BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Data WHO (word health organisation)/(Global Imunization Data) tahun 2010 menyebutkan 1.5 juta anak meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan hampir 17% kematian pada anak
< 5 tahun dapat dicegah
dengan imunisasi. Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2007, pneumonia merupakan penyebab kematian no. 2 di Indonesia, 1/3 etiologi pneumoni disebabkan karena Hib (Haemofhilus Influenzae Tipe b). Meningitis merupakan radang selaput otak dan Hib merupakan penyebab utama meningitis pada bayi usia ≤ 1 tahun, jika penyakit ini tidak diobati 90% kasus akan mengalami kematian dan jika disertai pengobatan adekuat 9-20 % kasus akan mengalami kematian. Berdasarkan rekomendasi dari SAGE (Strategic Advisory Group Of Meeting on Immunization) WHO/SEARO di New Delhi dan Indonesian Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI) pada tahun 2010 maka pemberian imunisasi Hib dikombinasikan dengan DPT-HB (difteri pertusis tetanus) menjadi DPT-HB-Hib (pentavalen) untuk mengurangi jumlah suntikan pada bayi dan perlunya diintegrasikan ke dalam program imunsiasi nasional untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi dan balita akibat pneumonia dan meningitis sehingga dapat tercapai target Millenium Development Goals MDG’s ke-4 ”angka kematian balita (AKABA) 24/1000 kelahiran hidup pada tahun 2017”.
1
2
Prinsip pemberian imunisasi DPT-HB-Hib, yaitu diberikan pada anak dengan usia 18 bulan Agustus 2017 atau anak dengan usia 2 bulan yang belum pernah sekalipun mendapatkan suntikan vaksin DPT-HB. Bagi anak yang sudah mendapatkan imuniasi DPT-HB dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian imunisasi DPT-HB sampai dengan dosis ketiga Pemberian vaksin DPT-HB-Hib sebagai booster diberikan minimal 12 bulan dari DPT-HBHib terakhir. Selain itu, pada Maret 2017, anak dengan usia 2 tahun juga mendapatkan suntikan imunisasi Campak sebagai booster (imunisasi lanjutan). Interval minimum untuk mendapatkan booster Campak yaitu 6 bulan dari suntikan Campak dosis pertama. Imunisasi DPT-HB-Hib diberikan dengan pemberian suntikan vaksin DPT-Hb-Hib 0,5 ml secara intramuskular pada paha anterolateral dan di lengan kanan atas pada batita saat imunisasi lanjutan. Vaksin Haemophilus influenza tipe b (Hib) yang baru ini berupa vaksin pentavalent,
yaitu
kombinasi
antara
vaksin
DPT/HB/Hib
yang
akan
menggantikan vaksin DPT/HB. Vaksin ini memiliki fungsi untuk mencegah penyebaran bakteri Hib dalam darah (bakteriemia), infeksi saluran nafas berat (pneumonia) dan radang otak (meningitis). Hib dapat menyebabkan antara lain meningitis (50%), epiglotitis (17%), pneumonia (15%), arthritis (8%), selulitis (6%), osteomyelitis (2%) dan bakteriemia (2%). (CDC tahun 2000). Berdasarkan kajian dari Regional Review Meeting on Imunization WHO/SEARO di New Delhi dan Komite Ahli Penasehat Imunisasi Nasional/Indonesian technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) pada
3
tahun 2010, merekomendasikan agar vaksin Hib diintegrasikan kedalam program imunisasi nasional untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi dan balita akibat pneumonia dan meningitis. Hal ini selaras dengan introduksi vaksin baru yang tercepat dalam Comprehensive Multi Years Plan (CMYP) 2014-2017 dalam rangka mempercepat pencapaian
Millenium
Development Goals (MDGs) 4 . Selain itu direkomendasikan vaksin Hib dalam bentuk cair (liquid) kombinasi dengan DPT/HB untuk efisiensi biaya, waktu dan penyimpanan. Berkat kemajuan tehnologi pembuatan vaksin, telah dimungkinkan vaksin DPT, Hepatitis B dan Hib dikombinasikan dalam satu preparat tunggal (DPT-HB-Hib). Hal tersebut sesuai dengan rekomendasi SAGE ( Strategic Advisory Group of Experts on Imunization) tentang kombinasi vaksin Hib dengan DPT-HB menjadi vaksin DPT-HB-Hib (pentavalen) untuk mengurangi jumlah suntikan pada bayi. Menurut estimasi WHO bahwa Hib dapat menyebabkan 3 juta anak menderita penyakit serius dengan penyebab kematian No.1 di Dunia mencapai ≥ 400.000 anak pertahun. Lanjut Ratna mengatakan bahwa Kombinasi Pemberian Vaksin DPT (dipteri, Pertusis dan Tetanus)-HB (Hevatitis B) dengan Hib memiliki efikasi yang baik dan aman mencapai 90-99% sekaligus dapat mengurangi jumlah suntikan kepada bayi. Tingkat kekebalan yg protektif terbentuk setelah pemberian DPT-HB-Hib 3 dosis,namun antibodi ini menurun pd usia 15 s.d 18 bulan sehingga perlu booster untuk mempertahankan tingkat kekebalan dengan pemberian imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib pada usia 18 bulan. Introduksi vaksin DPT-HB-Hib dilaksanakan bertahap. Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib dan Campak Lanjutan dilaksanakan sesuai tahapan
4
introduksi DPT-HB-Hib. Tahap pertama dimulai Juli 2013 di 4 provinsi, yaitu Jawa Barat, DI Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Tahap kedua pada Maret 2014 di 10 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa tengah, Jawa timur, Sumatra utara, Sumatra selatan, Bangka belitung, Jambi, Lampung, dan Sulawesi selatan. Tahap ketiga pada Juli 2015, akan diimplementasikan di seluruh provinsi. Dewasa ini, desa yang mencapai cakupan imunisasi dasar lengkap di atas 80% untuk anak di bawah 1 tahun baru sekitar 73% (Van, 2005). Rendahnya cakupan tersebut mungkin disebabkan kurangnya sosialisasi kegiatan imunisasi yang dilakukan kader di posyandu, termasuk dampak yang mungkin terjadi dan cara penanggulangannya (Ginting, 2005). Meja penyuluhan banyak yang tidak berjalan karena kurangnya pengetahuan dan kepercayaan diri kader dalam melakukan penyuluhan (www.gizikesmas.multiply.com). Sehingga masih ada ibu-ibu yang enggan membawa anaknya ke posyandu, selama ini tidak ada penjelasan tentang kemungkinan yang terjadi akibat imunisasi itu dan apa yang harus dilakukan jika kemungkinan itu terjadi (Ginting, 2005). Cakupan imunisasi DPT-HB-Hib di Puskesmas Bone –B Bone sebanyak 154 dan Desa Sukaraya sebanyak 60 dimana cakupan di posyandu bakti setia 1 mencapai 35 orang pada bulan Agustus - September 2017. Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu bayi dalam penggunaan vaksin DPT-HB-Hib.
5
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang diatas, apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu bayi dalam penggunaan vaksin DPT-HB-Hib /pentevalen di Posyandu Bakti Setia 1 Desa Sukaraya Kec.Bone - Bone Kab.Luwu Utara, Tahun 2017 C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap ibu bayi dalam penggunaan vaksin DPT-HB-Hib/pentavalen setelah diberikan pendidikan kesehatan. 2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu bayi dalam penggunaan vaksin DPT-HB-Hib/pentavalen setelah diberikan pendidikan kesehatan. b. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan sikap ibu bayi dalam
penggunaan vaksin DPT-HB-Hib / pentavalen setelah
diberikan pendidikan kesehatan. D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden Sebagai bentuk menambah wawasan pada pengetahuan dan sikap ibu terhadap vaksin DPT-Hb-Hib/pentavalen.
6
2. Bagi Tempat Penelitian a. Sebagai gambaran informasi tentang tingkat pengetahuan ibu bayi
sehingga dapat digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya. b. Sebagai tambahan informasi bagi petugas posyandu.
3. Bagi institusi a. Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan study strata satu (S1) Keperawatan Stikes Kurna Jaya Persada Palopo. 4. Bagi Peneliti a. Menambah wawasan bagi peneliti mengenai tingkat pengetahuan ibu bayi tentang penggunaan vaksin DPT-HB-Hib. b. Mengembangkan
kemampuan
peneliti
dalam
mengaplikasikan
pengetahuan tentang metode penelitian dalam masalah nyata yang ada dalam masyarakat.