Bab 1 Leni 2019.docx

  • Uploaded by: ellysa seprina
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1 Leni 2019.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,117
  • Pages: 5
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Bidan Indonesia adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian dengan persyaratan yang berlaku. Jika melakukan praktek, yang bersangkutan harus mempunyai kualifikasi agar mendapatkan lisensi untuk praktek. Seorang bidan adalah tenaga kesehatan yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Bidan harus mampu bertindak secara professional dalam melakukan pelayanan kebidanan. Tanggung jawab bidan yang paling utama adalah menyelamatkan nyawa ibu dan anaknya saat melahirkan (Sofyan, Mustika.dkk, 2012). Tentang kata kebidanan dan bidan, menurut Klinkert (1892) sumbernya ialah bahasa Sansekerta. Dalam bahasa tersebut terdapat kata “widwan” yang berarti cakap, ”membidan” yang berarti mengadakan sedekah bagi seorang penolong bersalin yang minta diri setelah bayi berumur 40 hari. Perlu diterangkan bahwa kepustakaan yang ada di Indonesia tidak ditemukan pendapat yang menyokong atau menolak pendirian Klinkert tersebut (Prawirohardjo, 2014). Menurut WHO Kematian ibu adalah kematian seorang wanita hamil atau selama 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.Kematian

ibu

langsung

adalah

sebagai

akibat

komplikasi

kehamilan,persalinan, atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepatdari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat daripenyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan

yangberpengaruh

terhadap

kehamilan,

misalnya

HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskular (Saifuddin, 2013).

malaria,

Penyebab langsung kematian ibu terjadi saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia dan energi kronis/KEK pada kehamilan dan anemia pada kehamilan. Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan menigkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia (Prawirohardjo, 2013). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dannifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayisebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Menurut data menteri kesehatan AKI pada tahun 2013 sudah mencapai 359 dari 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014 target AKI di Indonesia yaitu 115 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 24 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2015 Indonesia menargetkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB ditekan 23 per 1000 kelahiran hidup. Dari data tersebut pemerintah harus bekerja keras untuk mencapai target Sustaintainable Development Goals (SDGs) (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan kesepakatan goals (tujuan) dan target Sustaintainable Development Goals (SDGs), terdapat Goals ketiga yaitu pada 2030 mengurangi angka kematin ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahu 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH, pada 2030 menjamin akses semesta kepada pelayaan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk Keluarga Berencana (KB), informasi dan edukasi, serta integritas kesehatan reproduksi ke dalam strategi program naasional (Depkes RI,2015). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2015 didapatkan data ibu hamil sebanyak 12.902 orang, target ibu hamil dengan risiko tinggi 20% yaitu sebanyak 2.580 orang, K1 murni sebanyak 11.501 orang (89,1%), K1 akses sebanyak 12.800 orang, K4 sebanyak 12.648 orang (98,0%), risiko tinggi oleh tenaga kesehatan sebanyak

10.154 orang (64,0%), resiko tinggi oleh masyarakat sebanyak 7.283 orang (45,9%), persalinan oleh tenaga (PWS KIA kelayan Timur 2017 dan 2018). Kesehatan 61.229 orang (81,7%) dari sasaran ibu bersalin 74.927 orang, cakupan penanganan komplikasi obstetri 13.034 kasus (82,2%) kunjungan neonatus KN 1 sebanyak 63.581 orang (95,5%) dan cakupan penanganan komplikasi nenonatus 6.065 orang (60,1%) (Rekapitulasi PWS KIA Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2018). Berdasarkan data Dinas Kota Banjarmasin pada tahun 2015 didapatkan data ibu hamil sebanyak 12.902 orang, target ibu hamil dan risiko tinggi 20% yaitu sebanyak 2.553 orang. K1 murni sebanyak 11.940 orang (93,5%), K1 akses sebanyak 1.054 orang (8,3%), K4 sebanyak 11.886 orang (93,1%), resiko tinggi oleh tenaga kesahatan sebanyak 1.078 orang (42,2%), risiko tinggi oleh masyarakat sebanyak 2.148 orang (84,1%), ibu bersalin dan nifas sebanyak 12.248 orang, bayi sebanyak 11.599 orang, KB baru sebanyak 33.529 orang (27,9%) dan KB aktif sebanyak 90.935 orang (75,7%) (Rekapitulasi PWS KIA Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin Tahun 2018). Berdasarkan hasil laporan tahunan, pada tahun 2017 Puskemas Kelayan Timur Banjarmasin dengan total jumlah penduduk sebanyak 25.795 orang, dengan pembagian wilayah Kelayan Timur sebanyak 18.162 orang dan Kelayan Tengah sebanyak 7.633 orang, didapatkan pada K-1 (murni) sebanyak 559 (98,4%), pada K-4 sebanyak 493 (86,8%), persalinan yang di tolong tenaga kesehatan sebanyak 440 (81,3%), deteksi Risti (Risiko tinggi) kehamilan oleh masyarakat sebanyak 114, kunjungan neonatus (KN1) sebanyak 846 (14,5%), kunjungan Neonatus (KN lengkap) sebanyak 845 (14,2%), pelayanan nifas sebanyak 849 (98,8%). Data bulan Januari - November 2018 di Puskesmas Kelayan Timur terdapat jumlah ibu hamil sebanyak 568 orang sedangka ibu hamil dengan Risti (Risiko tinggi) sebanyak 310 diantaranya ibu hamil dengan kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm. Berdasarkan latar belakang di atas sangat penting bagi tenaga bidan untuk memberikan asuhan yang bersifat komprehensif. Asuhan kebidanan komprehensif mencakup empat kegiatan pemeriksaan berkesinambungan

diantaranya adalah asuhan kebidanan (antenatal care), asuhan kebidanan masa nifas (postnatal care), dan asuhan bayi baru lahir (neonatal care) (Varney, 2012). Oleh karena itu, penulis akan melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.F di wilayah kerja Puskesmas Kelayan Timur. Dengan

asuhan

kebidanan

komprehensif

ini

diharapkan

dapat

mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan KB.

1.2 Tujuan Umum Asuhan Komprehensif Melakukan asuhan kebidanan komprehensif kepada ibu hamil sampai nifas dan bayi baru lahir secara tepat sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.

1.3 Tujuan Khusus Asuhan Komprehensif 1.3.1

Melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan secara tepat pada ibu hamil mulai 33-34 minggu sampai 40 minggu usia kehamilan, menolong persalinan, nifas 6 jam hingga 6 minggu masa nifas, KB, bayi baru lahir dan neonatus.

1.3.2

Melakukan pendokumentasian manajemen kebidanan dengan metode dokumentasi “SOAP”.

1.3.3

Dapat menganalisa kasus yang dihadapi berdasarkan teori yang ada.

1.3.4

Dapat membuat laporan ilmiah tentang kasus yang dihadapi.

1.4 Manfaat 1.4.1

Tujuan 1.4.1.1 Bagi institusi pendidikan Dapat menjadi bahan dokumentasi, bahan rujukan, koleksi dan bahan perbandingan.

1.4.1.2 Bagi penulis Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dan

meningkatkan

keterampilan

dalam

memberikan

pelayanan kebidanan pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, ibu nifas dan akseptor KB secara komprehensif.

1.4.2

Praktis 1.4.2.1 Bagi tempat pelayanan kesehatan Dapat menjadi bahan masukkan dalam pelayanan kebidanan untuk memberikan pelayanan yang komprehensif sehingga komplikasi kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan akseptor KB dapat terdeteksi sedini mungkin. 1.4.2.2 Bagi klien Dapat

menambah

pengetahuan

dan

pemahaman

mengenai status kesehatannya dalam masa kehamilan, persalinan,

perawatan

bayi

baru

lahir,

masa

nifas,

pelaksanaan program KB dan kelainan dapat terdeteksi secara dini.

1.5 Waktu dan Tempat 1.5.1

Waktu Waktu studi kasus ini dimulai tanggal 18 Oktober 2018 sampai selesai.

1.5.2

Tempat Wilayah kerja Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin.

Related Documents

Aqui_jaz_-leni
May 2020 17
Rpp Kls Vi (leni)
June 2020 23
Skripsi Leni Helmina.pdf
December 2019 22
Refrat Leni Fix.docx
June 2020 7

More Documents from "Koas Mata"