Bab 1.docx

  • Uploaded by: Esti
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 715
  • Pages: 3
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Proklamasi 17 agustus 1945 merupakan pengakuan kepada seluruh dunia bahwa telah lahir sebuah negara yang diberi nama Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Indonesia bukan berarti negara ini sudah bersih dari penjajahan. Tentara sekutu datang setelah kemerdekaan ke Indonesia membuat kondisi Indonesia terganggu, ditambah datangnya membawa NICA turut memboncengi ke dalam tentara sekutu. NICA inilah yang menjadi gangguan terbesar Indonesia karena merekalah yang ingin menguasi Indonesia. Nica adalah pemerintahan bentukan Belanda kembali ke Indonesia dasar utamanya masih bersifat ekonomi, Belanda menggap bahwa Indonesia tidak akan hidup jika tidak ada belanda maka dari itu alasan Belanda kembali ke Indonesia. Kedatangan sekutu dan NICA kemudian mengundang bentrokan diberbagai daerah termasuk di Surabaya (Bustami, 2015). Nadahtul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar waktu itu juga turut khawatir deengan keadaan Indonesia maka untuk mengatasi hal tersebut para petinggi NU Segera memanggil para konsul NU untuk memnetukan sikap menghadapi aksi yang dilakukan NICA yang memboncengu Inggris. Pertemuan tersebut berlangsung dua hari yaitu pada 21-22 oktober. Hal ini diperparah dengan perilaku pasukan asing yang menyinggung perasaan umat Islam hingga akhirnya syeh K.H Hasyim Asy’ary membacakan sendiri hasil keputusan dalam tanggapan organisasi Nahdlatul Ulama terhadap kondisi bangsa negara yaitu Resolusi Jihad yang dibacakan pada tanggal 22 oktober 1945 ini berisi pernyataan bahwa perjuangan mempertahakan kemerdekaana hukumnya adalah wajib’Ain bagi umat Islam dan perang mempertahankan kemerdekaan adalah perang suci atau jihad fi sabilillah (Sutomo, 2008). Ulama atau kiai merupakan tokoh yang berperan dalam upaya menumbuhkan kesadaran nasional bangsa Indonesia. Ulama atau kiai hadir sebagai katalisator yang menggerakkan massa dalam berjuang melawan pemerintah kolonial. Menurut Ali Haidar kiai atau

ulama merupakan sisi penting dalam kehidupan tradisional petani di pedesaan. Keresahan petani akibat tekanan pemerintah kolonial menemukan legitimasi perjuangannnya dengan ayoman kepemimpinan ulama dalam melakukan protes terhadap penjajah (Al-Mawardi, 2000). KH. M. Hasyim Asy’ari adalah salah satu ulama besar yang pemikiranpemikiranya menjadi rujukan dalam mempertahankan kemerdekaan RI dari penjajahan Belanda dan Sekutu. Salah satunya yaitu fatwa jihad yang selalu dikobarkan untuk membebaskan Indonesia dari kungkungan kaum penjajah. Fatwa jihad itulah yang pada akhirnya menjadi resolusi jihad dalam sejarah perjuangan bangsa indonesia melawan penjajah. Semangat juang Hasim Asy’ari yang tidak pernah surut melawan kelaliman penjajah membuat masyarakat terpesona mengikuti jejeaknya untuk ikut serta berjuang merebut kemerdekaan Tanah Air Indonesia. Agresifitas perjuangan Hasyim Asy’ari dalam melakukan perlawan terhadap kolonialisis belanda maupun jepang menjadi bukti bahwa beliau adalah figur yang patut dikenang dan diperhitungkan konstribusinya dalam sejarah bangsa ini. Prinsip hidup Hasyim Asy’ari menempatkan perjuangan membela Tanah Air sebagai sebuah kewajiban. Hasyim Asy’ari mengggap bahwa menyerah terhadap penjajah sama artinya dengan mengkhianti bangsa dan negara beliau selalu megobarkan semangat perlawanaan kepada seluruh penjajah. Fatwa-fatwa Hasyim Asy’ari telah berhasil membakar api revolusi dang menggocang sendi-sendi imprialisme Belanda (Al-Munawar, 2005). KH. Hasyim Asy‟ari menyatakan bahwa tidak akan tercapai kemuliaan Islam dan kebangkitan syariatnya di dalam negeri-negeri jajahan. Dengan kata lain, syariat Islam tidak akan bisa dilaksanakan di negeri yang terjajah. Fatwa wajibnya jihad yang cukup berpengaruh tidak hanya satudua kali dilontarkan oleh Hasyim Asy‟ari. Di mana pun beliau selalu mengeluarkan fatwa fatwa yang berkenaan dengan wajibnya jihad itu sendiri. Sehingga pada tanggal 22 Oktober 1945, atas dasar kekhawatiran melihat ancaman terhadap negara yang sudah menyatakan proklamasi, fatwa jihad itu dikukuhkan menjadi resolusi jihad yang berbunyi 1. Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17

Agustus 1945 wajib dipertahankan 2. Republik Indonesia sebagai satu satunya pemerintahan yang sah, wajib dibela dan diselamatkan. 3.Musuh Republik Indonesia, terutama Belanda yang datang dengan mombonceng tugas- tugas tentara Sekutu (Inggris) dalam masalah tawanan perang bangsa Jepang tentulah akan menggunakan kesempatan politik dan militer untuk kembali menjajah Indonesia. 4. Umat Islam terutama Nahdlatul Ulama wajib mengangkat senjata melawan Belanda dan kawan- kawannya yang hendak kembali menjajah Indonesia.5. Kewajiban tersebut adalah suatu jihad yang menjadi kewajiban tiaptiap orang Islam (fardlu ‘ain) yang berada pada jarak radius 94 km. (jarak dimana umat Islam diperkenankan sembahyang jama‟dan qasar). Adapun mereka yang berada di luar jarak tersebut. Tanah air, bangsa, dan kemerdekaan merupakan hal yang penting untuk diperjuangkan oleh umat Islam pada saat itu. Dan, KH. Hasyim Asy’ari mampu mengobarkan semangat tersebut lewat fatwa resolusi jihadnya. Bagi Hasyim Asy‟ari, membela tanah air dan bangsa adalah bentuk nasionalisme dan kecintaan terhadap agama. Adanya pembelaan terhadap tanah air menjadi bentuk pembelaan terhadap agama. Dengan kata lain, membela tanah air sama halnya dengan membela agama dan perang di jalan Allah.

. .

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87

More Documents from "Indrastika Wulandari"

Askep Ca.docx
August 2019 41
1264-2494-1-sm.pdf
October 2019 22
Bab 1.docx
October 2019 31
Ppok.docx
June 2020 4