan suatu objek. 8. Graduated circle : Lingkaran pembagi derajat, merupakan bagian yang ditunjuk oleh jarum kompas. 9. Index pin : Suatu titik di dekat permukaan graduated circle yang berfungsi untuk penyesuaian deklinasi magnetik. 10. Compass needle : Merupakan batang jarum yang berfungsi menunjuk utara dan selatan dari medan magnet bumi. 11. Lift pin : Tombol kecil yang berfungsi untuk menahan arah dari jarum kompas agar dapat diamati dengan baik. 12. Adjusting screw : Berfungsi untuk mengubah graduated circle agar kompas menunjukkan posisi geografi yang benar. 13. Wire coil : Merupakan lilitan pada jarum kompas yang dapa digeser, berfungsi sebagai pemberat untuk menyesuaikan inklinasi magnetik. 14. Hinge : Merupakan sendi kompas yang dapat dilipat, terdapat dua buah pada kompas geologi, hinge pada sighting arm dan hinge pada lid. 15. Sighting arm : Merupakan lengan pada sisi kompas, berfungsi terutama saat membidik suatu sasaran, dan indikator arah suatu kemiringan objek ketika mengukur kemiringan (dip). 16. Open slot : Merupakan lubang pada sighting arm, ditengahnya terdapat benang aksial, berfungsi untuk membantu membidik sasaran dengan tepat. 17. Peep sight : Berfungsi untuk membidik objek dalam pengukuran azimuth. 18. Pivot needle : Jarum vertikal yang berfungsi sebagai poros berputarnya jarum kompas. 18. Jewel : Bagian jarum kompas yang bersentuhan dengan pivot needle, berfungsi menahan tubuh jarum kompas diatas pivot needle.

16

Fungsi Kompas Geologi Kompas geologi selain digunakan untuk menentukan arah, juga dapat dipakaiuntuk mengukur besarnya sudut lereng. 1. Menentukan arah azimuth dan cara menentukan lokasi Arah yang dimaksudkan disini adalah arah dari titik tempat berdiri ke tempat yang dibidik atau dituju. Titik tersebut dapat berupa : puncak bukti, patok yang

sengaja

dipasang, dan lain-lain. Untuk mendapatkan hasil pembacaan yang baik, dianjurkan mengikuti tahapan sebagai berikut : 1. Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang 2. Kompas dibuat horizontal dan dipertahankan demikian selama pengamatan. 3. Cermin diatur, terbuka kurang lebih 135o menghadap ke depan dan sightingarm dibuka horizontal dengan peep sight ditegakkan 4. Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang dimaksud tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung sighting arm dan garis tengahdan garis tengah pada cermin. Sangat penting diingat bahwa : bukan hanyatangan dengan kompas yang berputar tetapi seluruh badan. 5. Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak. Hasil bacaan adalah arah yang dimaksud. Hasil pembacaan arah dapat dipakai untuk menentukan lokasi dimana pengamat berdiri, dengan dibantu peta topografi. Pembidikan dapat dilakukan ke beberapa obyek yang lokasinya diketahui dengan pasti di peta (biasanya tiga obyek) kemudian arah-arahtersebut ditarik pada peta dengan menggunakan busur derajat dan segitiga. Titik potongketiganya, yang bila pembacaannya tepat, akan hanya berpotongan di satu titik. Titik tersebut adalah titik dimana pengamat berdiri. Membaca arah dapat juga dilakukan dengan memegang dan menempatkankompas

pada

posisi mata. Kompas dipegang horizontal dengan cermin dilipat 45o danmenghadap ke mata Arah yang ditunjukkan jarum dapat dibaca melalui cermin. Karenatangan penunjuk arah terbalik (menghadap kita), maka yang dibaca adalah ujung selatan jarum kompas. Yang mana dari kedua cara ini yang paling baik adalah tergantung darikebiasaan kita dan keadaan medan.

17

1. Mengukur besarnya sudut suatu lereng dan menentukan ketinggian suatu titik Untuk mengukur besarnya sudut lereng dilakukan tahapan sebagai berikut : 1. Tutup kompas dibuka kurang lebih 45o, sighting arm dibuka dan ujungnya ditekuk 90o 2. Kompas dipegang dengan posisi

seperti yang diperlihatkan dalam . Skalaklinometer

harus di sebelah bawah. 3. Melalui lubang peep-sight dan sighting-window dibidik titik yang dituju.Usahakan agar titik tersebut mempunyai tinggi yang sama dengan jarak antaramata pengamat dengan tanah tempat berdiri. 4. Klinometer kemudian diatur dengan jalan memutar pengatur di bagian belakang kompas, sehingga gelembung udara dalam “clinometer level” beradatepat di tengah 5. Baca skala yang ditunjukkan klinometer seperti yang ditunjukkan dalam .Satuan kemiringan dapat dinyatakan dalam derajat maupun dalam persen. Apabila jarak antara tempat berdiri dan titik yang dibidik diketahui, misalnyadengan mengukurnya di peta maka perbedaan tinggi antara kedua titik tersebut dapat dihitung. Perbedaan tinggi tersebut dapat juga diketahui dengan cara seperti yang diperlihatka . Dalam hal ini, ikutilah prosedur sebagai berikut : 1. Letakkan angka 0 klinometer berimpit dengan angka 0 pada skala. 2. Pegang kompas, gerakan dalam arah vertikal sedemikian rupa sehinggagelembung udara berada di tengah . 3. Bidiklah melalui lubang pengintip sehingga mata, lubang pengintip dan garis pada jendela panjang berada dalam satu garis lurus. Perpanjangan dari garislurus tersebut akan “menembus” permukaan tanah di depan pada suatu titik tertentu. Ingat-ingatlah titik “tembus” ini. 4. Beda tinggi antara pengamat berdiri dan “titik tembus” tadi sama dengan tinggi pengamat dari telapak sepatu sampai mata.5. Berpindahlah ke “titik tembus” tadi dan ulanglah prosedur no. 2 dan 3 di atassampai daerah yang akan anda ukur selesai. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dalam pengukuran arah dan sudutlereng, dapat digunakan tripod .

18

3. Mengukur kedudukan unsur struktur Dalam geologi kita hanya mengenal adanya 2 (dua) jenis unsur struktur, yaitustruktur bidang dan struktur garis. 1. Mengukur kedudukan bidang. Yang dimaksud dengan struktur bidang adalah bidang perlapisan, kekar, sesar,foliasi, dan sebagainya. Kedudukannya dapat dinyatakan dengan jurus dan kemiringanatau dengan arah kemiringan dan kemiringan Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mengukur kedudukan struktur demikian di lapangan, dan cara mana yang paling baik tergantung dari selera masing-masing atau telah ditetapkan dan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh instansitempat kita bekerja. Di sini hanya akan dikemukakan 3 (tiga) cara saja yang paling lazimdilakukan dan dapat dimengerti oleh setiap pemeta atau geologiawan. 2. Membaca arah dan besarnya kemiringan. Cara

ini

dapat

diterapkan

baik

untuk

kompas

azimuth

maupun

kwadran.

Padadasarnya cara ini adalah mengukur arah dan besarnya kemiringan bidang. Artinya kemana arah kemiringannya dan berapa besarnya. Jurusnya tidak diukur, tetapi dapatdiketahui dengan sendirinya yaitu tegak lurus pada arah kemiringan. Perbedaannyadeng an kedua cara terdahulu adalah pencatatan dan plotting dalam peta:

a. Pengukuran jurus b. Pengukuran kemiringan c. Pengukuran arah kemiringan

Prosedur mengukurnya adalah sebagai berikut : a. Letakkan sisi kompas dengan cermin sejajar bidang yang diukur (atau samadengan mendekatkan sisi kompas dengan tanda S) b. Angka yang ditunjuk jarum utara adalah arah kemiringan bidang. c.

Besarnya

kemiringan

diketahui

dengan

prosedur-prosedur

yang

sama

seperti pada cara pertama dan kedua d. Hasil bacaannya akan ditulis : 20o N 45o E artinya : bidang itu miring 20o kearah timur laut. Cara ini lebih cepat (karena hanya satu kali menentukan arah) dan tidak mungkinterjadi kekeliruan

dalam

menentukan

arah

kemiringan

bidang

(kesalahan

hanya

akan

terjadi apabila kita salah membaca jarum kompas) cara ini juga banyak diterapkanterutama di

19

Eropa (Inggris) dan perusahaan-perusahaan minyak.

3. Mengukur kedudukan struktur garis Struktur garis yang dimaksud disini dapat berupa : poros lipatan, Perpotongan 2 bidang, liniasi mineral, garis-garis pada cermin sesar, liniasi fragmen pada breaksi dansebagainya. Kedudukannya dinyatakan dengan arah dan besarnya penunjaman atau (“plunge”)dan “pitch”. Yang dimaksud dengan arah disini adalah Letakkan atau arahkan kompasdalam posisi horizontal sedemikian rupa sehingga salah satu sisinya berimpit denganliniasi yang akan diukur dan “sighting arm” sejajar dengan arah garis, kemudian dibaca jarum utara. Cara mengukurnya,

dapat

dilakukan

dengan

meletakkan

langsung

kompasitu pada struktur yang diukur, atau sambil berdiri seperti pada gambar. Adapun penun jaman atau “plunge” adalah besarnya sudut yang dibuat oleh struktur garis tersebutdengan bidang horizontal diukur pada bidang vertikal melalui garis tersebut Cara menentukan besarnya penunjaman atau “plunge” (dibaca plans), adalahdengan membaca klinometer pada saat kedudukan kompas vertikal dan sisinya diletakkanseluruhnya (jangan hanya ujungnya) pada garis yang diukur. 4. Membaca kompas dan cara “plotting” 1. Membaca arah Perlu diingat bahwa untuk membaca arah, baik kompas azimuth maupunkwadran, jarum yang diperhatikan hanyalah jarum utara. 2 . Membaca jurus Membaca jurus lapisan sama persis dengan membaca arah oleh karena jurus tidak lain dari pada arah garis potong antara bidang lapisan dengan bidanghorizontal. 3 . Membaca sudut lereng, kemiringan lapisan atau penunjaman liniasi Untuk membaca ketiga parameter di atas dipergunakan klinometer. Padaumumnya yang dibaca adalah skala “derajat”, tetapi khusus untuk sudut lereng kadang-kadang juga skala persentase

(%).

Untuk

skala “derajat”,

pembacaan

dapat dilakukan sampai

“menit” yaitu denganmemperhatikan nonius yang tertera pada klinometer. Contoh, besarnya kemiringanadalah 10o 30’. Cara pembacaannya adalah sebagai berikut : a.

Garis berangka 0 (nol) pada klinometer menunjuk diantara angka 100 dan 110.Artinya lebih besar dari 10o tetapi kurang dari 11o

20

b.

Untuk membaca kelebihannya dari 10o, perhatikan garis-garis pada nonius, garisy a n g m a n a ya n g berimpit dengan skala pada derajat. Dalam contoh adalah garis 30.Dengan demikian angka kemiringannya adalah 10o 30’.- Pada saat yang sama, kemiringan dalam “persen” adalah 19%.

21

METODE RESECTION

Resection adalah metode untuk menentukan kedudukan/posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dan diketahui posisinya di peta. Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan yang sudah diketahui posisinya di peta. Tidak selalu dua tanda medan yang harus dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik.

Langkah-langkah resection : 1.

Lakukan orientasi peta dengan menggunakan kompas

2.

Cari minimal dua atau lebih tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta

kemudian tandai 3.

Dengan penggaris buat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu untuk

memudahkan orientasi 4.

Bidik dengan kompas tanda-tanda medan itu dari posisi kita, sudut bidikan dari

kompas itu disebut sudut azimuth 5.

Pindahkan sudut-sudut bidikan yang didapat ke peta, kemudian hitung sudut back

azimuth sudut tersebut (sudut back azimuth didapat dengan mengurangi/menambahkan sudut azimuth dengan 180, jika sudut azimuth lebih besar dari 180 makan back azimuthnya di kurangi 180, sebaliknya kalau sudut azimuth lebih kecil dari 180 makan back azimuthnya di tambah 180) 6.

Tarik garis memanjang dengan sudut back azimuth dari posisi tanda medan yang

sudah diketahui ke posisi kita yang belum diketahui pasti 7.

Perpotongan garis yang ditarik dari back azimuth tersebut adalah posisi kita di peta.

22

PETA LINTASAN Merupakan rangkaian pengamatan yang didapatkan dengan cara melintasi suatu wilayah, yang hasilnya akan disajikan dalampenampang geologi atau peta lintasan. Lintasan geologi ditempuh apabila peta dasar yang diperlukan tidak tersedia atau adanya singkapan detail yang penting yang tidak dapat dipetakan pada skala peta yang ada. Lintasan dapat dilakukan secara tertutup atau secara terbuka. 

Lintasan terbuka, adalah suatu pengambilan litasan pengukuran yang dimulai dari

titik awal yang diikatkan dengan titik pasti dan lintasan pengukuran diakhiri dengan tidak kembali ketitik awal berupa titik akhir yang terikat dengan titik pasti maupun titik lepas. 

Lintasan Tertutup, adalah suatu pengukuran, dimana titik akhir pengukuran berimpit

dengan dengan titik awal pengukuran yang terikat dengan titik pasti.

Linatasan yang baik harus sesuai dengan parameter-parameter di bawah: 1. Memotong jurus umum dari perlapisan batuan 2. Melalui semua jenis, macam dan variasi batuan 3. Melewati banyak singkapan, seperti tebinhg sungai, perpotongan bukit dan jalan dan lain lain 4. Lintasan diusahakan tidak melaluidaerah yangsulit ditempuh

23

PUSTAKA Bemmelen,R.W.Van.,1949,The Geology Indonesia, Tha Hague Martinus Brahmantyo, Budi.,2005, Geologi Cekungan Bandung, Departemen Teknik Geologi ITB Sudjatmiko.,1972 Peta Geologi Lembar Cianjur, Direktorat Geologi Bandung Sudradjat, Adjat.,1992, Jawa Barat Selatan Sebagai Potensi Yang Terpendam, Direktorat Jendral Geologi Dan Sumberdaya Mineral Departemen Pertambangan dan Energi Silitonga, P.H., 1973. Peta Geologi Lembar Bandung, Jawa Skala 1 ; 100.000. Direktorat Geologi , Bandung

Related Documents

Bab 2
June 2020 19
Bab 2
May 2020 26
Bab 2
May 2020 40
Bab 2
June 2020 23
Bab 2
April 2020 32
Bab 2
April 2020 37

More Documents from ""