BAB I PENDAHULUAN
1.1
Gambaran Umum Objek Penelitian
1.1.1
Gambaran Umum Perusahaan Eatlah merupakan salah satu pelopor salted egg yang telah menjadi sasaran
bagi kaum remaja saat ini. Menu salted egg di era sekarang memiliki peminat yang cukup signifikan. Melihat dengan adanya varian menu makanan dengan olahan salted egg yang menggiurkan, tak sedikit masyarakat yang mengkonsumsi makanan tersebut. Eatlah merupakan sebuah inovasi dan kreativitas karya anak bangsa. Rizky Fernandes salah satu dari pendiri eatlah memiliki harapan merk makanan yang berasal dari Indonesia tidak hanya diterima di dalam negeri saja, melainkan juga di kancah internasional. Memulai awal karirnya dengan membuka satu outlet makanan di bulan Juni 2016 dan di daerah Jl. MH Thamrin, Plaza Indonesia, Lantai 5, Jakarta Pusat. Dan saat ini, Eatlah telah memiliki 6 outlet termasuk yang telah ada di Bandung. Eatlah buka setiap hari, pada hari Senin s.d. Jumat & Minggu buka dari pukul 11.00 sampai dengan pukul 22.00 sedangkan pada hari Sabtu buka dari pukul 11.00 sampai dengan pukul 23.00. Harga yang ditawarkan pun bervariasi mulai dari harga Rp 35.000 s/d Rp 55.000 untuk makanan, dan dari harga Rp 5.000 s/d Rp 15.000 untuk minuman. Eatlah juga memiliki camilan yang diolah dengan saus salted egg asli olahan dari perusahaan Eatlah yang dibandrol dengan harga Rp 30.000 / pcs-nya. (sumber: hasil wawancara dengan Leader Eatlah Bandung, 2018). 1.1.2 Profil Jenis Usaha
: Makanan
Nama Perusahaan
: Eatlah
Nama Pemilik
: Hendy dan Kiki Supra
Lokasi
: Jl. Pasir Kaliki No.175 Kota Bandung, Jawa Barat.
Telepon
: 08985761565
1
1.1.3 Visi dan Misi Visi
: Menjadikan menu salted egg dengan brand Eatlah terkenal di dalam
negeri dan mancanegara. Misi
:
-
Memperkenalkan menu salted egg di kalangan masyarakat.
-
Branding menu salted egg menjadi terkenal pada masyarakat. Sumber: Leader Eatlah Bandung (15 Juli, 2018)
1.1.4
Logo Perusahaan Makna dari logo Eatlah dapat dilihat dari gambar dibawah bahwa sebenarnya
ada 2 kalimat yang tertera sebelum kata eatlah yaitu ‘no more diet, no more bullshit, just eatlah’. Maksud dari kalimat itu sendiri berarti ‘tidak perlu diet, tidak perlu ribet, langsung makan saja’.
Gambar 1.1 Logo Perusahaan Eatlah Sumber: Leader Eatlah Bandung (15 Juli, 2018)
2
1.1.5 Struktur Organisasi Eatlah
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Eatlah Bandung Sumber: Leader Eatlah Bandung (15 Juli 2018) 1.1.6 Produk Eatlah 1. Salted Egg Chicken Menu salted egg chicken merupakan salah satu menu yang dijual di Eatlah. Menu yang satu ini adalah menu yang sering dipesan oleh para konsumen pecinta ayam. 2. Salted Egg Jumbo Chicken Dalam menu yang satu ini, eatlah menyajikan salted egg chicken dalam versi jumbo yang berarti dalam jumlah banyak. Menu ini menjadi pilihan utama bagi para konsumen yang mampu memakan makanan dalam jumlah besar. 3. Salted Egg Dory Fish Salted egg dory fish adalah menu yang menjadi pilihan utama para pecinta ikan. Pada menu ini, para konsumen bisa memanjakan lidahnya dengan dory fish yang disiram saus salted egg. 4. Salted Egg Jumbo Dory Fish Menu andalan yang satu ini sangat cocok untuk konsumen yang memang pecinta ikan dory yang isinya lebih banyak dibandingkan dengan menu dory reguler. 5. Sambal Chicken Rice 3
Dalam variasi menu satu ini, merupakan terobosan inovasi terbaru dari Eatlah. Dimana Eatlah tidak hanya menyediakan menu makanan dengan olahan saus salted egg, tetapi juga memanjakan lidah para konsumen yang suka akan olahan sambal.
1.2
Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan kuliner nusantara yang memiliki cita rasa tersendiri di setiap daerahnya. Ditinjau dari berbagai macam makanan yang telah ada, masyarakat semakin pintar dalam mengkolaborasikan rempah khas indonesia dengan masakan barat. Salah satu terobosan resep makanan tersebut adalah salted egg chicken. Dimana bahan utama dari makanan ini adalah telur asin yang bermula dari kegemaran masyarakat Singapura mengonsumsi kudapan ini. Dan sejak 1300 tahun silam, metode dalam mengawetkan telur bebek dengan garam sering dilakukan oleh masyarakat Tiongkok. Tak perlu menunggu lama, menu unik yang satu ini langsung melejit di dunia per-kulineran dan mampu menyihir lidah masyarakat Indonesia. Tren menu Salted Egg berawal dari negeri Singapura. Dimana masyarakat Singapura menyediakan banyak makanan yang diolah dengan Salted Egg. Tidak hanya diolah dengan makanan pokok saja, namun juga diolah dengan camilan dan telah terkenal menjadi buah tangan dari Singapura. Berbagai macam makanan sangat cocok dicampur dengan olahan salted egg yang lezat. Menu makanan dengan olahan salted egg dapat masuk di Indonesia karena dapat diterima oleh lidah masyarakat Indonesia. Salted egg pada zaman sekarang, sangat digemari oleh kalangan masyarakat, namun saat ini pun telah muncul berbagai kompetitor dari Eatlah seperti mamayu kitchen dan sebagainya. Dengan adanya kompetitor lain yang memiliki menu hampir mirip dengan Eatlah, membuat konsumen semakin mempertimbangkan produk makanan mana yang akan dipilih untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut hasil wawancara dengan Leader Eatlah Bandung, untuk saat ini salted egg dari Eatlah masih digemari oleh masyarakat Bandung maupun wisatawan yang sedang berlibur di kota Bandung. Segmentasi pasar Eatlah sendiri adalah para pelajar, mahasiswa, pegawai kantoran dan masyarakat di kota Bandung.
4
Eatlah mempunyai ciri khas tersendiri dengan menu andalannya yaitu salted egg chicken dan salted egg dory. Dimana sebelum adanya kompetitor lain seperti halnya mamayu kitchen, Eatlah sudah lebih dulu menjadi pelopor dalam memasarkan produk makanan salted egg di kota Jakarta hingga membuka cabangnya di Bandung. Berikut merupakan varian menun yang ditawarkan oleh Eatlah.
Gambar 1.3 Menu Eatlah Bandung (Sumber: https://pergikuliner.com, diakses 15 Juli 2018)
Menurut situs www.pergikuliner.com mengatakan Eatlah Bandung memiliki rating cukup baik. Dimana dalam situs pergikuliner.com memberikan penilaian dari 1 sampai 5 poin, dan Eatlah Bandung mendapat penilaian 3,67 poin (https:www.pergikuliner.com/restaurants/bandung/eatlah-pasir-kaliki, diakses 15 Juli 2018). Situs pergikuliner.com merupakan situs dan aplikasi yang menyediakan direktori dan beberapa review makanan di wilayah Jabodetabek, Bandung, dan 5
Surabaya
(http://republika.co.id/berita/gaya-hidup/kuliner/16/11/30/ohg652384-ini-
dia-keunggulan-situs-dan-aplikasi-pergikuliner, diakses 15 Juli 2018). Kini Eatlah memiliki cabang di beberapa kota besar, yaitu : 1. Plaza Indonesia lantai 5 2. Jl. Bumi Cipete 3. Grogol 4. Pantai Indah Kapuk 5. Kelapa Gading 6. Bintaro 7. Depok 8. Sunter 9. Bogor 10. Bandung (Sumber: https://www.instagram.com/eatlahjkt/) Menurut Bennion dan Scheulle (2004:11-18) karakteristik dari makanan adalah faktor penentu yang paling penting saat mencoba menikmati suatu makanan, diantaranya adalah : Penampilan, Harga, Rasa, Tekstur, dan Kemasan. Peneliti melakukan survey awal terhadap 30 orang yang merupakan konsumen dari Eatlah di Bandung dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil Survey Pendahuluan Atribut Produk Salted Egg Eatlah No. 1
Pertanyaan Ya Tidak Apakah menurut anda Salted egg Eatlah 27 3 memiliki rasa yang enak ? 2 Apakah menurut anda Salted egg Eatlah 27 3 memiliki kemasan yang menarik? 3 Apakah menurut anda harga Salted egg Eatlah 30 0 adalah terjangkau? 4 Apakah menurut anda Salted egg Eatlah 30 0 memiliki tekstur yang empuk? 5 Apakah menurut anda Salted egg Eatlah 30 0 memiliki penampilan yang menggugah selera? Sumber : Survey Pendahuluan Menggunakan Kuesioner Pendahuluan, 2018
6
Berdasarkan hasil survey pendahuluan, Peneliti
menanyakan kepada 30
orang yang pernah datang ke Eatlah minimal satu kali dalam kurun 1 tahun terakhir. Pertanyaan pertama
“Apakah Salted egg eatlah memiliki rasa yang enak?”
berdasarkan data yang sudah diolah Peneliti , hasil survey mengatakan bahwa 27 dari 30 konsumen (90% konsumen) menyatakan rasa dari salted egg Eatlah adalah enak, sisanya menyatakan rasanya tidak enak karena terlalu banyak saus yang tercampur dengan ayamnya, sehingga menyebabkan rasa mual jika terlalu banyak memakannya. Pertanyaan kedua “Apakah menurut Anda Salted egg Eatlah memiliki kemasan yang menarik?” berdasarkan data yang sudah diolah Peneliti, hasil survey mengatakan bahwa 27 dari 30 konsumen (90% konsumen) menyatakan kemasan Salted egg Eatlah adalah menarik, sedangkan sisanya menyatakan kurang menarik karena kemasannya berukuran kecil dan sempit. Sehingga membuat konsumen kesusahan dengan kemasan makanan yang terbatas. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Atribut Produk Salted Egg Eatlah di Bandung”.
1.3
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
perumusan masalah yang akan menjadi tolak ukur dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor atribut produk apa saja dari Salted egg Eatlah menurut pandangan konsumen Eatlah di Bandung ? 2. Faktor-faktor atribut produk apa saja yang dominan dari Salted egg Eatlah menurut pandangan konsumen Eatlah di Bandung ?
1.4
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut : 1. Mengetahui faktor-faktor atribut produk apa saja dari Salted egg Eatlah menurut pandangan konsumen Eatlah di Bandung . 2. Mengetahui faktor-faktor atribut produk yang dominan apa saja dari Salted egg Eatlah menurut pandangan konsumen Eatlah di Bandung. 7
1.5 Kegunaan Penelitian Harapan penulis terhadap penelitian ini agar berguna untuk : 1.5.1 Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan melengkapi khazanah keilmuan di bidang perkulineran khususnya yang berkaitan dengan atribut produk dan dapat menjadi referensi serta masukan terhadap inovasi dalam bidang marketing dan juga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
1.5.2 Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan menjadi salah satu bahan masukan serta tolak ukur yang dapat digunakan bagi perusahaan serta individual yang hendak terjun ke dunia wirausaha terutama bagi perusahaan yang bergerak di bidang kuliner serta memperhatikan faktor-faktor atribut produk terhadap hal-hal yang menjadi pertimbangan konsumen dalam membuat keputusan pembelian. 1.6 Waktu dan Periode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu mulai Juli s.d. Desember 2018. Tempat penelitian adalah Eatlah yang berlokasi di Jl. Pasir Kaliki No.175 Kota Bandung, Jawa Barat.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Pustaka Penelitian
2.1.1
Pengertian Pemasaran Menurut American Marketing Association “Pemasaran adalah aktivitas
serangkaian
institusi,
dan
proses
menciptakan,
mengkomunikasikan,
menyampaikan, dan mempertukarkan tawaran (offerings) yang bernilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat umum”, (Tjiptono, 2016:3). Menurut Kotler dan Armstrong (2015:27), “Marketing as the process by which companies create value for customers and build strong customer relationship in order to capture value from customer in return”. Pemasaran adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai untuk pelanggan dan membangun hubungan pelanggan yang kuat guna untuk meningkatkan nilai dari pelanggan di kemudian hari. Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2016:51) mengungkapkan bahwa “Marketing is an organizational function and a set of processes for creating, communicating, and delivering value to customers and for managing customer relationships in ways that benefit the organization and its stakeholders”. Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan bagi organisasi dan pemangku kepentingan. Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi dan pendistribusian barang dan jasa, dan ide sehingga dapat memuaskan pelanggan juga tujuan perusahaan, maka pemasaran merupakan proses menciptakan barang atau menghantarkan jasa dengan nilai yang diberikan, (Alma, 2016:3). Dengan demikian, menurut Fitriyana (2017:27) dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses kegiatan dari mulai menciptakan produk sampai pada akhirnya produk tersebut memberikan keuntungan bagi perusahaan dan para pemangku kepentingan. Proses kegiatan tersebut meliputi menciptakan produk, mengkomunikasikan kepada pelanggan, bertukar penawaran yang memiliki nilai bagi pelanggan, dan membangun hubungan dengan pelanggan.
9
2.1.2
Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Menurut Tjiptono (2014:41) bauran pemasaran (marketing mix) merupakan
seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan. Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi jangka panjang dan juga untuk merancang program taktik jangka pendek. Kotler dan Armstrong (2015:76) mendefinisikan bauran pemasaran sebagai berikut,“Marketing mix is the set of tactical marketing tools that the firm blends to produce the response it wants in the target market”. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diingkan dalam pasar sasaran. Bauran promosi adalah kombinasi empat komponen promosi yang mencakup iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publikasi, (Efendi et al, 2015:232). Sebuah promosi yang efektif membutuhkan difrensiasi produk, segmentasi pasar, melakukan jual beli, dan membeli merek. Menurut Kotler dan Amstrong (2015:76) bauran pemasaran dikelompokan menjadi empat kelompok variabel yaitu, product (produk), price (harga), place (tempat/lokasi), promotion (promosi). Oleh karenanya sejumlah pakar memodifikasi, seperti Zeithaml dan Bitner (2017:64), menambah elemen baru dalam pemasaran jasa yang pada awalnya terdiri dari empat aspek (product, price, place, dan promotion) dalam pemasaran jasa menjadi tujuh aspek pokok yaitu product, price, place, promotion, people, process, dan physical evidence. Menurut Tjiptono (2014:42) mendefinisikan setiap unsur bauran pemasaran sebagai berikut: a. Products (Produk) Merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditunjukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemasaran kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam konteks ini, produk bisa berupa apa saja (baik yang berbentuk fisik maupun yang tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu. b. Pricing (Harga) Merupakan keputusan bauran harga yang berkenaan dengan kebijakan strategik dan taktikal, seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran, dan tingkat 10
diskriminasi harga di antara berbagai kelompok pelanggan. Pada umumnya, aspekaspek ini mirip dengan yang biasa dijumpai pemasar barang. Akan tetapi, berbeda dengan pemasar jasa yaitu bahwa karakteristik intangible jasa menyebabkan harga menjadi
indikator
signifikan
akan
kualitas.
Adanya
beberapa
tipe
jasa
memungkinkan diskriminasi harga dalam pasar jasa tersebut, sementara banyak pula jasa yang dipasarkan oleh sektor publik dengan harga yang disubsidi atau bahkan gratis. Hal ini menyebabkan kompleksitas dalam penetapan harga jasa. c. Promotion (Promosi) Merupakan bauran promosi tradisional meliputi berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan aktual. Metodemetode tersebut terdiri atas periklanan, promosi penjualan, direct marketing, personal selling, dan public relation. Meskipun secara garis besar bauran promosi untuk barang sama dengan jasa, promosi jasa seringkali membutuhkan penekanan tertentu pada upaya meningkatkan kenampakan tangibilitas jasa. Selain itu, dalam kasus pemasaran jasa, personil produksi juga menjadi bagian penting dalam bauran promosi. d. Place (Tempat) Merupakan keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik (misalnya keputusan mengenai di mana sebuah hotel atau restoran akan didirikan), keputusan mengenai penggunaan perantara untuk meningkatka akesibilitas jasa bagi para pelanggan (misalnya, apakah pelanggan akan menggunakan jasa agen perjalanan ataukah harus memasarkan sendiri secara langsung kepada konsumen), dan keputusan non-lokasi yang ditetapkan demi ketersediaan jasa.
2.1.3
Pengertian Produk Menurut Kotler dan Amstrong (2015:268) produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke pasar untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat, properti, organisasi, dan gagasan.
11
2.1.4
Pengertian Atribut Produk Atribut produk merupakan unsur-unsur yang dianggap penting oleh
konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk. Atribut produk terdiri dari merek, harga, kualitas produk, fitur, dan desain produk. Semua atribut produk ini menjadi bahan pertimbangan penting dalam meluncurkan suatu produk, karena produk diluncurkan sangat ditentukan oleh oleh atribut-atribut produk yang mampu memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga akan mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap produk. Atribut produk merupakan karakteristik yang dimiliki produk. Atribut produk adalah suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diterapkan pembeli. Ferrinadewi & Darmawan dalam Ferrinadewi (2014:130) menyatakan bahwa produk adalah seperangkat atribut dan manfaat yang dianggap penting hingga kurang penting oleh pemakainya. Atribut produk dapat berupa sesuatu yang berwujud (tangible) maupun sesuatu yang tidak berujud (intangible). Atribut yang berwujud dapat berupa merek, kualitas produk, desain produk, label produk, kemasan dan sebagainya. Sedangkan yang tidak berwujud seperti kesan atau image konsumen terhadap nama merek yang diberikan kepada produk tersebut. Setiap produk akan memiliki atribut yang berbeda dengan jenis produk yang lain. Tjiptono (2014:103) menambahkan bahwa atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.Dari atribut-atribut produk inilah suatu produk dapat dibedakan dengan produk sejenis lainnya, dan setiap perusahaan akan memberikan produk yang terbaik bagi para konsumennya. Sedangkan menurut Bennion dan Scheulle (2004:11) karakteristik dari makanan adalah faktor penentu yang paling penting saat mencoba menikmati suatu makanan, diantaranya adalah : a. Penampilan. Penampilan menciptakan kesan terhadap suatu makanan, contohnya warna, porsi, desain. Kesegaran suatu makanan paling sering tampak dari penampilan makanan itu sendiri. Dalam setiap penyajian makanan sudah ditentukan porsi standarnya yang disebut standard portion size. Standard portion size didefinisikan sebagai kuantitas item yang harus disajikan setiap kali item tersebut dipesan. Manajemen dianjurkan untuk 12
membuat standard portion size secara jelas, misalnya berapa gram daging yang harus disajikan dalam sebuah porsi makanan. b. Harga. Harga adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk suatu produk atau jasa. Jumlah ini yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat yang dimiliki dengan menggunakan produk atau jasa. “Harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa atau dapat juga dikatakan penentuan nilai suatu produk dibenak konsumen”(Saladin,2008:95; dalam Jackson R.S. Weenas, 2013:3). Merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi para pembeli, bagi konsumen yang tidak terlalu paham hal-hal teknis pada pembelian jasa, seringkali harga menjadi satu-satunya faktor yang bisa mereka pahami, tidak jarang pula harga dijadikan semacam indikator untuk kualitas jasa.
c. Rasa. Rasa adalah sensasi yang diterima saat makanan berada di mulut. Rasa primer meliputi manis, asin, asam, dan pahit. Titik perasa dari lidah adalah kemampuan mendeteksi dasar yaitu manis, asam, asin, pahit. Dalam makanan tertentu empat rasa ini digabungkan sehingga menjadi satu rasa yang unik dan menarik untuk dinikmati. d. Tekstur. Tekstur adalah bagian-bagian dari makanan itu sendiri yang menunjukan sebuah struktur, misalnya tekstur dari sebuah roti atau tekstur dari saus krim yang lembut. Ada banyak tekstur makanan antara lain halus atau tidak, empuk atau padat, keras atau lembut, kering atau lembab. Tingkat tipis dan halus serta bentuk makanan dapat dirasakan lewat tekanan dan gerakan dari reseptor di mulut. e. Kemasan. Kemasan adalah wadah atau pembungkus dari suatu produk. “Daya tarik visual pada penampilan kemasan yang mencakup unsur-unsur grafis untuk menciptakan suatu kesan” (Wirya, 1999; dalam Listia Natadjaja dan kawan-kawan, 2009:96). Sebuah kemasan yang berhasil merupakan perpaduan antara pemasaran dan desain, yang harus memenuhi kriteria stand out (menonjol), contents (isi) kemasan harus dapat memberikan informasi tentang isi kemasan dan apa yang terkandung dalam produk, distinctive (unik).
13
2.2
Penelitian Terdahulu Dalam penelitian terdahulu ini terdapat beberapa karya ilmiah serta jurnal nasional dan internasional yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk membedakan fokus penelitian yang sedang dilakukan dan dapat dijadikan sebagai referensi. Berikut penjelasan tentang karya ilmiah, jurnal nasional dan internasional: Tabel 2.1 Skripsi Terdahulu Penelitian
Judul
Pengaruh Media Promosi Instagram Terhadap Minat Beli Konsumen Marita Hijab
Penulis
KhairunnisaK
Tahun
2017
Variabel
Teknik Analisis Data
Kesimpulan
Minat Beli
Kuantitatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, media promosi instagram berpengaruh terhadap minat beli konsumen marita hijab sebesar 78%.
Perbedaan
Pada objek penelitiannya, yaitu Dakken Restaurant Bandung.
14
Tabel 2.1 (Sambungan) Penelitian
Judul
Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Produk Garucci Shoes
Penulis
P. E. Rachmadany Y.
Tahun
2014
Variabel
Teknik Analisis Data
Atribut Produk (X) dan Keputusan Pembelian (Y)
Metode kuantitas, dengan jenis penelitian berupa studi deskriptif dan kausal, Sampel diperoleh menggunakan rumus Rao Purba (1996)
Kesimpulan
Perbedaan
Berdasarkan analisis terhadap Objek penelitian keputusan pembelian produk Garucci adalah sepatu Shoes, bahwa atribut produk sudah Garucci diterapkan dengan baik ini terlihat dari garis kontinum yang menunjukkan persentase sebesar 85,86%. Berdasarkan hasil pengolahan data secara simultan menunjukkan variabel atribut produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Sedangkan dengan uji parsial dapat diketahui bahwa variabel kualitas (X1), gaya dan desain (X2), merek (X3), kemasan (X4), harga (X5), dan jaminan (X6) mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Kesimpulan dari penelitian ini, atribut produk Garucci Shoes sudah berada dalam sangat baik. Namun ada aspek yang mendapatkan kategori baik yaitu warna dari produk yang ditawarkan, sehingga perusahaan harus memperbaiki dalam aspek tersebut seperti dengan penambaharuan warna yang beragam. 15
Tabel 2.1 (Sambungan) Penelitian
Judul
Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Sport Yamaha V-Ixion (Studi Pada Pengguna Sepeda Motor Sport Yamaha VIxion di Yamaha Flagship Shop Bandung)
Penulis
Adiko Wahdiyanto
Tahun
2015
Variabel
Teknik Analisis Data
Atribut Produk (X) : Kualitas Produk (X1), Fitur Produk (X2), Gaya (X3) dan Desain Produk (X4). Keputusan Pembelian (Y)
pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif kausal. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda dengan uji F dan uji t untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama dan pengaruh secara parsial antara variabel yang diteliti.
Kesimpulan
Perbedaan
Berdasarkan analisis regresi linier Objek penelitian berganda,secara simultan atribut adalah sepeda motor produk Produk berpengaruh secara Yamaha Vixion signifikan terhadap keputusan pembelian yaitu sebesar 40,2% sedangkan sisanya sebesar 59,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model penelitian ini. Secara parsial kualitas produk berpengaruh secara signifikan yaitu sebesar 47,3%, sedangkan fitur produk, gaya dan desain produk tidak berpengaruh secara signifikan. Untuk itu, diharapkan perusahaan mampu lebih memperhatikan kualitas produk yang dimiliki oleh motor sport Yamaha Vixion guna terus meningkatkan penjualannya
16
Tabel 2.1 (Sambungan) Penelitian
Judul
Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Converse All Star (Study pada Mahasiswa Administrasi Bisnis Angkatan 2013 Telkom University)
Penulis
Rayhan
Tahun
2015
Variabel
Teknik Analisis Data
Kesimpulan
Atribut produk (X), keputusan pembelian (Y)
Pengumpulan data menggunakan metode kuesioner. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa Atribut Produk memiliki persentase sebesar 75,44% dan Keputusan Pembelian sepatu Converse All Star sebesar 73,32%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa atribut produk dan keputusan pembelian sepatu Converse All Star termasuk dalam kategori baik. Berdasarkan pengujian hipotesis determinasi mendapatkan hasil bahwa atribut produk memiliki pengaruh sebesar 33,3% terhadap keputusan pembelian mahasiswa administrasi bisnis angkatan 2013 Telkom University. Sedangkan 67,7% dipengaruhi oleh faktor lain diluar atribut produk.
Perbedaan
Objek Penelitian adalah sepatu Converse
17
Tabel 2.2 Penelitian
Judul
Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Suzuki Satria FU (Studi Kasus Pada Dealer Suzuki Sanggar Mas Jaya Karawang)
Penulis
Edi suswardji, SE., MM., Sungkono,SE., MM., Lutfi Alfajri, SE.
Tahun
2012
Variabel
Atribut Produk (X), Keputusan Pembelian (Y)
Jurnal Nasional Teknik Analisis Data Uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, analisis statistic deskriptif
Kesimpulan
Perbedaan
Hubungan antara atribut produk Objek Penelitiannya terhadap keputusan pembelian Adalah Sepeda Motor adalah rendah, ini terlihat dari Suzuki Satria FU hasil uji korelasi yang menunjukan nilai 0.245. Sedangkan pengaruhnya sebesar 6%, ini berarti bahwa keputusan pembelian dipengaruhi oleh atribut produk sebesar 6% sedangkan sisanya 94% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar dari atribut produk
18
Tabel 2.2 (Sambungan) Penelitian
Judul
Analisis Pengaruh Atribut Produk dan Word of Mouth terhadap Keputusan Pembelian Tas Eiger di Kota Palembang
Penulis
Nina Destari, Yulizar Kasih
Tahun
2013
Variabel
Teknik Analisis Data
Kesimpulan
Perbedaan
Atribut Produk (X1), Word Of Mouth (X2), Keputusan Pembelian (Y)
Uji validitas, uji reliabilitas, Analisis regresi linier berganda
Hasil penelitian menjelaskan terdapat hubungan variabel atribut produk dan word of mouth terhadap keputusan pembelian tas Eiger sebesar 38,3% dengan adjusted R square 37%, sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil uji F menunjukkan variabel atribut produk dan word of mouth secara bersamasama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian tas Eiger di Kota Palembang dan variabel yang paling berpengaruh signifikan adalah variabel word of mouth.
Objek Penelitian nya adalah tas Eiger, variabel word of mouth.
19
Tabel 2.2 (Sambungan) Penelitian
Judul
Analisis Pengaruh Atribut Produk, Bauran Promosi dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Merchandise
Penulis
Imroatul Khasanah, Novian Yuga Pamujo
Tahun
2011
Variabel
Teknik Analisis Data
Kesimpulan
Atribut Produk (X1), Bauran Promosi (X2), Kualitas Pelayan (X3), Keputusan Pembelian (Y)
Uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik, uji F, uji determinasi
Dalam jurnal ini pada atribut produk, bauran promosi dan kualitas layanan yang lebih baik akan meningkatkan keputusan pembelian. Kualitas layanan memiliki pengaruh yang paling besar terhadap keputusan pembelian. Kondisi ini mencerminkan kinerja semua staf yang selalu cepat tanggap dalam memahami keinginan konsumen. Serta Kedai Digital 7 memiliki layout yang menarik, membuat konsumen nyaman untuk melakukan pembelian
Perbedaan
Objek Penelitiannya Adalah produk merchandise, variabel bauran promosi dan kualitas layanan
20
Tabel 2.2 (Sambungan) Penelitian
Judul
Penulis
Tahun
Pengaruh Persepsi Atribut Produk terhadap Keputusan Pembelian Rokok Merek Gudang Garam Surya Professional Mild (Studi pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Angkatan 2011/2011 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang) Mochammad Ikhwanudin, Gatot Isnani, Djoko Dwi Kusumajanto 2012
Variabel
Merek (X1), Kemasan (X2), Harga (X3), Kualitas Produk (X4), Keputusan Pembelian (Y)
Teknik Analisis Data
Kesimpulan
Analisis Regresi Dari hasil analisis deskriptif cukup Linier Berganda, membuktikan bahwa atribut produk analisis deskriptif mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. Dari hasil analisis inferensial dapat disimpulkan bahwa: (1) Atribut produk yang terdiri dari variabel merek dan variabel kemasan secara parsial berpengaruh positif atau signifikan terhadap keputusan pembelian, sedangkan variabel harga dan variabel kualitas produk secara parsial berpengaruh negatif atau signifikan terhadap keputusan pembelian, (2) Terdapat pengaruh yang signifikan pada atribut produk yang terdiri dari merek, kemasan, harga, kualitas produk secara simultan terhadap keputusan pembelian, (3) Pada variabel atribut produk meliputi merek, kemasan, harga, kualitas produk, variabel kemasan memiliki pengaruh yang dominan terhadap keputusan pembelian.
Perbedaan
Objek Penelitiannya adalah Rokok Merek Gudang Garam Surya Profesional mild, variable harga
21
Tabel 2.3 Penelitian
Judul
The Influence of Product Atributte on Consumer Purchase Decision in The Nigerian Food and Beveranges Industry : A Study of Lagos Metropolis
Penulis
Oghojafor Ben Akpoyomare, Ladipo Patrick Kunle Adeosun and Rahim Ajao Ganiyu
Tahun
2012
Populasi dan Sampel Populasinya adalah 400 responden dan sampelnya adalah sebagian dari populasi
Jurnal Internasional Teknik Analisis Data
Koefisien determinasi, Uji validitas, uji reliabilitas
Kesimpulan
Perbedaan
Metode analisis yang Objek penelitian adalah digunakan dalam penelitian ini Nigerian Food and adalah analisis deskriptif dan Beverages koefisien korelasi digunakan sebagai metode analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan survei langsung dan menyebar kuesioner kepada 400 konsumen (responden) pada dua perusahaan yang dipilih dalam industri food and baverages. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat korelasi positif antara variabel atribut produk terhadap variabel keputusan pembelian konsumen
22
Tabel 2.3 (Sambungan) Penelitian
Judul
Influence of Product Atributte on Mobile Phone Preference Among University Student : A Case of Undergraduate Student
Penulis
John M. Malasi
Tahun
2012
Populasi dan Sampel Populasinya adalah 500 Responden dan sampelnya sebagian dari populasi
Teknik Analisis Data
Uji validitas, uji reliabilitas, koefisien determinasi
Kesimpulan
Sebagian besar siswa dipengaruhi oleh atribut produk dalam menentukan keputusan pembelian ponsel yang mereka beli. Atribut produk seperti kualitas, fitur penyimpanan data, gaya, dan desain, merek dan harga sangat menentukan dalam keputusan pembelian konsumen
Perbedaan
Objek penelitian nya adalah Mobile Phone
23
Tabel 2.3 (Sambungan) Penelitian
Judul
Factors Affecting Customers Buyying decisions of Mobile Phone: A Study on Khulna City, Bangladesh
Penulis
Md Reaz Uddin, Nusrat Zahan Lopa, Md. Ohedduzaman
Tahun
2014
Populasi dan Sampel
Teknik Analisis Data
Populasi sebanyak 200 responden dan sampelnya sebagian dari populasi
Skala Likert, analisis deskriptif, convinience sampling method (csm)
Kesimpulan
Perbedaan
Tujuan dari penelitian ini adalah Objek Penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang adalah ponsel, mendasari mereka memiliki peran variabel bebas untuk menentukan merek ketika pelanggan membeli ponsel. Penelitian ini telah mengidentifikasi bahwa banyak faktor yang dianggap sebagai kriteria dari pembelian ponsel. Belum tentu semua variabel mempengaruhi seseorang dengan cara yang sama dan tingkat yang sama. Dalam kasus memilih merek ponsel, sebagian besar merupakan faktor yang dianggap oleh pelanggan termasuk atribut fisik, harga, pengisian dan operasi fasilitas, ukuran dan berat, teman dan kolega rekomendasi, rekomendasi tetangga dan iklan.
24
Tabel 2.3 (Sambungan) Penelitian
Judul
The Effect Of Product Quality Atributte on Thai Consumer Buying Decisions
Penulis
Pajaree Ackaradejruangsri
Tahun
2013
Populasi dan Sampel
Teknik Analisis Data
Kesimpulan
Perbedaan
Populasinya adalah 500 Responden dan sampelnya sebagian dari populasi
Uji validitas, uji Reliabilitas
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh dimensi atribut kualitas produk terhadap keputusan pembelian rata-rata konsumen Thailand. Penelitian tentang dimensi atribut kualitas produk , dan dampaknya terhadap keputusan pembelian rata-rata konsumen Thailand memberikan hasil yang signifikan. Atribut dimensi seperti kehandalan, fungsi, dan daya tahan adalah tiga dimensi atribut yang paling penting yang memiliki pengaruh terbesar pada keseluruhan keputusan pembelian konsumen Thailand dalam tiga kategori produk.
Objek penelitiannya konsumen di Thailand, dan variabel atribut kualitas produk
25
2.3
Kerangka Pemikiran Ferrinadewi & Darmawan dalam Ferrinadewi (2014:130) menyatakan bahwa
produk adalah seperangkat atribut dan manfaat yang dianggap penting hingga kurang penting oleh pemakainya. Atribut produk dapat berupa sesuatu yang berwujud (tangible) maupun sesuatu yang tidak berujud (intangible). Atribut yang berwujud dapat berupa merek, kualitas produk, desain produk, label produk, kemasan dan sebagainya. Sedangkan yang tidak berwujud seperti kesan atau image konsumen terhadap nama merek yang diberikan kepada produk tersebut. Setiap produk akan memiliki atribut yang berbeda dengan jenis produk yang lain. Menurut Bennion dan Scheulle (2004:11) karakteristik dari makanan adalah faktor penentu yang paling penting saat mencoba menikmati suatu makanan, diantaranya adalah : a. Penampilan. Penampilan menciptakan kesan terhadap suatu makanan, contohnya warna, porsi, desain. Kesegaran suatu makanan paling sering tampak dari penampilan makanan itu sendiri. Dalam setiap penyajian makanan sudah ditentukan porsi standarnya yang disebut standard portion size. Standard portion size didefinisikan sebagai kuantitas item yang harus disajikan setiap kali item tersebut dipesan. Manajemen dianjurkan untuk membuat standard portion size secara jelas, misalnya berapa gram daging yang harus disajikan dalam sebuah porsi makanan. b. Harga. Harga adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk suatu produk atau jasa. Jumlah ini yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat yang dimiliki dengan menggunakan produk atau jasa. “Harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa atau dapat juga dikatakan penentuan nilai suatu produk dibenak konsumen”( Saladin,2008:95; dalam Jackson R.S. Weenas, 2013:3). Merupakan aspek yang tampak jelas (visible) bagi para pembeli, bagi konsumen yang tidak terlalu paham hal-hal teknis pada pembelian jasa, seringkali harga menjadi satu-satunya faktor yang bisa mereka pahami, tidak jarang pula harga dijadikan semacam indikator untuk kualitas jasa.
f. Rasa. Rasa adalah sensasi yang diterima saat makanan berada di mulut. Rasa primer meliputi manis, asin, asam, dan pahit. Titik perasa dari lidah adalah kemampuan mendeteksi dasar yaitu manis, asam, asin, pahit. Dalam makanan 26
tertentu empat rasa ini digabungkan sehingga menjadi satu rasa yang unik dan menarik untuk dinikmati. c. Tekstur. Tekstur adalah bagian-bagian dari makanan itu sendiri yang menunjukan sebuah struktur, misalnya tekstur dari sebuah roti atau tekstur dari saus krim yang lembut. Ada banyak tekstur makanan antara lain halus atau tidak, empuk atau padat, keras atau lembut, kering atau lembab. Tingkat tipis dan halus serta bentuk makanan dapat dirasakan lewat tekanan dan gerakan dari reseptor di mulut. d. Kemasan. Kemasan adalah wadah atau pembungkus dari suatu produk. “Daya tarik visual pada penampilan kemasan yang mencakup unsur-unsur grafis untuk menciptakan suatu kesan” (Wirya, 1999; dalam Listia Natadjaja dan kawan-kawan, 2009:96). Sebuah kemasan yang berhasil merupakan perpaduan antara pemasaran dan desain, yang harus memenuhi kriteria stand out (menonjol), contents (isi) kemasan harus dapat memberikan informasi tentang isi kemasan dan apa yang terkandung dalam produk, distinctive (unik).
Faktor-Faktor Atribut Produk 1. 2. 3. 4. 5.
Rasa Kemasan Harga Tekstur Desain
Faktor-Faktor Atribut Produk yang Baru Analisis Faktor
Bennion dan Scheulle (2004:11-18)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.4
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian (Sugiyono, 2013:134). Dikatakan sementara, karena jawaban yang 27
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada faktafakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan skema kerangka pemikiran di atas maka hipotesis yang diajukan dan akan dibuktikan kebenarannya adalah “Faktor-Faktor Penampilan, Harga, Rasa, Tekstur dan Kemasan
merupakan Faktor-Faktor Atribut Produk Salted Egg Eatlah di
Bandung”.
2.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian atau batasan dalam penelitian bertujuan untuk
menjaga konsistensi tujuan dari penelitian, sehingga hasil dan pembahasan menjadi terarah. Batasan atau ruang lingkup dari penelitian ini adalah faktorfaktor atribut produk salted egg Eatlah di Bandung yang terdiri dari penampilan, harga, rasa, tekstur, dan kemasan. Dalam penelitian ini lokasinya berada di Eatlah Bandung. Waktu dan periode penelitian dimulai pada bulan Juli 2018 sampai dengan Desember 2018.
28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis
dengan metode kuantitatif. Menurut Sugiyono (2014:22) metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014:13). 3.2
Operasional Variabel dan Skala Pengukuran
3.2.1
Operasional Variabel Menurut Sugiyono (2013:58) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Untuk memperjelas 29ariable operasional dalam penelitian ini maka dikemukakan 29ariable operasional dalam table 3.1 berikut
Variabel
Dimensi
Atribut Produk
Penampilan
Harga
Tabel 3.1 Operasional Variabel Indikator 1. Salted egg Eatlah memiliki penampilan yang menggugah selera 2. Porsi yang disajikan Salted egg Eatlah sesuai dengan keinginan konsumen, 3. Harga untuk membeli Salted egg Eatlah sesuai dengan perkiraan konsumen. 4. Harga untuk membeli Salted egg Eatlah sesuai dengan yang didapatkan.
Skala
No.
Ordinal
1
Ordinal
2
Ordinal
3
Ordinal
4
29
Variabel
Dimensi
Atribut Produk
Rasa
Indikator 5. Cita rasa Salted egg Eatlah benar berbahan dasar telur asin. 6. Salted egg Eatlah memiliki rasa yang unik untuk dinikmati.
7. Tekstur Salted egg Eatlah lembut. 8. Tekstur Salted egg Eatlah empuk. 9. Kemasan Salted egg Kemasan Eatlah bentuknya unik. 10. Tampilan kemasan menarik perhatian konsumen. Sumber: Penelitian Terdahulu Tekstur
3.2.2
Skala
No.
Ordinal
5
Ordinal
6
Ordinal
7
Ordinal Ordinal
8 9
Ordinal
10
Skala Pengukuran Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2014:132). Skala peneltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal/rating scale. Skala ordinal adalah data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam model skala ordinal, responden tidak menjawab salah satu jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu skala ordinal ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain (Sugiyono, 2014:98) Skala yang digunakan dalam desain pengukuran penelitian ini adalah skala Likert. Menurut Sugiyono (2014:132) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian, variabel yang akan diukur 30
dijabarkan menjadi indikator variabel kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Dalam penelitian ini, pilihan jawaban untuk kuesioner penelitian ini berupa kalimat positif yaitu 5= Sangat Setuju (SS), 4= Setuju (S), 3= Cukup Setuju (CS), 2= Tidak Setuju (TS), 1= Sangat Tidak Setuju (STS). 3.3
Tahapan Penelitian
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian Sumber: (Sugiono, 2014:82) 3.4
Populasi dan Sampel
3.4.1
Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek tersebut. Sugiyono (2014:115). Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen dari Eatlah di Bandung sebanyak 1500 orang yang diperoleh dari wawancara dengan Owner Eatlah di Bandung.
31
3.4.2
Sampel Sugiyono (2014:116) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Karena dalam penelitian ini populasi besar dan jumlah populasi tidak diketahui secara pasti maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga jumlah sampel yang diambil cukup mewakili populasi responden yang diteliti. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2014:154). Peneliti menggunakan incidental sampling, diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan yang dilakukan. Kriteria sampel yang digunakan peneliti adalah konsumen yang mengetahui, mengunjungi dan melakukan pembelian di Eatlah di Bandung. Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi konsumen Eatlah di Bandung, maka peneliti menggunakan teknik penghitungan sampel Slovin dengan rumus: 𝑛=
𝑁 𝑁. 𝑑 2 + 1
Keterangan : n : Sampel N: Populasi d : Error Tolerance (toleransi terjadinya galat 0.1)
Setelah itu dapat dilihat dibawah ini penghitungan untuk menentukan jumlah sampel dibawah ini dengan menggunakan rumus penghitungan sampel Slovin sebagai berikut: 𝑛=
1500 1500. (0,1)2 + 1
𝑛=
1500 = 93,75 16
n = 93,75 dibulatkan menjadi 94. Dengan disimpulkan bahwa sampel yang diambil ialah 94 dan dibulatkan menjadi 100 agar lebih mewakili populasi. Berdasarkan hasil pertimbangan peneliti dalam menentukan sampel, peneliti menentukan sampel dalam penelitian ini ialah konsumen dari Eatlah di Bandung. 32
3.4.3
Teknik Sampling Teknik sampling adalah teknik untuk megambil sampel (Sugiyono,
2014:116). Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability sampling. Menurut Darmawan (2013:152) teknik yang diambil dari nonprobability sampling adalah teknik purposive sampling yaitu responden yang terpilih menjadi anggota sampel atas dasar pertimbangan peneliti sendiri. Pertimbangan yang dimaksud untuk sampel adalah konsumen yang pernah membeli produk di Eatlah Bandung. 3.5
Jenis Data
3.5.1
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung meliputi dokumen-
dokumen perusahaan berupa sejarah perkembangan perusahaan, struktur organisasi dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian (Sugiyono 2013:137). Sedangkan menurut (Suharsimi Arikunto 2013:127), data primer merupakan data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya dapat melalui wawancara, jejak pendapat dan lain-lain. Untuk penelitian ini penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner (angket). Menurut (Suharsimi Arikunto 2013:127), data primer merupakan data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya dapat melalui wawancara, jejak pendapat dan lain-lain. Untuk penelitian ini penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner (angket). Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Data primer yang dilakukan peneliti adalah dengan menyebarkan kuisioner (daftar pertanyaan) dan yang dijawab oleh objek penelitian adalah konsumen Eatlah di Bandung. 3.5.2
Data Sekunder Suharsimi Arikunto (2013:172) menyatakan bahwa Data sekunder adalah
data yang dikumpulkan melalui pihak kedua, biasanya diperoleh melalui instansi yang bergerak di bidang pengumpulan data seperti Biro Pusat Statistik dan lain-lain. Sedangkan (Sujarweni 2015:88) mengemukakan bahwa data sekunder merupakan daya yang didapat dari catatan, buku, dan majalah berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebgai teori, 33
majalah dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dari data sekunder tidak perlu untuk diolah lagi. Data sekunder mengacu pada informasi pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang, dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir. Data yang diperlukan untuk mendukung hasil penelitian berasal dari literature, artikel dan berbagai sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian (Sugiyono 2013). Contoh data sekunder adalah data yang diambil dari web, koran, majalah, jurnal, buku literature dan publikasi lainnya. 3.5.3
Teknik Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi
dan kuesioner yang diuraikan sebagai berikut: 1. Kuesioner Menurut Sugiyono (2014:199) kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. 2. Studi Kepustakaan Dalam penelitian ini dilakukan studi kepustakaan melalui teori-teori dari bukubuku teks, referensi, literatur, jurnal maupun dari hasil penelitian orang lain baik yang sudah dipublikasikan maupun yang belum. 3. Wawancara Menurut Sugiyono (2014:137) dalam penelitian ini dilakukan wawancara dimana wawancara digunakan sebagi pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.
3.6
Uji Validitas dan Uji Realibilitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan penulis untuk menguji instrument
penelitian. Menurut Sugiyono (2014:146) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang baik akan mampu mengumpulkan data secara valid dan reliabel sehingga benar-benar menggambarkan fenomena yang ada.
34
3.6.1
Uji Validitas Priyatno (2014:51) menyatakan uji validitas item merupakan uji instrument
data untuk mengetahui seberapa cermat suatu item dalam mengukur apa yang ingin diukur. Item dapat dikatakan valid jika adanya korelasi yang signifikan dengan skor totalnya, hal ini menunjukkan adanya dukungan item tersebut dalam mengungkap suatu yang ingin diungkap. Item biasanya berupa pertanyaan atau pernyataan yang ditujukan kepada responden dengan menggunakan bentuk kuesioner dengan tujuan untuk mengungkap sesuatu. Sedangkan menurut Siregar (2014:47), setelah membuat kuesioner (instrument penelitian) langkah selanjutnya menguji apakah kuesioner yang dibuat tersebut valid atau tidak. Rumus yang bisa digunakan untuk uji validitas dengan teknik korelasi product moment (Siregar, 2014:28), yaitu:
Keterangan: rxy
: Koefisien korelasi antara x dan y
N
: Jumlah sampel
∑ 𝑦𝑧
: Jumlah perkalian antara skor x dan skor y
x
: Jumlah total responden
y
: Jumlah total pernyataan masing-masing responden
Untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang digunakan adalah: a)
Jika nilai r hitung lebih besar (>) dari nilai r tabel maka item kuesioner
dinyatakan valid dan dapat digunakan b) Jika nilai r hitung lebih kecil (<) dari nilai r tabel maka item kuesioner dinyatakan tidak valid dan tidak dapat dipergunakan.
35
No. Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Faktor-Faktor Atribut Produk Rhitung Rtabel Keterangan .451 0,361 VALID .578 0,361 VALID .720 0,361 VALID .665 0,361 VALID .646 0,361 VALID .741 0,361 VALID .784 0,361 VALID .613 0,361 VALID .621 0,361 VALID .669 0,361 VALID Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, tahun 2018
Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel 3.2 dapat diketahui semua item memiliki r hitung yang lebih besar dari r tabel (0,361), maka semua item dapat dinyatakan valid. 3.6.2
Uji Reliabilitas Menurut Priyatno (2014:64) uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui
konsistensi alat ukur yang biasanya menggunakan kuesioner. Maksudnya apakah alat ukur tersebut akan mendapatkan pengukuran yang tetap konsisten jika pengukuran diulang kembali. Uji reliabilitas merupakan kelanjutan dari uji validitas, dimana item yang masuk pengujian adalah item yang valid saja. Metode yang sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur skala rentangan (seperti skala Likert 1-5) adalah Cronbach Alpha, dengan rumus sebagai berikut (Siregar, 2014:58):
r Keterangan: r
: Reabilitas instrumen
k
: Banyaknya butir pertanyaan
Σσ2b: Jumlah varian butir σ2t : Varians total Kategori koefisien reliabilitas menurut (Guilford, 1956: 145) adalah sebagai berikut:
36
0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi
0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang
0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah.
-1,00 r11 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliable) Reliabilitas 0,767 maka masuk ke dalam kategori reliabelitas tinggi. Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach Alpha Keterangan Atribut Produk 0,767 RELIABEL Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, tahun 2018
No. 1
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada tabel 3.3 diketahui nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,767. Karena nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6 maka instrumen dinyatakan reliabel. Dalam lestari (2013:56), untuk menguji ketepatan dari faktor yang terbentuk digunakan uji statistik Barlett test sphericity dengan nilai signifikan ≤ 0,05 dan Kaiser Mayer Olkin (KMO) untuk mengetahui kelayakan analisis faktor. Apa bila indeks berkisar antara 0,5 hingga 1, analisis faktor tidak layak dilakukan. Tabel 3.4 Hasil Uji KMO & Bartlett KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling ,753 Adequacy. Bartlett's Test of Approx. Chi-Square 53,290 Sphericity df 10 Sig. ,000 Sumber: Hasil Olah Data Peneliti, tahun 2018 3.7
Analisis Data Analisis data merupakan proses mencari serta menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil catatan lapangan, wawancara, serta dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, mejabarkan ke dalam unitunit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting, dan yang akan dipelajari, dan lanjut membuat kesimpulan sehingga dapat mudah 37
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2017:244). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Principal Component Analysis (PCA) dalam melakukan analisis data. PCA adalah salah satu metode analisis faktor yang menggunakan total varian dalam analisisnya. Tahapan melakukan analisis data dengan menggunakan analisis faktor adalah: a. Menentukan tujuan dari analisis faktor. Tujuan utama dari analisis faktor adalah: 1) Data summarization, adalah mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel dengan melakukan uji korelasi. 2) Data Reducation, adalah setelah melakukan korelasi dengan proses membuat kumpulan variabel baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah variabel tertentu. b. Membuat desain analisis faktor. Membuat desain analisis faktor melibatkan tiga keputusan dasar, yaitu: 1) Menentukan desain jumlah variabel, teknik pengukuran, dan jenis variabel yang diijinkan. Teknik pengukuran dengan menggunakan skala Likert. 2) Menentukan ukuran sampel. 3) Melakukan perhitungan data yang dimasukkan (correlation matrix), untuk memenuhi tujuan tertentu dari pengelompokan variabel atau responden. c. Membuat asumsi dalam analisis faktor. Proses analisis faktor tergantung pada koralasi variabel-variabelnya. Untuk memperolehnya, digunakan matriks korelasi antara variabel yang satu dengan variabel lainnya. d. Menentukan Jumlah Faktor Dalam analisis faktor, variabel dikelompokkan berdasarkan korelasinya. Dengan demikian untuk tujuan analisis faktor tersebut perlu diketahui berapa banyak varians dari variabel. Varians dalam variabel dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis varians yaitu: 1) Common variance, adalah varians dari suatu variabel yang juga dimiliki oleh variabel-variabel lain. 2) Specific, adalah varian yang dimiliki hanya oleh sebuah variabel. 3) Error variance, adalah varians yang salah, disebabkan oleh kesalahan pengukuran, alat ukur, ataupun kesalahan pemilih sampel. e. Menginterpretasikan Faktor 38
Interpretasi faktor dilakukan dalam beberapa tahapan: 1) Menentukan nilai MSA melalui tabel KMO dan Barlett’s Test 2) Menentukan
jumlah
komponen
yang
dapat
dipertahankan
dengan
menggunakan nilai eigenvalue melalui tabel total variance atau dengan menggunakan analisis scree plot dari komponen yang didapat. 3) Menentukan atau menilai besarnya penjelasan serta unique variance masingmasing variabel terhadap komponen yang dipertahankan melalui komunitas. 4) Menentukan kriteria signifikan factor loadings, yaitu menentukan faktor loading yang layak untuk dipertimbangkan dengan menggunakan kriteria signifikansi statistic. 5) Melalui analisis tabel component matrix, dapat dilihat loading dan variance dari setiap variabel, sehingga dapat dilihat hubungan antara variabel dengan faktor-faktornya. 6) Melihat besarnya nilai-nilai komunalitas dari setiap variabel untuk menentukan signifikansi kontribusi masing-masing variabel terhadap setiap faktor yang didapat. 7) Jika penganalisisan varian belum memuaskan atau belum memberikan hasil yang diinginkan, maka penganalisisan akan dilanjutkan menggunakan metode Rotasi Varimax (memaksimalkan nilai varians). 8) Penamaan faktor (Labelling). Setelah terbentuk kelompok kelompok yang merupakan faktor faktor dari proses analisis faktor, maka selanjutnya dilakukan proses penanaman faktor.
39
Lampiran-1 Pra Survey Kuesioner Screening Question: Apakah Anda merupakan konsumen Salted Egg Eatlah Bandung? Jika Ya lanjutkan dengan menjawab pertanyaan berikut ini. Namun, jika tidak cukup sampai di sini.
Analisis Faktor-Faktor Atribut Produk Salted Egg Eatlah di Bandung Responden yang terhormat, terima kasih atas partisipasi anda dalam megisi kuesioner ini. Berilah tanda checklist untuk jawaban yang dianggap paling sesuai dengan pendapat anda. I.
Identitas Responden (Pilih salah satu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut) 1. Jenis kelamin Anda? a. Pria b. Wanita 2. Usia Anda? a. <20 tahun b. 21 – 30 tahun c. 31 – 40 tahun d. > 40 tahun 3. Frekuensi pembelian dalam satu bulan? a. 1 kali b. 2 – 3 kali c. 4 – 5 kali d. > 5 kali 4. Pekerjaan Anda? a. Mahasiswa/ Pelajar b. Pegawai Negeri c. Pegawai Swasta d. Wiraswasta e. Lainnya ______ 40
II.
Petunjuk Pengisian 1. Jawablah setiap pernyataan secara jujur sesuai pendapat Bapak /Ibu/Saudara/i perlu diketahui bahwa jawaban dari kuesioner ini tidak berkaitan dengan benar atau salah. 2. Beri tanda checklist untuk setiap pernyataan yang paling sesuai dengan pendapat dan kondisi anda pada kolom jawaban yang telah tersedia. 3. Apabila salah menempatkan tanda checklist pada jawaban yang tersedia, lingkari jawaban yang salah dan beri tanda checklist pada kolom yang anda anggap benar. 4. Anda hanya diperkenankan untuk memberikan satu jawaban pada setiap pernyataan yang ada dan mohon jangan sampai satu penyataan pun yang terlewat.
Keterangan:
III.
SS
= Sangat Setuju
(diberi nilai 5)
S
= Setuju
(diberi nilai 4)
CS
= Cukup Setuju
(diberi nilai 3)
TS
= Tidak Setuju
(diberi nilai 2)
STS
= Sangat Tidak Setuju
(diberi nilai 1)
Daftar Pernyataan No.
Pernyataan
1.
Salted egg Eatlah memiliki penampilan yang menggugah selera. Porsi yang disajikan Salted egg Eatlah sesuai dengan keinginan konsumen. Harga untuk membeli Salted egg Eatlah sesuai dengan perkiraan konsumen. Harga untuk membeli salted egg Eatlah sesuai dengan yang didapatkan.
2.
3.
4.
SS
S
CS
TS
STS
41
No.
Pernyataan
5.
Cita rasa Salted egg Eatlah benar berbahan dasar telur asin. Salted egg Eatlah memiliki rasa yang unik untuk dinikmati. Tekstur Salted egg Eatlah lembut.
6.
7.
8. 9. 10
SS
S
CS
TS
STS
Tekstur Salted egg Eatlah empuk. Kemasan Salted egg Eatlah bentuknya unik. Tampilan kemasan menarik perhatian konsumen.
42
DAFTAR PUSTAKA Adhisatya, Deo. (2017). Pengaruh Bauran Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Domino’s Pizza Di Kota Bandung. e-Proceeding of Management, Vol. 4, No. 2 Agustus 2017, pp. 17841788. Alma. (2016). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta ss. Arikunto, Suharsimi. (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Kotler and Keller. 2016. Marketing Management. Pearson: Prentice hall. Kotler, P., & Armstrong, G. (2014). Principles of Marketing (15th ed.) Harlow: Pearson. Lupiyoadi, Rambat. (2013). Manajemen Pemasaran Jasa Bebasis Kompetensi (Edisi 3). Jakarta: Salemba Empat. Malau, Harman. (2017). Manajemen Pemasaran Teori dan Aplikasi Pemasaran Era Tradisional Sampai Era Modernisasi Global . Yogyakarta: Alfabeta. Priyatno, Duwi. (2014). SPSS 22: Pengolahan Data Terpraktis. Yogyakarta: CV. ANDI Siregar, Syofian. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Darmawan. Deni. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R.D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/R&D). Bandung: Alfabeta. Sugiono. 2017. Penelitian kuantitatif dan kualitatif. Bandung : Alfabeta Sujarweni, Wiratna. 2015. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru Press Tjiptono, Fandy. (2014), Pemasaran Jasa: Prinsip, Penerapan, Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. Zikmund, William G, dan Babin, Barry J. (2013). Essential of Marketing Research 5/E. China, Asia: South-Wester Cengage Learning.
43
Sumber website: https://pergikuliner.com https://www.instagram.com/eatlahjkt/ https://scholar.google.co.id https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id
44