BAB I PENDAHULUAN 1.1 Sejarah dan Perkembangan Pabrik PT. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimililiki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT. Pertamina pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN Pertamina. Sebutan ini tetap dipakai setelah Pertamina berubah status hukumnya menjadi PT. Pertamina (PERSERO) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Pertamina (dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara) adalah sebuah BUMN yang bertugas mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Pertamina masuk urutan ke 122 dalam Fortune Global 500 pada tahun 2013 Pertamina pernah mempunyai monopoli pendirian SPBU di Indonesia, namun monopoli tersebut telah dihapuskan pemerintah pada tahun 2001. Tugas utama PT. Pertamina diatur dalam UU No.8 Tahun 1971, yaitu sebagai berikut: 1. Melaksanakan pengusahaan minyak dan gas dalam arti seluas-luasnya, guna memperoleh hasil sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan Negara. 2. Menyediakan dan melayani kebutuhan bahan-bahan minyak dan gas bumi dalam negeri yang pelaksanaannya diatur dengan aturan pemerintah. Pada tanggal 17 September 2003, berdasarkan UU No. 20 Tahun 2001 dan PP Noo. 31 Tahun 2003 PT. Pertamina berubah nama menjadi PT. Pertamina (PERSERO). PT Pertamina (PERSERO) memiliki tugas-tugas pokok yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sebagai berikut:
1
2 1.
Eksplorasi dan Produksi Kegiatan ini mencakup upaya pencarian lokasi yang memiliki potensi
ketersediaan
minyak
dan
gas
bumi,
kemungkinan
penambangannya, serta proses produksi menjadi bahan baku untuk proses pengolahan 2.
Pengolahan Kegiatan ini tersusun dari proses-proses pemisahan dan pemurnian untuk mengolah minyak dan gas mentah menjadi produk yang diinginkan seperti premium, solar, kerosin, petrokimia, dan lain-lain
3.
Pembekalan dan Pendistribusian Kegiatan ini meliputi penampungan, penyimpanan, serta pendistribusian bahan baku ataupun produk akhir yang siap dikirim.
4.
Penunjang Kegiatan penunjang mencakup segala kegiatan yang dapat menunjang
terselenggaranya kegiatan-kegiatan eksplorasi, produksi, pengolahan, pembekalan, dan pendistribusian. Kegiatan penunjang ini diantaranya pengadaan penyukuhan keselamatan kerja, dan lain-lain. Perusahaan ini juga mengoperasikan 7 kilang minyak dengan kapasitas total 1.051,7 MBSD, pabrik petrokimia dengan kapasitas total 1.507.950 ton per tahun dan pabrik LPG dengan kapasitas total 102,3 juta ton per tahun. Pertamina adalah hasil gabungan dari perusahaan Pertamin dengan Permina yang didirikan pada tanggal 10 Desember 1957. Penggabungan ini terjadi pada 1968. PT. Pertamina (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No.20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam undang-undang No. 1 tahun 1995 tentang PERSEROan Terbatas, Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1998 tentang Perusahaan PERSEROan (PERSERO), dan Peraturan Pemerintah No.45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya Berdasarkan PP No. 31 tahun 2003
3 “Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) Menjadi Perusahaan PERSERO”. Tabel 1.1 Unit Lokasi PT. Pertamina Refinery Unit Refinery
Lokasi
Unit
Kapasitas CDU (MBSD)
Dumai Sei Pakning – P.
II
170
Brandan III
Plaju
134
IV
Cilacap
345
V
Balikpapan
260
VI
Balongan
125
VII
Kasim
10
Sejarah Berdirinya PT. Pertamina (PERSERO) RU II Pembangunan
kilang
Pertamina
Refinery
Unit
II
Dumai
dilaksanakan mulai bulan 20 April 1969 atas dasar persetujuan “Turn Key Project”
merupakan hasil
kerjasama
Pertamina
dengan
Far
East
Sumitomo Sloye kaisha yang merupakan kontraktor jepang, kilang ini di
kukuhkan
dalam
surat
keputusan direktur Utama PT Pertamina
(PERSERO) Nomor 334 / Kps / DM / 1967. Sedangkan pelaksanaan teknis pembangunan dilaksanakan oleh kontraktor asing yaitu: 1. IHHI ( Ishikawajima-Harima Heavy Industries) untuk
melakukan
pekerjaan kontruksi pembuatan kilang Crude Distilation Unit (CDU) dan fasilitas penunjang pembangkit Utama (Utilities). 2. TAESEI construction, Co., untuk
melakukan pekerjaan kontruksi
pembuatan fasilitas penunjang konstruksi kilang. Unit yang pertama didirikan adalah Crude Distilation Unit (CDU / 100) yang selesai pada bulan Juni 1971. Unit ini dirancang untuk mengolah minyak mentah jenis Sumatera Light Crude (SLC) dengan kapasitas 100.000 barrel/hari.
4 Pada tangal 14 Agustus 1971 kilang ini menjalani uji coba kemudian peresmian kilang ini dilakukan oleh Presiden Soeharto pada tanggal September 1971 dengan nama dihasilkan
dari
kilang
Kilang
ini
Putri
antara
Tujuh.
Produk
9
yang
lain: Naphtha, Kerosene,
Solar/Automotive Diesel Oil (ADO), Bottom Product berupa 55 % volume Low Sulphur Wax residu (LSWR) untuk diekspor ke Jepang dan Amerika Serikat. Pada tanggal 21 Februari 1973 Naphta Rerun Unit (NRU) dan Hydrocarbon platformer mulai di operasikan dan pada tanggal 6 september 1973 Platformer unit di serahkan pada pihak PT. Pertamina (PERSERO) oleh pihak Sumitomo Slolye Kaisha. Pada kilang lama (Existent Plant) ini crude oil di ubah menjadi Fuel gas, premium, kerosene, ADO (Automotive Diesel Oil) dan residu. Residu atau LSWR (Low Sulphur Waxi Residue) ini merupakan produksi terbanyak yaitu 62%, residu ini perlu pengolahan lebih lanjut, karena Pertamina
RU
II
(PERSERO)
belum mempunyai unit yang dapat
mengolah residu ini, maka residu ini dieksport ke luar negeri yaitu ke Jepang dan Amerika Serikat. Karena
perkembangan
ekonomi
dalam
negeri
yang
makin
meningkat, maka kebutuhan BBM pun semakin tinggi, untuk mengurangi ketergantungan BBM kepada luar negeri, maka pemerintah mengambil kebijakan untuk membangun kilang baru yang berfungsi untuk mengolah LSWR menjadi bahan bakar yang siap pakai. Kilang baru (New Plant) ini di beri nama Hydrocracker Unit. Dimana unit ini tidak mengolah minyak mentah tetapi mengolah residu hasil dari topping unit (CDU) Pada Kilang Putri Tujuh dan Kilang Sei. Pakning. Pada tanggal 12 November 1979 berdasarkan surat keputusan
Dirjen Migas No. 0731/Kpts/DM/1979 di
bentuk
pengembangan
suatu
team
studi
kilang
BBM, yang akan
mempelajari pengembangan kilang- kilang di Dumai, Balikpapan dan Cilacap.
Berdasarkan laporan team studiy, maka team pengarah yang di bentuk dengan surat keputusan
Menteri Pertambangan
dan Energi
5 No.55/ Kpts / pertam/1980 yang membuat rekomendasi kepada pemerintah untuk pelaksanaan proyek-proyek tersebut. Pada tanggal 2 April 1980 di tanda tangani perjanjian pemakaian lisensi dan proses desain kilang Dumai dengan Universal Oil Product (UOP) Amerika Serikat sebagai pemegang hak paten proses. Perluasan selanjutnya dengan ditandatanganinya Pertamina
dilakukan pada tanggal 2 April 1980
persetujuan
perjanjian
kerjasama
antara
dengan Universal Oil Product (UOP) dari Amerika Serikat
dengan kontraktor utama Technidas Reunidas Centunion dari Spanyol berdasarkan lisensi proses dari UOP. Tahap-tahap pelaksanaan pembangunan proyek tersebut antara lain: 1. Survei tanah dilaksanakan oleh SOFOCO (Indonesia) dan dievaluasi oleh HASKONING (Belanda). 2. Penimbunan area dilaksanakan oleh PT. SAC Nusantara (Indonesia). Pasir timbunan diambil dari laut di Sekitar Pulau Jentilik (± 8 km dari area proyek) dengan cutter section dredger. 3. Pemancangan tiang pertama dilaksanakan oleh PT. Jaya Sumpiles Indonesia dengan jumlah tiang pancang 18.000 dan panjang 706 km. 4. Pembangunan
konstruksi
unit-unit
proses
beserta
fasilitas
penunjang dikerjakan oleh kontraktor utama Technidas Reunmidas Centunion Spanyol yang bekerjasama dengan Pembangunan Jaya Group, dengan subkontraktor: a. DAELIM (Korea) mengerjakan konstruksi: High Vacuum Unit, HC Unibon Unit, Hydrogen Plant Unit, Naphtha Hydrotreater Unit, CCR Platformer Unit, Delayed Coking Unit, Distillate Hydrotreater Unit, dan Amine & LPG Recovery Unit. b. HYUNDAI (Korea) mengerjakan konstruksi unit penunjang dan offsite facilities yang meliputi Power Plant, Boiler Unit, Coke Calciner Unit, Water Treated Boile, Waste Water Treatment Unit, Tank Inter Connection dan Sewer System. c. Pembangunan tangki-tangki penyimpanan dikerjakan oleh Toro Kanetsu Indonesia.
6 d. Pembangunan fasilitas jetty dikerjakan oleh PT. Jaya Sumpiles Indonesia. Pembangunan sarana penunjang seperti pipa penghubung kilang lama dan baru, gedung laboratorium, gudang Fire & Safety, perkantoran dan perumahan karyawan dikerjakan oleh kontraktor-kontraktor Indonesia. Pengawasan
proyek
dilakukan
oleh
TRC
dan
Pertamina
dibantu oleh konsultan CF Braun dari Amerika Serikat. Setelah proyek perluasan ini selesai dibangun, kilang baru ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 16 Februari 1984. Proyek ini mencakup beberapa proses dengan teknologi tinggi yang terdiri dari unit-unit proses sebagai berikut :
Hydroskimming Complex (HSC) Bagian HSC bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses sebagai berikut: o Crude Distillation Unit (CDU) o Naphtha RerunUnit (NRU) o Hydrobon Platforming I (PL-I) o Naphtha Hydrotreating Unit (NHDT) o Hydrobon Platforming II (PL-II)
Hydrocracking Complex (HCC) Bagian HCC bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses sebagai berikut : o Hydrocracking Unibon o Hydrogen Plant o Amine LPG Recovery o Nitrogen Plant o Sour Water Stripper (SWS)
7
Heavy Oil Complex (HOC) Bagian HOC bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses sebagai berikut: o Heavy Vacuum Unit (HVU) o Delayed Coking Unit (DCU) o Distillate Hydrotreating Unit (DHDT) o Coke Calciner Unit (CCU )
1.2 Lokasi Pabrik Lokasi PT. PERTAMINA Refinery Unit II Dumai terletak sekitar 55 km dari tepi Sungai Pakning dan berada di wilayah perkampungan Tanjun Palas, Kecamatan Dumai Timur , Kotamadya Dumai. Letak perusahaan ini dekat dengan laut lepas dapat memudahkan transportasi crude oil dari luar negeri dan produk ke daerah pemasaran dalam jumlah besar dengan kapal laut. Luas tanah yang digunakan untuk lokasi pabrik adalah 1.700 hektar secara total di dumai.
1.3 Jenis Produk yang dihasilkan Saat ini, PT. Pertamina (PERSERO) RU II Dumai menghasilkan Bahan Bakar Motor seperti Aviation Turbine, Mogas, Kerosene, ADO, Refinery Fuel dan Non Bahan Bakar Motor seperti LPG, Green Coke Serta LSWR. Dan berencana untuk menghasilkan produk baru dengan nama solar plus untuk bahan bakar busway. Kontribusi kilang PT. Pertamina (PERSERO) RU II Dumai dan Sei Pakning terhadap kebutuhan bahan bakar nasional mencapai 2224%. Desain dan konstruksi Kilang PT. Pertamina (PERSERO) RU II Dumai telah
menggunakan
teknologi
tinggi
sehingga
aspek keselamatan kerja
karyawan dan peralatan produksi serta unit pengolahan limbah untuk program perlindungan lingkungan telah dibuat secara standar
memadai dengan mengikuti
internasional. Refinery Unit II Dumai Sei Pakning mempunyai dua
kilang dan fasilitas pendukung yaitu Kilang Dumai dengan kapasitas CDU terpasang 120 MBSD dan kilang Sei Pakning dengan kapasitas 50 MBSD.
8 Tabel 1.1. Produksi Tahunan Bahan Bakar Motor ( BBM ) NO
Jenis Produk
Juta BBL/Tahun Volume (%)
1.
Aviation Turbine
3,10
4,75
2.
Mogas
889,60
14,703
3.
Kerosene
14,77
22,624
4.
Automotive Diesel Oil
25,29
38,735
5.
Refinery Fuel
5,10
7,81
Tabel 1.2. Produksi Tahunan Non Bahan Bakar Motor ( Non BBM ) NO
Jenis Produk
Juta BBL/Tahun Volume (%)
1.
Liquis Petroleum Gas
1,04
1,602
2.
Green Coke
1,31
1973
3.
Low Sulphur Wax Residue
6,07
9,30
1.4 Pemasaran Produk PT.PERTAMINA RU II DUMAI memasok kebutuhan BBM dalam negeri khususnya Sumatera Bagian Utara dan Jakarta serta diekspor keluar negeri. Namun pada hal-hal tertentu produk dari RU II Dumai juga diditribusikan ke daerah-daerah lain yang sedang mengalami kekurangan pasokan, berikut adalah daftar daerah yang dipasok oleh PT.PERTAMINA RU II DUMAI: Tabel 1.3. Daftar Daerah Yang Dipasok Daerah
Produk
Aceh
BBM BBM
Sumut
LPG Avtur BBM
Riau
LPG Avtur
9
BBM Sumbar
LPG Avtur
Jakarta Ekspor
Avtur Green Coke LSWR
1.5 Sistem Manajemen Perusahaan Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bagian-bagian yang ada di P.T. PERTAMINA RU II Dumai ( PERSERO ) – Sei. Pakning, maka dirincikan bidang kegiatan sesuai eselon seperti pada
bagan struktur
organisasi P.T. Pertamina RU II Dumai (PERSERO):
Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. Pertamina RU II Dumai
10 General Manager sendiri membawahi kepala-kepala bidang atau manager yang membawahi bidang-bidang tertentu, antara lain: 1. Refinery Planning & Optimization Secara umum, peran Refinery Planning & Optimization adalah merencanakan pengolahan kilang dengan melakukan optimasi antara konsumsi crude oil dan gross margin yang positif. Tugas-tugas yang dimiliki oleh bidang ini adalah: a. Merencanakan pola operasi kilang untuk memperoleh batasan keuntungan yang optimal. b. Menyalurkan hasil produksi serta mengatur penerimaan crude dan intermediet. c. Menyediakan data dan informasi untuk proses pengolahan dan produksi. d. Mengatur pengolahan di unit-unit operasi. Refinery Planning & Optimization ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Refinery Planning,Supply Chain,dan Budget & Performance. a. Bagian Refinery Planning bertugas menyusun Rencana Kerja (RK) tahunan, STS (Short Term Schedule), rencana harian, GMH (Gross Margin Harian), dan kemudian membandingkan hasil real yang diperoleh di lapangan dengan RK dan STS yang telah disusun sebelumnya. b. Bagian Supply Chain, bertugas mengatur perencanaan pembuatan produk akhir melalui blending serta pengiriman produk ke konsumen, baik melalui pengapalan ataupun menggunakan sarana lainnya. c. Bagian Budget & Performance, bertugas mengatur budget dan performa kilang.
2. Engineering & Development Bidang Engineering & Development memiliki tugas-tugas sebagai berikut: a
Memberikan rekomendasi kepada bagian kilang mengenai kondisi operasi optimum dalam hal unjuk kerja peralatan, keekonomisan, dan keamanan.
b
Mengevaluasi kondisi operasi, bahkan bila diperlukan memberikan rekomendasi untuk memodifikasi peralatan produksi serta memajukan teknik perbaikan.
11 c
Mengevaluasi kondisi operasi unit untuk uji unjuk kerja, perbandingan kondisi operasi sebelum dan sesudah Turn Around (TA).
d
Memberikan saran mengenai maintenance system instrumentasi.
e
Melaksanakan studi/modifikasi pada peralatan atau pada proses terkait.
Bagian-bagian yang dibawahi oleh Engineering & Development adalah: a. Process Engineering Bagian ini dibagi ke dalam empat seksi, yaitu : 1. Seksi Primary 2. Seksi Secondary 3. Seksi Process Control 4. Seksi Safety dan Environmental 5. Seksi Expert b. Facility Engineering Bagian ini bertanggung jawab terhadap kehandalan peralatan kilang melalui sudut pandang enginering mengenai hal-hal nonproses, contohnya rotating equipment dan nonrotating equipment yang meliputi masalah pada peralatan operasi dan analisis rencana pengembangan suatu alat operasi. c. Project Engineering Bagian ini bertanggung jawab terhadap pemeliharaan peralatan produksi, modifikasi peralatan produksi, pembuatan paket kontrak, dan pengawasan proyek-proyek. d. Energy Conservation & Loss Control Bagian ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian energi konservasi dan bagian loss control. Bagian energi konservasi dan loss control bertugas melakukan optimasi terhadap konsumsi energi di Pertamina RU II Dumai dan mengusahakan penggunaan bahan baku dan produk intermediet semaksimal mungkin sebelum sisanya dibuang menjadi limbah.
12 3. Production Dumai Secara umum, bidang ini berperan sebagai penanggung jawab kegiatan pengolahan minyak dari bahan baku hingga menjadi produknyauntukkilang di Dumai. Bidang ini membawahi beberapa bidang, yaitu: a. Hydroskimming Complex (HSC) Bagian HSC bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses sebagai berikut: 1. Crude Distillation Unit (CDU) 2. Platforming I (Existing) 3. Naphtha RerunUnit (NRU) 4. Platforming II/ CCR (PL II-CCR) 5. Naphtha Hydrotreating Unit (NHDT) b. Hydrocracking Complex (HCC) Bagian HCC bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses sebagai berikut : 1. Hydrocracking Unibon 2. Hydrogen Plant 3. Amine LPG Recovery 4. Nitrogen Plant 5. Sour Water Stripper (SWS) 6. Fuel Gas System c. Heavy Oil Complex (HOC) Bagian HOC bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses sebagai berikut: 1. Heavy Vacuum Unit (HVU) 2. Delayed Coking Unit (DCU) 3. Distillate Hydrotreating Unit (DHDT) 4. Waste Heat Boiler (WHB) 5. Utilities
13 Bagian Utilities bertanggung jawab terhadap unit-unit penunjang operasi kilang yang meliputi : 1. Pembangkit uap 2. Pembangkit listrik 3. Fasilitas penyediaan air tawar 4. Fasilitas penyediaan udara untuk memenuhi keperluan instrumentasi d. Oil Movement Bidang ini berfungsi sebagai penunjang operasi kilang untuk kegiatan penampungan produk dan pengapalan (distribusi). Dalam pelaksanaannya bidang ini dibagi ke dalam dua bagian yaitu: 1. Tank Farm (TF) 2. Put Loading e. Laboratory Laboratorium merupakan tempat dilakukannnya analisis yang mencakup sifat fisik dan kimia suatu komponen seperti densitas, viskositas, flash point, komposisi, titik didih, impuritis, pH, dan lain-lain. Laboratorium dibagi ke dalam tiga seksi,yaitu 1. Crude Environment dan Maintenance 2. Cair dan Coke 3. Analitika dan Gas 3. Production Sungai Pakning Bidang ini bertugas dan bertanggung jawab atas kinerja operasi kilang RU II Sungai Pakning yang dipimpin oleh seorang Manajer Produksi BBM Sungai Pakning 4. Health, Safety & Environment Bidang ini membawahi bagian-bagian: a. Environmental b. Fire&Insurance c. Safety d. Occupational Health
14 5. Maintenance Execution Bidang ini membawahi bagian-bagian: a. Maintenance Area 1 b. Maintenance Area 2 c. Maintenance Area 3 d. General Maintenance e. Workshop 6. Maintenance Planning & Support Bidang ini membawahi bagian-bagian: a. Planning & Scheduling b. Stationary Engineer c. T/A Coordinator d. Electrical & Instrumental Engineer e. Rotating Equipment Engineer 7. Area Pangkalan Brandan Bagian ini berperan sebagai penanggung jawab terhadap kegiatan penyediaan, pengadaan
material,
serta
suku
cadang
yang
diperlukan
bagi
operasi
perusahaan.Bidang ini membawahi bagian-bagian: a. Inventory Control b. Purchasing c. Service &Warehousing d. Contract Office 8. Reliability Bagian ini bertanggung jawab atas kondisi peralatan mekanik unit-unit proses pada waktu operasi maupun perbaikan, melakukan pemeriksaan kondisi peralatan produksi dan saran-saran teknik pemeliharaan, serta pemeriksaan kualitas material suku cadang. Bidang ini membawahi bagian-bagian: a. Equipment Reliability b. Plant Reliability
15 9. General Affairs Bidang ini membawahi bagian-bagian: a. Legal b. Public Relation c. Security 10. Coordinator OPI Bidang ini membawahi bagian-bagian: a. Workstream Efinery HSE b. Port Integration Network
1.5.1 Peraturan Kerja Untuk memfasilitasi pengaturan pembagian kerja, maka Pertamina RU II Dumai membuat suatu peraturan kerja yang meliputi jam kerja, keamanan dan keselamatan kerja serta kesejahteraan dan jaminan sosial. Peraturan ini telah mendapat persetujuan dari Departemen Tenaga Kerja. A. Jam Kerja Pada dasarnya jumlah jam kerja karyawan PT Pertamina RU II Dumai adalah 8 jam kerja per hari atau empat puluh jam kerja per minggu dengan 5 hari efektif kerja per minggu. Untuk memenuhi aturan jam kerja dalam menangani segala aktivitas kilang, Pertamina RU II Dumai membagi karyawannya menjadi dua golongan, yaitu karyawan shift dan nonshift (harian). Karyawan non shift bekerja 8 jam perhari mulai hari Senin sampai dengan hari Kamis dengan waktu kerja dimulai pukul 07.00 wib sampai 15.30 wib, diselingi waktu istirahat selama satu jam pada pukul 12.00 wib sampai 13.00 wib. Khusus untuk hari Jumat, waktu kerja dimulai pukul 07.00 wib sampai 16.00 wib, diselingi waktu istirahat selama dua jam pada pukul 11.30 wib sampai 13.30 wib. Sedangkan karyawan shift bekerja dengan pembagian shift sebagai berikut : a. Shift I : 24.00 – 08.00 wib b. Shift II : 08.00 – 16.00 wib c. Shift III : 16.00 – 24.00 wib
16 B. Keamanan dan Keselamatan Kerja Kilang minyak PT Pertamina RU II Dumai mempunyai resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Oleh karena itu, Pertamina RU II Dumai menempatkan keamanan dan keselamatan
kerja
di
peringkat
pertama
(safety
first).
Berikut
hal-hal
yangberhubungan dengan keamanan dan keselamatan kerja di Pertamina RU II Dumai: a. Perusahaan bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja karyawan, terutama pada jam-jam kerja. b. Perusahaan memberikan dan menyediakan perlengkapan/pelindung kerja sesuai dengan kebutuhan. c. Perusahaan
mengikutsertakan
seluruh
karyawan
dalam
program
JAMSOSTEK. d. Perusahaan memasang rambu-rambu tanda bahaya dan petunjuk-petunjuk praktis untuk mencegah kecelakaan kerja. C. Kesejahteraan dan Jaminan Sosial Kesejahteraan dan jaminan sosial diberikan kepada semua pegawai tetap. Kesejahteraan dan jaminan sosial ini meliputi : a. Perawatan Kesehatan Perawatan kesehatan para karyawan tetap PT Pertamina ditanggung oleh perusahaan, melalui dana khusus untuk pengobatan setiap karyawan. b. Pakaian Dinas Pakaian dinas diberikan oleh perusahaan kepada para karyawan tetap. c. Koperasi Koperasi didirikan sebagai sarana penunjang ke arah peningkatan kesejahteraan karyawan. Dalam hal koperasi ini perusahaan ikut mendorong dan membantu tumbuh dan berkembangnya koperasi karyawan di perusahaan. d. Pendidikan Dalam hal pendidikan, perusahaan mengadakan pelatihan-pelatihan rutin bagi para operator. e. Fasilitas Perusahaan Rumah ibadah (mesjid dan gereja) dan kantin.
17 f. Pembinaan Sumber Daya Manusia Beberapa hal yang dapat diperoleh karyawan dalam rangka pembinaan sumber daya manusia diantaranya pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan dari perusahaan. Kegiatannya meliputi: 1. Pendidikan dan pelatihan secara in-house : berada di lingkungan Pertamina.Mengirim karyawan untuk belajar di berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan di dalam dan luar negeri