Laporan 2 (1).docx

  • Uploaded by: Fakhmi Imanuddin
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan 2 (1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,116
  • Pages: 27
LAPORAN PENENTUAN ARAH UMUM STRUKTUR BIDANG PEMETAAN EKSPLORASI (TA-3211) BANDUNG, 7 Februari 2019 Disusun Oleh : KELOMPOK 01 M. Ilham Rafi’i R. G. (12116035) M. Akbar Bagaskoro (12116039) Fakhmi Imanuddin Prakasa (12116075)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Pengukuran Struktur (TA-3211) Bandung 7 Februari 2019 dengan lancar. Laporan ini menjelaskan mengenai cara melakukan penentuan arah umum struktur suatu bidang setelah kegiatan ini, peserta dapat mengaplikasikan materi ini secara mandiri pada lokasi yang akan dieksplorasi kedepannya. Laporan ini disusun berdasarkan pengamatan langsung di lapangan. Laporan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan para pembaca mengenai cara melakukan penentuan arah umum struktur bidang. Selain itu, laporan ini disusun agar penyusun dapat mengetahui cara melakukan penentuan arah umum struktur bidang dengan baik dan benar untuk dapat memenuhi salah satu tugas mata kuliah TA-3211 Pemetaan Eksplorasi. Kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Eng. Syafrizal, ST., MT. selaku dosen mata kuliah Pemetaan Eksplorasi (TA3211) 2. Para asisten yang turut membimbing selama responsi pemetaan eksplorasi 3. Orangtua yang selalu memberikan dukungan baik moral dan materil 4. Teman-teman anggota kelompok yang telah bekerjasama dengan baik sehingga laporan ini dapat diselesaikan

Sekian laporan ini kami susun, kami menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun karena kami yakin laporan kami masih jauh dalam kata sempurna. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terima kasih.

Bandung, 7 Februari 2019 Kelompok 1

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................... iv BAB I ............................................................................................................................................................ 1 1.1

Latar Belakang ............................................................................................................................... 1

1.2

Tujuan............................................................................................................................................. 1

1.3

Waktu dan Tempat Pelaksanaan..................................................................................................... 2

1.4

Peralatan ......................................................................................................................................... 2

1.5

Metode ............................................................................................................................................ 2

BAB II........................................................................................................................................................... 3 2.1

Strike, Dip, dan Dip Direction......................................................................................................... 3

2.1.1

Pengertian Strike dan Dip......................................................................................................... 3

2.1.2

Pengertian Dip Direction .......................................................................................................... 4

2.2

Kekar ............................................................................................................................................... 4

2.2.1 2.3

Pengertian kekar ....................................................................................................................... 4

Proyeksi Stereografi ........................................................................................................................ 5

2.3.1

Pengertian Proyeksi Stereografi ............................................................................................... 5

BAB 3 ........................................................................................................................................................... 7 BAB 4 ......................................................................................................................................................... 18 BAB 5 ......................................................................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 23

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Orientasi Bidang............................................................................................................... 3 Gambar 2 Struktur Kekar .............................................................................................................................. 5 Gambar 3. Proyeksi Stereografis dari Data Struktur Bidang Hasil Pengukuran ........................................... 8 Gambar 4. Proyeksi Polar dari Struktur Bidang Hasil Pengukuran .............................................................. 9 Gambar 5. Pola Kontur dari Data Struktur Bidang Hasil Pengukuran........................................................ 10 Gambar 6. Diagram Rosset dari Kedudukan Kekar .................................................................................... 11 Gambar 7. Proyeksi Stereografis Kedudukan Struktur Bidang Hasil Pengukuran ..................................... 14 Gambar 8. Pola Kontur Data Kedudukan Struktur Bidang Hasil Pengukuran ........................................... 15 Gambar 9. Diagram Rosset Data Kedudukan Struktur Bidang Hasil Pengukuran ..................................... 16 Gambar 10. Proyeksi Polar dari Kedudukan Struktur Bidang Hasil Pengukuran ....................................... 17

iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Pengertian Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Menurut

Standar

Nasional

Indonesia

(SNI)

Eksplorasi adalah

kegiatan

penyelidikan geologi yang dilakukan untuk mengidentifikasi, menetukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis/kajian kemungkinan dilakukanya penambangan.

Saat kegiatan eksplorasi dapat kita ketahui ada kegiatan untuk mengindentifikasi suatu endapan bahan galian. Kegiatan tersebut dapat dibantu dengan mengetahui penentuan arah umum struktur bidang. Struktur bidang

1.2

Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk; 1. Mengetahui jumlah dan kedudukan joint set hasil pengukuran kekar serta, jenis longsoran yang mungkin terjadi apabila joint tersebut collapse 2. Mengetahui cara penulisaan kedudukan singkapan dalam system penulisan azimuth, kuadran, dan dip/dip direction. 3. Mengetahui cara menggambar strike dan dip kedudukan kekar erta membuat diagram rossete secara manual.

1

4. Meningkatkan kemampuan penyusun dalam menentukan arah umum struktur bidang.

1.3

1.4

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu pelaksanaan

: 7 Februari 2019

Tempat pelaksanaan

: Kota Bandung

Peralatan Alat yang digunakan dalam kegiatan ini: 

Klinometer (1 buah)



Laptop ( 1 buah )



1.5

Metode Kami menggunakan metode Studi kasus pengumpulan data. Pengumpulan data untuk menentukan arah umum struktur bidang didapatkan menggunakan data-data suatu perhitungan strike dan dip yang telah dilakukan oleh asisten.

2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1

Strike, Dip, dan Dip Direction 2.1.1 Pengertian Strike dan Dip Jurus (strike) dan kemiringan (dip) merupakan ukuran-ukuran yang diperlukan untuk menyatakan orientasi suatu bidang. Jurus adalah trend garis jurus, yakni trend suatu garis horizontal yang ada pada bidang terukur. Karena iklinasi dari garis jurus berharga 0o , maka nilai jurus hanya dinyatakan oleh nilai azimuth saja. Untuk kompas kuadran, jurus selalu dinyatakan dengan merujuk pada arah utara, misalnya N72oE dan N68oW. Untuk kompas azimuth, jurus sebaiknya dinyatakan dengan angka 0o hingga 90o dan 270o hingga 360o sehingga semua nilai jurus itu akan terletak pada paruh utara lingkaran kompas. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses pembandingan di lapangan. Kemiringan adalah inklinasi garis kemiringan. Kemiringan dinyatakan dengan besarnya sudut kemiringan dan arah down-dip (N, E, S, W, NE, NW, SE, SW). Azimuth dari garis kemiringan tidak perlu diukur langsung karena nilainya dapat ditentukan dari jurus. Sebagai contoh, sebuah bidang dengan jurus N23oW dapat memiliki kemiringan N55oE atau S55oW. Hanya nilai umum dari arah kemiringan saja yang dicatat dalam buku catatan lapangan; SW atau NE. Pembedaan seperti itu memungkinkan dilakukannya pembedaan antara kedua arah kemiringan tadi.

Gambar 1 Skema Orientasi Bidang

3

2.1.2 Pengertian Dip Direction Dip Direction adalah arah tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah miringnya bidang yang bersangkutan dan diukur dari arah utara.

2.2

Kekar 2.2.1 Pengertian kekar Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut: 1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup. 2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka. 3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

4

Gambar 2 Struktur Kekar

2.3

Proyeksi Stereografi 2.3.1 Pengertian Proyeksi Stereografi Menurut Ragan (1985), proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi atau proyeksi dari permukaan sebuah bola sebagai tempat orientasi geometri bidang dan garis. Dengan demikian, proyeksi stereografis adalah suatu metode proyeksi dengan bidang proyeksi berupa permukaan setengah bola. Biasanya,yang dipakai adalah permukaan setengah bola bagian bawah (lower hemisphere). Proyeksi stereografis dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan geometri berupa besaran arah dan sudut dalam analisa geomoetri struktur geologi karena proyeksi ini dapat menggambarkan geometri kedudukan atau orientasi bidang dan garis dalam bidang proyeksi yang digunakan. Proyeksi stereografis terdiri dari beberapa macam, antara lain : 1. Equal Angle Projection 2. Equal Area Projection 3. Orthogonal Projection 4. Polar Projection

5

Masing-masing dari proyeksi stereografis ini memiliki ciri dan hasil proyeksi yang berbeda-beda, namun dalam analisa geometri struktur geologi, tak jarang dibutuhkan kombinasi dari keempatnya untuk menghasilkan analisa geometri yang akurat dan lebih praktis. 1. Equal Angle Projection Proyeksi ini pada dasarnya memproyeksikan setiap titik pada permukaan bola ke bidang proyeksi pada suatu tutuk zenith yang terletak pada sumbu vertikal melalui pusat bola bagian puncak. Bidang-bidang dengan sudut yang sama akan digambarkan semakin rapat ke arah pusat. Hasil penggambaran pada bidang proyeksi disebut sebagai stereogram. Hasil dari equal angle projection adalah Wulff Net. 2. Equal Area Projection Proyeksi ini lebih umum digunakan dalam analisis data statistik karena kerapatan hasil ploting menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Proyeksi equal area merupakan proyeksi yang akan menghasilkan jarak titik pada bidang proyeksi yang sama dan sebanding dengan sebenarnya. Hasil dari equal area projection adalah suatu stereogram yang disebut dengan Schmidt Net. 3. Orthogonal Projection Proyeksi ini merupakan kebalikan dari equal angle projection karena pada proyeksi ortogonal, titik-titik pada permukaan bola akan diproyeksikan tegak lurus pada bidang proyeksi dan lingkaran hasil proyeksi akan semakin renggang ke arah pusat. Stereogram dari proyeksi ortogonal disebut sebagai Orthographic Net 4. Polar Projection Pada proyeksi ini, baik unsur garis maupun bidang tergambar sebagi suatu titik. Stereogram dari proyeksi kutub ini adalah Polar Net atau Billings Net. Polar Net ini diperoleh dari equal area projection, sehingga apabila ingin mendapatkan proyeksi bidang dari suatu titikpada Polar Net, harus menggunakan Schmidts Net.

6

BAB 3 DATA DAN PENGOLAHAN SOAL 1 Tabel hasil pengukuran kedudukan kekar (joint) pada suatu lereng.

7

Pengolahan data dari hasil pengukuran struktur kekar tersebut adalah

Gambar 3. Proyeksi Stereografis dari Data Struktur Bidang Hasil Pengukuran

8

Gambar 4. Proyeksi Polar dari Struktur Bidang Hasil Pengukuran

9

Gambar 5. Pola Kontur dari Data Struktur Bidang Hasil Pengukuran

10

Gambar 6. Diagram Rosset dari Kedudukan Kekar

11

SOAL 2 2.1.1. Penulisan Kedudukan Singkapan dalam Sistem Azimuth N86oE/63oS

N58oE/55oS

N90oE/8oS

N168oE/2oW

N64oE/12oS

N171oE/65oW

N33oE/24oE

N159oE/15oW

N40oE/30oE

N18oE/22oE

N158oE/59oW

N126oE/55oS

N12oE/2oE

N180oE/26oW

N31oE/31oE

2.1.2. Penulisan Kedudukan Singkapan dalam Sistem Kuadran N86oE/63oS

S44oE/55oS

S12oE/59oW

S12oE/2oW

N18oE/22oE

N90oE/8oS

N33oE/24oE

N58oE/55oS

N12oE/2oE

S9oE/65oW

N64oE/12oS

S0oE/26oW

N40oE/30oE

S11oE/15oW

N31oE/31oE

2.1.3. Penulisan Kedudukan Singkapan dama Sistem Dip/Dip Direction 63o,N153oE

55o,N145oE

59o,N149oE

2o,N92oE

22o,N112oE

8o,N98oE

24o,N114oE

55o,N145oE

2o,N92oE

65o,N155oE

12o,N102oE

26oN116oE

30o,N120oE

15o,N105oE

31o,N121oE

2.2. Simbol Singkapan dan Litologi pada Singkapan Pada bagian ini, pengerjaan dilakukan secara manual dan jawabannya terlampir di lampiran.

12

HASIL PENGOLAHAN DATA SOAL 3 Tabel hasil pengukuran kekar

13

Pengolahan Data Kedudukan Struktur Kekar

Gambar 7. Proyeksi Stereografis Kedudukan Struktur Bidang Hasil Pengukuran

14

Gambar 8. Pola Kontur Data Kedudukan Struktur Bidang Hasil Pengukuran

15

Gambar 9. Diagram Rosset Data Kedudukan Struktur Bidang Hasil Pengukuran

16

Gambar 10. Proyeksi Polar dari Kedudukan Struktur Bidang Hasil Pengukuran

17

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pengolahan data dilakukan secara manual dan dengan bantuan software. Kedua metode tersebut dipadupadankan agar menambah keyakinan terhadap hasil yang diperoleh. Software yang digunakan adalah aplikasi Dips dan Rockworks. Pertama, akan dibahas dahulu mengenai Soal 1. Pada Soal 1 terdapat data mengenai kedudukan struktur bidang kekar. Berdasarkan data tersebut, setelah diolah diperoleh jumlah joint set sebanyak tiga buah joint set atau biasa disebut juga family. Family ini terdiri dari struktur-struktur yang memiliki arah relative sama. Kedudukan ketiga joint set tersebut masing-masing adalah N35oE, N65oE, dan N115oE. Dari kedudukan struktur bidang tersebut, bias kita tentukan titik polarnya. Dari hasil titik polar dari setiap kedudukan struktur, bias ditentukan pola kontur dari kedudukan struktur bidang. Setelah ditentukan pola konturnya, pada hasilnya dihasilkan tiga buah puncakan di mana menunjukkan persebaran dominan dari kedudukan struktur bidang tersebut. Dari ketiga puncakan tersebut yang bentuknya polar apabila diproyeksikan ke dalam bidang akan menghasilkan kedudukan N108oE/64o, N249oE/64o, dan N37oE/63o. Ketiga kedudukan struktur bidang tersebut saling berpotongan. Apabila dilihat dari hasil proyeksi stereografisnya dan beberapa asumsi, dapat diinterpretasikan bahwa apabila bidang lemah tersebut collapse akan terjadi longsoran baji. Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih dari satu bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut lebih besar dari sudut geser dalam batuannya. Bidang lemah ini dapat berupa bidang sesar, rekahan (joint) maupun bidang perlapisan. Cara longsoran baji dapat melalui satu atau beberapa bidang lemahnya maupun melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya. Longsoran baji dapat terjadi dengan syarat geometri sebagai berikut : 

Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah A.



Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut kemiringan lereng.



Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua bidang lemah.

18

Gambar 4.1. Proyeksi bidang dari joint set yang bisa dibilang mengindikasikan longsoran baji apabila bidang lemah mengalami kegagalan

19

BAB 5 KESIMPULAN

-

Kesimpulan SOAL 1 1.1.Jumlah joint set ada tiga kelompok/family. 1.2.Kedudukan masing-masing joint set tersebut berarah N35oE, N65oE, dan N115oE. 1.3.Jenis longsoran yang dapat terbentuk adalah longsoran baji.

-

Kesimpulan SOAL 2 2.1. Penulisan kedudukan singkapan dalam system penulisan azimuth, kuadran, dan dip/dip direction. 2.1.1. Penulisan Kedudukan Singkapan dalam Sistem Azimuth N86oE/63oS

N58oE/55oS

N90oE/8oS

N168oE/2o

N64oE/12oS

N171oE/65o

W N33oE/24oE

N159oE/15o

W

W

N40oE/30oE

N158oE/59o

N126oE/55o

N18oE/22oE

W

S

N12oE/2oE

N180oE/26o

N31oE/31oE

W 2.1.2. Penulisan Kedudukan Singkapan dalam Sistem Kuadran N86oE/63oS

N40oE/30oE

N64oE/12oS

S12oE/2oW

S44oE/55oS

S11oE/15oW

N33oE/24oE

N18oE/22oE

S12oE/59oW

S9oE/65oW

N58oE/55oS

N90oE/8oS

20

N12oE/2oE

S0oE/26oW

N31oE/31oE

2.1.3. Penulisan Kedudukan Singkapan dama Sistem Dip/Dip Direction 63o,N153oE 2o,N92oE 24o,N114oE 65o,N155oE 30o,N120oE 55o,N145oE 22o,N112oE 55o,N145oE 12o,N102oE 15o,N105oE 59o,N149oE 8o,N98oE 2o,N92oE 26oN116oE 31o,N121oE

21

2.2. Simbol singkapan dari kedudukan singkapan (Jawaban terlampir) - Kesimpulan SOAL 3 3.1. Gambar kedudukan arah strike dan dip secara manual (jawaban terlampir). 3.2. Digram Rosset dari kedudukan kekar (dibuat otomatis dan manual 3.2.1. Menggunakan aplikasi computer

3.2.2. Jawaban secara manual terlampir

22

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Irwandy.2016.Geoteknik Tambang.Jakarta: Gramedia http://tambangunp.blogspot.com/2013/11/jenis-jenis-longsoran-pada-lereng.html

23

Related Documents


More Documents from "Raka Ardi Pratama"