Bab 1 Hand Hygiene.docx

  • Uploaded by: rahmaniah
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1 Hand Hygiene.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,543
  • Pages: 8
BAB 1 PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini terjadi karena adanya interaksi mikroorganisme dengan tubuh yang rentan. Pada umumnya di Indonesia pasien yang datang ke rumah sakit/puskesmas sudah dalam keadaan lemah atau parah. Oleh karena itu sering diperlukan tindakan “invasive” dan tindakan medis yang dapat memudahkan masuknya mikroorganisme penyebab infeksi ke dalam tubuh pasien. Keadaaan ini akan semakin memperparah penyakit yang diderita dan bahkan dapat menyebabkan kematian (Depkes RI, 2010). Infeksi terkait perawatan kesehatan atau Healthcare Associated Infections (HAIs), yang disebut sebagai infeksi ”Nosokomial” adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di fasilitas kesehatan dalam kurun waktu 48-72 jam (WHO, 2016). Kejadian infeksi belum diimbangi dengan pemahaman tentang bagaimana mencegah infeksi dan implementasi secara baik. Kondisi ini memungkinkan angka kejadian infeksi di rumah sakit/puskesmas cenderung

meningkat.

Maka

dari

itu

sangat

penting

halnya

pengetahuan petugas kesehatan tentang mencuci tangan untuk menerapkan perilaku Five moment for Hand Hygiene sebagai salah satu metode Patient Safety untuk mengurangi angka kejadian infeksii nasokomial (WHO, 2016). Hand Hygiene adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan. Pada tahun (2009), Worrld Health Organization (WHO) mencetuskan global patient safety challage dengan clean care is safe

care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene, untuk petugas kesehatan dengan my five moment for hygiene, yaitu melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih dan steril,setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien,setelah bersentuhan atau kontak dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar, (Pitlet D,Allegranzi B,Storr J,2008 dalam Ritonga, 2018). Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan pencegahan infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Kebijakan ini tertuang

dalam

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

270/Menkes/III/2007 tentang pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan. Keputusan Menkes Nomor 382/Menkes/III/2007 mengenai Pedoman Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan. Karena angka kejadian infeksi nosokomial saat ini telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan rumah sakit. (Depkes RI, 2010) Hasil survey yang dilakukan World Health Organozations (WHO) pada tahun 2016, menyatakan bahwa prevalensi kejadian infeksi nosokomial di Eropa lebih dari 4 juta - 4,5 juta pasien terkena setiap tahun. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 1,7 juta pasien yang terkena infeksi nosokomial setiap tahun, ini mewakili prevalensi 4,5% untuk 99.000 kematian (WHO, 2016) Dimana WHO dan UNICEF melaporkan bahwa air, sanitasi ,dan kebersihan di fasilitas kesehatan merupakan salah satu program yang digalangkan untuk membantu meningkatkan layanan sesuai dengan tujuan SDGs nomor 6 (WHO,UNICEF,2015). Program yang sudah dijalankan sejak tahun 2005-2016 oleh WHO yaitu Clean Care is Safe

Care. Program ini telah dilakukan di 137 negara dengan jumlah populasi >93%. Program yang diterapkan adalah How to Handrup dan 5 Moment for Hand Hygiene sebagai program untuk pencegahan infeksi (WHO, 2015). Departemen Kesehatan RI melakukan survey pada tahun 2013 di 10 RSU Pendidikan, di peroleh angka infeksi nosokomial cukup tinggii yaitu sebesar 6-16% dengan rata-rata 9,8%. Survey yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta menunjukkan bahwa 9,8% pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat(Depkes RI, 2013) Tenaga keperawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya merupakan jenis tenaga kesehatan terbesar (sekitar 50-60%), memiliki jam kerja 24 jam melalui penugasan shift, serta merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan pasien melalui hubungan professional (Anwar,2015). Tenaga keperawatan harus menerapkan perilaku hidup sehat,salah satunya adalah perilaku mecuci tangan yang baik dan benar (Neila Fauzia, Ansyori et al. 2014). Data dari perilaku cuci tangan pakai sabun sebesar 23,2 %. Hampir semua orang mengerti pentingnya cuci tangan tetapi tidak membiasakan diri untuk melakukan dengan benar (Teare,2011 dalam Novitaria, Putri et al. 2018). Tangan adalah salah satu penghantar utama masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia (Depkes RI, 2010). Penelitian yang dilakukan Sinaga tentang kepatuhan hand hygiene pada tahun 2015 di RS MISI di Rangkasbitung menunjukkan bahwa 44,7 % petugas tidak patuh melakukan cuci tangan (Sinaga, 2016). Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Waney dan Utami, hasil penelitian Waney tahun 2016 di instansi rawat inap

Rumah sakit Tkt.III R.W.Mongisidi Manado menunjukkan sebagian besar petugas belum menerapkan

hand hygiene dengan baik yaitu

sebanyak 61,9% (Waney, Kandou et al. 2016). Berdasarkan penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa sebagian besar petugas masih belum patuh melakukan tindakan hand hygiene yang tepat dan benar sesuai prosedur di lingkungan layanan kesehatan guna pencegahan dan pengendalian penularan infeksi nosokomial. UPTD

Puskesmas

Bulupoddo

adalah

pusat

kesehatan

masyarakat pemerintah type C yang berada di Kecamatan Bulupoddo Kabupaten Sinjai. Berdasarkan data awal yang diperoleh peneliti pada tanggal 30 bulan Januari tahun 2019 diperoleh yaitu mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2018. Dari 2.229 jumlah pasien yang berkunjung menunjukkan bahwa Data penderita yang mengalami infeksi nosokomial yaitu saluran kencing (ISK) sebanyak 35 orang dengan persentase 3,8 %, Infeksi Luka jarum (phlebitis) sebanyak 99 orang dengan persentase 20,08 %, Infeksi luka jahitan (hecting) sebanyak 159 orang dengan persentase 32,10%. Berdasarkan hasil observasi di PKM Bulupoddo semua ruangan sudah mempunyai fasilitas hand hygiene yang lengkap. Fasilitas hand hygiene dengan Hand Wash yang ada di tempat observasi terdapat wastafel yang di lengkapi dengan sabun anti mikroba dan alkohol gliserin untuk Hand Rub. Beberapa ruangan sudah ada fasilitas Hand Rub dan poster tentang langkah –langkah hand hygiene mengenai prosedur cuci tangan enam langkah (WHO, 2009). Berdasarkan pengamatan peneliti terkait aktifitas cuci tangan yang dilakukan oleh petugas kesehatan di PKM Bulupoddo tentang tingkat kepatuhan petugas didapatkan sebanyak 18 orang tenaga kesehatan

yang melakukan cuci tangan hanya sesudah bersentuhan dengan pasien , 13 orang tenaga kesehatan melakukan cuci tangan sesudah membantu pasien dan tindakan aseptik, 13 orang tenaga kesehatan sudah melakukan cuci tangan sesuai dengan lima momen cuci tangan yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah kontak dengan pasien dan setelah kontak dengan lingkungan pasien. Namun masih belum sesuai dengan harapan yang ingin dicapai. Petugas kesehatan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap terjadinya infeksi nosokomial karena petugas kesehatan merupakan tenaga kesehatan yang paling banyak melakukan kontak dengan pasien dan berinteraksi secara langsung dengan pasien selam 24 jam. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan terhadap petugas kesehatan untuk mengkaji tingkat kepatuhan petugas dalam melakukan hand hygiene. Melihat fenomena diatas dan untuk menjaga keselamatan pasien, pengunjung, petugas kesehatan dan meningkatkan mutu puskesmas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui “ bagaimana hubungan hand hygiene dengan kepatuhan petugas terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi di UPTD Puskesmas Bulupoddo” B.

Rumusan Masalah Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat atau timbul pada saat pasien dirawat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.. Infeksi nosokomial sangat di pengaruhi oleh kebersihan tangan petugas kesehatan. Ketidakpatuhan petugas kesehatan dalam penerapan hand hygiene bisa meningkatkan angka infeksi nosokomial. Dampak yang bisa ditimbulkan petugas kesehatan dalam ketidakpatuhan dalam

melakukan hand hygiene yaitu: (1) Bagi pasien, akan menambah diagnose penyakit dan dapat memperpanjang hari perawatan selama di puskesmas, (2) Bagi pengunjung, dapat menularkan penyakit kepada orang lain setelah meninggalkan puskesmas, (3) Bagi petugas kesehatan (perawat & bidan), akan menjadi pembawa kuman kepada pasien lain dan diri sendiri, (4) Dapat menurunkan mutu pelayanan puskesmas hingga pencabutan ijin operasional puskesmas. Berdasarkan pada latar belakang dan fenomena diatas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1. Apakah sikap petugas berhubungan dengan kepatuhan petugas dalam

melakukan

hand

hygiene

dengan

pencegahan

dan

pengendalian infeksi di UPTD Puskesmas Bulupoddo. 2. Apakah pengetahuan petugas berhubungan dengan kepatuhan petugas dalam melakukan hand hygiene dengan pencegahan dan pengendalian infeksi di UPTD Puskesmas Bulupoddo. 3. Apakah tingkat fasilitas petugas berhubungan dengan kepatuhan petugas dalam melakukan hand hygiene dengan pencegahan dan pengendalian infeksi di UPTD Puskesmas Bulupoddo. C.

Hipotesis penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian,di

dinyatakan

dalam

mana bentuk

rumusan

masalah

penelitian

telah

kalimat

pertanyaan,(Sugiono,2012).

Berdasarkan variabel yang akan diteliti maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis penelitian : a. Ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan petugas dalam melakukan hand hygiene dengan pencegahan dan pengendalian infeksi di UPTD Puskesmas Bulupoddo.

b. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan petugas dalam

melakukan

hand

hygiene

dengan

pencegahan

dan

pengendalian infeksi di UPTD Puskesmas Bulupoddo. c.

Ada hubungan antara fasilitas dengan kepatuhan petugas dalam melakukan hand hygiene dengan pencegahan dan pengendalian infeksi di UPTD Puskesmas Bulupoddo.

D.

Tujuan penelitian 1.

Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan kepatuhan petugas dalam melakukan hand hygiene dengan pencegahan dan pengendalian infeksi di UPTD Puskesmas Bulupoddo tahun 2019.

2.

Tujuan khusus a. Untuk mengetahui antara sikap dengan kepatuhan petugas dalam melakukan hand hygiene dengan pencegahan dan pengendalian infeksi di UPTD Puskesmas Bulupoddo Tahun 2019. b. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan petugas dalam melakukan hand hygiene terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi di UPTD Puskesmas Bulupoddo tahun 2019. c. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat fasilitas dengan kepatuhan petugas dalam melakukan hand hygiene terhadap pencegahan dan pengendalian infeksi di UPTD Puskesmas Bulupoddo Tahun 2019.

E.

Manfaat penelitian 1. Bagi pendidikan Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi literaur mengenai hal-hal yang terkait dengan hubungan kepatuhan petugas dalam melakukan hand hygiene dengan pencegahan dan pengendalian infeksi. 2. Bagi UPTD Puskesmas Bulupoddo Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pimpinan UPTD Puskesmas Bulupoddo untuk menyusun program, kebijakan dan strategi pelaksanaan khususnya mengenai kepatuhan dalam melakukan hand hygiene guna meningkatkan mutu pelayanan puskesmas

serta memperlihatkan ketersediaan

fasilitas hand hygiene mendukung pelaksanaan melakukan hand hygiene guna mencegah penularan infeksi yang terjadi selama pasien di rawat di UPTD Puskesmas Bulupoddo. 3. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti tentang

kepatuhan

dalam

melakukan

hand

hygiene

dan

mengaplikasikan mata kuliah Metodologi Penelitian dan Biostatik, serta merupakan pengalam yang berharga dalam melakukan penelitian.

Related Documents

Bab 1 Hand Hygiene.docx
April 2020 25
Hand
April 2020 48
Hand
December 2019 64
Hand
November 2019 57
Bab I (hand Bor).docx
December 2019 17

More Documents from "Acandra22"

Bab 1 Hand Hygiene.docx
April 2020 25
Farmasi.docx
April 2020 37
Kia Dan Kb.docx
April 2020 25
Instrumen Penelitian.docx
November 2019 63